Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan
kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari
Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
(Depkes RI, 2009).
Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari
sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat
inap.(Depkes RI, 2009).

Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas


dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam
pelaksanaanya masih banyak terjadi masalah - masalah yang dapat
menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah - masalah tersebut
dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas yang pada ujungnya
berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Oleske,
2002).

1.2. Tujuan Pedoman


1.2.1 Tujuan Umum
Tersedianya pedoman penyelenggaraan pelayanan puskesmas rawat
inap sehingga tercapai pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu untuk
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan Pelayanan kepada pasien rawat inap sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang tepat.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien serta
mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan
diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 1


3. Memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien untuk
kesembuhan yang optimal sehingga dapat memuaskan pasien
4. Memberikan pelayanan kepada pasien dengan ramah, sopan, dan
hangat sehinggmemberikan kesan yang positif
5. Memberikan pelayanan Informasi kesehatan dengan tepat pada
pasien dan keluarga, sehingga dapat memenuhi hak pasien dan
keluarga penyusunan standar diharuskan untuk memperhatikan
proses dan harapan yang akan terjadidalam upaya meningkatkan
mutu layanan.
1.3. Sasaran Pedoman
1. Tim Manajemen UPT Puskesmas Gayaman
2. Petugas rawat inap UPT Puskesmas Gayaman
1.4. Ruang Lingkup Pedoman

Upaya Kesehatan Perseorangan di Rawat Inap meliputi :


1. Konsultasi kesehatan dan pengobatan oleh dokter umum
2. Pemeriksaan kesehatan/pemberian surat keterangan rawat inap
3. Pelayanan pasien rawat inap
4. Visite pasien oleh dokter umum
5. Pelayanan asuhan keperawatan
6. Pelayanan rujukan
7. Pelayanan ambulance (hanya untuk kasus pasien yang perlu
penanganan pelayanan pada faskes tingkat lanjut)
1.5. Batasan Operasional
Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Rawat Inap merupakan
Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong
penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat
inap sementara. Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2003), pengertian rawat inap, merupakan
pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang r awat

inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta
puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 2


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

NO UNIT PELAYANAN KOMPETENSI MINIMAL PELATIHAN TAMBAHAN


a. PPGD/BLS,ATLS,ACLS
1 Dokter Umum a. SIP
Dokter umum
yang dengan
masih STR dan
berlaku b. Tatalaksana Gizi
Buruk.Tatalaksana
Penyakit Menular
Langsung
c. Tatalaksana Penyakit
Menular Bersumber
Binatang
d. Program TB Strategis
DOTS
e. Pemberian Obat Secara
Rasional
f. IMS, VCT, PITC/HIV g.
Tatalaksana Penyakit
Tidak Menular dan
Faktor Resiko PTM
Kepala Ruangan b. Perawat dengan STR dan SIP a. Pelatihan BTCLS
SKep, Ners yang masih berlaku b. Pelatihan manajemen
bangsal
c. Pelatihan
penatalaksanaan
d. ruang isolasi
e. Pelatihan
penanggulangan
f. infeksi

c. Perawat minimal DIII a. PPGD untuk


Keperawatan dengan STR dan perawat/BLS/BCLS
SIK yang masih berlaku dan b. MTBS
c. MTBM
memiliki SK Pelimpahan Tugas
d. Tatalaksana Gizi Buruk
dan Wewenang e. Perkesmas
f. IMS

2.3 JADWAL KEGIATAN


Adapun jam buka pelayanan rawat inap di UPT Puskesmas Gayaman
setiap hari senin sampai minggu 24 jam

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 3


BAB III STANDAR

FASILITAS

3.1 DENAH RUANG


Puskesmas mempunyai denah bangunan yang berisi letak ruangan-ruangan
yang dimilikinya untuk memberikan informasi ke masyarakat tentang tempat/lokasi
pelayanan. Ruangan di Puskesmas diberikan papan nama sesuai dengan jeis
ruangan.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 4


3.2 STANDAR FASILITAS

3.2.1 PERALATAN

Peralatan Puskesmas adalah peralatan medis dan non medis termasuk

mebelair dan bahan habis pakai yang dimiliki Puskesmas untuk melaksanakan
kegiatan program di Puskesmas, yang mencakup rincian informasi mengenai
peralatan.
Ketentuan mengenai peralatan di Puskesmas:
1. Setiap peralatan yang digunakan untuk kegiatan harus mempunyai
penanggung jawab dalam hal penggunaan dan pemeliharaan peralatan
yang menjadi tanggung jawabnya. Kinerja setiap penanggung jawab alat
dievaluasi.

2. Setiap ruangan di Puskesmas mempunyai daftar inventaris. Seluruh


sarana dan prasarana yang ada perlu diinventarisasi dan diperiksa ulang
apakah dalam kondisi yang memenuhi syarat dalam jumlah, jenis dan
kondisinya.
3. Penilaian Peralatan:
a. Berfungsi : jika alat yang dimiliki dapat digunakan untuk kegiatan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b. Tidak berfungsi adalah: jika peralatan Laboratorium peralatan yang
dimiliki tidak dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan.
4. Setiap Puskesmas rawat inap harus dilengkapi dengan peralatan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan peralatan K3
(Keamanan dan Keselamatan Kerja) untuk melindungi petugas dan orang
di sekitarnya, yaitu:
a. Pemadam kebakaran.
b. Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
c. Set peralatan pencegahan infeksi/APD set, terdiri dari:
1) Sarung tangan.

2) Sepatu karet/alas kaki tertutup/sepatu boot.


3) Masker.
4) Kaca mata goggle/pengaman mata.
5) Apron plastik tebal/celemek/schort panjang 52 inci.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 5


5. Puskesmas mempunyai prosedur baku untuk mengatasi terjadinya
kecelakaan dalam Puskesmas. Prosedur tersebut harus disertai dengan
instruksi kerja yang menjelaskan secara rinci tata cara mengatasi
kecelakaan akibat kebakaran, sengatan listrik, ledakan, tumpahan bahan
kimia dan bahan infeksius.
6. Peralatan yang digunakan harus memenuhi standar mutu, keamanan dan
keselamatan.
7. Peralatan harus terjamin kebersihan dan sterilitasnya terutama untuk
peralatan yang kontak dengan cairan tubuh harus dievaluasi. Instrumen
yang siap digunakan harus dalam keadaan steril.
8. Peralatan harus terlihat bersih sehabis dipakai,langsung dicuci, atau
disetrika, disimpan pada tempatnya dengan rapi dan tertutup sehingga
tidak ada debu yang menempel. Semua peralatan harus bersih dari debu,

kotoran, bercak dan cairan, dll.


9. Penyimpanan alat kesehatan:
a. Alat yang dibungkus: Bungkusan steril disimpan dalam lemari tertutup
di bagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara sejuk dan kering
atau kelembaban rendah. Jika ragu-ragu akan sterilitas paket, maka alat
itu dianggap tercemar dan harus disterilkan kembali sebelum
pemakaian.
b. Alat yang tidak dibungkus harus segera digunakan setelah dikeluarkan.
Alat yang tersimpan dalam wadah steril dan tertutup apabila yakin tetap
steril paling lama untuk 1 (satu) minggu, tetapi bila ragu-ragu harus
disterilkan kembali.
c. Jangan menyimpan alat dalam larutan. Simpan alat dalam keadaan
kering. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak pada
larutan antiseptik maupun desinfektan, sehingga dapat
mengkontaminasi dan menyebabkan infeksi.
10. Permukaan alat.
a. Permukaan instrumen metal harus bebas karat/cacat/terkelupas.

b. Permukaan peralatan yang dicat harus utuh dan bebas dari


goresan/cacat.
c. Peralatan dari plastik atau kain pelapis harus utuh (tidak bocor/robek).
11. Roda peralatan jika ada harus lengkap dan berfungsi baik.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 6


12. Pasokan oksigen harus dievaluasi secara berkala, dengan ketentuan:
a. Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur
aliran untuk mengatur kadar oksigen.
b. Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
13. Pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas.
Pemeliharaan peralatan mempunyai tujuan mencegah resiko kerusakan
peralatan yang digunakan untuk diagnosis, pengobatan, pemantauan dan
perawatan pasien. Ketentuan pemeliharaan:
a. Peralatan harus dirawat/dipelihara dengan baik lengkap agar fungsinya
tetap terjaga serta dapat digunakan sesuai kebutuhan dan peraturan
yang berlaku sesuai dengan spesifikasi.
b. Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku disertai dengan
instruksi kerja yang menjelaskan secara rinci tata cara penggunaan

alat.
c. Peralatan berfungsi bila dapat digunakan untuk kegiatan.
d. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kalibrasi dan
perbaikan peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
instruksi kerja yang ada. Prosedur dan instruksi kerja tersebut harus
dievaluasi secara berkala.
e. Peralatan medis yang digunakan di Puskesmas harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh pengkalibrasi yang berwenang.
f. Program pemeliharaan sarana dan peralatan perlu disusun dan
dilaksanakan secara konsisten agar pelayanan dan penyelenggaraan
program kegiatan Puskesmas berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
hambatan akibat ketidak tersedianya sarana dan alat.
g. Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan berkala dan menjadi tanggung
jawab Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
h. Dalam mempergunakan alat khusus seperti EKG, radiologi, inkubator,
dll sebelumnya harus dilakukan uji fungsi dan uji coba serta program
pelatihan untuk mempergunakannya.

14. Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan medis dan non medis yang
memadai sesuai dengan jenis p elayanan yang diberikan.
Peralatan non medis di Puskesmas terdiri dari:

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 7


a. Kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan pelayanan
Puskesmas.
b. Alat-alat komunikasi :
1) Mampu mengadakan komunikasi keluar Puskesmas.
2) Berupa alat komunikasi internal dan eksternal berupa telepon
seluler, telepon
c. Mebelair.
1) Bersih dari debu, kotoran, cemaran, cairan dan lain-lain.
2) Jumlah dan jenis sesuai kebutuhan.

3.2.1.1 PERALATAN RAWAT INAP

JUMLAH
No JENIS PERALATAN
MINIMAL
I. Set Rawat Inap
1. Ari sound timer 1 buah
2. Baki Instrument bertutup 1 buah
3. Bak instrumen bertutup 30 x 30 Cm 1 buah
4. Bisutri No 10 1 buah
5. Brankar 1 buah
Gunting lengkung, ujung tajam (Metzenbaum)
6. 3 buah
(18 Cm)
Gunting lengkung, ujung tumpul ( Metzenbaum)
7. 3 buah
(18 Cm)
Gunting lurus,ujung tajam (Metzenbaum) (18
8. Cm) 3 buah
Gunting lurus, ujung tumpul (Metzenbaum) (18
9. 3 buah
Cm)
10. Gunting mayo lurus atau lengkung 3 buah
11. Gunting pembuka jahitan,lurus 3 buah
12. Kaca pembesar 3 buah
13. Kanula hidung 3 buah
14. Kateter, selang penghisap lendir bayi 3 buah
15. Kauter 3 buah

16. Klem
Klem agrave,
artteri,1214Cm,
mmlengkung
(isi 100) dengan gigi 1 x 2 3 buah
17. (Halstead - Mosquito) 3 buah
Klem arteri,12 Cm , lengkung tanpa gigi
18. 3 buah
(Halstead - Mosquito)

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 8


Klem arteri, 12 Cm , lurus dengan gigi 1 x 2
19. 3 buah
(Halstead - Mosquito)
Klem arteri, 12 Cm , lurus tanpa gigi 1 x 2
20. 3 buah
(Halstead - Mosquito)
21. Klem arteri lurus (Kelly) 3 buah
Klem/pemegang jarum jahit dengan kunci
22. (Baraquer) 3 buah
23. Klem/pemegang jarum jahit (Mathieu Standar) 3 buah
24. Klem/ pemegang silet (Barraquer) 3 buah
Klem/penjepit kain (Kocher - Backhaus)/Duk
25. klem 3 buah
26. Klem pengatur oksigen dengan humidifier 3 buah
Korentang,Lengkung, penjepit alat steril,23 Cm
27. (Cheattle) 3 buah
28. Korentang,Penjepit sponge (Foerster) 3 buah
29. Inkubator bayi 1 buah
30. Lampu periksa 1 buah
31. Lampu senter 1 buah
32. Manset anak : dengan velecro 1 buah
33. Manset dewasa 1 buah
34. Meja instrumen,Mayo berstandar 1 buah
35. Meja instrumen,alat 1 buah
36. Nebulizer 1 buah
37. Pinset Anatomis,14,5 Cm 2 buah
38. Pinset Anatomis,18 Cm 2 buah
39. Pinset Anatomis (Untuk Specimen) 2 buah
40. Pinset bedah, 14,5 Cm 2 buah
41. Pinset bedah,18 Cm 2 buah
42. Resusitator untuk dewasa 1 buah
43. Resusitator for infant 1 buah
44. Selang Oksigen 3 buah
45. Skalpel, tangkai pisau operasi 2 buah
46. Spalk 1 buah
47. Sphygmomanometer 2 buah
Sesuai jumlah tempat
48. Standar infus tidur
49. Standar Waskom tunggal 1 buah
50. Standar Waskom ganda 1 buah
51. Stetoskop infant 1 buah
52. Stetoskop anak 1 buah
53. Stetoskop dewasa 1 buah
54. Suction pump 1 buah
55. Sonde dengan mata 14,5 Cm 1 buah
56. Sonde pengukur dalam luka 1 buah

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 9


57. Tabung oksigen 6 Meterkubik dan Regulator 1 buah
58. Tabung oksigen 1 meterkubik dan regulator 1 buah
59. Tabung/Sungkup untuk resusitasi 2 buah
60. Termometer infant 1 buah
61. Termometer dewasa 1 buah
62. Tempat tidur rawat inap 5 s/d 8 buah
63. Tempat tidur rawat inap untuk anak 2 buah
64. Torniket karet 1 buah
65. Tromol kasa/kain steril (125 x 120cmm) 1 buah
66. Tromol kasa/kain steril (150 x 150 mm) 1 buah
67. Waskom bengkok 1 buah
68. Waskom cekung 1 buah
69. Waskom cuci 1 buah
70. Wing needle 3 buah

II. Bahan Habis Pakai


Cairan antiseptik/antimikroba (Klorheksidin
1. glukonat 2-4%,alkohol 60-90%) Sesuai kebutuhan
2. Benang cat gut (15 Cm)/Rol/Kaset 1 Roll
3. Disposible syringe, 1 cc 1 box
4. Disposible syringe, 3 cc 1 box
5. Disposible syringe, 5 cc 1 box
6. Disposible syringe, 10 cc 1 box
Jarum jahit,lengkung ½ lingkaran,penampang
7. bulat 1 box
Jarum jahit,lengkung ½ lingkaran,penampang
8. segitiga 1 box
Jarum jahit,lengkung, 3/8 lingkaran,penampang

9. b
Jaurla
utm jahit,lengkung 3/8 lingkaran,penampang 1 box
10. segitiga 1 box
11. Kasa non steril 1 box
12. Kapas 1 box
13. Masker 1 box
14. Plester 1 box
15. Sarung tangan,Nomor 6½ Steril dan non steril 1 box
16. Sarung tangan Nomor 7 Steril dan non steril 1 box
17. Sarung tangan,Nomor 7½ Steril dan non steril 1 box

III. Perlengkapan Sesuai jumlah tempat


1. Bantal tidur
2. Dorongan untuk tabung oksigen 2 buah
3. Duk biasa,besar (274 x 183 Cm) 3 buah

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1010
4. Duk biasa,kecil (91 x 114 Cm) 3 buah
5. Duk biasa,Sedang (91 x 98 Cm) 3 buah
Duk bolong,besar (274 x 183 Cm) Letak lubang
6. tengan (23 x 10) 3 buah
7. Duk bolong kecil 3 buah
8. Duk bolong,sedang 3 buah

9. Handuk bayi 3 buah


10. Handuk kecil (60 x 40) 3 buah
11. Kain penutup meja mayo 3 buah
Sesuai jumlah tempat
12. Kasur tidur
13. Kursi roda 1 buah
14. Lap untuk mandi pasien 10 buah
15. Pispot anak 1 buah
16. Pispot dewasa 2 buah
17. Pispot Fraktur/Immobilisasi 2 buah
18. Pispot pria/Urinal 1 buah

19. Perlak,Tebal Lunak (200 x 90 Cm) 10 buah


20. Sarung bantal 20 buah
21. Selimut 20 buah
22. Selimut bayi 15 buah
23. Sikat tangan 5 buah
24. Sprei 20 buah
25. Sprei kecil steek laken 15 buah
26. Tempat sampah tertutup dengan injakan 4 buah

IV. Meubelair
1. Kursi 12 buah
Sesuai jumlah tempat
2. Lemari kecil untuk perlengkapan pasien tidur
3. Lemari peralatan 1 buah
4. Penyekat ruangan 7 buah

V. Pencatatan dan Pelaporan


1. Formulir rujukan Sesuai kebutuhan
2. Formulir lain sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
3. Informed consent Sesuai kebutuhan
4. Kertas resep Sesuai kebutuhan
5. Rekam medis pasien rawat inap Sesuai kebutuhan
6. Register pasien rawat inap Sesuai kebutuhan
7. Surat keterangan sakit Sesuai kebutuhan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1111
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 LINGKUP KEGIATAN


Upaya kesehatan perorangan yang dilakukan oleh rawat inap meliputi
kegiatan :
1. Pengkajian awal klinis
2. Penyusunan rencana layanan medis
3. Pelayanan klinis
4. Pemberian asuhan keperawatan
5. Pemberian pendidikan/penyuluhan pasien

6. Pelayanan pasien gawat darurat


7. Pelayanan ambulan gawat darurat
8. Pelayanan terpadu (kerja sama antar poli)
9. Proses pelimpahan tugas dan wewenang
10. Pengisian berkas rekam medis
11.Pelaksanaan informed consent
12. Pelayanan rujukan

4.2 METODE KEGIATAN


Metode pelaksanaan upaya pelayanan rawat inap adalah dengan membuka
pelayanan kesehatan di puskesmas sesuai jadwal dan mengkaji serta menangani
penyakit secara individual.

