A. Pengertian Korupsi
Selanjutnya dikatakan bahwa corruption berasal dari kata corrupere, suatu bahasa
latin yang lebih tua. Arti korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan,
kesucian.
20 tahun 2001 tentang pemberantasan tidak pidana korupsi, bahwa yang dimaksud
korupsi adalah:
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
Dari definisi di atas, setidaknya terdapat tiga unsur bagi seseorang disebut
33
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Kemendikbud, 2011), hlm 24.
34
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Edisi Lengkap 2005 dengan Penjelasannya, (Bandung: Fokus Media, 2005), hlm. 87.
35
Arya Maheka, Mengenali dan Membrantas Korupsi, (Jakarta: KPK, 2003), hlm. 14.
18
19
2) Memperkaya diri sendiri atau orang lain. Tindakan ini tidak selalu berarti
lainnya.
B. Bentuk-bentuk korupsi
mudah dipahami oleh masyarakat secara lisan, dan diharapkan dapat membantu
36
Agus Wibowo, Pendidikan Anti Korupsi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 28.
20
tersebut. Pihak-pihak yang terkait antara lain keluarga, rekan kerja, suku
lembaga ekonomi.
perdagangan illegal.
keamanan. Tindakan ini sering kali dilakukan oleh mafia-mafia local atau
regional.
2) Suap-Menyuap
37
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana
Korupsi, (Jakarta: KPK, 2006), hlm. 21.
22
merusakkan bukti.
4) Pemerasan
5) Perbuatan Curang
keadaan perang. Pelaku dalam hal ini antara lain pemborong, ahli
7) Gratifikasi
fasilitas lainnya.
upaya pemberantasan korupsi ini, maka pendidikan anti korupsi termasuk salah
Secara sederhana, pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti
korupsi. Sehingga dalam proses tersebut pendidikan anti korupsi bukan sekedar
korupsi.38
Pendidikan anti korupsi dapat dimaknai sebagai upaya yang dilakukan untuk
fungsi ini, dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang mampu melakukan
Pendidikan anti korupsi bukan cuma berkutat pada pemberian wawasan dan
psikomotorik, yakni membentuk sikap dan prilaku anti korupsi pada anak didik.
menciptakan generasi muda yang bermoral baik dan berprilaku anti koruptif.
Sebab dengan begitu maka mereka akan terhindar dari berbagai macam sikap dan
perilaku koruptif. Bahkan ketika mendengar korupsi saja mereka sudah alergi.
Agar pendidikan anti korupsi ini bisa optimal, menurut kemendikbud, perlu
38
Agus Wibowo, Pendidikan Anti Korupsi………., hlm. 38.
39
Ummi Kulsum, Skripsi Jurusan Tarbiyah (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2009), hlm.
24.
25
yang tidak transparan dan akuntabel, korupsi bisa terjadi dan berkembang pesat.40
disekolah juga harus diorentasikan pada tatanan moral action, agar peserta didik
tidak hanya berhenti pada kompetensi saja, tetapi sampai memiliki kemauan dan
pendidikan anti korupsi adalah usaha secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai dan praksis
1) Landasan Filosofis
perkembangan dan survive manusia. Proses perkembangan ini terdiri dari dua
dimana manusia terus menerus mengembangkan dirinya dengan alam semesta dan
kedua ini penting untuk dipahami manusia demi keberlangsungan hidup yang
40
Abdul Majid Hariadi, Kurikulum Pendidikan Anti Korupsi, Tribunnews.com, 2011.
Diunduh pada tanggal 24 Mei 2014.
41
Agus Wibowo, Pendidikan Anti Korupsi………., hlm. 38-39.
42
Tony Widiasto, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2004), hlm. 69.
26
nilai kehidupan.
spiritual dan bermoral yang diciptakan oleh Tuhan yang bersifat Homo Inago Dei
menghadirkan citra teladan Tuhan Yang Maha Esa dan Yang Rohani dengan
melalui sikap dan perbuatan manusia, seperti budi pekerti yang luhur atau akhlak
filosofis yang menekankan pada proses cara berpikir yang sangat mendalam
43
Andrias Harefa, Pembelajaran di Era Serba Otonom, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 41.
