PENDAHULUAN
inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta
puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap.
STANDAR KETENAGAAN
FASILITAS
3.2.1 PERALATAN
mebelair dan bahan habis pakai yang dimiliki Puskesmas untuk melaksanakan
kegiatan program di Puskesmas, yang mencakup rincian informasi mengenai
peralatan.
Ketentuan mengenai peralatan di Puskesmas:
1. Setiap peralatan yang digunakan untuk kegiatan harus mempunyai
penanggung jawab dalam hal penggunaan dan pemeliharaan peralatan
yang menjadi tanggung jawabnya. Kinerja setiap penanggung jawab alat
dievaluasi.
alat.
c. Peralatan berfungsi bila dapat digunakan untuk kegiatan.
d. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kalibrasi dan
perbaikan peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
instruksi kerja yang ada. Prosedur dan instruksi kerja tersebut harus
dievaluasi secara berkala.
e. Peralatan medis yang digunakan di Puskesmas harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh pengkalibrasi yang berwenang.
f. Program pemeliharaan sarana dan peralatan perlu disusun dan
dilaksanakan secara konsisten agar pelayanan dan penyelenggaraan
program kegiatan Puskesmas berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
hambatan akibat ketidak tersedianya sarana dan alat.
g. Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan berkala dan menjadi tanggung
jawab Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
h. Dalam mempergunakan alat khusus seperti EKG, radiologi, inkubator,
dll sebelumnya harus dilakukan uji fungsi dan uji coba serta program
pelatihan untuk mempergunakannya.
14. Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan medis dan non medis yang
memadai sesuai dengan jenis p elayanan yang diberikan.
Peralatan non medis di Puskesmas terdiri dari:
JUMLAH
No JENIS PERALATAN
MINIMAL
I. Set Rawat Inap
1. Ari sound timer 1 buah
2. Baki Instrument bertutup 1 buah
3. Bak instrumen bertutup 30 x 30 Cm 1 buah
4. Bisutri No 10 1 buah
5. Brankar 1 buah
Gunting lengkung, ujung tajam (Metzenbaum)
6. 3 buah
(18 Cm)
Gunting lengkung, ujung tumpul ( Metzenbaum)
7. 3 buah
(18 Cm)
Gunting lurus,ujung tajam (Metzenbaum) (18
8. Cm) 3 buah
Gunting lurus, ujung tumpul (Metzenbaum) (18
9. 3 buah
Cm)
10. Gunting mayo lurus atau lengkung 3 buah
11. Gunting pembuka jahitan,lurus 3 buah
12. Kaca pembesar 3 buah
13. Kanula hidung 3 buah
14. Kateter, selang penghisap lendir bayi 3 buah
15. Kauter 3 buah
16. Klem
Klem agrave,
artteri,1214Cm,
mmlengkung
(isi 100) dengan gigi 1 x 2 3 buah
17. (Halstead - Mosquito) 3 buah
Klem arteri,12 Cm , lengkung tanpa gigi
18. 3 buah
(Halstead - Mosquito)
9. b
Jaurla
utm jahit,lengkung 3/8 lingkaran,penampang 1 box
10. segitiga 1 box
11. Kasa non steril 1 box
12. Kapas 1 box
13. Masker 1 box
14. Plester 1 box
15. Sarung tangan,Nomor 6½ Steril dan non steril 1 box
16. Sarung tangan Nomor 7 Steril dan non steril 1 box
17. Sarung tangan,Nomor 7½ Steril dan non steril 1 box
IV. Meubelair
1. Kursi 12 buah
Sesuai jumlah tempat
2. Lemari kecil untuk perlengkapan pasien tidur
3. Lemari peralatan 1 buah
4. Penyekat ruangan 7 buah
Pengkajian awal klinis adalah wawancara yang dila kukan terhadap pasien dan
atau keluarga pasien untuk mengumpulkan data penyakit. Pengkajian awal klinis
dapat dilakukan oleh dokter dan perawat.