4.3 LANGKAH KEGIATAN

4.3.1 PENGKAJIAN AWAL KLINIS

Pengkajian awal klinis adalah wawancara yang dila kukan terhadap pasien dan
atau keluarga pasien untuk mengumpulkan data penyakit. Pengkajian awal klinis
dapat dilakukan oleh dokter dan perawat.
Tata cara melakukan pengkajian awal klinis adalah sebagai berikut :
1. Petugas melakukan anamnesa penyakit
2. Petugas menanyakan keluhan utama
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
1212
3. Petugas menanyakan riwayat penyakit sekarang/perjalanan penyakit (sejak
kapan, durasi, frekuensi, sifat)
4. Petugas menanyakan keluhan tambahan (sejak kapan , durasi, frekuensi,
sifat)
5. Petugas menanyakan riwayat penyakit dahulu
6. Petugas menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
7. Petugas menanyakan pengobatan yang sudah didapat/obat apa yang sedang
dikonsumsi
8. Petugas memberitahu akan dilakukan pemeriksaan fisik
9. Petugas menjelaskan maksud pemeriksaan fisik
10. Petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi
11. Petugas memberitahukan kepada pasien tentang hasil pemeriksaan

12. Petugas mencatat anamnesa dan seluruh hasil pemeriksaan pasien ke dalam
berkas rekam medis
Bila kajian dilakukan oleh perawat maka perawat melaporkan hasil
kajian kepada dokter untuk dikonsultasikan, kecuali jika perawat mendapat
pelimpahan tugas dan wewenang maka perawat dapat menggunakan hasil kajian
untuk menegakkan diagnosa dan memberikan terapi.

4.3.2 PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN MEDIS

Penyusunan rencana layanan medis adalah penyusunan rencana layanan


yang akan dilakukan pada pasien, seperti rencana pemeriksaan penunjang,
pemberian terapi/ tindakan.
Penyusunan rencana layanan medis harus berdasarkan indikasi medis dan
mempertimbangkan kondisi dan pendapat pasien. Penyusunan rencana layanan
medis juga harus tercata di berkas rekam medis.

4.3.3 PELAYANAN KLINIS

Pelayanan klinis yang diberikan harus berdasarkan buku/standar acuan yang

jelas. Dalam hal ini telah disusun acuan dalam menangani 20 penyakit terbesar di
puskesmas dengan mengacu kepada KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1313
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

4.3.3.1 HIPERTENSI PRIMER


Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain:
sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebardebar, pusing, leher kaku, penglihatan
kabur, dan rasa sakit di dada. Keluhan tidak spesifik antara lain t idak nyaman kepala,
mudah lelah dan impotensi.
Faktor Risiko

Faktor risiko dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang dapat


dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Hal yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.
Hal yang dapat dimodifikasi, yaitu:
a. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).
b. Konsumsi alkohol berlebihan.
c. Aktivitas fisik kurang.
d. Kebiasaan merokok.
e. Obesitas.
f. Dislipidemia.
g. Diabetus Melitus.
h. Psikososial dan stres.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan -berat.
Tekanan darah meningkat (sesuai kriteria JNC VII).

Nadi tidak normal.


Pada pasien denganhipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral, dan
pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi).
Pemeriksaan Penunjang

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1414
Urinalisis (proteinuri atau albuminuria),
tes gula darah,
tes kolesterol (profil lipid),
ureum,kreatinin,funduskopi,EKG dan foto thoraks. (dirujuk ke RS)
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tabel 23. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC
VII)

Diagnosis Banding
a. Proses akibat white coat hypertension.
b. Proses akibat obat.
c. Nyeri akibat tekanan intraserebral.
d. Ensefalitis.
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1515
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1616
Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk

mengoptimalkan hasil pengobatan.


a. Hipertensi tanpa compelling indication
1. Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, furosemid 2x20-
80 mg/hari), atau pemberian penghambat ACE (captopril 2x12,5-100 mg/hari ),
penyekat reseptor beta (bisoprolol 5-10mg/hari dosis tunggal, maksimal 20mg),
penghambat kalsium ( amlodipin 5-10 mg/hari, atau nifedipin 1-2x10mg) atau
kombinasi.
2. Hipertensi stage-2.
3. Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE
atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1717
4. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali
sehari atau maksimum 2 kali sehari.
b. Hipertensi compelling indication (lihat tabel)
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat
lain sampai target tekanan darah tercapai (kondisi untuk merujuk ke Spesialis).

c. Kondisi khusus lain


1. Obesitas dan sindrom metabolik
Lingkar pinggang laki-laki >90 cm/perempuan >80 cm. Tolerasi glukosa terganggu
dengan GDP ≥ 110 mg/dl, tekanan darah minimal 130/85 mmHg, trigliserida tinggi
≥150 mg/dl, kolesterol HDL rendah <40 mg/dl (laki-laki) dan <50 mg/dl (perempuan)
Modifikasi gaya hidup yang intensif dengan terapi utama ACE, pilihan lain reseptor
AII, penghambat calsium dan penghambat ᵝ.
2. Hipertrofi ventrikel kiri

Tatalaksana tekanan darah agresif termasuk penurunan berat badan, restriksi


asupan natrium dan terapi dengan semua kelas antihipertensi kecuali vasodilator
langsung, yaitu hidralazin dan minoksidil
3. Penyakit Arteri Perifer

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1818
Semua kelas antihipertensi, tatalaksana faktor risiko dan pemberian aspirin.
4. Lanjut Usia
Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mh/hari. Obat hipertensi lain Golongan
metildopa, penyekat reseptor , antagonis kalsium, vasodilatorm
. empertimbangkan
penyakit penyerta
5. Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor , antagonis kalsium, vasodilator.
Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama
kehamilan.
Konseling dan Edukasi
Edukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi seperti:
a. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary Approaches To

Stop Hypertension).
b. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
c. Gaya hidup aktif/olah raga teratur.
d. Stop merokok.
e. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang
harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa
kali minum sehari.
Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan
obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada
gejala.Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran
kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan
komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal,aterosklerosis

pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark myocard, angina pectoris, serta
gagal jantung
Kriteria rujukan
a. Hipertensi dengan komplikasi.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1919
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).
Prognosis
Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol

4.3.3.2 INFEKSI AKUT SALURAN PERNAFASAN ATAS


ISPA(Infeksi akut Saluran Pernafasan Atas) merupakan penyakit infeksi saluran
nafas yang secara anatomi dibedakan atas saluran nafas atas mulai dari hidung
sampai dengan laring akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi
inflamasi saluran nafas yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Hingga saat ini telah
dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai penyebab ISPA.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan-5 tahun.

Golongan Umur Kurang 2 Bulan


Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas
cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60x per menit
atau lebih.
Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Tanda Bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu:
1. kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½
volume yang biasa diminum)
2. kejang
3. kesadaran menurun
4. stridor
5. wheezing
6. demam
Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam
pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang, tidak menangis atau meronta).
Pneumonia Sedang

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2020
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
1. Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
2. Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan ti dak ada napas cepat.
Tanda Bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu:
1. tidak bisa minum
2. kejang
3. kesadaran menurun
4. stridor
5. gizi buruk
Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut:


1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara misal pada
waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37,5º C atau jika dahi anak diraba
demam.
Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih.
Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam
satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga


6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
Gejala dari ISPA Berat

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2121
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
Penegakan Diagnosis
Di puskesmas diagnosis ditegakkan dari gejala dan tanda klinis yang ditemukan pada
pasien sesuai dengan kriteria di atas
Pengobatan (Pengobatan meliputi terapi simptomatis dan antibiotika)
-Terapi simptomatis sesuai keluhan dapat diberikan antipiretik, antitusif, ekspektoran,
antihistamin, dekongestan, vitamin (jenis dan dosis obat lihat di SOP Common cold)
-Antibiotik pada Terapi Faringitis :
Lini Pertama

• Amoksisillin: dosis dewasa 3 x 500mg selama 5 hari, dosis anak: 20-50mg/kgBB/hari


terbagi 3 dosis selama 5 hari
Lini Kedua
• Eritromisin (untuk pasien alergi Penicilin): dosis anak: 20-40mg/kgBB/hari terbagi 4
dosis selama 5 hari, Dewasa: 4 x 500mg selama 5 hari
• Kotrimoksazol dewasa 2x 960mg selama 5 hari, anak :48mg/kgBB/hari terbagi 2
dosis selama 5 hari
• Sefalosporin generasi satu (Cefadroxil) : 2x500mg untuk dewasa selama 5 hari,
anak : 30mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis selama 5 hari

4.3.3.3 MYALGIA
Myalgia adalah istilah untuk gejala nyeri otot. Oleh karena sebagian besar tubuh kita
memiliki otot, maka gejala myalgia dapat terjadi di bagian tubuh mana saja, atau
bahkan di seluruh tubuh.
Myalgia hanyalah gejala dari suatu penyakit. Myalgia dapat timbul dari berbagai
penyebab, antara lain:
(1) Penyakit infeksi seperti flu, demam berdarah, chikungunya, malaria, polio, cacar

air, dan lain-lain.


(2) Penyakit autoimun, yaitu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh menyerang
tubuh sendiri, misalnya lupus eritomatosus sistemik, polimiositis, dan lain -lain.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2222
(3) Obat-obatan tertentu misalnya obat kolesterol, obat darah tinggi, obat HIV/AIDS,
dan sebagainya.
(4) Penggunaan otot berlebihan atau terus menerus, misalnya lari, angkat berat,
berenang, dan sebagainya.
Untuk mengatasi myalgia, seseorang sebaiknya istirahat dan minum obat penghilang
nyeri : ibuprofen 3x1 tab atau parasetamol 3x1 tab atau antalgin 3x1 tab atau asam
mefenamat 3x1 tab atau neurotropik 1-2x1 t ab

4.3.3.4 DIABETES MELLITUS TIPE 2


Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang

dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu:
1. Non obesitas
2. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua
(umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
Keluhan klasik Diabetes mellitus berupa polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.Keluhan lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.Jika keluhan khas,
pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah c ukup untuk menegakkan
diagnosis Diabetes mellitus. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis Diabetes mellitus.
Untuk kelompok tanpa keluhan khas Diabetes mellitus, hasil pemeriksaan glukosa
darah yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan
diagnosis Diabetes mellitus. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat
sekali lagi angka

abnormal, baik kadar kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral
(TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl
Tata cara pelaksanaan Tes Toleransi Glukosa Oral :

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2323
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa (karbohidrat cukup).
Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan
2. Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum
air putih diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
6. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok

Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk menormalkan atau mengontrol kadar gula
didalam darah, meliputi 5 komponen yaitu :
1. Diet
Diet untuk mengotrol berat badan adalah dasar dalam pelaksanaan pengontrolan
gula darah pada penyakit DM.
a. Intake Kalori
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
2424
Langkah awal dengan menentukan kebutuhan kalori dasar dengan
mempertimbangkan usia, jenis kelamin dan berat badan.
b. Distribusi kalori
Pemberian kalori difokuskan pada jumlah harian dari karbohidrat, protein dan lemak.
2. Exercise/ latihan
Latihan fisik dapat mempermudah transportasi glukosa kedalam sel karena kerja
insulin meningkat dan menurunkan kadar gula dalam darah.
a. Monitor kadar gula darah
b. Pengobatan
Pengobatan pada tipe I (IDDM) hanya dengan menambah insulin dari luar karena
tubuh gagal memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Pada tipe II (NIDDM)
dilakukan dengan pemberian obat untuk jangka panjang atau pendek, pengaturan
diet serta pemberian insulin.

1. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda
dan gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2525
JUMLAH OBAT MENINGKAT SEIRING OENGAN
LAMANVA MENDERITA OM

100

80
£.
c:
.Q
uc 60
::,
....
40

Al 20
0
0 10 16-26
Al)pfoximate t,me(Yeers)
-:,.,.....f'M0.,��·
��041.e .....,.. s..Ml"4.1.-:..t .. i:M
l..lt'N'r 11\0ect•l )A\t..-. wee,;;a1..""2:0Q5.•2);12:�M. O.�#lce0'4� :tl049"'3'"68: �!.t Kt, YCOC!lrl
'IJ..fl'O :o.M,&�7'-4:11.

2. Terapi obat
Berikut adalah obat-obatan yang sering digunakan dalam terapi Diabetes mellitus

.,. ._....
u......

- AIC

Ollbenkt8mld den

Care k•rJ• Ef" •aoms>tna Redukal Keuntuno•n Keruolen


l:JU'1001kwe& M9"�°""" t�2� ....... ...,111,etektd Men•notl.Eltk&n �·
9e11.re91; ensulln badsn. hl!POQ likemia
(

Glinlel ......,...,..,_ BB-. O!>--l.!,% senoa• e1eku1 Me1\1ngketl(an bef81

-
...,......
--- -· - 1.�2.0"JI. TIOSlt 8da kaltan Elek aamp1ng

·-
klO..............mial

501tre,.,....., � ; btld:m. pombonan 3xlhan

Metformin
......... oenoan

-- ·
.....,....,..,
glukoNh &

-
ha,ganya mah.al clan
.._.,._....,,kelYliia

t>e«tt baden 08Str0in�lf'l8ll•


kQntmw,dlkil5' pada
1Muft8'EH'19i renal
1em---.,,�
Penoh.tlmbelt Me,nghemt,e,1 F-.............. o _>0_e, l lCSoJII: 8da k(lll.}n ,tie,nng ffl9f'ltmbulkt1n e19:k

· .... Ql(lyr. t,,e,rpo..,...

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 26


.... .........,..,
...,u1,.o�

- 0-8�tromk:t31:lnall. 3,,c.t\9n d.w'I


hal

glUlt�tllt.. 09ng9n bet'91 b.1<1<1n


T1820llchndl0r'I
E- o�••,r. Mempefba.110 p,0,11 ReWIR9' ca.ran, CHr

--· --
dengan �a1 bc:ldan pun�ng l!dQk d!NlraNYln
nhlb11or Nkre8111n�

OPP-<

te,tiadal) "'.....,.. <Pk>Ol•taz:on> - bef"PQCe,n menlmbUlken lil'l18it1c


Sf �\#'llutn .,,,.,... miOkwd dan maMI
n'M>lullrd (ptogl,tnron)

c.s-e es, TIOak e09 k8ilan Penoounean tenoka


1

_,.
gl-
.. mf!lh91

-· - --
·'-
.......
- --·
1n11re11n O�to,i. v.nu,untm t>&1"8t ·�211/h�fl
t11n&IO,gln'ltl1-ltk .."'*- lnaulin penpgunNn janglta penf8nQ
IMUtk dn,•r•nkan chin �

-
�··IIM'I -
ln&U11n
·--.-..
...,..N. i_.
ttlPOQldl4,ffll ua •.-.., :>....
balkJ �
111p.c1��•••••01t
UO&t9 bd•k tcttb,ilo&
dMllOl'ld()I' mel'\lngkllolkan
lnJ09'&1 1 -4 Qlrolhen Nn.
,,,.,,,.,.,
OIUII.GN bero1 bacllln hliPOQIII�
•••mula111 dnn nnalOQnv. rNlhAI

.,..._

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 26


Obat yang terdapat di puskesmas :
Glibenklamid : dosis 1-2x ½-1 tab per hari, tidak boleh diberikan malam hari
Metformin 2-3x500mg saat makan atau sesudah makan
Glimepirid : 1-4mg/hari

4.3.3.5 ARTHRITIS REUMATOID


Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik
yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga
melibatkan organ tubuh lainnya.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Gejala pada awal onset
Gejala prodromal: lelah (malaise), anoreksia, seluruh tubuh terasa lemah yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Gejala spesifik pada beberapa
sendi (poliartrikular) secara simetris, terutama sendi :
- PIP (proximal interphalangeal),
- MCP (metacarpophalangeal),pergelangan tangan, lutut, dan kaki.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2727
Gejala sinovitis pada sendi yang terkena: bengkak, nyeri yang diperburuk dengan
gerakan sehingga gerakan menjadi terbatas, kekakuan pada pagi hari > 1 jam.
Gejala ekstraartikular: mata (episkleritis), saluran nafas atas (nyeri tenggorok, nyeri
menelan atau disfonia yang terasa lebih berat pada pagi hari), kardiovaskular (nyeri
dada pada perikarditis), hematologi (anemia).
Faktor Risiko
a. Usia > 60 tahun.
b. Wanita, usia >50 tahun atau menopause.
c. Kegemukan.
d. Pekerja berat dengan penggunaan satu sendi terus menerus.
e. Faktor genetik.
f. Hormon seks.
g. Infeksi tubuh.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
Manifestasi artikular:
Pada lebih dari 3 sendi (poliartritis) terutama di sendi tangan, simetris, immobilisasi
sendi, pemendekan otot seperti pada vertebra servikalis, gambaran deformitas sendi
tangan (swan neck, boutonniere).
Manifestasi ekstraartikular:
a. Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah yg banyak menerima penekanan,
vaskulitis.
b. Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel syndrome atau frozen shoulder.
c. Mata dapat ditemukan kerato-konjungtivitis sicca yang merupakan manifestasi
sindrom Sjorgen, episkleritis/ skleritis. Konjungtiva tampak anemia akibat penyakit
kronik.
d. Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang sendi krikoaritenoid,
pneumonitis interstitial, efusi pleura, atau fibrosis paru luas.
e. Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis konstriktif, disfungsi katup,
fenomena embolisasi, gangguan konduksi, aortritis,kardiomiopati.

