Anda di halaman 1dari 6

Filtrasi adalah metode pemisahan fisik, yang digunakan untuk memisahkan

antara cairan (larutan) dan padatan. Cairan yang telah melalui proses
filtrasi/penyaringan disebut filtrat, sedangkan padatan yang tertumpuk di penyaring
disebut residu.

Dalam Filtrasi terdapat beberapa istilah seperti Slurry, Total Suspended Solid
(TSS) Sludge, dan Lime. Berikut penjelasan dari Slurry, Suspended Solid (TSS),
Sludge, dan Lime.

1. Slurry merupakan istilah dari suatu campuran padatan dan cairan


2. Total Suspended Solid (TSS) merupakan residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur (sludge), tanah
liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
3. Sludge (Lumpur)

Berdasarkan sumbernya lumpur dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu


primary raw sludge dan waste activated sludge (WAS). Primary raw sludge
berasalah dari padatan yang diendapkan pada proses pengendapan (primary
sedimentation). Sementara itu, waste activated sludge adalah flok-flok yang
terbentuk dari gabungan mikroorganisme dan sebagian polutan yang teroksidasi
selama proses aerasi, yang mengendap di dalam tangki pengendapan sekunder
(secondary clarifier)

Tujuan Pengolahan Lumpur

Lumpur yang dihasilkan dari sistem pengolahan air limbah dibedakan atas
lumpur kimia-fisika dan lumpur biologi. Lumpur kimia-fisika berasal dari
pemisahan hasil perlakuan proses fisika-kimia, sedangkam lumpur niologi berasal
dari perlakuan biologi. Umumnya lumpur masih memiliki kadar air yang cukup

1
tinggi, oleh karenanya perlu perlakuan lumpur yang merupakan bagian dari
penanganan air limbah. Kedua jenis tersebut harus dikeluarkan dan dibuang ke
luar instalasi pengolahan air limbah (IPAL), tetapi hal ini akan menimbulkan
masalah bila langsung dibuang begitu saja dalam jumlah besar ke tempat
penumbunan limbah padat.

Tujuan utama pengolahan lumpur adalah mengurangi volume lumpur


dengan cara memisahkan air dari dalam lumpur sebelum dibuang, agar
mempermudah pengangkutan.

Selain Lumpur kimia-fisika dan lumpur biologi ada juga lumpur yang
berupa fiber berasal dari proses produksi, pada umumnya di industri tekstil yaitu

1. Lumpur Screening
2. Lumpur Penebalan
3. Lumpur Dewatering
Tujuan proses pengeluaran air lumpur adalah menghilangkan sebanyak
mungkin air yang terkandung dalam lumpur setelah proses pengentalan.
Persayaratan padatan kering lumpur yang diinginkan tergantung pada
penanganan akhir yang akan dilakukan, umumnya berkisar 30%. Proses
pengeluaran air lumpur dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
menggunakan alat :
 Belt Press
 Filter Pres
 Screw Press
 Drying Bed
 Centrgifugal
 Rotary drum vacuum filter

2
4.Lime (Penambahan dengan menggunakan kapur)

Penambahan kapur ke dalam lumpur mengakibatkan aktifitas mikroorganisme


terhenti, tetapi tidak mempengaruhi kandungan senyawa organik dalam lumpur.
Proses stabilitasi ini umumnya digunakan untuk mengatasi masalah bau yang timbul.
Untuk menjamin lumpur tetap stabil, maka pH lumpur harus dipertahankan di atas pH
11,8. Metoda stabilisasi ini perlu pengawasan pH dan juga perlakuan pencampuran
bahan kimia kapur dengan lumpur secara baik agar pH lumpur homogen. Hasil
pemekatan dengan sistem ini mecapai kadar padatan kering antara 3-6% atau
kandungan air 94-97% untuk lumpur kimia-fisika, sedangkan untuk lumpur campuran
kimia-fisika-bilogi kadar padatan kering hanya mencapai 1-1,5% atau kandungan air
98,5-99%. Kelebihan sistem ini adalah tidak terjadi pengurangan kandungan air atau
volume lumpur. Kekurangannya pada sistem ini sering terjadi perubahan nilai pH
sehingga harus dipantau terus menerus.

5.Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran


atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan
fungsinya kembali.

Identifikasi limbah B3
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

3
 Limbah B3 dari sumber spesifik;

 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

 mudah meledak;

 pengoksidasi;

 sangat mudah sekali menyala;

 sangat mudah menyala;

 mudah menyala;

 amat sangat beracun;

 sangat beracun;

 beracun;

 berbahaya;

 korosif;

 bersifat iritasi;

 berbahayabagi lingkungan;

 karsinogenik;

 teratogenik;

 mutagenik.

4
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18
tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

 mudah meledak;

 mudah terbakar;

 bersifat reaktif;

 beracun;

 menyebabkan infeksi;

 bersifat korosif.

6. Chemical Injection

Chemical Injection (Injeksi Kimia) adalah salah satu jenis metode pengurasan
minyak tahap lanjut (EOR) dengan jalan menambahkan zat-zat kimia ke dalam air
injeksi untuk menaikan perolehan minyak sehingga akan menaikan menurukan
daturasi minyak sisa yang tertinggal di reservoir.

Beberapa faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu injeksi kimia adalah :

 kedalaman
 tingkat heterogenitas reservoir
 Sifat-sifat petrofisik
 Kemiringan
 Mekanisme pendorong
 Cadangan minyak tersisa
 Viskositas minyak

5
Chemical Injection (Injeksi Kimia) terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Injeksi Alkalin
2. Injeksi Polimer
3. Injeksi Surfaktan

Anda mungkin juga menyukai