44
Imam Barnadib, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), hlm. 18.
45
Asmoro Hadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 5.
27
2) Landasan Psikologi
fisik maupun psikisnya. Keunikan dan kekhasan merupakan akar dan kebutuhan
didasarkan pada pilihan kebenaran dan kebaikan tanpa terjebak pada godaan
3) Landasan Sosiologis
sebagai mahluk social. Manusia tidak dapat hidup mutlak sendiri (absolut egoism)
dan tidak akan mampu hidup sepenuhnya untuk mementingkan orang lain
(absolut altruism).48
pada asumsi bahwa untuk mewujudkan tatanan nilai sosial diperlukan prinsip
46
Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritualisme Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2002), hlm. 87.
47
Rochmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabet, 2004), hlm.
127.
48
Rochmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai……….,hlm. 131.
28
moralitas secara kolektif yang dimulai dari setiap individu. Artinya, antara
individu dan kolektif harus memiliki prinsip integritas yang harus diorentasikan
pada dua dimensi. Pertama, integritas segala unsur diri, sehingga secara internal
tata sosial yang beradab ini merupakan bentuk tindak lanjut dari perkembangan
antara manusia satu dengan lainnya agar terbentuk tata social beradab dalam
hal.49 Dengan demikian pendekatan dalam pendidikan yang secara mikro adalah
pembahasan kali ini, perlu dijabarkan ke dalam pembelajaran PAI, yaitu :50
49
Chabib Toha, PBM-PAI Eksistensi dan proses belajar mengajar Pendidikan Agama
Islam,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 197.
50
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 174.
29
a. Pendekatan Pembiasaan
b. Pendekatan emosional
c. Pendekatan rasional
tentang nilai baik dan benar akan diolah secara psikologis yang melahirkan
d. Pendekatan fungsional
51
Chabib Toha, Kepeta Selekta………., hlm. 8.
30
e. Pendekatan keteladanan
kemenangan/kesuksesan.52
Jika strategi ini dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makro dan skala
beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai, yaitu :54
52
Djamaluddin darwis, Strategi Belajar Mengajar,dalam bukunya H. M. Chabib Toha,
PBM-PAI Eksistensi dan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam,(Yogyakarta Pustaka
Pelajar, 1998), hlm. 195.
53
Ibid, hlm. 196.
54
Chabib toha, Kapeta Selekta………., hlm. 77-78.
31
a. Strategi tradisional
b. Strategi bebas
menentukan nilai mana yang akan diambilnya karena nilai yang baik
c. Strategi reflektif
d. Strategi transinternal
dan transinternalisasi.
usaha menghapus korupsi tidak menunjukkan kemajuan berarti. Kita seperti lari
di tempat, secepat apapun larinya kita selalu menemukan diri di tempat yang
sama. Bisa dikatakan metode pendidikan dalam pendidikan nilai masih memiliki
32
cirinya adalah hanya mewajibkan peserta didik untuk mengetahui dan menghafal
a. Metode dogmatik
b. Metode deduktif
c. Metode Induktif
tersebut.
d. Metode reflektif
55
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam………., hlm. 174-176 .
33
a. Tekhnik Indoktrinasi
jalan merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi peserta didik
ide baru yang dianggap benar sehingga nilai-nilai yang ditanamkan masuk
Ketiga, Tahap penanaman doktrin, pada saat penanaman doktrin ini hanya
dikenal adanya satu nilai kebenaran yang disajikan, dan tidak ada alternatif
lain.
dogmatik.
b. Tekhnik Klarifikasi
Tekhnik ini merupakan suatu cara untuk membantu peserta didik untuk
56
Chabib Toha, Kappita Selekta………., hlm. 87-94.
34
yang dilematis untuk dinilai dan dievaluasi oleh peserta didik, kemudian
mereka diminta memilih niali-nilai yang baik dan benar untuk di ikuti.
didik untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan terjadi dalam
memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik dalam memilih nilai
agar mereka yakin benar bahwa nilai yang dipilih didasarkan atas
Sasaran tekhnik ini adalah sampai pada tahap pemilikan nilai yang
57
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan………., hlm. 178.