Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

PEMBUATAN LARUTAN

OLEH:

NAMA : RASMILA

STAMBUK : A1L1 15 036

KELOMPOK : III B

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.

Zat yang umlahna lebih sedkit didalam larutan disebut zat terlarut atau solut

sedangkan zat yang jmlahnya lebih banyak dari pada zat lain dalam larutan

disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan

dinyatakan dalam konsentrai larutan, sedaangkan proses pencampuran zat terlarut

dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Larutan adalah

campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Suatu

larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah.

Dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah maka akan ada tiga

kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan

menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat

bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh

wujud dan sifat zatnya. Jenis larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang

dlarutkan dalam air, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat

pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air.

Selain itu cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dala gas

lain.

Komposisi larutan secara kuantitatif digunakan Untuk menyatakan

konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap

satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal

ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,

normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume. Reaksi -

reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan larutan dapat diketahui jika zat

terlarut dan zat pelarut saling bercampur membentuk larutan. Reaksi-reaksi yang

muncul itu tidak hanya terjadi dalam labotarium namun juga bisa terjadi dialam

kita. Sehingga percobaan ini juga sangat erat kaitannya dengan keterampilan dasar

dalam bekerja di labotarium kimia.

Bertitik tolak dari penjelasan-penjelasan diatas, maka kami melakukan

praktikum pembuatan larutan untuk memenuhi kebutuhan praktikum analisis

instrumen pada praktikum-praktikum selanjutnya. Dalam praktikum ini

diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana kita membuat larutan dengan

konsentrasi sesuai yang diperlukan.

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan Untuk membuat larutan – larutan dari bahan kimia

murni yang digunakan untuk kontrol percobaan Analisis Instrumen.

1.3. Prinsip Praktikum

Prinsip percobaan ini didasarkan pada metode pengenceran dan

penimbangan bahan-bahan kimia murni untuk membuat larutan kontrol pada

percobaan Analisis Instrumen


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-Faktor yang Mempengruhi Kelarutan

Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, daalam

jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan

suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperature dan tekanan.

Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada tinjauan ini

hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen. Yaitu larutan biner.

Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion

berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).

2.2 Satuan Konsetrasi Larutan

Komposisi larutan secara kuantitatif digunakan Untuk menyatakan

konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap

satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat

terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal

ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,

normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume

(Baroroh, 2004).

Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen

dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang mengandung

1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah ¼ dan air ¾ (syukri,
1999). Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut) sama

dengan 1 (Hoskia Achmad, 2007).

2.3 Pelarut

Pelarut merupakan matriks yang digunakan untuk melarutkan analit, yang

umumnya harus sesuai dengan matriks sampel. Larutan standar primer merupakan

larutan standar yang dibuat dari zat standar dengan kemurnian tinggi yang

umumnya dipasok oleh NIST, NIBCS yang dipakai untuk kalibrasi larutan standar

yang dibuat. Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya

ditentukan dengan metode analitik yang dapat dipercaya. (Darlina, 1998)

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga

kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan

menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat

bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh

wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas gas – gas, gas

– padat, cair – cair, cair – padat, dan padat – padat (Syukri, 1999)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 November 2017 pukul

13.00 dan bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan BAhan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu labu takar 50 mL, 100

mL,250 mL dan 500 mL, corong kaca, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL,

pipet volume 25 mL, pipet tetes, , spatula, batang pengaduk, botol semprot, botol

gelap, neraca analitik.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu aquades, aluminium foil, Fe2+, CH3COONa,

KMnO4, K2CrO4, H2SO4, larutan orto-phenantroline, dan hidroksilamin-HCL.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan larutan Fe2+ 100 ppm, 100 mL

Ditimbang Fe sesuai perhitungan, diencerkan dalam gelas kimia lalu

dimasukkan kedalam labu takar 100 mL akuades sebanyak setengah dari labu

takar Dikocok lalu ditambahkan lagi akuades hingga batas tera, dikocok hingga
homogen, lalu pindahkan larutan yang telah dibuat kedalam botol gelap yang telah

disediakan.

