TUGAS
oleh
BANDUNG
2017
JENIS – JENIS POLIMER
a. PLASTIK
1. Polietilena
2. Polipripilena
3. PVC
4. Teflon (PTFE)
Teflon bersifat sangat ulet, kenyal, tahan terhadap zat kimia, tak mudah
terbakar, isolator listrik yang baik, dan mampu melumasi diri serta tidak menempel.
Panci untuk memasak/menggoreng menggunakan pelapis teflon, sehingga tidak
memerlukan minyak yang banyak, tidak mudah gosong, serta mudah mencucinya.
5. Polistirena
6. PVA
8. Bakelit
1. Karet Alam
Karet alam bersifat lunak, lekat, dan mudah dioksidasi. Agar menjadi lebih
keras dan stabil dilakukan vulkanisasi, yaitu karet alam dipanaskan pada suhu 150 °C,
dengan sejumlah kecil belerang. Dengan cara ini ikatan rangkap pada karet terbuka
kemudian terjadi ikatan jembatan belerang di antara rantai molekulnya. Karet
diekstraksi dari lateks (getah pohon karet), hasil vulkanisirnya digunakan untuk ban
kendaraan.
2. Karet Sintetis
1) Neoprena (Kloroprena)
Sifat dan kegunaan neoprena adalah tahan terhadap bensin, minyak tanah, dan
lemak sehingga digunakan untuk membuat selang karet, sarung tangan, tapak sepatu,
dan sebagainya.
2) Karet Nitril
Karet nitril memiliki sifat tahan terhadap bensin, minyak dan lemak,
digunakan untuk membuat selang.
3) SBR
SBR (Styrena Butadiena Rubber) tersusun dari monomer stirena dan
butadiena.
SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi untuk ban
kendaraan bermotor.
3. Serat Sintetis
a. Nilon 66
b. Dacron
c. Orlon
Sifat dan kegunaan orlon adalah memiliki sifat yang kuat digunakan untuk
karpet dan pakaian (kaos kaki, baju wol).
POLIMERISASI
a. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi terjadi dalam tiga tahap, yaitu pemicuan, perambatan, dan
pengakhiran. Oleh karena pembawa rantai dapat berupa ion atau radikal bebas maka
polimerisasi adisi digolongkan ke dalam polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi
ion.
1) Radikal Bebas
Radikal bebas biasanya dibentuk melalui penguraian zat kurang stabil dengan
energi tertentu. Radikal bebas menjadi pemicu pada polimerisasi. Zat pemicu berupa
senyawa peroksida, seperti dibenzoil peroksida dan azodiisobutironitril.
Kuinon dapat bertindak sebagai zat penghambat bagi banyak sistem polimerisasi
sebab kuinon bereaksi dengan radikal bebas menghasilkan radikal yang mantap akibat
resonansi. Radikal bebas yang mantap ini tidak dapat memicu polimerisasi lebih
lanjut.
Zat pelambat yang biasa digunakan adalah gas oksigen. Gas ini kurang reaktif
dibandingkan dengan penghambat. Cara kerja zat pelambat adalah melalui persaingan
dengan monomer untuk bereaksi dengan radikal bebas sehingga laju polimerisasi
menurun. Persamaannya:
2) Polimerisasi Ionik
Polimerisasi adisi dapat terjadi melalui mekanisme yang tidak melibatkan radikal
bebas. Dalam hal ini, pembawa rantai dapat berupa ion karbonium (polimerisasi
kation) atau ion karbanion (polimerisasi anion).
Dalam polimerisasi kation, monomer pembawa rantai adalah ion karbonium. Katalis
untuk reaksi ini adalah asam Lewis, seperti AlCl3, BF3, TiCl4, SnCl4, H2SO4, dan
asam kuat lainnya.
Polimerisasi kation terjadi pada monomer yang memiliki gugus yang mudah
melepaskan elektron. Dalam polimerisasi yang dikatalis oleh asam, tahap pemicuan
dapat digambarkan sebagai berikut.
HA adalah molekul asam, seperti HCl, H2SO4, dan HClO4. Pada tahap
pemicuan, proton dialihkan dari asam ke monomer sehingga menghasilkan ion
karbonium (C+).
Seperti polimerisasi kation, reaksi polimerisasi anion optimum pada suhu rendah.
Katalis yang dapat dipakai adalah logam alkali, alkil, aril, dan amida logam alkali.
Contohnya adalah kalium amida (KNH2) yang dalam pelarut amonia cair dapat
mempercepat polimerisasi monomer CH2=CHX dalam amonia. Kalium amida akan
terionisasi kuat sehingga pemicuan dapat berlangsung seperti berikut.
Proses pengakhiran pada polimerisasi anion tidak begitu jelas seperti pada
polimerisasi kation sebab penggabungan rantai anion dengan ion lawan (K+) tidak
terjadi. Namun demikian, jika terdapat sedikit air, karbon dioksida, atau alkohol akan
mengakhiri pertumbuhan rantai.
b. Polimerisasi Kondensasi
Namun demikian, jika setiap molekul pereaksi mengandung dua atau lebih gugus
fungsional maka reaksi berikutnya boleh jadi terbentuk. Misalnya, reaksi antara dua
monomer asam heksanadioat (asam adipat) dan etana–1,2–diol (etilen glikol).
Dapat dilihat bahwa hasil reaksi masih mengandung dua gugus fungsional.
Oleh karenanya, reaksi berikutnya dengan monomer dapat terjadi, baik pada ujung
hidroksil maupun pada ujung karboksil.
Sunarya, Y. dan A. Setiabudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3 : Untuk
Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 298.
http://www.nafiun.com/2013/10/jenis-jenis-polimer-dan-kegunaannya.html
http://www.nafiun.com/2013/10/reaksi-polimerisasi-pembentukan-
polimer.html