Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dan banyak memproduksi

minyak dan lemak baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Dari

jenis tumbuhan dan hewan yang berbeda-beda inilah maka menghasilkan jenis

minyak dan lemak yang berbeda-beda pula. Dari segi wujudnya minyak dan

lemak berbeda, minyak berwujud cair pada suhu kamar sedangkan lemak

berwujud padat pada suhu kamar. Minyak dapat diperoleh dari beberapa jenis

tumbuhan misalnya diperoleh dari kelapa sawit. Lemak dan minyak merupakan

zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada

golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut

dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter

(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan

minyak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak dan minyak mempunyai

polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Lemak dan minyak merupakan

senyawan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol” . Jadi

lemak dan minyak juga merupakan senyawan ester. Hasil hidrolisis lemak dan

minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat disebut asam

lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak

sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol, juga seringkali dinamakan lemak,

lemak netral, atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari alkohol gliserol

dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol adalah komponen utama dari

lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan atau hewan, tetapi

umumnya tidak dijumpai pada membram. Perhatikan bahwa triasilgliserol adalah

molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik

atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi.

Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui dan menguji kualitas minyak

dan lemak dari bahan yang berbeda-beda maka dilakukan suatu percobaan dengan

judul “Lipid”.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Mempelajari jenis sabun yang terbentuk berdasarkan jenis lemak yang

digunakan.

2. Mengetahui ada dan tidaknya asam lemak tak jenuh pada jenis minyak atau

lemak tertentu.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan didasarkan pada uji kualitas lemak dan minyak tertentu

melalui proses penyabunan dan uji kejenuhan (uji iod).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak adalah senyawa lipid yang paling banyak di alam.

Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan konsistensi/ sifat fisik pada suhu

kamar, yaitu lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedan

titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang

rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak

jenuh. Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat

penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi

negatif terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber

energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator

dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta

pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika, 2008).

2.2 Lipid

Lipid atau lemak tubuh adalah salah satu komponen yang dibutuhkan

untuk proses-proses kimiawi dalam tubuh. Lipid bertindak sebagai bahan dasar

pembuatan hormon, sumber energi dan berperan sebagai komponen struktural

membran sel. Lipid juga berperan dalam membantu proses pencernaan. Lipid

besumber dari makanan yang dikonsumsi serta disintesis pula dalam hati. Lipid

terdiri dari beberapa kelompok yaitu triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol,dan asam

lemak bebas. Lipid agar dapat diangkut melalui aliran darah harus berikatan
dengan protein membentuk senyawa yang larut dalam air yang disebut lipo

protein (Suwandi dkk., 2013). Sifat dari lemak secara umum tidak larut dalam air,

sehingga limbah yang mengandung lemak yang terdapat dalam badan air

mempunyai dampak yang cukup besar dalam mengganggu ekosistem perairan

(Darmayasa, 2008).

2.3 Kualitas Minyak

Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan

dengan proses ekstraksinya atau ada pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan

(refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching).

Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya

tahannya selama penyimpanan,sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Tolak

ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya(free fatty acid atau FFA),

angka peroksida, tingkat ketengikan dan kadar air (Herlina dan Hendra, 2002).

2.4 Penyabunan

Proses pembuaatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi

adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa (NaOH). Sabun terutama

mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.

Saponifikasi merupakan reaksi antara asam/ lemak dengan basanya yang

menghasilkan sabun dan gliserol merupakan produk samping (Sukeksi dkk.,

2017).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada sabtu 21 April 2018 pukul 13.00-selesai

WITA di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut: tabung

reaksi, gelas kimia 500 mL, pipet volume 25 mL, labu erlenmeyer 250 mL, pipet

tetes, filler, botol timbang, botol semprot, batang pengaduk dan spatula, labu takar

100 mL, pemanas.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut: asam

asetat anhidrida, minyak bimoli, minyak curah, minyak jelanta, margarin,

kloroform, NaOH beralkohol, KOH beralkohol, larutan iodine.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penyabunan

Dimasukan bahan percobaan (minyak bimoli, minyak curah, minyak

jelanta, dan margarin) sebanyak 4-5 tetes kedalam tabung reaksi. Ditambahkan

aquades 3 mL dan larutan KOH beralkohol. Dipanaskan campuran tersebut dalam

penangas air selama 1-2 menit. Dilakukan ulang prosedur 1-4 tetapi larutan KOH

diganti dengan NaOH beralkohol. dibandingkan hasilnya.