3.3.2 Pembuatan larutan CH3COONa 2M, 250 mL

Ditimbang CH3COONa sesuai perhitungan, diencerkan dalam gelas

kimia lalu dimasukkan kedalam labu takar 250 mL akuades sebanyak setengah

dari labu takar Dikocok lalu ditambahkan lagi akuades hingga batas tera, dikocok

hingga homogen, lalu pindahkan larutan yang telah dibuat kedalam botol gelap

yang telah disediakan.

3.3.3 Pembuatan larutan KMnO4 0,005 M, 100 mL

Ditimbang KMnO4 sesuai perhitungan, diencerkan dalam gelas kimia lalu

dimasukkan kedalam labu takar 100 mL ditambahkan akuades sebanyak setengah

dari labu takar Dikocok lalu ditambahkan lagi akuades hingga batas tera, dikocok

hingga homogen, lalu pindahkan larutan yang telah dibuat kedalam botol gelap

yang telah disediakan.

3.3.4 Pembuatan larutan K2CrO4 0,005 M, 250 mL

Dihitung massa K2CrO4 yang dibutuhkan untuk membuat larutan K2CrO4

0,005 M, 250 mL, Ditimbang K2CrO4 sesuai perhitungan, diencerkan dalam

gelas kimia lalu dimasukkan kedalam labu takar 250 mL akuades sebanyak

setengah dari labu takar Dikocok lalu ditambahkan lagi akuades hingga batas tera,

dikocok hingga homogen, lalu pindahkan larutan yang telah dibuat kedalam botol

gelap yang telah disediakan.


3.3.5 Pembuatan larutan H2SO4, 1 M, 10 mL

Dipipet H2SO4, sesuai perhitungan Dilarutkan dengan akuades dalam labu

takar 10 mL Dikocok lalu ditambahkan akuades hingga batas tera kemudian

dikocok lagi hingga homogen, lalu pindahkan larutan yang telah dibuat kedalam

botol gelap yang telah disediakan.

3.3.6 Pembutan larutan orto phenantrolin 0,5%, 100 mL

Ditimbang orto phenantrolin sesuai perhitungan, diencerkan dalam gelas

kimia lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL ditambahkan akuades

sebanyak setengah dari labu takar Dikocok lalu ditambahkan lagi akuades hingga

batas tera, dikocok hingga homogen, lalu pindahkan larutan yang telah dibuat

kedalam botol gelap yang telah disediakan.

3.3.7 Pembuatan larutan Hidroksilamin-HCL 5% , 50 mL

Dihitung volume Hidroksilamin-HCL, yang dibutuhkan untuk membuat

larutan Hidroksilamin-HCL 5% , 50 mL, Dipipet Hidroksilamin-HCL, sesuai

perhitungan Dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 50 mL Dikocok lalu

ditambahkan akuades hingga batas tera kemudian dikocok lagi hingga homogen,

lalu pindahkan larutan yang telah dibuat kedalam botol gelap yang telah

disediakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

4.1.1 Pembuatan Larutan Fe2+ 100 ppm, 100 mL

Tabel 4.1 Pembuatan Fe2+


No Perlakuan Pengamatan
1. Disiapkan alat. Dihitung massa Fe Diperoleh 0,0675 gram
yang dibutuhkan untuk membuat
larutan Fe2+ 100 ppm, 100 mL
2. Ditimbang Fe sesuai perhitungan, Berwarna merah
diencerkan dalam gelas kimia lalu
dimasukkan kedalam labu takar 100
mL akuades sebanyak setengah dari
labu takar, dikocok
3. Ditambahkan akuades hingga batas Larutan homogen dan berwarna
tera kemudian dikocok lagi hingga bening
homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.