Tata cara melakukan pengkajian awal klinis adalah sebagai berikut :
1. Petugas melakukan anamnesa penyakit
2. Petugas menanyakan keluhan utama
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
1212
3. Petugas menanyakan riwayat penyakit sekarang/perjalanan penyakit (sejak
kapan, durasi, frekuensi, sifat)
4. Petugas menanyakan keluhan tambahan (sejak kapan , durasi, frekuensi,
sifat)
5. Petugas menanyakan riwayat penyakit dahulu
6. Petugas menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
7. Petugas menanyakan pengobatan yang sudah didapat/obat apa yang sedang
dikonsumsi
8. Petugas memberitahu akan dilakukan pemeriksaan fisik
9. Petugas menjelaskan maksud pemeriksaan fisik
10. Petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi
11. Petugas memberitahukan kepada pasien tentang hasil pemeriksaan
12. Petugas mencatat anamnesa dan seluruh hasil pemeriksaan pasien ke dalam
berkas rekam medis
Bila kajian dilakukan oleh perawat maka perawat melaporkan hasil
kajian kepada dokter untuk dikonsultasikan, kecuali jika perawat mendapat
pelimpahan tugas dan wewenang maka perawat dapat menggunakan hasil kajian
untuk menegakkan diagnosa dan memberikan terapi.
jelas. Dalam hal ini telah disusun acuan dalam menangani 20 penyakit terbesar di
puskesmas dengan mengacu kepada KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG
Diagnosis Banding
a. Proses akibat white coat hypertension.
b. Proses akibat obat.
c. Nyeri akibat tekanan intraserebral.
d. Ensefalitis.
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.
Stop Hypertension).
b. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
c. Gaya hidup aktif/olah raga teratur.
d. Stop merokok.
e. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang
harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa
kali minum sehari.
Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan
obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada
gejala.Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran
kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan
komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal,aterosklerosis
pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark myocard, angina pectoris, serta
gagal jantung
Kriteria rujukan
a. Hipertensi dengan komplikasi.
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam
pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang, tidak menangis atau meronta).
Pneumonia Sedang
4.3.3.3 MYALGIA
Myalgia adalah istilah untuk gejala nyeri otot. Oleh karena sebagian besar tubuh kita
memiliki otot, maka gejala myalgia dapat terjadi di bagian tubuh mana saja, atau
bahkan di seluruh tubuh.
Myalgia hanyalah gejala dari suatu penyakit. Myalgia dapat timbul dari berbagai
penyebab, antara lain:
(1) Penyakit infeksi seperti flu, demam berdarah, chikungunya, malaria, polio, cacar
dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu:
1. Non obesitas
2. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua
(umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
Keluhan klasik Diabetes mellitus berupa polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.Keluhan lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.Jika keluhan khas,
pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah c ukup untuk menegakkan
diagnosis Diabetes mellitus. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis Diabetes mellitus.
Untuk kelompok tanpa keluhan khas Diabetes mellitus, hasil pemeriksaan glukosa
darah yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan
diagnosis Diabetes mellitus. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat
sekali lagi angka
abnormal, baik kadar kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral
(TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl
Tata cara pelaksanaan Tes Toleransi Glukosa Oral :
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk menormalkan atau mengontrol kadar gula
didalam darah, meliputi 5 komponen yaitu :
1. Diet
Diet untuk mengotrol berat badan adalah dasar dalam pelaksanaan pengontrolan
gula darah pada penyakit DM.
a. Intake Kalori
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
2424
Langkah awal dengan menentukan kebutuhan kalori dasar dengan
mempertimbangkan usia, jenis kelamin dan berat badan.
b. Distribusi kalori
Pemberian kalori difokuskan pada jumlah harian dari karbohidrat, protein dan lemak.
2. Exercise/ latihan
Latihan fisik dapat mempermudah transportasi glukosa kedalam sel karena kerja
insulin meningkat dan menurunkan kadar gula dalam darah.
a. Monitor kadar gula darah
b. Pengobatan
Pengobatan pada tipe I (IDDM) hanya dengan menambah insulin dari luar karena
tubuh gagal memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Pada tipe II (NIDDM)
dilakukan dengan pemberian obat untuk jangka panjang atau pendek, pengaturan
diet serta pemberian insulin.
1. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda
dan gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.
100
80
£.
c:
.Q
uc 60
::,
....
40
�
Al 20
0
0 10 16-26
Al)pfoximate t,me(Yeers)
-:,.,.....f'M0.,��·
��041.e .....,.. s..Ml"4.1.-:..t .. i:M
l..lt'N'r 11\0ect•l )A\t..-. wee,;;a1..""2:0Q5.•2);12:�M. O.�#lce0'4� :tl049"'3'"68: �!.t Kt, YCOC!lrl
'IJ..fl'O :o.M,&�7'-4:11.
2. Terapi obat
Berikut adalah obat-obatan yang sering digunakan dalam terapi Diabetes mellitus
.,. ._....
u......
- AIC
Ollbenkt8mld den
-
...,......
--- -· - 1.�2.0"JI. TIOSlt 8da kaltan Elek aamp1ng
·-
klO..............mial
Metformin
......... oenoan
-- ·
.....,....,..,
glukoNh &
-
ha,ganya mah.al clan
.._.,._....,,kelYliia
T1820llchndl0r'I
E- o�••,r. Mempefba.110 p,0,11 ReWIR9' ca.ran, CHr
--· --
dengan �a1 bc:ldan pun�ng l!dQk d!NlraNYln
nhlb11or Nkre8111n�
OPP-<
_,.
gl-
.. mf!lh91
-· - --
·'-
.......
- --·
1n11re11n O�to,i. v.nu,untm t>&1"8t ·�211/h�fl
t11n&IO,gln'ltl1-ltk .."'*- lnaulin penpgunNn janglta penf8nQ
IMUtk dn,•r•nkan chin �
-
�··IIM'I -
ln&U11n
·--.-..
...,..N. i_.
ttlPOQldl4,ffll ua •.-.., :>....
balkJ �
111p.c1��•••••01t
UO&t9 bd•k tcttb,ilo&
dMllOl'ld()I' mel'\lngkllolkan
lnJ09'&1 1 -4 Qlrolhen Nn.
,,,.,,,.,.,
OIUII.GN bero1 bacllln hliPOQIII�
•••mula111 dnn nnalOQnv. rNlhAI
.,..._
Pemeriksaan Penunjang
LED
Pemeriksaan di layanan sekunder atau rujukan horizontal:
a. Faktor reumatoid (RF) serum.
f. Faktor reumatoid serum positif. Hasil positif dijumpai pada sebagianbesar kasus
(85%), sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanyaRA.
g. Gambaran radiologik yang spesifik.
h. LED dan CRP meningkat.
PEDOMAN UKP RAWAT INAP UPT PUSKESMAS KEMLAGI Page
2929
i. Analisis cairan sendi: terdapat gambaran inflamasi ringan-sedang.
Untuk diagnosis RA, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut di atas. Kriteria 1-4
harus minimal diderita selama 6 m inggu.
Tabel. Sistem penilaian klasifikasi kriteria RA (American College
ofRheumatology/EuropeanLeague Against Rheumatism, 2010)
Catatan:
a. Kriteria tersebut ditujukan untuk klasifikasi pasien baru.Sebagai tambahan, pasien
dengan penyakit erosif tipikal RA denganriwayat yang sesuai dengan kriteria 2010 ini
harus diklasifikasikan kedalam RA. Pasien dengan penyakit lama, termasuk yang
tidak aktif(dengan atau tanpa pengobatan), yang berdasarkan data retrospektifyang
dimiliki memenuhi kriteria 2010 ini harus diklasifikasikan kedalam RA.
b. Diagnosis banding bervariasi diantara pasien dengan manifestasi yangberbeda,
tetapi boleh memasukkan kondisi seperti SLE, artritis psoriatic,dan gout. Jika
diagnosis banding masih belum jelas, hubungi ahlireumatologi.
c. Walaupun pasien dengan skor < 6 dari tidak diklasifikasikan ke dalamRA, status
mereka dapat dinilai ulang dan kriteria ini bisa dipenuhisecara kumulatif seiring waktu.
d. Keterlibatan sendi merujuk pada sendi yang bengkak atau nyeri padapemeriksaan,
yang dikonfirmasi oleh bukti pencitraan akan adanyasinovitis. Sendi interfalang d istal,
sendi karpometakarpal I, dan sendimetatarsofalangeal I tidak dimasukkan dalam
dan assay; positif tinggi merujukpada nilai IU yg > 3x BAN laboratorium dan assay.
Ketika RF hanyadapat dinilai sebagai positif atau negatif, hasil positif harus
dinilaisebagai positif rendah untuk RA. ACPA = ant i-citrullinated proteinantibody.
i. Normal/ tidak normal ditentukan oleh standar laboratorium setempat.CRP = C-
reactive protein; LED = Laju Endap Darah.
j. Durasi gejala merujuk pada laporan dari pasien mengenai durasi gejaladan tanda
sinovitis (misal nyeri, bengkak, dan nyeri pada penekanan)dari sendi yang secara
klinis terlibat pada saat pemeriksaan, tanpamemandang status pengobatan.
Diagnosis Banding
a. Penyebab arthritis lainnya
b. Spondiloartropati seronegatif
c. Lupus eritematosus sistemik
d. Sindrom Sjogren
Komplikasi
a. Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)
b. Sindrom terowongan karpal (TCS)
c. Sindrom Felty (gabungan gejala RA, splenomegali, leukopenia, dan ulkus pada
penatalaksanaan selanjutnya.
Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula;
gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena
dari logam(nikel). Data yang berrsal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan,
hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan
yang diketahui dapat menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta
penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan
kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh
deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu.
Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat
kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Diagnosis didasarkan pada riwayat paparan terhadap suatu alergen atau senyawa
yang berhubungan, lesi yang gatal, pola distribusi yang mengisyaratkan dermatitits
kontak. Anamnesis harus terpusat kepada sekitar paparan tehadap alergen
yangumum. Untuk mengidentifikasi agen penyebab mungkin diperlukan kerja mirip
detektif yang baik.
Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan
gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermtitis
numularis,
yang timbul. Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada dermtitis kontak alergik akut yang ditandai dengan eritema, edema.
Bula atau vesikel, serta ekskluatif, misalnya predinson 30 mg/hari. Umumnya
kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres
dengan larutan garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda
(setelah mendapat pengobatan kortikesteroid sistemik), cukup diberikan
kortikosteroid topikal. Secara bertahap, dapat diakukan hal-hal dibawah ini :
a. Identifikasi agen-agen penyebab dan jauhlan pasien dari paparan, walaupun
seringkali hal ini sukar, khususnya pada kasus kronik.
b. Tindakan simtomatik untuk mengontrol rasa gatal dengan penggunaaan tunggal
atau dalam bentuk kombinasi:
1) Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau
larutan burrow untuk lesi-lesi eksudatif dan basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali
sehari. Hindari panas disekitar lesi.
2) Antihistamin oral
Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.
dan bayi biasanya lebih baik jika memakai masker wajah yang menempel pada
spacer dibandingkan memakai mouthpiece. Jika spacer tidak tersedia, spacer
bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik 1 liter. Dengan alat
ini diperlukan 3-4 puff salbutamol dan anak harus bernapas dari alat selama
30 detik.
Gunakan alat spacer dan sungkup wajah untuk memberi bronkodilator. Spacer
dapat dibuat secara lokal dari botol p lastik minuman ringan.
(3) Epinefrin (adrenalin) subkutan
Jika kedua cara untuk pemberian salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
epinefrin (adrenalin) subkutan dosis 0.01 ml/kg dalam larutan 1:1 000 (dosis
maksimum: 0.3 ml), menggunakan semprit 1 ml (untuk teknik injeksi lihat
halaman 331). Jika tidak ada perbaikan setelah 20 menit, ulangi dosis dua kali
lagi dengan interval dan dosis yang sama. Bila gagal, dirawat sebagai
serangan berat dan diberikan steroid dan aminofilin.
membeli salbutamol hirup, berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet).
Dosis salbutamol: 0.05-0.1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam
Steroid
4.3.3.8 KONJUNCTIVITIS
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi. Konjungtivitis
ditularkan melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal dan berair,
kadang disertai sekret. Umumnya tanpa disertai penurunan tajam penglihatan.
Faktor Risiko
a. Daya tahan tubuh yang menurun
b. Adanya riwayat atopi
c. Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak baik
d. Higiene personal yang buruk
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
mata
c.Konjungtivitis bakteri tidak ada perbaikan dalam 1 minggu rujuk ke spesialis mata.
Prognosis
Penyakit ini jarang menimbulkan kondisi klinis yang berat sehingga pada umumnya
prognosisnya bonam.
4.3.3.9 GASTRITIS
Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan
iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
DIAGNOSA
Penyakit gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain.
Gejala penyakit gastritis yang biasa terjadi adalah
Mual dan muntah
Nyeri epigastrum yang timbul tidak lama setelah makan dan minum unsur-
KRITERIA RUJUKAN
a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
b. Terjadi komplikasi (Pendarahan saluran cerna bagian atas, Ulkus peptikum,
Perforasi lambung, Anemia)
c. Terjadi alarm symptoms seperti perdarahan, berat badan menurun 10% dalam
6 bulan, dan mual muntah berlebihan
Derajat Dehidrasi
bentuk tindakan, konseling dan kolaborasi dengan tim medis lain ( dokter,
konsultan gizi )
5. Perawat mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanakan.
6. Perawat menuliskan asuhan keperawatan pada lembar rekam medis
yang disampaikan oleh pasien, antara lain ( nyeri akut, cemas, gangguan
mobilitas fisik )
3. Perawat merencanakan intervensi yang akan dilaksanakan pada pasien,
sesuai dengan diagnosanya, dengan kegiatan konseling dan kolaborasi
dengan tim medis lain
4. Perawat melaksanakan intervensi yang sudah direncanakan
5. Perawat mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanakan
k. Plester
3. Dilakukan desinfeksi di seluruh jari yang kukunya akan diekstraksi
4. Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
5. Untuk mendapatkan kerja anestesi yang agak lama dan mengurangi
perdarahan, pada pangkal jari dipasang karet melingkar (turniket)
6. Dilakukan anestesi lokal/blok anestesi N.digitalis dengan menyuntikkan
lidokain 2% pada pangkal jari bagian lateral dan medial sebanyak masing-
masing 1,5cc secara tegak lurus (menurut Oberst)
7. Setelah diuji apakah efek anestesi sudah masuk, dengan gunting lurus kuku
dipotong ditengah sampai pangkalnya
8. Dengan klem lurus (pean) kuku dijepit dan diputar ke samping sampai lepas
9. Bantalan kuku(nailbed) dibersihkan dan dibilas dengan kasa dan povidon
iodine
10. Lepas turniket
11. Pada bekas kuku diberi sofratulle, betadin dan dibebat
12. Kontrol 3 hari, luka tidak boleh basah maupun kotor
4.3.6.4 ROSER PLAST Y
Roser Plasty adalah pengangkatan ¼ bagian kuku, nailbed dan jaringan granulasi
Indikasinya : ingrowing nail
1. Setelah diagnosa ditegakkan, beri penjelasan kepada pasien, minta informed
consent-nya
Insisi adalah tindakan menoreh kulit hingga seluruh ketebalan kulit terbuka
Abses adalah kumpulan nanah di jaringan dan terbentuk dinding pembatas
Pada umumnya terjadi karena adanya infeksi bakteri
Kelenjar sebaseus terletak di lapisan dermis, benjolan berisi lemak cair berwarna
kuning putih
Sering didapatkan pada daerah muka, belakang telinga dan seluruh tubuh
Bila terjadi infeksi sekunder dapat terbentuk abses
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)
2
Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri)
Tidak ada (flasid) 1
datar
6. Petugas meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah
7. Petugas meletakkan bagian diafragma stetoschope tepat diatasnya (bagian
corong tertutup)
8. Petugas memompa balon sehingga air raksa dalam pipa kaca naik dan detak
arteri tidak terdengar lagi
9. Petugas membuka sekrup balon perlahan-lahan sambil melihat skala dan
mendengarkan bunyi detak pertama (siastole) dan detak terakhir (diastole)
10. Petugas menurunkan air raksa sampai angka nol
11. Petugas melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang tertinggal
didalam manset
12. Petugas menggulung manset dan memasukkan kedalam tensi meter
13. Petugas mencatat hasil di berkas rekam medis
sistem sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh malfungsi mekanik jantung paru atau elektrik
jantung. Kondisi yang mendadak dan berat inimengakibatkan kerusakan organ.Henti
napas dapat mengakibatkan penurunan tekanan oksigen arteri,menyebabkan
hipoksia otot jantung yang menyebabkan henti jantung.
yang telah dilakukan, serta meminta keluarga untuk tetap tenang dan tabah
menemani pasien pada kondisi tersebut.
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna
bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien.
Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-
g. Needle ukuran
- Dewasa : 14 - 20
- Anak-anak : 22 - 24
- Infant : 24 – 25
3. Pasien demam
Untuk setiap kenaikan 1°C membutuhkan terapi cairan tambahan:
10 % x kebutuhan cairan rutin
Contoh: Anak usia 12 tahun dengan berat badan 30 kg dan suhu 38°C untuk koreksi
suhu membutuhkan terapi cairan tambahan:
10 % x 1700 cc/hari = 340 cc/hari
4. Cairan rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.
Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :
4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama
2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua
Tempat penyuntikan :
- di lengan bawah : bagian lengan bawah sepertiga dari lekukan siku ( dua per
tiga dari pergelangan tangan ) pada kulit yang sehat, jauh dari pembulu darah (
untuk Mauntox ).
- di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu di tengah – tengah daerah
muskulus deltoideus, untuk B.C.G.
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1 Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
2 Membawa alat-alat ke dekat pasien
3 Memasang kelambu bila perlu dan mengatur posisi pasien
4 Mencuci tangan
5 Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
6 Mendesinfeksi kulit pasien dengan kapas alkohol, membuang kapas bekas
kedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering
7 Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri, kemudian jarum disuntikkan
perlahan – lahan dengan lobang jarum mengarah keatas
2. Suntikan subkutan
Pengertian :
Yang dimaksud suntikan sub kutan adalah menyuntikkan obat di bawah kulit
Tempat penyuntikaan :
- Pada lengan atas sebelah luar ⅓ bagian dari bahu ;
- Pada paha sebelah luar,⅓ bagian dari sendi panggul ;
- Pada daerah perut sekitar pusat ( umbilicus ),skapula, ventrogluteal dan
dorsogluteal
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagai berikut :
1 Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
2 Membawa alat-alat ke dekat pasien
3 Memasang kelambu bila perlu
4 Mengatur posisi pasien serta membebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian
5 Mencuci tangan
6 Menghapus hamakan kulit pasien dengan kapas alkohol dan membuang
kapas bekas kedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering
7 Menegangkan / mengangkat kulit pasien dengan jari telunjuk dan ibu jari,
kemudian menusukkan jarum perlahan – lahan dengan lobang jarum
mengarah keatas
8 Jarum dari permukaan kulit membentuk sudut 45°
9 Menarik pengisap sedikit / aspirasi untuk memeriksa apakah ada darah atau
tidak ; bila tidak ada daerah semprokan cairan perlahan lahan sampai habis
10 Meletakkan kapas alkohol yang baru diatas jarum, kemudian menarik semprit
dan jarum dengan cepat sambil menegang pangkal jarum, lalu melakukan
masase pada bekas suntikan
11 Merapikan pasien
4. Suntikan Intravena.
Pengertian :
14. Petugas mengunci kateter dengan memasukkan aquadest 10cc ke balon kateter
15. Petugas menghubungkan kateter dengan urine bag
16. Fiksasi kateter dengan plester
c) Spuit
d) Batadine
e) Bengkok 2 buah
4. Mencuci tangan
5. Membuka plester dengan bensin
6. Memakai sarung tangan
7. Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
8. Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian
letakkan kateter pada bengkok.
9. Olesi area preputium(meatus,uretra) dengan betadin
10. Membereskan alat
11. Melepaskan sarung tangan
12. Mendokumentasikan.
1. Pasien yang dipasang NG tube adalah pasien dengan kesadaran baik, GCS >
10, tidak ada kecurigaan Fraktur Basis Cranii (brill hematom, bloody rhinore,
bloody otorhea), tidak ada deformitas nasal
Pincet cirurgies
Gunting benang steril
Penjepit kain
Jarum jahit ukuran sesuai ukuran luka
i. Doek steril/kain penutup luka
j. Pembalut luka sesuai dengan kebutuhan
k. Sufratul
5. Petugas mencuci tangan, memakai APD
mudah dijangkau
4. Petugas membuka balutan/plester dengan hati-hati ditaruh piala ginjal /
bengkok
5. Petugas membuka set angkat jahitan secara steril dan hati-hati
6. Jahitan luka dibersihkan dengan kasa bantal + povidon iodine
7. Jahitan diangkat mulai dari tengah dengan memakai pinset anatomis dan
gunting aff jahitan
8. Bila luka jahitan sudah menutup aff jahitan diteruskan sampai benang jahitan
habis
9. Bila luka belum menutup semua, benang diangkat dibagian yang sudah
menutup saja
10. Bekas luka aff jahitan diberi betadine dan ditutup kembali dengan kasa steril +
balutan / plester
GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
Sesak napas berjalan Berbicara Istirahat
Cara
Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
berbicara
Dapat tidur
posisi terlentang duduk Duduk membungkuk
Rekam medik merupakan data medik pasien tertulis, yang dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum,dan hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan.
kesehatan yang lebih mampu, baik ke Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap
dengan PONED/PLUS maupun Rumah Sakit. Kriteria pasien yang dirujuk adalah bila
memenuhi salah satu:
a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dipastikan tidak mampu diatasi.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung seluruh karyawan puskesmas untuk menerapkan
program keselamatan pasien
BAB VII
Bentuk pelayanan kesehatan kerja untuk petugas rawat inap yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
c. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain sebagai
berikut :
prasarana dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan
:
f. Sterilisasi/desinfeksi
g. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
RAWAT INAP
PENUTUP