Pemeriksaan Penunjang
LED
Pemeriksaan di layanan sekunder atau rujukan horizontal:
a. Faktor reumatoid (RF) serum.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


2828
b. Radiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa pembengkakan jaringan lunak,
diikuti oleh osteoporosis juxta-articular dan erosi pada bare area tulang. Keadaan
lanjut terlihat penyempitan celah sendi, osteoporosis difus, erosi meluas
sampai daerah
subkondral.

c. ACPA (anti-cyclic citrullinated peptide antibody) / anti-CCP.


d. CRP.
e. Analisis cairan sendi.
f. Biopsi sinovium/ nodul rheumatoid.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis RA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan ACR tahun 1987:
a. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam.
b. Artritis pada sekurangnya 3 sendi.
c. Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx (MCP) danProximal
Interphalanx (PIP).
d. Artritis yang simetris.
e. Nodul rheumatoid.

f. Faktor reumatoid serum positif. Hasil positif dijumpai pada sebagianbesar kasus
(85%), sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanyaRA.
g. Gambaran radiologik yang spesifik.
h. LED dan CRP meningkat.
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
2929
i. Analisis cairan sendi: terdapat gambaran inflamasi ringan-sedang.
Untuk diagnosis RA, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut di atas. Kriteria 1-4
harus minimal diderita selama 6 m inggu.
Tabel. Sistem penilaian klasifikasi kriteria RA (American College
ofRheumatology/EuropeanLeague Against Rheumatism, 2010)

Catatan:
a. Kriteria tersebut ditujukan untuk klasifikasi pasien baru.Sebagai tambahan, pasien
dengan penyakit erosif tipikal RA denganriwayat yang sesuai dengan kriteria 2010 ini
harus diklasifikasikan kedalam RA. Pasien dengan penyakit lama, termasuk yang
tidak aktif(dengan atau tanpa pengobatan), yang berdasarkan data retrospektifyang
dimiliki memenuhi kriteria 2010 ini harus diklasifikasikan kedalam RA.
b. Diagnosis banding bervariasi diantara pasien dengan manifestasi yangberbeda,
tetapi boleh memasukkan kondisi seperti SLE, artritis psoriatic,dan gout. Jika
diagnosis banding masih belum jelas, hubungi ahlireumatologi.
c. Walaupun pasien dengan skor < 6 dari tidak diklasifikasikan ke dalamRA, status

mereka dapat dinilai ulang dan kriteria ini bisa dipenuhisecara kumulatif seiring waktu.
d. Keterlibatan sendi merujuk pada sendi yang bengkak atau nyeri padapemeriksaan,
yang dikonfirmasi oleh bukti pencitraan akan adanyasinovitis. Sendi interfalang d istal,
sendi karpometakarpal I, dan sendimetatarsofalangeal I tidak dimasukkan dalam

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3030
pemeriksaan. Kategoridistribusi sendi diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan jumlah
sendiyang terlibat, ditempatkan ke dalam kategori tertinggi berdasarkan
polaketerlibatan sendi.
e. Sendi-sendi besar merujuk pada bahu, siku, pinggul, lutut, danpergelangan kaki.
f. Sendi-sendi kecil merujuk pada sendi metakarpofalangeal, sendiinterfalang
proksimal, sendi metatarsophalangeal II-V, sendi interfalangibu jari, dan pergelangan
tangan.
g. Dalam kategori ini, minimal 1 dari sendi yg terlibat harus sendi kecil;sendi lainnya
dapat berupa kombinasi dari sendi besar dan sendi keciltambahan, seperti sendi
lainnya yang tidak terdaftar secara spesifikdimanapun (misal temporomandibular,
akromioklavikular,sternoklavikular dan lain-lain).
h. Negatif merujuk pada nilai IU yg ≤ batas atas nilai normal (BAN)laboratorium dan
assay; positif rendah merujuk pada nilai IU yang ≥BAN tetapi ≤ 3x BAN laboratorium

dan assay; positif tinggi merujukpada nilai IU yg > 3x BAN laboratorium dan assay.
Ketika RF hanyadapat dinilai sebagai positif atau negatif, hasil positif harus
dinilaisebagai positif rendah untuk RA. ACPA = ant i-citrullinated proteinantibody.
i. Normal/ tidak normal ditentukan oleh standar laboratorium setempat.CRP = C-
reactive protein; LED = Laju Endap Darah.
j. Durasi gejala merujuk pada laporan dari pasien mengenai durasi gejaladan tanda
sinovitis (misal nyeri, bengkak, dan nyeri pada penekanan)dari sendi yang secara
klinis terlibat pada saat pemeriksaan, tanpamemandang status pengobatan.
Diagnosis Banding
a. Penyebab arthritis lainnya
b. Spondiloartropati seronegatif
c. Lupus eritematosus sistemik
d. Sindrom Sjogren
Komplikasi
a. Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)
b. Sindrom terowongan karpal (TCS)
c. Sindrom Felty (gabungan gejala RA, splenomegali, leukopenia, dan ulkus pada

tungkai; juga sering disertai limfadenopati dan trombositopenia)


Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3131
a. Pasien diberikan informasi untuk m emproteksi sendi, terutama pada stadium akut
dengan menggunakan decker.
b. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak 50-100 mg 2x/hari,
meloksikam 7,5–15 mg/hari
c. Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil prednisolon dosis
rendah (sebagai bridging therapy).
d. Fisioterapi, tatalaksana okupasi, bila perlu dapat diberikan or tosis.
Kriteria rujukan
a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis rendah.
b. RA dengan komplikasi.
c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas.
Prognosis
Prognosis adalah dubia ad bonam, sangat tergantung dari perjalanan penyakit dan

penatalaksanaan selanjutnya.

4.3.3.6 DERMATITIS KONTAK ALERGI


Dermatitis merupakan epido-dermitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif
tampak inflamasi eritema, vesikulsi, eksudasi dn pembentukan sisik. Tanda-tanda
polimorfi tersebut tidk selalu timbul pda saat yang sama. Penyakit bertendensi resisif
dan menjadi kronisDermatitis kontak alergi merupakan dermatitis kontak karena
sensitasi alergi terhadap substansi yang beraneka ragam yang m enyebabakan reaksi
peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap
alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnya.
Gejala
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan
bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau
bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah). Pada
yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin jugga
fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedaknn dengan dermatitis kontak iritan
kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.

Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula;
gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3232
terjadinya spongiosis dan jika pecah akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan
lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan
alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat meiiunjukkan
kausanya,misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan
shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat
curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang
mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuh.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada hasil diagnosis yang cermat dan pemeriksan klinis yang
teliti.Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang
ditemukan. Misalnya ada kelainan kulit berupa lesi numularis disekitar umbilikus
berupa hiperpigmentasi, likenifisasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan
apakah penderita memeakai kancing celana atau kepala ikat pinggan yang terbuat

dari logam(nikel). Data yang berrsal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan,
hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan
yang diketahui dapat menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta
penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan
kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh
deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu.
Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat
kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Diagnosis didasarkan pada riwayat paparan terhadap suatu alergen atau senyawa
yang berhubungan, lesi yang gatal, pola distribusi yang mengisyaratkan dermatitits
kontak. Anamnesis harus terpusat kepada sekitar paparan tehadap alergen
yangumum. Untuk mengidentifikasi agen penyebab mungkin diperlukan kerja mirip
detektif yang baik.
Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan
gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermtitis
numularis,

dermtitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang utama ialah


dengan dermatitits kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu
dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3333
a.Eksema numularis, yaitu ditandai dengan plak diskret, terskuama, kemerahan,
berbentuk uang logam, dan gatal, serupa dengan dermtitis kontak tetapi tanpa riwayat
paparan terhadap alergen dan lesinya bundar, tidak ada konfigurasi lainnya.
b.Eksema pada tangan, yaitu tidak ada alergen yang dapt dikenali. Sering keadaan
ini hanya dapat dibedakan dari dermatitis kontak alergi dengna uji tempel. Dermatitis
kontak dapat memperparah eksema tangan yang sudah ada sebelumnya
c. Dermatofitosis, yaitu biasanya berbatas tegas pinggir aktif dan bagian tengah agak
menyembuh
d. Kandidiasis, yaitu biasanya dengan lokalisasi yang khas. Efloresensi berupa
eritema, erosi, dan ada lesi satelit.
Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada dermatitis kontak adalah upaya pencegahn
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit

yang timbul. Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada dermtitis kontak alergik akut yang ditandai dengan eritema, edema.
Bula atau vesikel, serta ekskluatif, misalnya predinson 30 mg/hari. Umumnya
kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres
dengan larutan garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda
(setelah mendapat pengobatan kortikesteroid sistemik), cukup diberikan
kortikosteroid topikal. Secara bertahap, dapat diakukan hal-hal dibawah ini :
a. Identifikasi agen-agen penyebab dan jauhlan pasien dari paparan, walaupun
seringkali hal ini sukar, khususnya pada kasus kronik.
b. Tindakan simtomatik untuk mengontrol rasa gatal dengan penggunaaan tunggal
atau dalam bentuk kombinasi:
1) Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau
larutan burrow untuk lesi-lesi eksudatif dan basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali
sehari. Hindari panas disekitar lesi.
2) Antihistamin oral
Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.

3) Lasio topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin sangat


bergunauntuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak
sepertibenzokain dan difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat digunakan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3434
antara lain lasio atau obat semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25%
dan fenol 0,25% dapat dibeli dengan resep dokter.
4)Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau bila
kortikosteroid oral merupakn kontraindikasi. Kortikosteroid topikal poten diperlukan
untuk mengurangu reaksi dermatitis kontak alergi.
(1) Mengenai tubuh seperti krim, atau salep bermetasson dipropionat 0,05 % dua kali
sehari, atau krim atau salep flusinonid dua samapi tiga kali sehari ke daerah-daerah
yang terkena selama dua minggu.
(2) Jangan gunakan lebih dari atau 2 hari pada wajah, lipat paha atau aksila
5) Kortikosteroid oral : berguna untuk dermatitis kontak alergik sistemik atau yang
mengenai wajah atau pada kasus di mana rasa gatal tidak dapat dikontrol dengan
tindakan-tindakan lokal.
6) Obati setiap infeksi bakteri sekunder.

7) Perintahkan pasien untuk tidak menggunakan obat bebas, misalnya benadril


topikal atau benzokain topikal. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan reaksi alergi
atau iritasi tambahan.
8) Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons terhadap terapi
dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit atau ahli
alergi untuk tes tempel.
Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan dengan
dermatitis oleh faktor endogen.

4.3.3.7 ASMA BRONCHIALE


Asma adalah keadaan inflamasi kronik dengan penyempitan saluran pernapasan
yang reversibel. Tanda karakteristik berupa episode wheezing berulang, sering
disertai batuk yang menunjukkan respons terhadap obat bronkodilator dan anti-
inflamasi. Antibiotik harus diberikan hanya jika terdapat t anda pneumonia.
Diagnosis

episode batuk dan atau wheezing berulang


hiperinflasi dada
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
ekspirasi memanjang dengan suara wheezing yang dapat didengar

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3535
respons baik terhadap bronkodilator.
Bila diagnosis tidak pasti, beri satu dosis bronkodilator kerja-cepat (lihat di bawah).
Anak dengan asma biasanya membaik dengan cepat, terlihat penurunan frekuensi
pernapasan dan tarikan dinding dada dan berkurangnya distres pernapasan.
Pada serangan berat, anak mungkin memerlukan beberapa dosis inhalasi.
Tatalaksana
Anak dengan epis odepertama wheezing tanpadistres s pernapas an, bisa
dirawat di rumah hanya dengan terapi penunjang. Tidak perlu diberi
bronkodilator
Anak dengan dis trespernapas an atau meng alamiwheezin gberulang, beri
salbutamol dengan nebulisasi atau MDI (metered dose inhaler). Jika
salbutamol tidak tersedia, beri suntikan epinefrin/adrenalin subkutan. Periksa
kembali anak setelah 20 menit untuk menentukan terapi se lanjutnya:
o
Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat,
nasihati ibu untuk merawat di rumah dengan salbutamol hirup atau bila
tidak tersedia, beri salbutamol sirup per oral atau tablet (lihat di ).
o Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah sakit dan
beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan obat lain seperti yang
diterangkan di bawah.
o Jika anak mengalamis ianos i s s entralatautidak bi s aminum , rawat
dan beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan obat lain yang
diterangkan di bawah.
o Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk terdengar
lebih baik saat auskultasi) harus terlihat dalam waktu 20 menit. Bila
tidak terjadi, beri bronkodilator kerja cepat dengan interval 20 menit.
o Jika tidak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator kerja-cepat, beri
aminofilin IV. (Rujuk RS)
Oksigen
Berikan oksigen pada semua anak dengan asma yang terlihat sianosis atau
mengalami kesulitan bernapas yang mengganggu berbicara, makan atau

menyusu (serangan sedang-berat).


Bronkodilator kerja-cepat

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3636
Beri anak bronkodilator kerja-cepat dengan salah satu dari tiga cara berikut:
nebulisasi salbutamol, salbutamol dengan MDI dengan alat spacer, atau
suntikan epinefrin/adrenalin subkutan, seperti yang diterangkan di bawah.
(1) Salbutamol Nebulisasi
Alat nebulisasi harus dapat menghasilkan aliran udara minimal 6-10 L/ menit.
Alat yang direkomendasikan adalah jet-nebulizer (kompresor udara) atau
silinder oksigen. Dosis salbutamol adalah 2.5 mg/kali nebulisasi; bisa diberikan
setiap 4 jam, kemudian dikurangi sampai setiap 6-8 jam bila kondisi anak
membaik. Bila diperlukan, yaitu pada kasus yang berat, bisa diberikan setiap
jam untuk waktu singkat.
(2) Salbutamol MDI dengan alat spacer
Alat spacer dengan berbagai volume tersedia secara komersial.
Penggunaannya mohon lihat buku Pedoman Nasional Asma Anak. Pada anak

dan bayi biasanya lebih baik jika memakai masker wajah yang menempel pada
spacer dibandingkan memakai mouthpiece. Jika spacer tidak tersedia, spacer
bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik 1 liter. Dengan alat
ini diperlukan 3-4 puff salbutamol dan anak harus bernapas dari alat selama
30 detik.
Gunakan alat spacer dan sungkup wajah untuk memberi bronkodilator. Spacer
dapat dibuat secara lokal dari botol p lastik minuman ringan.
(3) Epinefrin (adrenalin) subkutan
Jika kedua cara untuk pemberian salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
epinefrin (adrenalin) subkutan dosis 0.01 ml/kg dalam larutan 1:1 000 (dosis
maksimum: 0.3 ml), menggunakan semprit 1 ml (untuk teknik injeksi lihat
halaman 331). Jika tidak ada perbaikan setelah 20 menit, ulangi dosis dua kali
lagi dengan interval dan dosis yang sama. Bila gagal, dirawat sebagai
serangan berat dan diberikan steroid dan aminofilin.
membeli salbutamol hirup, berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet).
Dosis salbutamol: 0.05-0.1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam
Steroid

Jika anak mengalami serangan wheezing akut berat berikan kortikosteroid


sistemik metilprednisolon 0.3 mg/kgBB/kali tiga kali sehari pemberian oral atau
deksametason 0.3 mg/kgBB/kali IV/oral tiga kali sehari pemberian selama 3-5
hari.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3737
Aminofilin
Jika anak tidak membaik setelah 3 dosis bronkodilator kerja cepat, beri
aminofilin IV dengan dosis awal (bolus) 6-8 mg/kgBB dalam 20 menit. Bila 8
jam sebelumnya telah mendapatkan aminofilin, beri dosis setengahnya. Diikuti
dosis rumatan 0.5-1 mg/kgBB/jam. Pemberian aminofilin harus hati-hati, sebab
margin of safety aminofilin amat sempit.
Hentikan pemberian aminofilin IV segera bila anak mulai muntah, denyut nadi
>180 x/menit, sakit kepala, hipotensi, atau kejang.
Jika aminofilin IV tidak tersedia, aminofilin supositoria bisa menjadi alternatif.
Antibiotik
Antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak asma yang
bernapas cepat tanpa disertai demam. Antibiotik diindikasikan bila terdapat
tanda infeksi bakteri.

4.3.3.8 KONJUNCTIVITIS
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi. Konjungtivitis
ditularkan melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal dan berair,
kadang disertai sekret. Umumnya tanpa disertai penurunan tajam penglihatan.
Faktor Risiko
a. Daya tahan tubuh yang menurun
b. Adanya riwayat atopi
c. Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak baik
d. Higiene personal yang buruk
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi

a. Tajam penglihatan normal


b. Injeksi konjungtiva
c. Dapat disertai edema kelopak, kemosis
d. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen atau purulen tergantung penyebab.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3838
e. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil atau papil raksasa, flikten,
membran dan pseudomembran.
Pemeriksaan Penunjang (bila diperlukan)
a. Sediaan langsung swab konjungtiva dengan perwarnaan Gram atau Giemsa
b. Pemeriksaan sekret dengan perwarnaan metilen blue pada kasus konjungtivitis
gonore
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Konjungtivitis berdasarkan etiologi.
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
Klasifikasi Konjungtivitis
a. Konjungtivitis bakterial
Konjungtiva hiperemis, secret purulent atau mukopurulen dapat disertai membran

atau pseudomembran di konjungtiva tarsal.


b. Konjungtivitis viral
Konjungtiva hiperemis, secret umumnya mukoserous, dan pembesaran
kelenjarpreaurikular
c. Konjungtivitis alergi
Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau alergi, dan keluhan gatal.
Komplikasi
Keratokonjuntivitis
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit
b. Sekret mata dibersihkan.
c. Pemberian obat mata topikal
1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep
mata 3 kali sehari selama 3 hari.
2. Pada alergi diberikan flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.