3.3.2 Uji Ketidakjenuhan (Uji Iod)

Dimasukan 1 mL bahan percobaan (minyak bimoli, minyak curah, minyak

jelanta, dan margarin) kedalam tabung reaksi yang bersih. Ditambahkan

kloroform 1 mL lalu dikocok sampai semua bahan larut. Ditambahkan tetes demi

tetes larutan iod sambil dikocok. Dilihat perubahan dan perbedaan yang terjadi

antara bahan yang satu dengan yang lain.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Penyabunan

1. Penyabunan pada Minyak Bimoli

Tabel 4.1 Data pengamatan penyabunan pada minyak bimoli


No. Perlakuan Pengamatan
1. Peralakuan 1 :
- Dimasukkan 5 tetes minyak bimoli + - Terbentuk dua
3 mL larutan KOH beralkohol. lapisan, lapisan atas
KOH, lapisan bawah
minyak bimoli.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun
selama 2 menit. lunak dan cair.
2. Perlakuan II:
- Dimasukkan 5 tetes minyak bimoli + - Terbentuk 2 lapisan.
3 mL larutan NaOH beralkohol Lapisan atas NaOH,
lapisan bawah minyak
bimoli.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun dan
selama 2 menit keras

2. Penyabunan pada Minyak Curah

Tabel 4.2 Data Pengamatan Penyabunan Pada Minyak Curah


No. Perlakuan Pengamatan
1. Peralakuan 1 :
- Dimasukkan 5 tetes minyak curah + 3 - Terbentuk dua
mL larutan KOH beralkohol. lapisan, lapisan atas
KOH, lapisan bawah
minyak curah.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun
selama 2 menit. lunak dan cair.
2. Perlakuan II:
- Dimasukkan 5 tetes minyak curah + 3 - Terbentuk 2 lapisan.
mL larutan NaOH beralkohol Lapisan atas NaOH,
lapisan bawah minyak
curah.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun dan
selama 2 menit keras

3. Penyabunan pada Minyak Jelanta

Tabel 4.3 Data pengamatan penyabunan pada minyak jelanta


No. Perlakuan Pengamatan
1. Peralakuan 1 :
- Dimasukkan 5 tetes minyak jelanta + - Terbentuk dua
3 mL larutan KOH beralkohol. lapisan, lapisan atas
KOH, lapisan bawah
minyak jelanta.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun
selama 2 menit. lunak dan cair.
2. Perlakuan II:
- Dimasukkan 5 tetes minyak jelanta + - Terbentuk 2 lapisan.
3 mL larutan NaOH beralkohol Lapisan atas NaOH,
lapisan bawah minyak
jelanta.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun dan
selama 2 menit keras

4. Penyabunan pada Margarin

Tabel 4.4 Data pengamatan penyabunan pada minyak margarin


No. Perlakuan Pengamatan
1. Peralakuan 1 :
- Dimasukkan 5 tetes margarin + 3 mL - Terbentuk dua
larutan KOH beralkohol. lapisan, lapisan atas
KOH, lapisan bawah
minyak wijen.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun
selama 1-2 menit. lunak dan cair.
2. Perlakuan II:
- Dimasukkan 5 tetes margarin + 3 mL - Terbentuk 2 lapisan.
larutan NaOH beralkohol Lapisan atas NaOH,
lapisan bawah minyak
wijen.
- Dipanaskan dalam penangas air - Terbentuk sabun dan
selama 2 menit keras
4.1.2 Uji Ketidakjenuhan (Uji Iod)

1. Uji Ketidakjenuhan Pada Minyak Bimoli

Tabel 4.5 Data pengamatan uji ketidakjenuhan pada minyak bimoli


No. Perlakuan Pengamatan
1. 1 mL minyak bimoli + 1 mL kloroform
dimasukan kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan iod Terbentuk 2 lapisan,
lapisan atas kloroform,
dan lapisan bawah
berbentuk jel (koloid).

2. Uji Ketidakjenuhan Pada Minyak Curah

Tabel 4.6 Data pengamatan uji ketidakjenuhan pada minyak curah


No. Perlakuan Pengamatan
1. 1 mL minyak curah + 1 mL kloroform
dimasukan kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan iod Terbentuk 2 lapisan,
lapisan atas kloroform,
dan lapisan bawah
berbentuk jel (koloid).

3. Uji Ketidakjenuhan Pada Minyak Jelanta

Tabel 4.7 Data pengamatan uji ketidakjenuhan pada minyak jelanta


No. Perlakuan Pengamatan
1. 1 mL minyak jelanta + 1 mL kloroform
dimasukan kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan iod Terbentuk 2 lapisan,
menghasikan banyak
busa

4. Uji Ketidakjenuhan Pada Margarin

Tabel 4.8 Data pengamatan uji ketidakjenuhan pada minyak margarin


No. Perlakuan Pengamatan
1. 1 mL margarin + 1 mL kloroform
dimasukan kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan tetes demi tetes larutan iod Terbentuk 2 lapisan
4.2 Reaksi Lengap

4.3 Pembahasan

Percobaan lipid ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas minyak dan

lemak yang dilakukan beberapa uji. Pada percobaan ini yang dilakukan adalah

proses penyabunan dan uji ketidakjenuhan. Sampel uji yang digunakan yaitu

minyak bimoli, minyak curah, minyak jelanta, dan margarin. perlakuan yang

pertama yaitu proses penyabunan, trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun

mudah larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform, benzena, atau eter.

Trigliserida akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam atau basa. Proses

hidrolisis yang biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH atau

KOH melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis

minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis


trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) dapat menghasilkan suatu campuran

sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Hidrolisis trigliserida dengan asam akan

menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya. Masing-masing

sampel ditambahkan dengan 3 mL KOH. Tujuan penambahan KOH adalah untuk

mempercepat terjadinya proses penyabunan, dimana KOH merupakan basa yang

dapat menghidrolisis lemak sehingga terbentuk gliserol dan sabun, dimana pada

proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak gliserol. Proses hidrolisis

menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun.

Penambahan KOH harus diperhatikan, karena apabila penambahan KOH sedikit

maka proses perubahan minyak menjadi sabun menjadi kurang sempurna

sehingga sabun akan banyak mengandung asam lemak. Alkohol dalam KOH

berfungsi dalam proses hidrolisis alkali karena pada umumnya lipid tidak larut

dalam air oleh karena itu kecepatan hidrolisa dapat dipercepat dengan memakai

pelarut yang sesuai.

Semua sampel uji dilakukan pemanasan selama 2 menit. Tujuan

pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi penyabunan, karena dengan

pemanasan (menaikan suhu) pada suatu reaksi kimia maka akan memperkecil

energi aktifasi yakni energi yang dibutuhkan oleh partikel-partikel dalam

bertumbukan dengan partikel-partikel lainnya agar dapat bereaksi dalam sebuah

reaksi kimia. Perlakuan selanjutnya, larutan KOH beralkohol diganti dengan

larutan NaOH beralkohol. Jika dibandingkan dengan perlakuan yang pertama,

hasil yang diperoleh tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang

ditemukan terletak pada hasil sabun yang diperoleh. Sabun yang dihasilkan dari
penambahan NaOH beralkohol lebih memiliki struktur sabun yang keras

dibandingkan dengan penambahan KOH beralkohol. Hal ini terbukti pada sampel

margarin.

Perlakuan selanjutnya pada uji ketidakjenuhan trigliserida dengan bagian

utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi lemak padat

oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya selanjutnya, pereaksi iod akan

mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya

menjadi berikatan tunggal yang ditandai dengan adanya warna-warna yang pudar

dari warnanya masing-masing sebelum ditambahkan larutan iod. misalnya pada

uji ketidakjenuhan pada minyak wijen mula-mula berwarna kuning dan setelah

ditambahkan larutan iod maka warnanya berubah menjadi orange pudar dan yang

lainnya kecuali pada minyak curah memiliki warna yang tetap karena asam lemak

tidak mereduksi larutan iod yang diberikan. Pada percobaan uji ketidakjenuhan,

setelah penambahan kloroform dan larutan iod pada tiap-tiap sampel nampak

perubahan pada masing-masing tabung. Pada minyak kelapa terbentuk 2 lapisan

lapisan atas bening dan lapisan bawah keruh. Penambahan larutan iod pada

sampel yang memiliki ikatan rangkap (asam lemak tidak jenuh) akan terjadi

endapan iod atau lapisan minyak.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan kali ini adalah:

1. Reaksi penyabunan dapat ditentukan atau dipelajari pada bahan seperti

minyak bimoli, minyak curah, minyak jelanta, dan margarin.

2. Untuk uji ketidakjenuhan dapat ditunjukkan pada minyak bimoli, minyak

curah, minyak jelanta, dan margarin.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya praktikan diingatkan untuk

membawa bahan pada percobaan berikutnya, karena kurangnya bahan akan

mengganggu efesiensi praktikum dan menambah waktu praktikum.

Anda mungkin juga menyukai