Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

SINTESIS KERAMIK BERBASIS KOMPOSIT MATERIAL KARBON-CLAY

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Nur Widya (2031510042) 2015/2016
Amrotul Azizhah (2031610005) 2016/2017

UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA


GRESIK
2017
PENGESAHAN PKM-PENELITIAN
1. Judul Kegiatan : Sintesis Keramik Berbasis Komposit Material
Carbon-Clay .
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Nur Widya
b. NIM : 2031510042
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Internasional Semen
Indonesia
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP :
f. Alamat email :
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis: 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :
6. Biaya Kegiatan Total :
a. Dikti : Rp ...............
b. Sumber lain : Rp ...............
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : bulan

Gresik, 31-Agustus-2017
Menyetujui Ketua Pelaksana Kegiatan
Kepala Departemen Teknik Kimia

(Ufafa Anggarini, S.Si, M.Si) (Nur Widya)


NIP. NIM. 2031510042

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Dosen Pembimbing


Kemahasiswaan

(Prof. Tjiptohadi S., M.Ec., Ph.D., CPA., CA.) (Fandi Angga Prasetya, S.Si, M.Si)
NIP. 195309071982031001 NIP.
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................................... iii
Daftar Gambar (jika ada) ................................................................................................. iv
Daftar Tabel (jika ada) ..................................................................................................... v
Ringkasan ......................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
BAB III METODE PELAKSANAAN ...............................................................................
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................................................
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................................
Daftar Pustaka .....................................................................................................................
Lampiran
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing yang
ditandatangani
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan
RINGKASAN

Dalam setiap aktivitas manusia baik di dalam industri maupun non


industri seperti rumah sakit, tempat wisata, rumah tangga dan sebagainya pasti
menghasilkan sisa kegiatan tersebut yang dinamakan limbah. Limbah ini tidak
berguna dan dapat merusak ekosistem lingkungan baik dalam bentuk padat
maupun cair. Akan tetapi limbah cair lebih berbahaya karena sifatnya mudah larut
dan mempercepat proses kontaminasi yang dapat mengubah rasa, warna, bau, dan
perubahan bentuk dari cair menjadi kental. Oleh karena itu diperlukan suatu
fasilitas pengolahan limbah yang mumpuni agar limbah yang dibuang memenuhi
standar baku yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga tidak mencemari dan
merusak lingkungan. Banyak metode yang digunakan dalam sistem pengolahan
limbah tetapi masih menimbulkan efek samping yang dapat mengganggu
lingkungan, salah satu metode yang tidak menimbulkan efek samping bagi
lingkungan yaitu metode bioremediasi. Bioremediasi adalah metode pengolahan
limbah yang mengandalkan kinerja dari suatu mikroorganisme seperti mikroba
yang nantinya mikroba tersebut mampu menetralkan atau mendegradasi
kandungan zat berbahaya dari limbah sehingga aman saat dibuang ke lingkungan
. Metode bioremediasi bersifat ramah lingkungan karena hanya mengandalkan
mikroba dalam menguraikan limbah. Saat ini bioremediasi menjadi proses utama
dalam sistem pengolahan limbah karena dapat mengurangi penggunaan bahan
kimia yang memiliki efek samping negatif. Sehingga dilakukan kajian
berdasarkan pustaka untuk meneliti lebih dalam tentang bioremediasi dalam
pengolahan limbah rumah sakit khususnya limbah cair. Berdasarkan proses
biologis, bioremediasi dapat dibagi menjadi dalam empat kelompok, yaitu
fitoremediasi, bioremediasi in situ, bioremediasi ex situ, dan bioagumentasi.
Dalam penerapan pengolahan limbah cair pada rumah sakit menggunakan metode
bioremediasi in situ. Bioremediasi in situ adalah perlakuan yang langsung
diterapkan pada bahan-bahan kontaminan di lokasi tercemar. prinsipnya adalah
meniru proses alami self purification di sungai dalam mendegradasi polutan
melalui peranan mikroorganisme seperti mikroba. Adapun mikroorganisme yang
digunakan yaitu commercial product seperti Nitrosomonas Nitrobacter.
Penggunaan self purification pada bioremediasi di pengolahan air limbah
rumah sakit perlu dikembangkan karena mudah dan bersifat ramah lingkungan
dengan hanya mengandalkan mikroba pengurai amoniak dan nitrit seperti
nitrosomonas dan nitrobacter yang sudah tersedia di alam jika dibandingkan
metode lain.
BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam kegiatan produksi baik industri maupun rumah tangga