3. Pada konjungtivitis gonore diberikan kloramfenikol tetes mata 0,5- 1%sebanyak 1


tetes tiap jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak
ditemukan kuman GO pada sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
4. Konjungtivitis viral diberikan salep Acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


3939
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Tidak diperlukan
Konseling dan Edukasi
Memberi informasi pada keluarga dan pasien mengenai:
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan
atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.
c. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar.
Kriteria rujukan
a. Pada bayi dengan konjungtivitis gonore jika terjadi komplikasi pada kornea
dilakukanrujukan ke spesialis mata.
b. Konjungtivitis alergi dan viral tidak ada perbaikan dalam 2 minggu rujuk ke spesialis

mata
c.Konjungtivitis bakteri tidak ada perbaikan dalam 1 minggu rujuk ke spesialis mata.
Prognosis
Penyakit ini jarang menimbulkan kondisi klinis yang berat sehingga pada umumnya
prognosisnya bonam.

4.3.3.9 GASTRITIS
Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan
iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
DIAGNOSA
Penyakit gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain.
Gejala penyakit gastritis yang biasa terjadi adalah
Mual dan muntah
Nyeri epigastrum yang timbul tidak lama setelah makan dan minum unsur-

unsur yang dapat merangsang lambung ( alkohol, salisilat, makanan tercemar


toksin stafilokokus )
Pucat
Lemah

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4040
Keringat dingin
Nadi cepat
Nafsu makan menurun secara drastis
Suhu badan meningkat
Sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar
RENCANA PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)
a. Menginformasikan kepada pasien untuk m enghindari pemicu terjadinya
keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi
kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut
kembung seperti kopi, teh, Alkohol, makanan pedas dan kol.
b. Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin
150 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali), PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali),
serta Antasida dosis 3 x 500-1000 mg/hr.

KRITERIA RUJUKAN
a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
b. Terjadi komplikasi (Pendarahan saluran cerna bagian atas, Ulkus peptikum,
Perforasi lambung, Anemia)
c. Terjadi alarm symptoms seperti perdarahan, berat badan menurun 10% dalam
6 bulan, dan mual muntah berlebihan

4.3.3.10 DIARE NON SPESIFIK


Diare non spesifik adalah BAB encer/cair dengan frekuensi 3/ lebih dalam waktu <24
jam, diare non spesifik pada umumnya disebabkan oleh virus sehingga feses jarang
bercampur darah atau lendir dan diare jarang didahului oleh demam
Anamnesa :
Pasien datang dengan keluhan BAB cair/encer lebih dari 3 x dalam waktu < 24 jam,
pada umumnya tidak ada demam, tidak dikeluhkan adanya darah atau lendir di
fesesnya. Diare non spesifik disebabkan oleh virus, dan sebagian besar diare pada
anak pada umumnya adalah diare non spesifik
Pemeriksaan Fisik :

Yang terpenting adalah menentukan status hidrasi pasien :

Derajat Dehidrasi

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4141
Pengamatan/Pem Tidak dehidrasi Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
eriksaan
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Normal, tidak Haus, ingin Malas minum/tidak dapat
haus minum banyak minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Tatalaksana :
a. Tidak menggunakan antibiotik
b. Rehidrasi dengan oralit : anak 5 sachet, dewasa 10 sachet
1. Diare tanpa dehidrasi, rencana Terapi A, yaitu :

- Meningkatkan pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang


(kuah sayur, air tajin, larutan garam oralit)
- Cairan diberikan sebanyak yang diinginkan hingga diare berhenti,
berikan setiap habis BAB
Anak < 2 tahun : 50-100ml cairan (seperempat gelas)
Anak 2-10tahun : 100-200ml (1/2-1 gelas)
Cara membuat oralit : larutkan 1 sachet garam oralit dengan 200ml/1 gelas aqua air
matang, jika larutan oralit tidak habis dalam waktu 24 jam maka larutan tsb harus

dibuang dan harus membuat larutan baru


- Meneruskan pemberian makanan atau ASI
- Merujuk jika disertai tanda-tanda bahaya (dehidrasi)
2. Diare dengan dehidrasi sedang, rencana Terapi B :
- Oralit 75ml/kgBB dalam 3 jam atau
Umur Berat Badan Jumlah Oralit
< 4 bulan < 5 kg 200-400 ml
4-11 bulan 5-7,9 kg 400-600 ml
12-23 bulan 8-10 kg 600-800 ml
2-4 tahun 11-15,9 kg 800-1200 ml
5-14 tahun 16-29,9kg 1200-2200 ml
>15 tahun >30 kg 2200-4000 ml

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4242
- Cairan jangan diberikan dengan botol, untuk bayi, cairan diberikan dengan
tetesan atau spuit. Anak umur < 2 tahun diberikan dengan sendok setiap
12 menit. Untuk anak yang lebih besar atau orang dewasa langsung
diminum dari gelas
- Amati perkembangan dehidrasinya
3. Diare dengan dehidrasi berat, rencana Terapi C :
- Diberikan RL 100 ml terbagi menjadi :
Umur Berat badan Jumlah Oralit
Bayi (< 12 bulan) Dalam 1 jam Dalam 5 jam
>12 bulan Dalam 30 menit Dalam 2,5 jam
- Setiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, jika hidrasi tidak membaik tetesan
dipercepat
- Persiapkan rujukan ke puskesmas rawat inap/RS

c. Zinc : membantu memperbaiki mukosa usus dan mencegah berulangnya


diare, diberikan kepada Bayi 2-6 bulan dosis 1x10mg selama 10 hari,
sedangkan usia 6 bulan-5 tahun 1x20mg selama 10 hari
d. Memadatkan feses : attapulgit : dewasa 2 tablet tiap diare, maksimal 12
tab dalam sehari
e. Probiotik : diutamakan pada pasien diare dengan gizi kurang maupun
buruk karena terdapat gangguan penyerapan nutrisi pada pasien-pasien
tersebut, dosis < 6 bulan : 1-2x1/2 sach/hari, >6 bulan : 1-2 sach/hari,
diberikan 4 sachet per pasien
f. Mengurangi spasme : papaverin 3x1tab (hanya untuk dewasa, tidak
boleh diberikan pada anak-anak)

4.3.4 PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan diberikan oleh perawat yang merawat pasien.

Berikut asuhan keperawatan yang paling sering diberikan di poli umum

4.3.4.3 ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4343
1. Perawat melakukan pengkajian yang berhubungan dengan diabetes mellitus
tipe 2, yaitu :
a) Perawat mengkaji riwayat kesehatan pasien sekarang, sebelumnya dan
keluarga
b) Perawat melakukan pemeriksaan dari beberapa tanda yang muncul pada
pasien diabetes mellitus, yaitu : poliuria( banyak berkemih ), poli dipsia (
banyak minum ), polfagia ( banyak makan )
c) Perawat juga mengkaji beberapa keluhan yang sering muncul pada
penderita diabetes mellitus, yaitu: lemas, mudah letih, kesemutan, sering
gatal pada tempat yang tidak spesifik, penyembuhan luka yang lama dan
buruk.
d) Perawat mengkaji faktor penunjang lain berupa hasil laborat pasien dengan
kriteria GDP > 126. GDA > 200. 2jpp > 200

2. Perawat menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan


keluhan yang ada pada pasien dan di tunjang dengan data penunjang lainnya,
antara lain :
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b) Gangguan integritas kulit
c) Intoleran aktivitas
d) Kelelahan
e) Gangguan mobilitas fisik
3. Perawat merencanakan intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul
4. Perawat mengimplementasikan kegiatan dalam intervensi berupa tindakan
konseling, kolaborasi dengan tim medis lain ( dokter, tenaga gizi), dan juga
rawat luka, bila seandainya terdapat luka gangren
5. Perawat mengevaluasi kegiatan implementasi yang sudah dilaksankan
terhadap pasien
6. Perawat menuliskan asuhan keperawatan pada lembar rekam medis

4.3.4.4 ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PRIMER


1. Perawat melakukan pengkajian, pada pasien hipertensi, diantaranya :
a) Perawat mengkaji riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga, dan sosial
pasien.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4444
b) Perawat mengkaji beberapa keluhan yang sering muncul pada pasien
hipertesi, antara lain: sakit kepala,kelelahan, mual muntah, gelisah, kadang
sesak nafas dan kadang pandangan menjadi kabur
c) Perawat mengkaji tekanan darah pasien minimum dengan hasil tekanan
sistole > 140 dan diastole >90
2. Perawat menetapkan diagnos keperawatan sesuai dengan tanda gejala yang
muncul pada pasien, diantaranya :
a) Intoleransi aktivitas
b) Nyeri
c) Resti terhadap penurunan curah jantung
3. Perawat menetapkan intervensi yang akan dilakukan pada pasien, sesuai
dengan diagnosa yang muncul
4. Perawat mengimplementasikan kegiatan yang sudah direncanakan dalam

bentuk tindakan, konseling dan kolaborasi dengan tim medis lain ( dokter,
konsultan gizi )
5. Perawat mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanakan.
6. Perawat menuliskan asuhan keperawatan pada lembar rekam medis

4.3.4.5 ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT


1. Perawat melakukan pengkajian kepada pasien, diantaranya :
a) Perawat mengkaji riwayat penyakit sekarang ( keluhan utama : demam,
batuk, pilek dan sakit tenggorokan) dan dahulu, serta keluarga pasien
b) Perawat melakukan pemeriksaan fisik yang di fokuskan pada sistem
pernafasan, yaitu : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan,
Tonsil tampak kemerahan dan edema, Tampak batuk produktif dan non
produktif, adanya akumulasi secret pada hidung, tampak penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
2. Perawat menetapkan diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan
keluhan dan tanda tanda yang muncul saat pemeriksaan fisik pasien,
diantranya:

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif


b) Pola nafas tidak efektif
c) Hipertermi
d) Nyeri akut

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4545
3. Perawat membuat intervensi keperawatan yang akan dilakukan
4. Perawat melaksanakan intervensi keperawatan dalam bentuk tindakan,
konseling dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
5. Perawat mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan
6. Perawat menuliskan asuhan keperawatan pada lembar rekam medis

4.3.4.6 ASUHAN KEPERAWATAN REMATIK


1. Perawat melakukan pengkajian dasar, yaitu
a) Perawat mengkaji keluhan utama/ riwayat penyakit sekarang ( nyeri di
persendian, sendi kadang membengkak, rasa sakit bertambah saat cuaca
dingin ) dan riwayat penyakit dahulu
b) Perawat mengkaji status lokalis dari rasa nyeri tersebut
2. Perawat menetapkan diagnosa keperawatan sesuai dengan keluhan utama

yang disampaikan oleh pasien, antara lain ( nyeri akut, cemas, gangguan
mobilitas fisik )
3. Perawat merencanakan intervensi yang akan dilaksanakan pada pasien,
sesuai dengan diagnosanya, dengan kegiatan konseling dan kolaborasi
dengan tim medis lain
4. Perawat melaksanakan intervensi yang sudah direncanakan
5. Perawat mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanakan

4.3.5 PEMBERIAN PENDIDIKAN/PENYULUHAN PASIEN

Pendidikan/Penyuluhan pasien adalah prosedur pemberian pendidikan /penyuluhan


pada pasien tentang penyakitnya
1. Setiap pasien yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas berhak
untuk berkonsultasi dan mendapat informasi tentang penyakitnya
2. Informasi yang harus diberikan oleh petugas kesehatan adalah:
a. Penyakit yang diderita pasien,
b. Penyebabnya(jika dapat diidentifikasi),
c. Apakah pasien memerlukan pemeriksaan tambahan/tidak, jika perlu
pemeriksaan tambahan apa saja yang diperlukan dan alasan mengapa
perlu diperiksa

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4646
d. Pengobatan/tindakan apa yang harus diambil beserta berbagai alternatif
tindakan/pengobatan yang ada, apakah pasien memerlukan konsultasi ke
tenaga yang lebih ahli atau tidak
e. Komplikasi penyakit(bila ada),
f. Efek samping pengobatan/tindakan,
g. Bagaimana cara menanggulangi agar pasien tidak kembali
sakit/pencegahan komplikasi penyakitnya (tindakan preventif yang dapat
diambil pasien agar tidak jatuh sakit l agi/agar penyakit tidak semakin parah)
h. Kapan pasien harus kembali kontrol(bila perlu)
i. Prognosa
3. Pasien berhak bertanya kepada petugas jika penjelasan belum jelas
4. Penyuluhan kepada pasien dapat dilakukan secara tim bekerja sama dengan
unit pelayanan lain seperti poli gizi dan klinik sanitasi

4.3.6 PEMBEDAHAN MINOR OLEH DOKTER UMUM


Tindakan bedah minor yang dapat dilakukan di puskesmas oleh dokter umum adalah
sebagai berikut :
1. Eksisi klavus
2. Ekstirpasi lipoma
3. Ekstraksi kuku
4. Roser plasty
5. Incisi abses
6. Operasi ateroma (ekstirpasi in toto)
4.3.6.1 EKSISI KLAVUS
Klavus adalah suatu penebalan yang tidak berbatas jelas, keras seperti tanduk
berwarna lebih terang dari sekitarnya, terdapat suatu inti(mata) di tengah-tengah
yang menyebabkan rasa sakit oleh karena tekanan pada serat saraf sensoris di
lapisan bawahnya, permukaan tidak rata, fixed
Klavus terjadi oleh karena gesekan atau tekanan yang berlangsung terus menerus,
karena itu sering didapatkan di telapak kaki dan jari-jari kaki

1. Setelah diagnosa ditegakkan pertama-tama pasien diedukasi tentang


penyakitnya dan agar pasien mencegah terjadinya gesekan atau tekanan
pada daerah tersebut dengan menyesuaikan/mengganti sepatu

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4747
2. Untuk klavus kecil dapat diberi resep salep asam salisilat 40% diganti tiap 48
jam sampai klavus menghilang
3. Bila perlu dilakukan eksisi dan lukanya jangan ditutup terlalu rapat/jahitan
situasi
4. Tata cara eksisi yaitu :
b. Persiapan alat :
- APD
- Lidokain 2%
- Kasa steril
- Duk steril
- Povidon iodine
- Mesh tajam
- Hecting set

- Benang non absorbable


- Spuit 3 cc
- Hypafix
c. Setelah diberi informasi tentang penyakitnya pasien diminta informed
consent
d. Daerah yang akan dieksisi didesinfeksi dengan povidon iodine secara
melingkar dari dalam ke luar
e. Daerah operasi diperkecil dengan duk steril
f. Dilakukan anestesi lokal secara infiltrasi di seputar daerah yang akan
dieksisi
g. Setelah dicek apakah anestesi sudah bereaksi kita lakukan eksisi
klavus hingga tampak jaringan yang sehat(tampak perdarahan)
h. Jika luka akibat eksisi cukup dalam maka dilakukan jahit situasi, jika
tidak bekas eksisi hanya perlu dibebat tekan dengan kasa steril
i. Luka bekas eksisi ditutup kasa steril
j. Pasien disuruh kontrol 3 hari kemudia dan harus menjaga agar luka
tidak basah dan kotor

4.3.6.2 EKSTIRPASI LIPOMA


Lipoma adalah tumor terdiri atas sel-sel lemak yang mengalami hiperplasi dan
hipertrofi, berbatas jelas dengan simpai dan dapat difus, bebas dari kulit dan
dasarnya, tanda khasnya lobulasi, pseudofluktuasi, tidak nyeri

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4848
1. Setelah diagnosa ditegakkan pertama-tama pasien diberi informasi tentang
penyakitnya, tindakan apa yang akan dilakukan dan diminta informed
consentnya
2. Tata cara ekstirpasi yaitu :
a. Persiapan alat :
APD
Lidokain 2%
Kasa steril
Duk steril
Povidon iodine
Mesh tajam
Hecting set
Benang non absorbable dan absorbable
Lomatulle
Spuit 3 cc
Hypafix
b. Daerah yang akan diekstirpasi didesinfeksi dengan povidon iodine secara
melingkar dari dalam ke luar hingga 5 cm di luar dan diperkecil dengan duk
steril
c. Dilakukan anestesi lokal secara infiltrasi di seputar daerah yang akan
dieksitirpasi

d. Setelah dicek apakah anestesi sudah bereaksi kita lakukan insisi


sedemikian rupa agar lipoma dapat diangkat keluar seluruhnya
e. Setelah lipoma diestirpasi bekas insisi dijahit, jika cukup dalam dapat
dilakukan penjahitan hingga 2 lapis, dimana jahitan dalam menggunakan
benang absorbable, jahitan luar menggunakan benang non absorbable
f. Luka ditutup lomatule dan kasa steril
g. Pasien disuruh kontrol 3 hari kemudian dan harus menjaga agar luka tidak
basah dan kotor
4.3.6.3 EKSTRAKSI KUKU

Ekstraksi kuku adalah tindakan mencabut/mengambil kuku


Indikasinya : subungual hematom/abses, tinea unguium

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


4949
1. Setelah diagnosa ditegakkan, beri penjelasan kepada pasien, minta informed
consent-nya
2. Petugas mengenakan APD dan mempersiapkan alat-alat sebagai berikut :
a. Povidon iodin 10%
b. Kasa steril
c. Duk steril
d. Turniket
e. Lidokain kombinasi epinefrin 2%
f. Spuit 3cc
g. Gunting besar, lurus, ujung tajam dan steril
h. Klem lurus
i. Sofratulle
j. Kasa bebat steril

k. Plester
3. Dilakukan desinfeksi di seluruh jari yang kukunya akan diekstraksi
4. Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
5. Untuk mendapatkan kerja anestesi yang agak lama dan mengurangi
perdarahan, pada pangkal jari dipasang karet melingkar (turniket)
6. Dilakukan anestesi lokal/blok anestesi N.digitalis dengan menyuntikkan
lidokain 2% pada pangkal jari bagian lateral dan medial sebanyak masing-
masing 1,5cc secara tegak lurus (menurut Oberst)
7. Setelah diuji apakah efek anestesi sudah masuk, dengan gunting lurus kuku
dipotong ditengah sampai pangkalnya
8. Dengan klem lurus (pean) kuku dijepit dan diputar ke samping sampai lepas
9. Bantalan kuku(nailbed) dibersihkan dan dibilas dengan kasa dan povidon
iodine
10. Lepas turniket
11. Pada bekas kuku diberi sofratulle, betadin dan dibebat
12. Kontrol 3 hari, luka tidak boleh basah maupun kotor
4.3.6.4 ROSER PLAST Y
Roser Plasty adalah pengangkatan ¼ bagian kuku, nailbed dan jaringan granulasi
Indikasinya : ingrowing nail
1. Setelah diagnosa ditegakkan, beri penjelasan kepada pasien, minta informed
consent-nya

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5050
2. Petugas mengenakan APD dan mempersiapkan alat-alat sebagai berikut :
a. Povidon iodin 10%
b. Kasa steril
c. Turniket
d. Lidokain kombinasi epinefrin 2%
e. Spuit 3cc
f. Gunting besar, lurus, ujung tajam dan steril
g. Klem lurus
h. Mesh tajam steril
i. Sofratulle
j. Kasa bebat steril
k. Plester
3. Dilakukan desinfeksi di seluruh jari yang kukunya akan diroser plasty

4. Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril


5. Untuk mendapatkan kerja anestesi yang agak lama dan mengurangi
perdarahan, pada pangkal jari dipasang karet melingkar (turniket)
6. Dilakukan anestesi lokal/blok anestesi N.digitalis dengan menyuntikkan
lidokain 2% pada pangkal jari bagian lateral dan medial sebanyak masing-
masing 1,5cc secara tegak lurus (menurut Oberst)
7. Setelah diuji apakah efek anestesi sudah masuk, dengan gunting lurus kuku
dipotong di1/4 bagian yang terdapat ingrowing nail-nya sampai pangkalnya
8. Dengan klem lurus (pean) kuku dijepit dan diputar ke samping sampai lepas
9. Bantalan kuku(nailbed) dibersihkan, dikerok dan dibilas dengan kasa dan
povidon iodine
10. Jaringan granulasi dibuang (eksisi) dengan mesh tajam
11. Di dalam rongga yang terjadi dimasukkan sofratulle
12. Lepas turniket
13. Jari diberi betadin dan dibebat
14. Kontrol 3 hari, luka tidak boleh basah maupun kotor
4.3.6.5 INCISI ABSES

Insisi adalah tindakan menoreh kulit hingga seluruh ketebalan kulit terbuka
Abses adalah kumpulan nanah di jaringan dan terbentuk dinding pembatas
Pada umumnya terjadi karena adanya infeksi bakteri

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5151
1. Setelah diagnosa abses ditegakkan, beri penjelasan kepada pasien, minta
informed consent-nya
2. Petugas mengenakan APD dan mempersiapkan alat-alat sebagai berikut :
a. Povidon iodin 10%
b. Kasa steril
c. Duk steril
d. Ethyl chloride spray
e. Mesh/silet tajam steril
f. Larutan perhidrol 10% dalam spuit 5cc
g. Handscoen drain steril
h. Klem lurus
i. Plester
3. Dilakukan desinfeksi di daerah abses dan sekeliling abses sekitar 5 cm secara

memutar dari dalam ke luar


4. Persempit daerah operasi dengan duk steril
5. Semprot daerah yang akan diinsisi (daerah bagian abses yang paling terlihat
nanahnya/mata abses)
6. Insisi daerah tersebut dengan mesh tajam steril, jika perlu dilakukan cross
insisi
7. Keluarkan nanah dengan memencet daerah sekitar abses, seluruh rongga
abses dibersihkan (dikerok/disemprot perhidrol)
8. Masukkan handscoen drain steril untuk menjaga agar insisi tidak menutup dan
nanah dapat tetap keluar
9. Tutup dengan kasa steril + plester
10. Kontrol 3 hari, luka tidak boleh basah maupun kotor
4.3.6.6 OPERASI ATEROMA (EKSTIRPA SI IN TOT O)
Ateroma adalah benjolan berupa kista retensi akibat sumbatan saluran keluar
kelenjar sebaseus (lemak) yang terlihat sebagai titik berwarna biru/hitam (punktum),
mobilitasnya terbatas oleh karena benjolan lepas dari dasarnya dan lekat pada kulit
di tempat punktum (komedo)

Kelenjar sebaseus terletak di lapisan dermis, benjolan berisi lemak cair berwarna
kuning putih
Sering didapatkan pada daerah muka, belakang telinga dan seluruh tubuh
Bila terjadi infeksi sekunder dapat terbentuk abses

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5252
1. Setelah diagnosa ditegakkan, beri penjelasan kepada pasien, minta informed
consent-nya
2. Bila sudah terbentuk abses maka dilakukan insisi dan pengerokan(seluruh
simpai dikeluarkan) sesuai SOP Insisi Abses, bila masih utuh dilakukan
ekstirpasi in toto dengan cara seperti yang akan dijelaskan di bawah ini
3. Petugas mengenakan APD dan mempersiapkan alat-alat sebagai berikut :
a. Povidon iodin 10%
b. Kasa steril
c. Duk steril
d. Lidokain kombinasi epinefrin 2%
e. Spuit 3cc
f. Klem bengkok
g. Mesh tajam steril

h. Hecting set (benang non absorbable)


i. Plester
4. Dilakukan desinfeksi di ateroma hingga melebar 5cm di sekitarnya dari arah
dalam ke luar
5. Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
6. Dilakukan anestesi infiltrasi lidokain 2% melingkari ateroma
7. Dicek apakah efek anestesi sudah masuk, lalu dilakukan insisi elips menurut
lekukan kulit/garis Langer dengan mengikutsertakan punktum di permukaan
agar ateroma tidak pecah
8. Dilakukan preparasi melalui tempat insisi secara tumpul/tajam (memakai klem
bengkok/pean)
9. Kista ateroma harus diangkat secara “in toto” dan kalau dapat jangan sampai
pecah. Kalau pecah maka dinding kista harus diangkat seluruhnya sebab sisa
dari simpai dapat menyebabkan residif
10. Luka ditutup dengan jahitan satu l apis
11. Bekas luka diberi povidon iodine dan ditutup kasa steril
12. Kontrol tiap 3 hari, luka tidak boleh basah maupun kotor, pengangkatan jahitan

pada umumnya pada hari 7-10 post operasi


4.3.7 PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT
Pelayanan gawat darurat di UPT Puskesmas Kemlagi buka sesuai jam buka
puskesmas. Pelayanan diberikan oleh dokter penanggungjawab UGD dan dibantu

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5353
perawat yang mendapat pelimpahan tugas dan wewenang Berikut beberapa acuan
yang berhubungan dengan pelayanan yang diberikan di unit gawat darurat
4.3.7.1 PENILAIAN KESADARAN DENGAN GCS
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai
tingkat kesadaran pasien secara obyektif.
Teknik penilaian dengan ini terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang
ditunjukkanoleh pasien setelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata,
respon motorikterbaik, dan respon verbal. Setiap penilaian mencakup poin-poin, di
mana total pointertinggi bernilai 15.
Jenis Pemeriksaan Nilai
Respon buka mata (Eye Opening, E)
Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4

Respon terhadap suara (suruh buka mata) 3

Respon terhadap nyeri (dicubit) 2


· Tida ada respon (meski dicubit) 1

Respon verbal (V)


Berorientasi baik 5

Berbicara mengacau (bingung) 4

Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi tidak 3


jelas dan non-kalimat, misalnya, “aduh… bapak..”)
Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) 2

Tidak ada suara 1


Respon motorik terbaik (M)
Ikut perintah 6

Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat 5


diberi rangsang nyeri)
Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 4

Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau keduanya posisi 3

kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)
2
Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri)
Tidak ada (flasid) 1

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5454
Interpretasi atau hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan
dalam simbol
E…V…M…
Selanjutnya nilai tiap-tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang tertinggi adalah
15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1. Biasanya, pasien dengan
nilai GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan
keselamatannya.
GCS berguna untuk menentukan derajat trauma/cedera kepala (trauma capitis).
Derajat cedera kepala berdasarkan GCS:
GCS : 14-15 = CKR (cedera kepala ringan)
GCS : 9-13 = CKS (cedera kepala sedang)
GCS : 3-8 = CKB (cedera kepala berat)

4.3.7.2 PENGUKURAN VITAL SIGN


4.3.7.2.1 PENGUKURAN FREKUENSI NAFAS/RESPIRATO RY RATE (RR)
Merupakan tata carauntuk mengukur frekuensi nafas pasien
1. Pemeriksaan frekuensi nafas dilakukan tanpa memberitahu pasien
karena gerakan nafas dipengaruhi oleh sistem saraf somatik/disadari
2. Pemeriksaan frekuensi pada pasien dewasa diusahakan bersamaan pada
saat auskultasi pernafasan dan dapat dilakukan pada pasien posisi duduk
tegak/berbaring selama 15 detik dan hasilnya dikalikan 4
3. Pemeriksaan frekuensi nafas pada bayi, balita dan anak-anak dilakukan saat
anak tenang/tidak menangis dengan posisi apapun asal terlihat
pengembangan dada, tidak lupa dicari tanda distress nafas seperti retraksi otot
nafas, retraksi sternum, nafas cuping hidung
4. Untuk anak di bawah 5 tahun nafas dihitung selama 60 detik penuh karena
pada anak-anak terdapat periode apneu
5. Petugas mencatat dalam kartu status pasien
6. Nilai normal
a. Bayi usia < 2 bulan : 30-59x/menit

b. 2 bulan –1 tahun : 20-30 x/menit


c. Dewasa : 16-20 x/menit
d. Lansia : 14-16 xmenit
4.3.7.2.2 PENGUKURAN DENYUT NADI

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5555
Merupakan tata cara untuk mengetahui jumlah denyut nadi dalam 1 menit
1. Petugas memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Meletakkan 3 jari tengah diatas arteri tertentu (carotis untuk pasien emergensi,
radialis untuk pasien stabil, brachialis/femoralis untuk pasien bayi)
3. Sambil melihat jam, petugas mulai menghitung jumlah denyut nadi selama 15
detik kemudian dikalikan 4 atau menghitung denyut nadi selama 30 detik
kemudian dikalikan 2
4. Bila nadi tidak teratur dihitung selama 1 menit penuh
5. Mengamati volume (keras/lemah) denyutan
6. Mengamati irama (teratur atau tidak)
7. Mencatat frekuensi, volume dan irama dalam kartu status pasien
8. Petugas mencuci tangan
9. Frekuensi nilai nadi :

a. Bradikardi : < 60x/menit


b. Normal : 60-100x/menit
c. Takikardi : >100x/menit
4.3.7.2.3 PENGUKURAN SUHU TUBUH AXILLA
Pengukuran suhu tubuh axilla adalah tata carauntuk mengukur suhu tubuh
pasien dengan menggunakan alat termometer raksa yang ditempelkan di axilla/ketiak
1. Petugas memeriksa dan menurunkan air raksa dalam thermometer sampai nol
(untuk termometer raksa), untuk termometer digital petugas menekan tombol
pada termometer hingga muncul huruf L
2. Petugas menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Petugas membuka kancing pakaian atas pasien
4. Petugas memasang thermometer sehingga bagian reservoir tepat ditengah
ketiak pasien
5. Petugas memastikan thermometer menempel di permukaan kulit pasien
6. Petugas menyilangkan tangan pasien diatas dadanya
7. Petugas mengangkat thermometer setelah 5-10 menit
8. Petugas membaca skala yang terdapat pada thermometer

9. Petugas mencatat dalam kartu status pasien


10. Petugas membereskan alat,dibilas alkohol dan mencuci tangan
11. Petugas menilai suhu tubuh :
a. Normal : 36,6ºC – 37,5ºC

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5656
b. Sub febris : 37,5ºC - 38ºC
c. Febris : 38ºC - 40ºC
d. Hipotermi : < 36ºC
e. Hipertermi : > 40ºC
12. Petugas menuliskan di lembar rekam medis
4.3.7.2.4 PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Pengukuran tekanan darah adalah tata cara pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan spigmomanometer
1. Petugas menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
2. Petugas menyingsingkan lengan baju pasien
3. Petugas memasang manset ±2,5cm diatas fossa cubiti
4. Petugas memasang manset tidak terlalu erat atau longgar
5. Petugas menutup balon karet, membuka kunci reservoir, letak tensi harus

datar
6. Petugas meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah
7. Petugas meletakkan bagian diafragma stetoschope tepat diatasnya (bagian
corong tertutup)
8. Petugas memompa balon sehingga air raksa dalam pipa kaca naik dan detak
arteri tidak terdengar lagi
9. Petugas membuka sekrup balon perlahan-lahan sambil melihat skala dan
mendengarkan bunyi detak pertama (siastole) dan detak terakhir (diastole)
10. Petugas menurunkan air raksa sampai angka nol
11. Petugas melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang tertinggal
didalam manset
12. Petugas menggulung manset dan memasukkan kedalam tensi meter
13. Petugas mencatat hasil di berkas rekam medis

4.3.7.3 CARDIO RESPIRAT ORY ARR EST


Cardiorespiratory Arrest (CRA) adalah kondisi kegawatdaruratan karena
berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang mengakibatkan kegagalan

sistem sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh malfungsi mekanik jantung paru atau elektrik
jantung. Kondisi yang mendadak dan berat inimengakibatkan kerusakan organ.Henti
napas dapat mengakibatkan penurunan tekanan oksigen arteri,menyebabkan
hipoksia otot jantung yang menyebabkan henti jantung.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5757
Henti jantung adalah konsekuensi dari aktivitas otot jantung yang tidak ter koordinasi.
Dengan EKG, ditunjukkan dalam bentuk Ventricular Fibrillation(VF). Satu menit
dalam keadaan persisten VF, aliran darah koroner menurun hingga tidak ada sama
sekali. Dalam 4 menit, aliran darah katoris tidak ada sehingga menimbulkan
kerusakan neurologi secara permanen.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien dibawa karena pingsan mendadak dengan henti jantung dan paru.
Sebelumnya, dapat ditandai dengan fase prodromal berupa nyeri dada, sesak,
berdebar dan lemah (detik – 24 jam). Kemudian, pada awal kejadian, pasien
mengeluh pusing dan diikuti dengan hilangnya sirkulasi dan kesadaran (henti
jantung) yang dapat terjadi segera sampai 1 jam.
Hal yang perlu ditanyakan kepada keluarga pasien adalah untuk mencari penyebab

terjadinya CRA antara lain oleh:


5 H (hipovolemia, hipoksia, hidrogen ion = asidosis, hiper atau hipokalemia dan
hipotermia) dan
5 T (tension pneumothorax, tamponade, tablet = overdosis obat, trombosis
koroner, dan thrombosis pulmoner), tersedak, tenggelam, gagal jantung akut,
emboli paru, atau keracunan karbon monoksida.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan: pasien tidak sadar, tidak ada nafas, tidak
teraba nafas, tidak teraba denyut nadi di arteri-arteri besar (karotis dan femoralis).
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Gambaran EKG biasanya menunjukkan gambaran VF (Ventricular Fibrillation). Selain
itu dapat pula terjadi asistol, yang survival rate-nya lebih rendah daripada VF.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Rekam Medik

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5858
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Anamnesis berguna
untuk mengidentifikasi penyebabnya.
Diagnosis banding: -
Komplikasi
Konsekuensi dari kondisi ini adalah hipoksia ensefalopati, kerusakan neurologi
permanen dan kematian.
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien dengan cara sebagai berikut :
1. Petugas medis mengecek nadi carotis selama 10 detik
2. Bila nadi tak teraba dilakukan kompresi jantung minimal 100x/menit, recoil
sempurna, interupsi seminimal mungkin dengan kedalaman :

a. Dewasa : kedalaman minimal 5 cm


b. Anak : kedalamam minimal 5 cm/ 1/3 diameter anteroposterior dinding
dada
c. Bayi : kedalaman minimal 4 cm/ 1/3 diameter anteroposterior dinding dada
3. Petugas melakukan head tilt, chin lift atau jaw trust (pada pasien curiga trauma
leher) untuk menilai Airway dan Breathing
4. Jika Airway terdapat sumbatan maka diatasi sesuai sumbatan yang ditemukan
(bila cair di suction, jika padat dikeluarkan)
5. Jika Breathing nafas tidak ada atau frekuensi kurang maka diberikan nafas
bantuan dengan ambubag (sesuai usia) dengan frekuensi 8 -10x/menit (setiap
6-8 detik)
6. Petugas melakukan kompresi dada dan bantuan nafas dengan perbandingan
30 pijat 2 kali nafas, diusahakan 2 penolong
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
Konseling dan Edukasi
a. Memberitahu keluarga mengenai kondisi pasien dan tindak lanjut dari tindakan

yang telah dilakukan, serta meminta keluarga untuk tetap tenang dan tabah
menemani pasien pada kondisi tersebut.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


5959
b. Memberitahu keluarga untuk melakukan pola hidup sehat seperti
mengurangi konsumsi makanan berlemak, menghentikan konsumsi rokok dan
alkohol, menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga
ringan secara teratur. Rencana Tindak Lanjut
Monitor selalu kondisi pasien hingga dirujuk ke spesialis.
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk ke spesialis berdasarkan kemungkinan penyebab (SpPD, SpJP atau
SpB, dan seterusnya) untuk tatalaksana lebih lanjut.

4.3.7.4 PEMBERIAN OKSIGEN


Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
kanula nasal dan masker oksigen.

Tujuan pemberian oksigen :


Meningkatkan ekspansi dada
Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
Membantu kelancaran metabolisme
Mencegah hipoksia
Menurunkan kerja jantung
Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O 2 dan
CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga
sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.

3. Kelumpuhan alat pernafasan


Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O 2 dan CO2.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6060
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas,
misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada
permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti
bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekuensi lebih dari 24x/menit
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan
sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera
akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.

7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar


Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat
sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan
menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis
dan jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai
bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non
rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini
dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan
oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA


Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6161
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya
di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung
hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang
paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk
segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan
efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak
mengganggu klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk

memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).


Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %
Cara pemasangan :
Terangkan prosedur pada klien
Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
Atur peralatan oksigen dan humidiflier
Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen
yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
Masukan ujung kanula ke lubang hidung
Fiksasi selang oksigen
Alirkan oksigen sesuai yang diinginkan.
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN
Pengertian

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna
bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien.
Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6262
rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali.
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan
kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6
liter/menit dengan konsentrasi 40 – 60%.
Yang tersedia di UPT Puskesmas Kemlagi adalah Simple face mask mengalirkan
oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
Cara pemasangan :
Terangkan prosedur pada klien
Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)

Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan


humidiflier.
Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut
klien
Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.

4.3.7.5 PEMASANGAN INFUS


Tindakan pemasangan akses intravena ke dalam tubuh dan merupakan metode
efisien dan efektif untuk menambah cairan langsung.
1. Petugas menyiapkan alat :
a. Torniquet karet
b. Gloves (Sarung Tangan)
c. Kapas Alkohol
d. Iodine / Betadin
e. Cairan infuse dan IV Line
f. Abocath (needle dan kateter)

g. Needle ukuran
- Dewasa : 14 - 20
- Anak-anak : 22 - 24
- Infant : 24 – 25

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6363
- Winged (butterfly)
h. Selotipe / hansaplast / plester
i. Kassa steril
j. Bengkok
2. Petugas menjelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga pasien
3. Petugas memberikan form inform consent untuk diisi oleh pasien atau keluarga
pasien
4. Hubungkan IV line dengan cairan infus dan gantungkan pada tiang infus
5. Buang udara yang berada didalam IV line dengan mengalirkan cairan infus
6. Gunakan gloves / sarung tangan
7. Pasang torniguet 5 s.d 10 cm diatas area yang dipilih untuk dipasang infus
8. Motivasi pasien untuk mengepalkan tangan beberapa kali
9. Desinfektan daerah yang akan dipasang infus

10. Bersihkan kulit dengan menggunakan alkohol swab:memutar dari dalam


keluar lingkaran atau mengoles satu arah ke atas/bawah lalu biarkan kulit
kering oleh udara.
11. Motivasi pasien untuk mengepalkan tangan dengan posisi jempol digenggam
12. Masukkan abocath kedalam vena, bagian yang runcing menyentuh kulit
pasien
13. Kemiringan jarum dengan kulit 200
14. Masukkan needle kedalam vena
15. Setelah abocath masuk, tarik needle keluar perlahan-lahan
16. Dorong m asuk kateter
17. Tekan kateter dengan jari dan lepaskan needle
18. Hubungkan needle dengan IV line
19. Buka tubing IV line perlahan-lahan
20. Observasi apakah cairan infus menetes dengan lancar
21. Observasi adanya phlebitis
22. Apabila infus menetes dengan lancar dan tidak tampak, tidak teraba tanda
phlebitis

23. Fiksasi kateter dengan tape/ selotipe/ plester


Catatan :
1. Apabila tampak dan teraba phlebitis lepas needle dari vena tutup
dengankassa yang telah diberi desinfektan ulangi prosedur dari no. 1

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6464
2. Oleskan antiseptik swab di area masuknya needle tutup dengan kassa
steril, fiksasi dengan selotipe, atur tetesan infus
3. Berikan etiket pada IV line dan abocath : Tanggal, bulan, jam
pemasangan infuse, Nama perawat yang memasang infus
4. Pada botol infus tuliskan : Lamanya pemberian cairan/ jam: mulai jam
….s.d jam …
5. Frekuensinya, cairan yang keberapa
6. Banyaknya tetesan/ menit yang diberikan
24. Bereskan peralatan
25. Cuci tangan
26. Lepas gloves dan kembali cuci tangan
27. Dokumentasi : Tanggal, bulan, jam pemasangan infus, jenis cairan yang
diberikan, banyaknya tetesan infus

4.3.7.6 PEMBERIAN CAIRAN / TERAPI CAIRAN


Pemberian cairan / terapi cairan adalah pemberian cairan infus kepada pasien untuk
mengatasi syok, dehidrasi maupun sebagai rumatan
Macam-macam cairan infus yang terdapat di UPT Puskesmas Kemlagi :
NaCl 0,9 %: 0,9 gram NaCl dalam 100 ml air.
Ringer laktat (RL). Hati-hati pemberian pada pasien gangguan ginjal atau hati.
Dekstrosa 5 % (D5).
1. Pasien anak dengan dehidrasi berat
Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi
berat:
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
Tidak bisa minum atau malas minum.
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti
dengan terapi rehidasi oral.
Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri larutan
oralit jika anak bisa minum
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan
Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6565
Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan
glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai Tabel :
Umur Pertama, berikan 30ml/kg Selanjutnya berikan 70ml/kg
dalam dalam
< 12 bulan 1 jam 5 jam
≥ 12 bulan 30 menit 2,5 jam

2. Pasien syok hipovolemik


Jika syok terjadi :
Berikan segera oksigen
Berikan cairan infus isotonic RA/RL atau NS sebanyak 20 ml/kg selama 30-

60menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam 10 menit.


Jika respon tidak membaik, dosis dapat diulangi
Pada luka bakar :
24 jam pertama :
2-4 ml RL/RA per kg tiap % l uka bakar
1/2 dosis diberikan 8 jam pertama, 1/2 dosis berikut 16 jam kemudian
Sesuaikan dosis infus untuk menjaga urin 30-50 ml/jam pada dewasa
Jika respon membaik, turunkan laju infus secara bertahap

3. Pasien demam
Untuk setiap kenaikan 1°C membutuhkan terapi cairan tambahan:
10 % x kebutuhan cairan rutin
Contoh: Anak usia 12 tahun dengan berat badan 30 kg dan suhu 38°C untuk koreksi
suhu membutuhkan terapi cairan tambahan:
10 % x 1700 cc/hari = 340 cc/hari

4. Cairan rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.
Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :
4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama
2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6666
1 ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan

4.3.7.7 PEMBERIAN OBAT PARENTERAL


Pemberian obat parenteral adalah tata cara pemberian obat dengan melukai kulit,
bisa dilakukan secara intra cutan, sub cutan, intravena, i ntra muscular
1. Suntikan intrakutan
Pengertian :
Yang dimaksud dengan suntikan intrakutan adalah memasukkan obat kedalam
jaringan kulit.
Tujuan :
mendapatkan reaksi setempat ;mendapatkan / menambahkan kekebalan
misalnya, suntikan B.C.G.

Tempat penyuntikan :
- di lengan bawah : bagian lengan bawah sepertiga dari lekukan siku ( dua per
tiga dari pergelangan tangan ) pada kulit yang sehat, jauh dari pembulu darah (
untuk Mauntox ).
- di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu di tengah – tengah daerah
muskulus deltoideus, untuk B.C.G.
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1 Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
2 Membawa alat-alat ke dekat pasien
3 Memasang kelambu bila perlu dan mengatur posisi pasien
4 Mencuci tangan
5 Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
6 Mendesinfeksi kulit pasien dengan kapas alkohol, membuang kapas bekas
kedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering
7 Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri, kemudian jarum disuntikkan
perlahan – lahan dengan lobang jarum mengarah keatas

8 Jarum dari permukaan kulit membentuk sudut 15°-20°


9 Menyemprotkan cairan sampai terjadi gelembung berwarna putih pada kulit,
lalu jarum ditarik dengan cepat, tidak dihapus hamakan dengan kapas alkohol
dan tidak boleh dilakukan pengurutan ( masase )

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6767
10 Merapikan pasien
11 Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
12 Mencuci tangan
Perhatian : Pada pemberian vaksin B.C.G dan cacar kulit dibersihkan dengan
kapas yang telah di rebus ( tidak boleh dengan alkohol)

2. Suntikan subkutan
Pengertian :
Yang dimaksud suntikan sub kutan adalah menyuntikkan obat di bawah kulit
Tempat penyuntikaan :
- Pada lengan atas sebelah luar ⅓ bagian dari bahu ;
- Pada paha sebelah luar,⅓ bagian dari sendi panggul ;
- Pada daerah perut sekitar pusat ( umbilicus ),skapula, ventrogluteal dan

dorsogluteal
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagai berikut :
1 Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
2 Membawa alat-alat ke dekat pasien
3 Memasang kelambu bila perlu
4 Mengatur posisi pasien serta membebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian
5 Mencuci tangan
6 Menghapus hamakan kulit pasien dengan kapas alkohol dan membuang
kapas bekas kedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering
7 Menegangkan / mengangkat kulit pasien dengan jari telunjuk dan ibu jari,
kemudian menusukkan jarum perlahan – lahan dengan lobang jarum
mengarah keatas
8 Jarum dari permukaan kulit membentuk sudut 45°
9 Menarik pengisap sedikit / aspirasi untuk memeriksa apakah ada darah atau
tidak ; bila tidak ada daerah semprokan cairan perlahan lahan sampai habis

10 Meletakkan kapas alkohol yang baru diatas jarum, kemudian menarik semprit
dan jarum dengan cepat sambil menegang pangkal jarum, lalu melakukan
masase pada bekas suntikan
11 Merapikan pasien

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6868
12 Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
13 Mencuci tangan

3. Suntikan Intra muskular


Injeksi IM adalah tindakan memasukkan obat dengan menggunakan spuit ke
dalam jaringan otot (musculus gluteus)
1. Petugas cuci tangan
2. Petugas memberitahu pasien tentang tujuan dan rencana tindakan dan
meminta persetujuan tindakan (form informed consent)
3. Petugas mempersiapkan alat suntik dan obat suntik sesuai instruksi dokter
4. Petugas membantu mengatur posisi pasien
5. Petugas mengaspirasi obat suntik ke dalam spuit
6. Petugas melakukan skin test untuk obat-obatan tertentu

7. Petugas melakukan antiseptik daerah penyuntikan


8. Petugas menusuk jarum ke daerah suntik
9. Petugas melakukan aspirasi, bila ada darah di dalam spuit maka suntikan
diperdalam atau pindah area suntik
10. Petugas memasukkan obat dalam spuit ke dalam muscular
11. Petugas mencabut jarum suntik
12. Petugas melakukan antiseptik pada daerah bekas suntikan
13. Petugas membuang alat suntik ke dalam safety box dan merapikan peralatan
yang telah digunakan
14. Petugas memberitahu bahwa tindakan sudah selesai dilakukan
15. Petugas mengobservasi tanda-tanda kemungkinan terjadi syok anafilaktik dan
memberitahu pasien untuk menunggu 30 menit
16. Bila terjadi syok anafilaktik petugas m emberi tindakan sesuai instruksi kerja
penanganan syok anafilaktik.

4. Suntikan Intravena.
Pengertian :

Yang dimaksud dengan suntikan intravena adalah menyuntikan cairan obat ke


vena
Tujuan :
Tujuan suntikan intravena adalah :

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


6969
mempercepat reaksi, karena obat langsung masuk ke peredaran darah
Tempat penyuntikan
Pada vena yang dangkal dan dekat dengan tulang, misalnya :
pada lengan ( vena mediana cubiti / vena cephalica ) ;
pada tungkai ( vena saphenous ) ;
pada leher ( vena jugularis ), khusus pada anak.
pada kepala(vena frontalis atau vena temporalis) pada bayi
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagai berikut :
1 Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
2 Membawa alat-alat ke dekat pasien
3 Memasang sampiran bila perlu. Mengatur posisi pasien
4 Mencuci tangan

5 Membebaskan daerah yang akana disuntik dari pakaian


6 Memasang pengalas di bawah daerah / tempat yang akan disuntik
7 Mengikat bagian di atas daerah yang akan di suntik dengan karet pembendung
agar vena mudah diraba / dilihat. Untuk di bagian lengan pasien dianjurkan
untuk mengepalkan tangan
8 Menghapushamakan kulit pasien dengan kapas alkohol, membuang kapas
bekas kedalam bengkok dan tunggu sampai kulit kering
9 Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri, lalu menusukkan jarum
kedalam vena dengan lobang jarum m engarah keatas sejajar dengan vena
10 Menarik pengisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk ke
dalam vena, yang ditandai dengan masuknya darah ke dalam semprit
11 Menganjurkan pasien membuka kepalannya sambil membuka karet
pembendung, kemudian secara perlahan – lahan memasukkan cairan ke
dalam vena sampai habis
12 Meletakkan kapas alkohol di atas jarum, kemudian menarik semprit + jarum
dengan cepat sambil memegang pangkal jarum. Bekas tusukan ditekan
dengan kapas alkohol sampai darah tidak keluar lagi
13 Merapikan pasien
14 Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
15 Mencuci tangan
Perhatian :

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7070
- Jangan mencoba menusukkan jarum, bila vena kurang jelas terlihat / teraba
- Bila terjadi infiltrat, jarum dan smprit langsung dicabut dan untuk di pindahkan
ke vena yang lain
- Usahakan jangan sampai terjadi emboli udara
Perhatikan pada semua cara penyuntikan :
Perhatikan reaksi pasien pada saat dan sesudah pemberian suntikan
Pemberian obat suntikan harus dicatat di dalam buku catatan :
Jam dan tanggal pemberian suntikan,
Dosis dan macam obat yang diberikan,
Nama perawat yang melakukan perasat,
Nama dokter yang memberi intruksi
Jangan menggunakan semprit yang bocor, retak pengisapnya longar serta
jarum yang ujungnya tumpu, bengkok dan tersumbat
Pada pasien hepatitis harus digunakan semprit dan jarum tersendiri. Bila
memungkinkan gunakan semprit dan jarum yang disposibel
Bila obat didalam flakon pakailah 2 jarum; 1 jarum besar ditusukan ke dalam
flakon untuk cairan suntikan kedalam semprit dan satu jarum untuk menyuntik
pasien

4.3.7.8 PEMASANGAN KATETER URINE


Adalah kegiatan pemasangan selang (kateter ke dalam kandung kemih

melalui urethra (saluran kemih bagian bawah)


Tujuan :
a. Untuk mengosongkan kandung kemih
b. Untuk mendapatkan sample urin steril untuk keperluan laboratorium
Tata cara pemasangan kateter urine adalah sebagai berikut :
1. Petugas medis menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Petugas menyiapkan alat-alat :
a. Bak instrumen
b. Spuit 10 cc
c. Bengkok, botol steril (bila perlu)
d. Handscoen
e. Aquadest

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7171
f. Povidon iodine, PZ
g. Gunting plaster
h. Perlak
i. Kateter (sesuai ukuran)
j. Kasa
k. Urine bag
l. Jelly/vaselin
m. Selimut
3. Petugas mencuci tangan, memakai APD : sarung tangan, apron
4. Pemasangan kateter dilakukan di tempat tertutup
5. Petugas mempersilahkan pasien melepas pakaian bagian bawah dan berbaring
6. Petugas meletakkan bengkok di antara tungkai pasien
PADA PASIEN LAKI-LAKI :

7. Petugas memegang penis dengan tangan kiri


8. Petugas menarik preputium sedikit ke pangkal dan membersihkan dengan kasa
9. Petugas mengambil kateter dan diberi vaselin hingga ± 20 cm
10. Petugas memasukkan kateter perlahan-lahan ke dalam uretra 20 cm sambil
penis diarahkan ke atas, jika kateter tertahan jangan di paksakan.
Usahakan penis lebih di keataskan, sedikit dan pasien di anjurkan menarik
nafas panjang dan memasukkan kateter perlahan-lahan sampai urine keluar,
kemudian menampung urine kedalam botol steril bila pasien direncanakan
pemeriksaan laboratorium, jika tidak urine ditampung di bengkok dan dibuang.
PADA PASIEN WANITA :
11. Petugas melakukan vulva higiene dengan kasa + PZ
12. Petugas mengambil kateter dan diberi vaselin ± 5-7 cm
13. Petugas membuka labia mayora dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri
hingga tampak meatus urethrae eksterna, tangan kanan memasukkan kateter
ke dalam urthrae secara perlahan sambil menyuruh pasien menarik nafas
panjang, urine ditampung di botol steril jika pasien direncanakan pemeriksaan
laboratorium, jika tidak urine di tampung di bengkok dan dibuang

14. Petugas mengunci kateter dengan memasukkan aquadest 10cc ke balon kateter
15. Petugas menghubungkan kateter dengan urine bag
16. Fiksasi kateter dengan plester

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7272
17. Petugas membereskan alat, melepas apron, membuang sarung tangan di
sampah medis
18. Petugas mencuci tangan
19. Petugas melengkapi berkas rekam medis

4.3.7.9 PELEPASAN KATETER URINE


Adalah kegiatan pelepasan selang/kateter urine
1. Kegiatan pelapasan kateter dilakukan di ruang tertutup untuk menjaga privasi
pasien
2. Petugas memberitahu pasien
3. Petugas mendekatkan alat :
a) Sarung tangan
b) Pinset

c) Spuit
d) Batadine
e) Bengkok 2 buah
4. Mencuci tangan
5. Membuka plester dengan bensin
6. Memakai sarung tangan
7. Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
8. Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian
letakkan kateter pada bengkok.
9. Olesi area preputium(meatus,uretra) dengan betadin
10. Membereskan alat
11. Melepaskan sarung tangan
12. Mendokumentasikan.

4.3.7.10 PEMASANGAN NASOGAS TRIC TU BE


Tindakan pemasangan selang nasogastrik melalui hidung hingga ke lambung dengan
berbagai tujuan, seperti kumbah lambung, memasukkan makanan

1. Pasien yang dipasang NG tube adalah pasien dengan kesadaran baik, GCS >
10, tidak ada kecurigaan Fraktur Basis Cranii (brill hematom, bloody rhinore,
bloody otorhea), tidak ada deformitas nasal

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7373
2. Pasien/keluarga pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan dan dipersilahkan menandatangani informed consent
3. Petugas memakai sarung tangan dan mendekatkan alat-alat yang sudah
disiapkan
1. Selang NGT sesuai ukuran pasien
2. Spidol untuk menandai
3. Sarung tangan bersih
4. Air minum
5. Spuit 5/10cc
6. Jelly/pelumas
7. Bengkok/nier bekken
8. Stetoskop
9. Hansaplast

10. Form informed consent


4. Petugas mengukur panjang NG tube kurang lebih 40-45 cm atau dari dahi
hingga procesus xyphoideus, NG tube ditandai dengan spidol
5. Pasien diposisikan semi flower
6. NG tube diolesi jelly hingga kurang lebih 15 cm
7. Petugas mulai memasukkan selang NG tube ke dalam hidung hingga terasa
ada tahanan
8. Setelah itu pasien dipersilahkan untuk minum, saat pasien menelan petugas

mendorong NG tube hingga batas spidol


9. Petugas mengecek apakah NG tube sudah masuk lambung dengan cara
memasukkan udara ke dalam selang NG tube dengan spuit 10 cc sambil
didengarkan di daerah epigastrium/lambung
10. Jika terdengar bunyi “blub” berarti NG tube telah masuk lambung/ keluar
cairan lambung dari NG tube
11. Jika tidak maka NG tube dilepas dan proses diulangi lagi
12. Jika posisi NG tube telah benar maka dipasang fiksasi NG tube di hidung
dengan hansaplast
13. Petugas melepas sarung tangan, cuci tangan, menulis di berkas rekam medis

4.3.7.11 PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7474
Syok anafilaktik adalah suatu reaksi kepekaan yang berlebihan terhadap masuknya
protein/ zat asing ke dalam tubuh
1. Petugas menegakkan diagnosa syok anafilaktik jika terjadi kegagalan perfusi
jaringan yang ditandai dengan pasien sesak, lemas, tekadang hingga tidak
sadar, tekanan darah menurun (sistolik < 90mmHg), nadi meningkat >
100x/menit, terkadang kulit menjadi kemerahan dan ada riwayat pemberian
obat terutama obat suntik
2. Petugas menghentikan pemberian obat penyebab anafilaksis
3. Pasien ditidurkan terlentang dengan kaki lebih tinggi atau dengan posisi syok
4. Petugas membebaskan jalan nafas dan bila ada gigi palsu harus dilepas
5. Petugas segera menyuntikkan Adrenalin 1:1000 sebanyak 0,2-0,5 cc IM pada
lengan atas (musculus deltoid) agar obat segera mencapai jantung, masukkan
secara perlahan

6. Petugas memberikan oksigen dengan oxygen mask, flow 4-6 L/mnt


7. Petugas memasang infus dengan larutan RL atau PZ
a. Bila tekanan darah tak terukur, grojok larutan RL 20ml/kgBB
b. Bila tekanan darah sistole <100mmHg, berikan infus 500ml dalam 30 menit
c. Bila tekanan darah sistole >100mmHg, berikan infus500ml dalam 1 jam
8. Petugas mengulangi pemberian 0,2-0,5cc adrenalin setiap 5-10 menit hingga
tekanan sistolik 90-100mmHg dan nadi tidak melebihi 120x/mnt
9. Bila terjadi henti nafas usahakan nafas buatan dengan ambubag
10. Bila terjadi henti jantung lakukan RJPO
11. Penderita yang sembuh jangan langsung dipulangkan tetapi harus diobservasi
dengan seksama
12. Penderita yang tidak membaik dirujuk ke RS ditemani dokter, tersedia oksigen,
obat emergensi, alat RJPO

4.3.7.12 PENJAHITAN LUKA (HECTING )


Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk menyatukan jaringan kulit dan atau otot
yang robek

1. Petugas memberitahu pasien tentang prosedur dan tujuan tindakan serta


meminta informed consent
2. Petugas membantu pasien untuk tidur dengan nyaman
3. Petugas mengidentifikasi jenis luka

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7575
4. Petugas menyiapkan alat :
a. Anti septic : betadin/rivanol
b. Obat untuk anestesi lidokain 2%
c. Benang jahit,sesuai kebutuhan
d. Bengkok
e. Gunting plester, plester
f. Tromol kasa,korentang steril
g. Sarung tangan steril
h. Cairan pembersih luka : PZ,H2O2 3%
i.Spuit 3cc,5cc atau sesuai kebutuhan anestesi
j.Set jahit :
Nald voeder/pembawa jarum
Arteri klem lurus/bengkok

Pincet cirurgies
Gunting benang steril
Penjepit kain
Jarum jahit ukuran sesuai ukuran luka
i. Doek steril/kain penutup luka
j. Pembalut luka sesuai dengan kebutuhan
k. Sufratul
5. Petugas mencuci tangan, memakai APD

6. Membersihkan luka dengan cairan PZ


7. Memberikan obat anestesi dengan injeksi infiltrasi disekitar luka
8. Membersihkan luka dengan H2O2 3%,PZ sampai bersih
9. Mendesinfeksi luka dan sekitarnya dengan betadine
10. Memasang doek lubang/kasa steril di sekitar luka
11. Menjahit l uka :
Ketepatan jenis/nomor benang
Ketepatan nomor jarum
Kerapihan dan ketepatan menjahit
12. Memberikan betadin dan sufratul
13. Melakukan teknik aseptic selama bekerja
14. Membalut luka sesuai kebutuhan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7676
15. Membereskan alat-alat
16. Petugas menyarankan pasien untuk kontrol 3 hari lagi, dan luka tidak boleh
kotor dan basah
17. Petugas melengkapi berkas rekam medis dan menempel lembar informed
consent

4.3.7.13 PENGANGKATAN JAHITAN


Pengangkatan jahitan adalah mengambil benang jahit pada luka yang dijahit dan
telah sembuh
1. Petugas memberitahu dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien
2. Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan
3. Petugas meletakkan set angkat jahitan di dekat pasien atau di daerah yang

mudah dijangkau
4. Petugas membuka balutan/plester dengan hati-hati ditaruh piala ginjal /
bengkok
5. Petugas membuka set angkat jahitan secara steril dan hati-hati
6. Jahitan luka dibersihkan dengan kasa bantal + povidon iodine
7. Jahitan diangkat mulai dari tengah dengan memakai pinset anatomis dan
gunting aff jahitan
8. Bila luka jahitan sudah menutup aff jahitan diteruskan sampai benang jahitan
habis
9. Bila luka belum menutup semua, benang diangkat dibagian yang sudah
menutup saja
10. Bekas luka aff jahitan diberi betadine dan ditutup kembali dengan kasa steril +
balutan / plester

4.3.7.14 PERAWATAN LUKA (TERMASUK LUKA BAKAR)


Perawatan luka adalah suatu tindakan untuk merawat luka yang menyebabkan
gangguan kontinuitas suatu jaringan berupa abrasi, laserasi, luka penetrasi, avulsi,

maupun gabungan dari keempatnya yang disebut open crushing injury.


Merawat luka bakar adalah suatu tindakan untuk merawat luka yang disebabkan oleh
panas/api
Prosedur merawat luka adalah sebagai berikut :

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7777
1. Petugas medis memberitahu pasien tentang prosedur dan tujuan tindakan
2. Petugas medis mempersilahkan pasienberbaring dengan
nyaman/posisi sesuai posisi luka
3. Petugas medis mengidentifikasi jenis luka, untuk luka bakar petugas menilai
luas dan kedalaman luka bakar
a. Luas mengikuti Rule of nine

b. Kedalaman dibagi menjadi :

1) Derajat I : er itema, hangat, nyeri, tidak ada bula


2) Derajat II :
Derajat II A : nyeri, bula, rambut tidak banyak berkurang
Derajat II B : nyeri, bula, rambut banyak berkurang
3) Derajat III : m enghitam, rambut sudah tidak ada
4) Derajat IV : tampak tulang
c. Petugas merujuk jika derajat luka bakar lebih dari sama dengan luka bakar
derajat II > 15% pada dewasa, > 10% pada anak-anak atau luka bakar
derajat III > 10% dst
4. Petugas medis menyiapkan alat : Kasa steril, rivanol/povidon iodine, cairan
infus, cairan perhidrol 3%(bila perlu), spuit 3cc+ lidocain 2% (bila perlu), pinset,
nier bekken(bengkok), plester, sarung tangan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7878
5. Petugas medismencuci tangan, memakai APD : sarung tangan, masker, apron
(bila perlu)
6. Petugas medis membersihkan luka memakai kassa dan pinset dengan cairan
fisiologis menggunakan teknik melingkar dari dalam luka ke arah luar luka
sampai bersih
7. Petugas medis melakukan nekrotomi (bila perlu)
8. Bila luka harus dibersihkan dengan perhidrol, maka daerah luka dilakukan
anestesi lokal infiltrasi lebih dahulu
9. Petugas medis memberikan desinfeksi sesuai jenis luka (betadin/ salep kulit
oxytetra)
10. Petugas medis menentukan apakah luka perlu ditutup
11. Bila ya, tutup luka dengan kassa kering
12. Bila tidak, biarkan luka tanpa ditutup

13. Petugas memberitahu pasien bahwa tindakan selesai dilaksanakan


14. Petugas memisahkan alat medis dari sampah medis
15. Petugas melepaskan APD dan mencuci tangan
16. Petugas melengkapi berkas rekam medis

4.3.7.15 PEN ANGANAN A S MA A TT A C K


Asma dalam serangan (eksaserbasi akut) merupakan episode perburukan
yang progresif gejala sesak napas, batuk, bising mengi atau dada terasa tegang atau
kombinasi dari gejala-gejala ini.
1. Petugas medis menentukan derajat serangan asma berdasar tabel di bawah
ini :

GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
Sesak napas berjalan Berbicara Istirahat
Cara
Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
berbicara
Dapat tidur
posisi terlentang duduk Duduk membungkuk

kadang Gelisah, kesadaran


kesadaran gelisah gelisah
gelisah menurun

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


7979
> 30x/menit
Umur < 2bulan >
60x/menit
Umur 2-12 bulan >
Frekuensi
meningkat meningkat 50x/menit
napas Umur 1-5 tahun >
40x/menit
Umur 6-8 tahun
>30x/menit

2. Petugas medis melakukan tatalaksana sebagai berikut :


Tatalaksana Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
I Oksigen I I I
Oksigenasi
Inhalasi agonis Nebulisasi agonis
beta-2 kerja singkat beta-2 kerja singkat
(salbutamol (ventolin 2,5mg atau
respule/ventolin 2,5 0,1-0,15mg/kgBB/kali)
mg atau 0,1- dan antikolinergik
Bronkodilator 0,15mg/kgBB/kali) (ipratropium bromide Seperti asma serangan
dengan Nebulisasi 0,5mg atau berat dan pertimbangkan
sampai tiga kali 0,1ml/kgBB) tiap 20 intubasi dan ventilasi

dosis (tiap 20 menit atau secara mekanik (Rujuk IRD RS)


menit) dalam satu kontinu selama satu
jam pertama jam pertama
Kortikosteroid oral
Kortikosteroid per iv
(Methylprednisolon
Kortikosteroid (Deksametason
40-80mg atau
1mg/kgBB per hari)
1mg/kgBB)
3. Petugas merujuk pasien bila serangan berat tidak membaik dengan nebulisasi,

pasien gelisah, terjadi penurunan kesadaran


4. Dokter mendampingi pasien dalam perjalanan rujukan dengan ambulan,
tersedia oksigen dan alat RJPO

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8080
4.3.7.16 PENANGANAN HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia (True hypoglikemia) adalah kadar gula darah < 60 mg/dl
1. Petugas menemukan pasien dengan riwayat diabetes mellitus dengan keluhan
:
a. Keringat dingin, berdebar
b. Pusing, gelisah
c. Dapat tidak sadar
2. Petugas memeriksa kadar gula acak pasien < 60mg/dl
3. Petugas memberikan terapi :
a. Bila pasien sadar : karbohidrat komplek (pisang, roti dsb) jika gagal
karbohidrat simple (teh gula)
b. Jika masih gagal atau pasien tidak sadar injeksi glukosa 40% iv 25ml
(encerkan dua kali)

c. Infus glukosa 10%, persiapkan rujukan


d. Evaluasi keberhasilan terapi dilihat dari klinis pasien dan pemeriksaan
glukosa darah tiap ½ jam
4. Petugas melengkapi berkas rekam medis

4.3.8 PELAYANAN AMBULAN GAWAT DARURAT

Pemakaian ambulan fungsional puskesmas adalah untuk mengantar pasien


emergensi ke Rumah Sakit

1. Petugas penanggungjawab ambulan selalu menyiapkan ambulan di dekat


puskesmas sesuai jam buka pelayanan puskesmas
2. Sopir ambulan mengendarai ambulan dengan kecepatan maksimum
40km/jam di jalan biasa dan 80km/jam di jalan bebas hambatan
3. Sopir ambulan sebisa mungkin selalu mematuhi peraturan lalu lintas
4. Sopir ambulan didampingi perawat untuk mentransport pasien kasus
emergensi dengan triase merah
5. Sopir ambulan didampingi dokter untuk mentransport pasien kasus emergensi
dengan triase biru
6. Petugas UGD menyiapkan dan melakukan monitoring berkala terhadap alat
dan obat-obat emergensi minimal satu bulan sekali

4.3.9 PELAYANAN TERPADU


PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
8181
Pelayanan Terpadu adalah pelayanan pasien secara komprehensif yang
melibatkan multidisipliner dan dilakukan satu pintu
1. Petugas poli awal yang menerima pasien mengidentifikasi pasien yang
memerlukan pelayanan multidisipliner, seperti pasien hamil dengan diabetes
dsb
2. Petugas poli memberitahukan kepada pasien/keluarganya bahwa pasien perlu
dikonsultasikan ke poli lain
3. Petugas poli menulis di formulir rujukan internal t ujuan poli yang
dikonsultasikan, diagnosa sementara dan alasan dikonsulkan
4. Pasien/keluarga pasien membawa formulir rujukan internal ke poli tujuan
5. Petugas yang dikonsuli menulis hasil konsultasi di formulir rujukan internal
6. Pasien/keluarga pasien membawa kembali formulir hasil konsultasi ke poli
asal

7. Petugas poli pertama menempel formulir rujukan internal ke berkas rekam


medis
Bentuk formulir rujukan internal :

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8282
4.3.10 PELIMPAHAN TUGAS DAN WEWENANG

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter

berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.


Pelimpahan tugas dan wewenang pengobatan dasar/pelimpahan kewenangan dari
dokter Puskesmas dapat diberikan oleh Kepala Puskesmas kepada perawat yang
ditempatkan di Puskesmas dan jaringannya untuk melaksanakan pengobatan dasar
dengan baik. Pelimpahan tugas dan wewenang pengobatan dasar di Puskesmas dan
jaringannya dapat dilakukan karena:
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak
ada dokter ditempat kejadian

2. Perawat/Bidan merupakan petugas kesehatan dari Puskesmas yang ditempatkan


di Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes dan harus melaksanakan program
pemerintah berupa pengobatan dasar sesuai dengan SOP
3. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat
ditangani oleh dokter yang ada atau terjadi KLB.

4.3.11 PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2006 dalam buku Manual Rekam Medis,
ada 2 jenis rekam medis, yaitu:
1. Rekam medis konvensional.
2. Rekam medis elektronik.
Rekam medik di UPT Puskesmas Kemlagi adalah rekam medis konvensional dalam
bentuk personal folder

Rekam medik merupakan data medik pasien tertulis, yang dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum,dan hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8383
2. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas serta harus sesuai
standar yang ditetapkan menurut jenis pelayanan.
3. Harus ada sistem identifikasi, indeks, dan sistem dokumen yang memudahkan
pencarian rekam medik.
4. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan/inap sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat dan pekerjaan).
b. T anggal dan waktu.
c. Hasil anamnesa,mencakup sekurang-kurangnya keluhan
danriwayat/perjalanan penyakit.
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik yang dilakukan.
e. Dokumentasi hasil pemeriksaan.
f. Diagnosis penyakit.
g. Rencana penatalaksanaan.

h. Pengobatan dan/atau tindakan medik.


i. Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani. Apabila dalam
pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik,
kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan
nomor identitas pribadi/Personal Identification Number (PIN).
j. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
k. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
5. Rekam medik disebut lengkap bila telah berisi seluruh informasi tentang pasien
sesuai dengan formulir yang disediakan, isi rekam medik harus lengkap dan
benar
6. Dokter, perawat dan bidan bertanggung jawab akan kebenaran dan ketepatan
pengisian rekam medik. Bila ter jadi kesalahan pencatatan rekam medis, catatan
dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun.Perubahan
catatan atas kesalahan dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.
7. Setelah memberikan pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan
dokter gigi segera melengkapi rekam medis dengan mengisi atau menulis semua

pelayanan praktik kedokteran yang yang telah dilakukannya.


8. Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis, tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8484
membuat/mengisi rekam medis atas perintah/pendelegasian secara tertulis dari
dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran.
9. Berkas rekam medis menjadi milik Puskesmas, sedangkan isi rekam medis dan
lampiran dokumen menjadi milik pasien.
10. Batas waktu lama penyimpanan re kam medis menurut Peraturan Menteri
Kesehatan paling lama 5 (lima) tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25
(dua puluh lima) tahun.

4.3.12 PELAKSANAAN INFORMED CONSENT


Persetujuan tindakan medik (Informed consent) adalah persetujuan tertulis
maupun lisan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya terhadap tindakan
kedokteran/ kedokteran gigi yang akan dilakukan dokter, perawat dan bidan terhadap
pasien (contoh persetujuan dan penolakan tindakan medik pada lampiran 9 dan 10).

Pasal 45 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran ayat (5) menyatakan bahwa “Setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan”.
Umumnya disebutkan bahwa contoh tindakan yang berrisiko tinggi adalah tindakan
invasif (tertentu) atau tindakan bedah yang secara langsung mempengaruhi keutuhan
jaringan tubuh. Mengacu kepada anjuran General Medical Council (GMC) di Inggris,
Komite Kedokteran Indonesia melalui buku manual ini memberikan petunjuk bahwa
persetujuan tertulis diperlukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau efek
samping yang bermakna.
2. Tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi.
3. Tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi
kedudukan kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien.
4. Tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian.
Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta.

Jenis informed consent:


1. Persetujuan Informed Consent

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8585
Persetujuan/penolakan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan oleh
pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara lengkap dari
tenaga kesehatan yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medik.
b. Tujuan tindakan medik yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya.
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan
diberikan oleh orang tua/wali.
g. Bagi pasien dibawah umur 21 (dua puluh satu) tahun yang tidak
mempunyai orang tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan,
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat.

h. Bagi pasien lanjut usia, persetujuan dapat diberikan oleh keluarga


terdekat.
i. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan, tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat
dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya maka tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
2. Penolakan pemeriksaan/tindakan.
3. Pembatalan persetujuan.
a. Pada prinsipnya setiap pasien dapat membatalkan persetujuan mereka
dengan membuat surat atau pernyataan tertulis pembatalan
persetujuan tindakan kedokteran.
b. Pembatalan dilakukan sebelum tindkan dimulai.
c. Pasien harus diberitahu bahwa pasien bertanggung jawab atas akibat
dari pembatalan persetujuan tindakan, oleh karena itu pasien harus
kompeten untuk dapat membatalkan persetujuan dan dokter harus
menghormatinya dan membatalkan tindakan atau pengobatannya.
Tindakan di UPT Puskesmas Kemlagi yang membutuhkan persetujuan

tindakan medik adalah sebagai berikut :


1. Semua tindakan operasi bedah minor yang dilakukan di Poli Umum, UGD dan
Poli Gigi, seperti :
a. Penjahitan luka

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8686
b. Ekstraksi kuku, Roser Plasty
c. Ekstirpasi lipoma atau tumor jinak lain yang dapat dikerjakan di puskesmas
d. Insisi abses
e. Pencabutan gigi permanen, kecuali goyang 3-4º
2. Pemasangan IUD
3. Pemasangan Implan
4. Penyuntikan KB maupun obat injeksi lainnya
5. Pemberian imunisasi ( di awal saja)
6. Pemeriksaan HIV/AIDS

4.3.13 PELAYANAN RUJUKAN

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas


kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti
antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh
Puskesmas terbatas, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan secara
paripurna Puskesmas melakukan rujukan secara rasional ( tepat indikasi, tepat waktu
dan tepat sasaran).
Rujukan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai respon terhadap ketidak

mampuan suatu pusat layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan dalam


melaksanakan tindakan medis terhadap pasien. Sistem rujukan merupakan suatu
mekanisme pengalihan atau pemindahan pasien yang terjadi dalam atau antar
fasilitas kesehatan yang berada dalam suatu jejaring.
Rujukan yang dilaksanakan di Puskesmas bisa merupakan rujukan vertikal ke tingkat
lebih rendah atau ke tingkat lebih tinggi maupun horizontal antar fasilitas kesehatan
yang sama pada wilayah yang berbeda. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 pasal 3 tentang sistim r ujukan pelayanan
kesehatan perorangan, maka:
1. Pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis,
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
8787
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
Penyebab rujukan, antara lain karena ketidak mampuan Puskesmas dalam
melakukan pemeriksaan spesimen/penunjang medik, keterbatasan pengetahuan,
membutuhkan konsultasi tenaga ahli/spesialis dan lain-lain. Pasien rujukan harus
disertai dengan informasi alasan rujukan.
Ketentuan rujukan:
1. Puskesmas mempunyai alur rujukan, prosedur merujuk pasien, prosedur
menerima rujukan, prosedur menerima balasan rujukan. Prosedur rujukan ini
dibuat dengan mengacu pada Buku Pedoman Sistem Rujukan Berbasis Indikasi
Medis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013.
2. Tersedia informasi mengenai fasilitas rujukan lain, ada kerjasama Puskesmas
dengan sarana kesehatan lain untuk menjamin kelangsungan pelayanan klinis

(rujukan klinis, rujukan diagnostik dan rujukan konsultatif).


3. Persyaratan rujukan pasien: pasien distabilkan terlebih dahulu sesuai dengan
kemampuan Puskesmas, sebelum dirujuk ke pelayanan yang mempunyai
kemampuan lebih tinggi.
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan atau dokter
gigi pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam keadaan
gawat darurat, bencana, kekhususan, permasalahan kesehatan pasien dan
pertimbangan geografis.
5. Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan
penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali pasien tidak
dapat ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya atau geografis dan tidak
mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.

Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah rujukan kasus
penyakit. Apabila Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan

kesehatan yang lebih mampu, baik ke Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap
dengan PONED/PLUS maupun Rumah Sakit. Kriteria pasien yang dirujuk adalah bila
memenuhi salah satu:
a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dipastikan tidak mampu diatasi.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8888
b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksa
harus disertai dengan kehadiran pasien.
d. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Rujukan pada saat bencana:


Evakuasi korban dilakukan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan korban dan
ketersediaan sarana serta sumber daya manusia. Standar rujukan pasien pada saat
bencana dilakukan setelah dilakukan triase, dimana korban dengan:
a. Label merah, dirujuk ke rumah sakit tipe A/B
b. Label kuning, dirujuk ke rumah sakit tipe B/C

c. Label hijau, dirujuk ke Puskesmas/rumah sakit lapangan


d. Label hitam, meninggal: tergantung dari kondisi korban, perlu diidentifikasi atau
tidak, apabila diperlukan maka dirujuk ke rumah sakit

BAB V

LOGISTIK

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


8989
Perencanaan logistik untuk keperluan pendukung penyelenggaraan
pelaksanaan pelayanan rawat inap adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan obat dan bahan habis pakai medis


Penanggungjawab : koordinator obat dan dokter penanggungjawab obat

Perencanaan dilakukan sesuai kebutuhan pasien pada bulan Oktober-


Desember untuk tahun berikutnya k epada Dinas Kesehatan bagian Pelayanan
Kesehatan
Rumus perencanaan obat dan bahan habis pakai medis :
A = (B+C+D)-E
A (rencana pengadaan)
B (pemakakaian rata-rata x 12 bulan)
C (stok pengamanan 10-20%)
D (waktu tunggu pengadaan barang)
E (sisa stok)
2. Perencanaan alat kesehatan
Penanggungjawab : koordinator alat kesehatan puskesmas
Perencanaan dilakukan pada bulan Oktober – Desember untuk tahun
berikutnya berdasarkan kebutuhan yang disesuaikan dengan standar
puskesmas rawat jalan.
Adapun rencana perbaikan jika ada alat kesehatan yang rusak diajukan saat
itu juga kepada Dinas Kesehatan bagian Pelayanan Kesehatan

3. Perbaikan gedung dan sarana prasarana pendukung


Untuk maintenance gedung dilakukan secara rutin oleh bagian Sanitasi
puskesmas, begitu juga dengan maintenance sarana prasarana seperti listrik
dan air. Jika gedung memerlukan perbaikan kecil maka perbaikan menjadi
tanggung jawab puskesmas sesuai dana yang tersedia
Jika perbaikan yang diperlukan cukup besar maka puskesmas mengajukan
usulan perbaikan kepada Dinas Kesehatan

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9090
RAWAT INAP

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan harus memperhatikan


keselamatan pasien saat mendapat pelayanan kesehatan yang meliputi enam hal :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Ketepatan identifikasi dilakukan sejak pasien diterima di unit pendaftaran


hingga mendapatkan obat/tindakan/dirujuk
Ketepatan identifikasi dilakukan dengan menanyakan minimal dua dari empat
identitas pasien yaitu : Nama lengkap, Tanggal lahir, Alamat, Nomor rekam
medis
Identifikasi pasien dilakukan oleh semua petugas kesehatan setiap kali pasien
akan mendapatkan pelayanan seperti saat pasien mendaftar, pasien dipanggil
di poli umum, pasien akan diambil darah, pasien akan dilakukan operasi minor,
pasien akan diberi obat dst
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif yang dimaksud adalah komunikasi lisan maupun tertulis
yang berhubungan dengan pelayanan kepada pasien
Komunikasi efektif dengan pasien dapat dilakukan dengan memberikan
kalimat tanya terbuka
Komunikasi efektif antar petugas dilakukan dengan pengisian berkas rekam
medis dengan lengkap, benar dan tulisan yang dapat terbaca, begitupun juga
dengan penulisan resep, permintaan konsultasi rujukan internal, permintaan

laboratorium maupun pengisian resume medis saat merujuk pasien


Jika dilakukan konsultasi melalui telepon (misal : dengan petugas pustu) maka
petugas sebaiknya mengulang kembali kalimat hasil konsultasi tersebut agar
tidak terjadi kekeliruan, dan mencatat hasil konsultasi sebagai bukti
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (Benar Obat, Benar
Dosis, Benar cara pemberian, Benar Waktu Pemberian, Benar Pasien, Benar
Informasi, Benar Dokumentasi )
Petugas poli wajib melakukan pengecekan kembali resep sebelum obat
diserahkan kepada pasien, di antaranya melakukan identifikasi pasien
penerima resep, mengecek jenis obat, dosis, cara pakai serta jumlah obat
yang diberikan
4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9191
Sebelum dilakukan operasi dokter mengkonfirmasi kembali lokasi operasi
dengan pasien atau keluarga pasien, serta dilakukan identifikasi pasien
sebelum dilakukan tindakan
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Pengurangan resiko infeksi dilakukan dengan menerapkan kewaspadaan
universal di semua unit pelayanan di puskesmas
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Pengurangan resiko pasien jatuh dilakukan dengan menganalisa bentuk
gedung, lokasi puskesmas, dan dilakukan perbaikan agar resiko pasien jatuh
berkurang, seperti tangga yang terlalu curam diberi pegangan pengaman,
lantai diberi sekat agar tidak terpeleset dsb

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan

kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat


dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Potensial
Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Diinginkan (KTD)
1. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar kepada
pasien tapi tidak menimbulkan cedera
2. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar kepada pasien
4. Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cedera kepada pasien
Adapun langkah menuju keselamatan pasien di UPT Puskesmas Kemlagi
dilakukan dengan pembentukan Tim Manajemen Mutu Klinis dan Keselamatan
Pasien yang diketuai langsung oleh dokter umum sebagai motor pelaksana
keselamatan pasien di puskesmas. Usaha yang dilakukan terkait dengan kondisi
mencapai tingkat keselamatan pasien yang baik antara lain :
1. Membangun nilai kesadaran bagi seluruh karyawan puskesmas akan nilai

keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung seluruh karyawan puskesmas untuk menerapkan
program keselamatan pasien

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9292
3. Mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keselamatan
pasien, seperti kejadian tidak cedera (KTC), kejadian potensial cedera (KPC),
kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak diinginkan (KTD)
4. Mengembangkan sistem pelaporan KTC, KPC, KNC, KTD
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
6. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

BAB VII

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9393
7.1 STANDAR PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

Bentuk pelayanan kesehatan kerja untuk petugas rawat inap yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi pekerja :


a. Pemeriksaan fisik lengkap
b. Kesegaran jasmani
c. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax, laboratorium rutin, EKG)
d. Pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya
yang diperkirakan timbul khusus untuk pekerjaan tertentu
e. Jika tiga bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh
dokter dan tidak ada keragu-raguan dinyatakan sehat maka tidak perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja


dan memberikan bantuan kepada pekerja puskesmas dalam penyesuaian diri
baik fisik maupun mental terhadap pekerjanya, di antaranya :
a. Informasi umum puskesmas dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan
kesehatan dan keselamatan kerja
b. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya
c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri
d. Orientasi kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja
e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan
kesehatan kerja secara berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam
rangka menciptakan budaya kesehatan dan keselamatan kerja
3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan
pajanan di puskesmas :
a. Setiap pekerja di puskesmas wajib mendapatkan pemeriksaan berkala
minimal satu tahun sekali
b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan jenis dan besar pajanan serta
umur dari pekerja

c. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain sebagai
berikut :

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9494
- Pemeriksaan kesehatan HbsAg dan HIV untuk pekerja yang
berhubungan dengan darah dan produk tubuh manusia (dokter, dokter
gigi, perawat, perawat gigi, bidan, petugas laboratorium)
- Melakukan upaya preventif (vaksinasi hepatitis B pada pekerja yang
terpajan produk tubuh manusia)
4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
karyawan puskesmas
a. Pemberian imunisasi bagi petugas puskesmas
b. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi
c. Pembinaan mental dan rohani
5. Memberikan pengobatan bagi karyawan puskesmas yang menderita sakit
a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh karyawan
puskesmas

b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk


karyawan puskesmas yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK)
c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan
kesehatan khusus
d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja puskesmas,
khususnya poli umum dan UGD yang akan pensiun atau pindah kerja
a. Pemeriksaan kesehatan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium lengkap, EKG, paru (foto thorax dan fungsi
paru)
7. Melakukan koordinasi dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap karyawan puskesmas dan pasien
a. Pertemuan koordinasi
b. Pembahasan kasus
c. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
a. Melaksanakan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi

jenis bahaya dan besarnya resiko


b. Melakukan identifikasi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya, lama
pajanan, dosis pajanan
c. Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9595
d. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan
pemberian istirahat kerja)
e. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan karyawan puskesmas
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan
dengan kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap fa ktor fisik, kimia,
biologi, psikososial dan ergonomi)
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja puskesmas yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas
dan Dinas Kesehatan

7.2 STANDAR PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUS KESMAS

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,

prasarana dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan
:

1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana, dan


peralatan kesehatan :
Lokasi puskesmas memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan puskesmas
a. Teknis bangunan puskesmas, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan

kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dengan


keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,
dan orang usia lanjut
b. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggara puskesmas
c. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan
puskesmas harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di
bidangnya (sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana
serta peralatan kesehatan puskesmas)
d. Membuat program pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan rutin dan
berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9696
e. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan
dan laik pakai
f. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang
g. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
pekerja :
a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan
kerja dan karyawan puskesmas

b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan


mengendalikan resiko ergonomi
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, er gonomi dan psikososial
b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikososial secara rutin dan berkala
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan
lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana prasarana
sanitasi yang memenuhi syarat, meliputi :
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus

f. Sterilisasi/desinfeksi
g. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9797
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan penggunaan APD
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap keputusan penggunaan
peralatan keselamatan dan APD
6. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh karyawan
puskesmas
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat
kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan/keamanan
a. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan
peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku serta standar keamanan dan keselamatan
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya

a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris cedera dan cedera petugas


b. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
cedera dan cedera petugas
9. Pembinaan dan pengawasan Sistem Penanggulangan Kebakaran
a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
c. Membuat SOP APAR
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
e. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
10. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan
pelayanan keselamatan kerja yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas
dan Dinas Kesehatan

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

RAWAT INAP

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9898
Indikator Mutu Upaya Kesehatan Perorangan telah diatur lebih lengkap dalam
Panduan Mutu puskesmas. Berikut adalah profil serta sasaran mutu rawat inap di
UPT Puskesmas Kemlagi :

JUDUL Tingkat Kejadian Flebhitis

TUJUAN Untuk menghindari kompilkasi akibat flebitis


DEFINISI suatu inflamasi vena yang terjadi akibat tidak berhasilnya penusukan
vena, kontaminasi alat IV dan penggunaan cairan hipertonik yang
OPERASIONAL
tidak
adekuat, yang secara kimiawi dapat mengiritasi vena. jadi tidak boleh
lebih dari 1,5 % dari jumlah pasien
ALASAN DAN Jumlah pasien yang banyak, diperlukan pelayanan petugas yang
IMPLIKASI efektif efisien demi kenyamanan pasien
FORMULA Jumlah pasien Flebitis yang dilayani < 1,5% dalam 1 bulan : Jumlah
seluruh pasien yang flebitis di dalam 1 bulan x 100% = %

NUMERATOR Jumlah pasien yang flebitis< 1,5


DENOMINATOR Jumlah seluruh yang flebitis dalam 1 bulan
TARGET < 1,5%
KRITERIA Seluruh pasien yang di pasang infus
INKLUSI
KRITERIA Seluruh Pasienyang mengalamiflebitis
EKSKLUSI
PENCATATAN Setiap hari kerja, oleh petugas jaga rawat inap
REKAPITULASI Setiap bulan, oleh Tim Audit Internal
UNIT
ANALISA & Setiap 6 bulan, oleh Tim Manajemen Mutu dan Kepala Puskesmas
PELAPORAN
FORMAT No Tanggal Jumlah Jumlah pasien Keteranga
PENCATATAN pasien yang mengalami n
yang flebitis < 1,5%
dipasang
infus

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


9999
BAB IX

PENUTUP

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page


1001001
00
Pedoman Pelayanan rawat inap adalah salah satu bagian dari upaya
puskesmas untuk mewujudkan penyelenggaraan praktek pengobatan dasar yang
terstandar, aman dan bermutu. Adapun Pelayanan rawat inap merupakan salah satu
program puskesmas untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri.
Program ini tentunya tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan banyak dukungan
baik dari manajemen, karyawan maupun masyarakat agar berjalan lancar. Upaya
peningkatan mutu pelayanan dilakukan di semua unit pelayanan, baik pada unit
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, maupun pada unit pelayanan
administrasi dan manajemen melalui program jaminan mutu. Salah satu indikator
yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan puskesmas dikatakan bermutu
adalah pencapaian terhadap indikator klinik pelayanan puskesmas yang sesuai
dengan standar.

PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page 101

Anda mungkin juga menyukai