4.1.2 Pembuatan Larutan Pembutan larutan CH3COONa 2M, 250 mL

Tabel 4.2 Pembuatan CH3COONa


No Perlakuan Pengamatan
1. Dihitung massa CH3COONa yang Diperoleh 41 gram
dibutuhkan untuk membuat larutan
CH3COONa 2M, 250 mL
2. Ditimbang CH3COONa sesuai Berwarna
perhitungan, diencerkan dalam gelas
kimia lalu dimasukkan kedalam labu
takar 250 mL akuades sebanyak
setengah dari labu takar Dikocok
3. Ditambahkan akuades hingga batas Larutan homogen dan berwarna
tera kemudian dikocok lagi hingga
homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.
4.1.3 Pembuatan Larutan KMnO4 0,005 M, 100 mL

Tabel 4.3 Pembuatan KMnO4


No Perlakuan Pengamatan
1. Disiapkan alat. Dihitung massa Diperoleh 0,0079 gram
KMnO4 yang dibutuhkan untuk
membuat larutan KMnO4 0,005 M,
100 mL
2. Ditimbang KMnO4 sesuai Larut
perhitungan dan diencerkan dalam
gelas kimia lalu dimasukkan kedalam
labu takar 100 mL
3. ditambahkan akuades sebanyak Larutan homogen dan berwarna
setengah dari labu takar Dikocok lalu
ditambahkan lagi akuades hingga
batas tera, dikocok hingga homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.

4.1.4 Pembuatan Larutan K2CrO4 0,005 M, 250 mL

Tabel 4.4 Pembuatan K2CrO4


No Perlakuan Pengamatan
1. Disiapkan alat. Dihitung massa Diperoleh 0,2425 gram
K2CrO4 yang dibutuhkan untuk
membuat larutan K2CrO4 0,005 M,
250 mL,
2. Ditimbang K2CrO4 sesuai Larut
perhitungan, diencerkan dalam gelas
kimia lalu dimasukkan kedalam labu
takar 250 mL akuades sebanyak
setengah dari labu takar Dikocok
3. Ditambahkan lagi akuades hingga Larutan homogen dan berwarna
batas tera, dikocok hingga homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.
4.1.5 Pembuatan Larutan H2SO4, 1 M, 10 mL

Tabel 4.5 Pembuatan H2SO4


No Perlakuan Pengamatan
1. Dihitung volume H2SO4, yang Diperoleh 0,54 mL
dibutuhkan untuk membuat larutan
H2SO4, 1 M, 10 mL
2. Dipipet H2SO4, sesuai perhitungan Larut
Dilarutkan dengan akuades dalam
labu takar 10 mL Dikocok
3. Ditambahkan lagi akuades hingga Larutan homogen dan berwarna
batas tera, dikocok hingga homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.

4.1.6 Pembuatan Larutan orto phenantrolin0,5% , 100 mL

Tabel 4.6 Pembuatan orto phenantrolin


No Perlakuan Pengamatan
1. Dihitung massa orto phenantrolin Diperoleh 0,5 gram
yang dibutuhkan untuk membuat
larutan orto phenantrolin 1 M, 100
mL
2. Ditimbang orto phenantrolin sesuai Larut
perhitungan, diencerkan dalam gelas
kimia lalu dimasukkan kedalam labu
takar 100 mL ditambahkan akuades
sebanyak setengah dari labu takar
Dikocok
3. Ditambahkan lagi akuades hingga Larutan homogen dan berwarna
batas tera, dikocok hingga homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.

4.1.7. Pembuatan Larutan Hidroksilamin-HCL 5% , 50 mL

Tabel 4.7 Pembuatan Hidroksilamin-HCL


No Perlakuan Pengamatan
1. Dihitung volume Hidroksilamin- Diperoleh
HCL, yang dibutuhkan untuk
membuat larutan Hidroksilamin-HCL
5% , 50 Ml
2. Dipipet Hidroksilamin-HCL, sesuai Larut
perhitungan Dilarutkan dengan
akuades dalam labu takar 50 mL
Dikocok
3. Ditambahkan lagi akuades hingga Larutan homogen dan berwarna
batas tera, dikocok hingga homogen
4. Dipindahkan larutan yang telah
dibuat kedalam botol gelap yang telah
disediakan.