(domestik) selain menghasilkan produk pasti menghasilkan limbah. Limbah
dinilai tidak memiliki manfaat dan dapat merusak ekosistem lingkungan.
Keberadaan limbah menjadi permasalahan yang memicu pada tingkat
kelangsungan makhluk hidup. Limbah termasuk bahan berbahaya dan beracun
yang disingkat B3, sehingga harus melalui berbagai tahapan pengolahan terlebih
dahulu untuk menurunkan atau menghilangkan kandungan beracun dari limbah
sebelum di buang ke lingkungan. Berdasarkan wujudnya, limbah dapat
dikategorikan dalam limbah padat dan limbah cair. Limbah cair dapat dikenali
dengan tanda-tanda sebagai berikut,yaitu adanya perubahan warna, perubahan bau
dan perubahan bentuk dari air yang semula cair menjadi kental. Pada limbah cair
terdapat bahan atau senyawa organik yang dapat bersifat toksik diperairan, sisa
bahan organik yang terakumulasi akan menimbulkan terbentuknya senyawa
metabolit yang toksik terhadap organisme di perairan seperti amonia, nitrit, nitrat,
dan hidrogen disulfida. Oleh karena itu diperlukan suatu fasilitas pengolahan
limbah yang mumpuni agar limbah yang dibuang memenuhi standar baku yang
telah ditetapkan pemerintah, sehingga tidak mencemari dan merusak lingkungan.
Terdapat banyak metode yang digunakan untuk pengolahan limbah,
namun tetap menghasilkan efek samping dan tidak ramah lingkungan. Metode
lain yang diketahui lebih ramah lingkungan adalah metode bioremediasi. Metode
bioremediasi ini bersifat ramah lingkungan karena hanya mengandalkan mikroba
dalam menguraikan limbah. Saat ini bioremediasi menjadi proses utama dalam
sistem pengolahan limbah karena dapat mengurangi penggunaan bahan kimia
yang memiliki efek samping negatif. Produk proses bioremidiasi ini berupa air
yang memenuhi Standar Baku Mutu Lingkungan. Pada tahap selanjutnya, air
limbah yang telah diproses ini dapat dimanfaatkan dalam perkembangan sektor
pertanian seperti pengairan sawah, ladang, dan perikanan seperti kolam ikan yang
nanti dapat bermanfaat bagi kelangsungan makhluk hidup.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan dasar pembuatan keramik tradisional adalah clay. Clay merupakan


tanah yang membetuk masssa lengket ketika dicampur dengan air. Dalam
keadaan basah massa tersebut dapat dibentuk, namun dalam keadaan kering
massa tersebut menjadi keras, rapuh dan mempertahankan bentuknya. Lebih
lanjut, jika dipanaskan, clay akan mengeras dan tidak dapat berinteraksi lagi
dengan air.
Ukuran partikel clay sangat kecil dan umumnya bergantung pada
komposisi spesifik. Partikel-partikel utama clay memiliki ukuran kurang dari satu
micrometer. Dengan ukuran yang kecil tersebut, clay memiliki luas permukaan
spesifik (luas permukaan per satuan massa) yang besar.
Proses pembuatan keramik diawali dengan pembentukan/pencetakan bahan
dasar tanah liat dan air. Dalam tanah liat tersebut terjadi kontak antara satu
partikel dengan partikel lainnya. Selanjutnya pengeringan dilakukan untuk
membuang air sehingga hanya tersisa material anorganik kering berupa partikel-
partikel clay yang terikat lemah satu sama lainnya. Proses berikutnya adalah
pembakaran atau firing. Dalam proses ini, partikel-partikel yang semula terikat
lemah karena hanya melakukan kontak lemah satu sama lain, mulai memperluas
permukaan kontak akibat difusi atom. Kontak tersebut tumbuh menjadi laher
(neck), yang ukurannya bergantung pada lama pemanasan, suhu pemanasan, dan
jenis proses difusi yang terjadi. Makin lama waktu pemanasan maka ukuran leher
makin besar sehingga ikatan antar partikel makin kuat. Proses pembentukan
ukuran kontak dipicu oleh difusi permukaan, difusi kisi, dan difusi grain
boundary. Gambar 1 adalah ilustrasi pertumbuhan luas permukaan kontak antar
partikel ketika dilakukan pembakaran.

Jika diasumsikan bahwa partikel yang dibakar berbentuk bola atau


mendekati bola, maka laju pertumbuhan luas permukaan kontak memenuhi
persamaan empiris
m
X H

= t

R Rn
dengan X adalah jari-jari leher, R adalah jari-jari partikel, t adalah lama
waktu pembakaran, m dan n adalah parameter yang bergantung pada mekanisme
yang terjadi dan H adalah konstanta karakteristik dari mekanisme tersebut
(Reed, 1995)
Ketika material yang disusun oleh partikel-partikel tersebut dibakar maka
luas permukaan kontak partikel tumbuh, namun ruang kosong antar partikel tetap
ada, meskipun bentuknya berubah. Tidak mungkin menghilangkan ruang kosong
kecuali terjadi penyusutan volum total material atau perubahan jarak antar atom
(makin besar). Dengan demikian, dalam keramik yang sedang dibakar, ruang
kosong di dalamnya tetap ada.
Jika partikel-partikel penyusun keramik melakukan kontak dengan z
tetangga terdekat dan tiap kontak menghasilkan gaya ikat rata-rata ε, maka gaya
ikat total yang dialami tiap partikel adalah zε. Gaya ikat tersebut menentukan
kekuatan mekanik keramik. Partikel-partikel yang tersusun dalam struktur kubus
sederhana memiliki z=6 sedangkan yang tersusun dalam hexagonal closed packed
(hcp) memiliki z = 12. Dengan demikian, keramik yang disusun oleh partikel-
partikel dalam struktur hcp lebih kuat daripada yang tersusun dalam kubus
sederhana. Tetapi tidak mudah mengontrol penyusunan partikel dalam bahan
keramik. Kita tidak memiliki cara paling efektif mengontrol penyusunan partikel
agar teratur dengan struktur tertentu.

Namun, yang jelas bahwa penyusunan partikel-partikel akan melahirkan


celah yang ukurannya lebih kecil daipada ukuran partikel. Dengan kenyataan ini
akan menjadi sangat logis apabila kita dapat mengisi celah antar partikel-partikel
tersebut dengan partikel yang ukurannya lebih kecil dari ukuran celah maka
kontak yang dialami partikel clay makin banyak. Kontak tidak hanya terjadi antar
partikel clay tetapi juga antara partikel clay dengan partikel-partikel kecil yang
mengisi ruang.

Pada penelitian ini dibuat keramik dengan menggunakan bahan dasar clay
dan partikel karbon halus. Partikel karbon diharapkan mengisi ruang kosong antar
partikel clay sehingga menghasilkan tambahan gaya ikat pada partikel clay akibat
terbentuknya kontak baru.

(Mikrajudin, et al 1999)
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA

J.S. Reed, Principles of Ceramic Processing, 2nd ed. New York: Wiley, 1995

Mikrajuddin, F. G. Shi, S. Chungpaiboonpatana, K. Okuyama, C. Davidson, and J.M.


Adams, Mater. Sci. Semicond. Process. 2, 309 (1999).

Anda mungkin juga menyukai