4.2 Perhitungan

4.2.1 Fe2+ 100 ppm, 100 mL

𝐴𝑟 𝑚𝑔
Dik : 𝑝𝑝𝑚 = 𝑚𝑟 × 𝑣(𝑙)

56 𝑚𝑔
100 = 378 × 0,1

𝑚𝑔
100 = 0,148148 ×
0,1

𝑚𝑔
675 = = 67,5 mg = 0,0675 g
0,1

4.2.2 CH3COONa 2M 250 mL

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
Dik : 𝑀 = × 𝑣(𝑚𝑙)
𝑚𝑟

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
2= ×
82 250

164 = 4 gram

Massa = 41 gram

4.2.3 KMnO4 0,005 M, 100 mL

gram 1000
M = × v (mL)
mr
gram 1000
0,005 = ×
158 100

0,079 = 10 gram

massa = 0,0079 gram

4.2.4 K2CrO4 0,005 M, 250 mL


gram 1000 gram 1000
𝑀= × v (ml) → 0,005 = × = 0,2425 gram
mr 194 250

4.2.5 H2SO4, 1 M, 10 mL

10×p×% 10×1,84×97%
ρ= ,= = = 18,2 M
mr 98

Sehingga M1.V1 = M2.V2

(18,2) . V1 = 1 . 10

V1 = 0,54 ml

4.2.6 Larutan orto phenantrolin 0,5% , 100 mL

0,5% → 500 mL → 0,5 gram

4.2.7 hidroksilamin-HCL 5%, 50 mL

massa
% = v(mL) × 100

massa
5%= × 100
50

250 = 100 gram

Massa = 2,5 gram


4.3. Pembahasan

Komposisi larutan secara kuantitatif digunakan Untuk menyatakan

konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap

satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat

terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal

ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,

normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume. Reaksi -

reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan larutan dapat diketahui jika zat

terlarut dan zat pelarut saling bercampur membentuk larutan.

Mengacu pada hasil percobaan dan data pada tabel hasil percobaan

pembuatan larutan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam membuat suatu larutan

yang paling utama adalah jumlah zatnya (mol). Karena dengan diketahui jumlah

zatnya kita dapat menentukan berapa massa yang dibutuhkan untuk membuat

larutan yang paling utama dalam membuat larutan adalah mengetahui berapa

gram zat yang digunakan. Dari hasil pembuatan larutan yang dilakukan, pada

pembuatan larutan phenantrolin larutan yang diencerkan tidak dapat larut secara

sempurna ketika ditambahan akuades dan berwarna kemerahan hal ini tidak sesuai

dengan teori dimana larutan phenantrolis seharusnya dapat larut dan berwarna

bening, sehingga ditambahkan perlakuan khusus dengan menambahkan larutan

HCl pekat kedalam larutan phenantrolin tetapi warnanya tetap merah dan

tidaklarut, sehingga larutan tadi di masukan kedalam labu takar dan sisa endapan

di tambahkan lagi akuades dan HCl pekat, setelah perlakuan ini terjadi perubahan

warna dan larut . sehingga hal ini kemungkinan disebabkan kesalahan praktikan
pada saat menimbang sampel dan saat melakukan pengenceran sehingga larutan

yang dihasilkan tidak sesuia dengan yang seharusnya.

Larutan-larutan yang dibuat pada percobaan ini akan digunakan pada

praktkum analisis instrumen pada percobaan-percobaan berikutnya. Tingkat

keberhasilan setiap percobaan pada praktikum selanjutnya sangat dittentukan dari

kualitas larutan yang dibuat pada praktikum ini.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari

dua zat atau lebih. Cara membuat larutan yaitu mencampurkan zat pelarut dan zat

terlarutnya. Dalam membuat suatu larutan, yang harus diperhatikan adalah massa

dan konsentrasi zat terlarut, volume zat pelarut (air).

5.2. Saran

Hendaknya asisten lebih teliti dalam memberikan nilai konsentrasi dan

volume larutan yang akan dihitung agar volume dan massa larutan yang diperoleh

sesuai dengan yang diharapkan dalam proses pembuatan larutan.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung

Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat
: Banjar Baru

Darlina, 1998. Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah KIT RIA T3.
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. Vol 2 (1)

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitasn Indonesia :


Jakarta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB


HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipeiksa dan disetujui oleh asisten pembimbing praktikum Analisis

Instrumen dengan judul percobaan “Pembuatan Larutan” di Laboratorium

Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Halu Oleo. Percobaan ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 18 November 2017,

Waktu : 13.30 Wita-selesai.

Kendari, Desember 2017

Menyetujui,

Asisten Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai