0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan sumur horisontal dalam industri minyak dan gas. Sumur horisontal memiliki beberapa keuntungan seperti kontak yang lebih besar dengan formasi, memperluas area pengurasan, dan meningkatkan laju produksi. Namun, penggunaan sumur horisontal juga menimbulkan tantangan berupa penurunan tekanan (pressure drop) sepanjang sumur akibat gesekan dan percepatan fluida. Faktor-faktor seperti viskosit
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan sumur horisontal dalam industri minyak dan gas. Sumur horisontal memiliki beberapa keuntungan seperti kontak yang lebih besar dengan formasi, memperluas area pengurasan, dan meningkatkan laju produksi. Namun, penggunaan sumur horisontal juga menimbulkan tantangan berupa penurunan tekanan (pressure drop) sepanjang sumur akibat gesekan dan percepatan fluida. Faktor-faktor seperti viskosit
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan sumur horisontal dalam industri minyak dan gas. Sumur horisontal memiliki beberapa keuntungan seperti kontak yang lebih besar dengan formasi, memperluas area pengurasan, dan meningkatkan laju produksi. Namun, penggunaan sumur horisontal juga menimbulkan tantangan berupa penurunan tekanan (pressure drop) sepanjang sumur akibat gesekan dan percepatan fluida. Faktor-faktor seperti viskosit
Pemboran dan penggunaan sumur horisontal merupakan salah satu
perkembangan paling aktif dan paling menarik dalam dunia perminyakan. Sumur horisontal menjadi salah satu metode yang tidak tergantikan dalam masalah pengurasan minyak dan gas bumi. Penggunaan sumur horisontal dalam kondisi- kondisi tertentu memberikan lebih banyak keuntungan dalam memproduksi minyak bila dibanding dengan sumur konvensional atau vertikal. Pada suatu reservoir yang fluida formasinya berada pada posisi horisontal atau mendekati horisontal, sumur horisontal menjanjikan suatu kontak terhadap formasi produktif yang lebih besar jika dibanding bila menggunakan sumur vertikal, sehingga akan memperpanjang radius pengurasan sumur dan memperluas daerah pengurasan, dan dapat mengakibatkan penambahan laju produksi dan recovery. Dengan daerah kontak yang lebih besar, walaupun pada drawdown yang rendah sekalipun akan menghasilkan lebih banyak minyak dan gas, selain itu juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya air dan/atau gas coning. Secara umum penemuan dan produksi minyak dilakukan dengan pengeboran dari permukaan ke reservoir, dan jika reservoir mengandung endapan minyak, kemudian diperforasi dan dikomplesi sehingga lubang sumur mempunyai kontak dengan reservoir. Lubang sumur mempunyai tekanan di bawah tekanan reservoir sehingga fluida formasi dapat mengalir ke lubang sumur. Problem yang cukup berarti dalam proses ini adalah terbatasnya jarak aliran fluida reservoir menuju sumur produksi. Ketika fluida mencapai sumur, area untuk mengalir berkurang dan kecepatan fluida bertambah, akibatnya gradien tekanan timbul dengan cepat. Biasanya pressure drop tidak teratur di daerah dekat lubang sumur. Dengan memperpanjang lubang sumur menggunakan pemboran horisontal, maka panjang lubang sumur yang tersedia untuk masuknya fluida reservoir bertambah dan pressure drop berkurang. Dengan cara ini laju aliran dapat lebih besar. Penggunaan sumur horisontal adalah sebagai alternatif untuk meningkatkan kontak dengan reservoir. Alternatif lain untuk meningkatkan kontak dengan reservoir adalah menambah jumlah sumur dan meningkatkan permeabilitas efektif di sekitar lubang sumur dengan cara membuat rekah batuan dan/atau stimulasi sumur. Tetapi menurut pengalaman penggunaan sumur horisontal dengan kondisi reservoir yang sesuai yang sesuai dapat lebih ekonomis daripada metode alternatif di atas untuk menambah kontak dengan reservoir. Dari segi ekonomis, fakta di atas menjadikan sumur horisontal harus dibuat sepanjang mungkin selama teknologi pemboran masih dapat mengatasi, dan sampai saat ini sudah mampu mencapai ribuan kaki (ft). Tetapi dalam hal ini ada beberapa faktor yang menghalangi dan menimbulkan suatu batas panjang sumur horisontal maksimal yang masih dianggap ekonomis dan efektif, yaitu kehilangan tekanan (pressure drop), yang penyebab utamanya adalah karena adanya friksi dan perubahan akselerasi dari fluida itu sendiri. Pada kasus sumur yang panjang dengan laju alir yang besar pressure drop pada lubang sumur harus dibandingkan dengan drawdown pada bagian heel (producing end), karena pada bagian toe (ujung) mungkin tidak produktif karena drawdown lokal pada posisi tersebut sangat kecil atau mungkin malah tidak ada sama sekali.
4.1. Pressure Drop pada Sumur Horisontal
Bila ditinjau dari sudut pandang vertikal lift performance pada sumur horisontal dibagi menjadi tiga bagian sumur yaitu bagian tegak (vertikal), miring yaitu pada bagian pembelokan (build up rate) dan bagian yang mendatar (horisontal). Pada ketiga bagian tersebut bila dialiri oleh fluida formasi akan akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan (pressure drop) yang berbeda-beda pada masing-masing bagian tersebut. Selain berbeda dalam metoda penghitungannya juga berbeda pengaruhnya terhadap fluida formasi yang melewatinya sehingga dapat merubah fasa fluida yang melaluinya karena penurunan tekanan tersebut. Di dalam kesempatan ini yang akan dibahas adalah penurunan tekanan atau pressure drop pada sumur atau pada bagian sumur yang mendatar atau horisontal. Dalam suatu fluida yang mengalir dalam suatu pipa terdapat empat gaya yang mempengaruhinya, antara lain : a. gaya tekan, b. gaya viscous shear c. gaya yang disebabkan inersia atau percepatan fluida d. gaya yang disebabkan oleh gravitasi Pada bagian sumur yang vertikal dan miring, keempat gaya tersebut berlaku. Pada sumur horisontal hanya tiga gaya yang teratas yang berpengaruh, sedangkan gaya yang diakibatkan gravitasi sangat kecil pengaruhnya sehingga dapat diabaikan. Ketiga gaya tersebut dalam perhitungan pressure drop pada sumur horisontal diwakili oleh parameter-parameter yang berhubungan dengan ketiga gaya tersebut bahkan pada prehitungan yang disampaikan oleh Joshi juga menggunakan konstanta gravitasi (gc). Dengan menganggap bahwa sumur horisontal sebagai pipa horisontal, persamaan untuk menghitung pressure drop dalam pipa dapat ditulis dengan menggunakan hukum kekekalan massa, momentum dan energi, yang terdiri dari tiga komponen yaitu gravitasi, friksi dan akselerasi. Dari ketiga komponen tersebut friksilah yang paling berpengaruh. Dengan menganggap gravity dan akselerasi diabaikan pada bagian horisontal pipa, maka pada perhitungan pressure drop hanya faktor friksilah yang sangat berpengaruh seperti persamaan (3-3), walaupun kecil kedua faktor lain tetap ada, tetapi pada kondisi tertentu terutama akselerasi dapat juga berpengaruh besar pada pressure drop. a. Faktor Friksi (fm) Faktor friksi atau faktor gesekan yang harus dilalui fluida formasi dalam pergerakannya dalam sumur yang harus mengalir melalui dinding sumur atau permukaan pipa bagian dalam , sehingga faktor friksi ini sangat bergantung pada kekasaran pipa (/d). Selain bergantung pada kekasaran pipa faktor friksi juga tergantung pada kondisi aliran, apakah aliran tersebut laminer, transisi ataupun turbulen. Kondisi aliran tersebut dipengaruhi oleh nilai bilangan Reynold (NRe) yang ada. Pembagian kondisi aliran berdasarkan NRe tersebut adalah : - aliran laminer : NRe < 2300 - aliran turbulen : NRe > 4000 - aliran transisi : 2300 < NRe < 4000 Bilangan Reynold adalah bilangan tak berdimensi yang menggambarkan perbandingan gaya gaya kelembaman dan viskositas, yang dipengaruhi oleh berat jenis fluida, laju alir, viskositas, diameter dalam pipa serta kecepatan fluida, seperti Persamaan (3-9). Menurut Joshi faktor friksi ini masih kurang sempurna untuk menghitung pressure drop dikarenakan pada kondisi kenyataan dilapangan terdapat faktor lain yang mempengaruhi pressure drop pada sumur horisontal, sehingga Joshi menggunakan apparent friction factor (fapp). Apparent friction faktor ini adalah gabungan faktor gesekan dan perubahan momentum pada kecepatan pengembangan. Kecepatan pengembangan ini di sebabkan oleh karena masuknya fluida formasi ke dalam sumur horisontal tidak pada satu tempat atau dengan kata lain mengikuti lubang perforasi yang ada, sehingga fluida yang sudah masuk dari perforasi paling ujung dan sudah mengalami pressure drop ketika mengalir melewati bagian perforasi berikutnya akan bertemu dengan fluida formasi yang lain yang masuk melewati perforasi tersebut dan masih dengan pressure awal atau belum mengalami pressure drop seperti fluida formasi sebelumnya. Dengan terjadinya penggabungan tersebut maka kedua fluida akan saling berpengaruh baik tekanan maupun kecepatannya atau mungkin juga parameter lain yang tadinya berbeda. Karena kondisi di atas maka fluida menjadi tidak stabil ketika melewati suatu titik perforasi berikutnya, hal inilah yang disebut kecepatan pengembangan. b. Viskositas Fluida ( ) Penurunan tekanan yang tinggi sepanjang sumur horisontal adalah sangat mungkin terjadi pada fluida yang viskositasnya tinggi seperti minyak berat dan tar sand. Karena viskositas yang merupakan ketahanan fluida terhadap aliran, sehingga semakin tinggi viskositas maka kemampuan fluida untuk mengalir menjadi semakin kecil dan sebagai akibatnya untuk melalui suatu pipa diperlukan tekanan yang lebih besar dibanding fluida dengan viskositas rendah. Dengan adanya tahanan aliran yang besar ini akan mengakibatkan pressure drop yang terjadi semakin besar. Walaupun dalam rumus menghitung pressure drop tidak terdapat viskositas, tetapi viskositas ini berpengaruh pada penentuan faktor friksi melalui bilangan Reynold yang sangat berpengaruh terhadap faktor friksi dan akan mempengaruhi perhitungan pressure drop. c. Kecepatan Fluida (v) Penurunan tekanan yang tinggi juga mungkin terjadi pada minyak-minyak ringan jika mengalir melebihi 1000 barrel per hari, yaitu kecepatan aliran pada derajad 10.000 sampai 30.000 RB/hari. Kecepatan tinggi semacam itu hanya mungkin pada reservoir dengan permeabilitas tinggi, dimana permeabilitasnya pada kelas 1000 mD atau lebih. d. Panjang Sumur (L) Faktor penyebab besarnya pressure drop yang satu ini sudah atau mudah dipahami perannya dalam penurunan tekanan, karena secara logika saja semakin panjang sumur maka semakin panjang pipa yang harus dilalui fluida formasi untuk mencapai dasar bagian sumur vertikal, sehingga pressure drop yang akan terjadi menjadi lebih besar seiring dengan bertambahnya panjang sumur horisontal. Begitu besar pengaruh panjang sumur sehingga terdapat ambang batas atau panjang sumur horisontal maksimal yang diijinkan agar pressure drowdown yang ada pada ujung sumur (toe) tersebut masih dapat mendorong fluida ke arah bagian heel (producing end), karena bila melampaui batas tersebut fluida sudah tidak dapat mengalir lagi dikarenakan drawdown yang sangat kecil tersebut, sehingga pada bagian tersebut sama sekali tidak ada aliran fluida. Dengan demikian sia-sialah penambahan panjang yang dilakukan karena tidak akan menambah jumlah hidrokarbon yang diproduksi. e. Diameter Dalam Pipa (d) Faktor ini sudah cukup jelas seperti halnya panjang sumur, dengan diameter pipa yang lebih besar akan memudahkan fluida untuk bergerak atau mengalir, sehingga akan mengurangi pressure drop yang terjadi, begitu juga sebaliknya. Namun demikian kita juga harus memperhitungkan faktor-faktor yang lain jadi dalam pemilihan diameter sumur harus ditentukan mana yang paling cocok dan menghasilkan produksi yang optimal. Selain itu juga harus diperhatikan bahwa sampai saat ini untuk pemboran horisontal sangat sulit dilakukan dengan menggunakan diameter yang besar dan biasanya diameter lubang bor hanya berkisar antara 2,5 sampai 3,5 inch saja. f. Densitas Fluida ( ) Suatu minyak yang mempunyai densitas lebih besar tentu akan lebih berat dibanding dengan minyak yang mempunyai densitas kecil, sehingga untuk mengalirkannya diperlukan tekanan yang lebih tinggi dengan keadaan tersebut maka penurunan tekanan akan menjadi semakin besar dikarenakan digunakan untuk menggerakkan fluida tersebut. g. Permeabilitas Reservoir (k) Walaupun dalam perhitungan mencari besarnya nilai pressure drop tidak dicantumkan faktor permeabilitas tetapi dalam prakteknya faktor ini juga berpengauruh dalam menentukan besar kecilnya nilai pressure drop, dan mungkin disini terwakili dalam pengaruhnya terhadap kecepatan fluida. Pengaruh permeabilitas terhadap pressure drop adalah semakin besar harga permeabilitasnya makan akan semakin meningkatkan nilai pressure drop yang ada. h. Pengaruh Fasa Fluida Pengaruh friksi pada lubang sumur akan menjadi lebih berat pada aliran dua fasa. Pada aliran tersebut, dengan membesarnya pengaruh friksi akan meningkatkan besarnya pressure drop. Walaupun faktor ini sering kurang diperhitungkan, dan fasa dianggap seragam disemua bagian horisontal, tetapi bila yang terjadi akibat adanya penurunan tekanan dan terbebasnya gas dari larutan di dalam sumur maka kita perlu meninjau ulang semua perhitungan yang ada, agar kondisi yang kita ciptakan dapat menanggulangi kemungkinan besarnya kenaikan pressure drop yang timbul.
4.2. Produktivitas Sumur Horisontal
Dalam eksploitasi sumur horisontal perlu mempertimbangkan reservoir yang akan dieksploitasi yang dinyatakan dalam bentuk rasio produktivitas (perbandingan produktivitas sumur horisontal dengan sumur vertikal), dan replacement ratio (jumlah sumur vertikal yang dapat diwakili oleh sumur horisontal yang dibor pada reservoir yang sama). Satu sumur horisontal dapat menggantikan beberapa sumur vertikal dalam memproduksi fluida, sehingga dapat lebih ekonomis walaupun satu sumur horisontal mungkin memerlukan biaya yang lebih besar untuk mengebor dan mengkomplesi dibandingkan sumur vertikal. Sumur horisontal, karena dapat diperpanjang sampai jarak yang jauh menembus reservoir maka dapat memberikan saluran horisontal untuk mengalirkan fluida reservoir. Efek ini menjadi lebih penting jika panjang dari sumur horisontal besar dibanding drainage area. Dengan demikian fluida tidak harus mengalir sepanjang reservoir karena lubang sumur horisontal memberi saluran menuju sumur produksi. Laju produksi merupakan aliran fluida dari reservoir ke lubang sumur yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan di dalam reservoir dengan tekanan di dalam sumur, dimana tekanan di dalam reservoir lebih besar dibanding tekanan di dalam sumur. Debit fluida yang mengalir tergantung pada perbedaan tekanan, karakterisrik fluida tersebut dan media yang dilaluinya. Karakteristik fluida yang berpengaruh langsung adalah viskositas dan faktor volume formasi. Karakteristik batuan yang berpengaruh langsung adalah permeabilitas dari batuan. Produktivitas formasi adalah kemampuan formasi untuk mengalirkan fluida dari reservoir ke dalam sumur-sumur produksinya. Produktivitas formasi dapat dinilai berdasarkan besaran indeks produktivitas (PI ) yaitu perbandingan laju produksi terhadap pressure drawdown (beda tekanan statik dengan tekanan alir dasar sumur). Harga PI ini dapat ditunjukkan secara grafis, yang disebut dengan Inflow Performance Relationship (IPR). IPR pada sumur horisontal sebenarnya sama saja dengan pada sumur vertikal jika dilihat dari metode pembuatan dan bentuknya, tetapi dalam sumur horisontal biasanya pada Pwf yang sama akan menghasilkan laju produksi yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan karena tergantung dari besar kecilnya produksi suatu sumur. Produksi yang lebih tinggi ini tentu dapat diakibatkan banyak faktor diantaranya adalah lebih besarnya penembusan sumur ke dalam zona produktif karena posisi sumur yang horisontal, sehingga area pengurasannyapun akan lebih besar. Hasil grafik ini berupa kurva yang menunjukkan kemampuan sumur dalam berproduksi. Di dalam pemboran horisontal produktivitas suatu formasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain : a. Pengaruh Panjang Seksi Horisontal Peningkatan panjang seksi horisontal sumur (Lh) menyebabkan kenaikan yang berarti pada produksi minyak. Ini menunjukkan bahwa seksi horisontal dari sumur menembus penuh reservoir (Lh =W) akan menghasilkan laju produksi yang tinggi. Pada kenyataannya hal di atas tidak selamanya terjadi demikian, karena adanya faktor-faktor tahanan terhadap aliran yang akan menyebabkan hal di atas tidak berjalan seperti yang diinginkan. Pada awalnya pertambahan laju produksi memang sejalan atau sebanding dengan pertambahan panjang sumur, tetapi secara pelan dan pasti pertambahan laju produksi semakin sedikit dan tidak sebanding lagi dengan pertambahan panjang sumur. Bahkan pada suatu titik tertentu pertambahan laju poroduksi akan terhenti walaupun sumur ditambah berapapun panjangnya. Seperti diterangkan di atas hal ini diakibatkan pada posisi titik tersebut drawdown yang ada sangat kecil dan sudah tidak mampu lagi mendorong fluida formasi untuk mengalir, sehingga pada bagian tersebut sama sekali tidak ada aliran. b. Pengaruh Anisotropi Pada sumur horisontal yang sangat berpengaruh adalah transmisibilitas vertikal yang dipengaruhi oleh permeabilitas vertikal. Untuk sumur horisontal daya transmisibilitas merupakan hasil kali panjang sumur dengan permeabilitas vertikal. Permeabilitas vertikal yang rendah akan menghalangi atau mengganggu komponen aliran sehingga mengurangi komponen aliran sehingga mengurangi efisiensi produksi keseluruhan dari reservoir. c. Pengaruh Faktor Skin Makin besar harga faktor skin akan menghasilkan produksi minyak yang lebih rendah, dan makin besar faktor skin menyebabkan makin besar pressure drop. Pressure drop tambahan pada lubang sumur biasanya disebabkan karena kerusakan formasi disekitar lubang sumur, jalan masuk yang terbatas karena perforasi atau oleh penembusan formasi sebagian. Harga skin positif adalah akibat dari kerusakan formasi, sementara harga skin negatif karena stimulasi dan menyebabkan kenaikan tekanan alir pada lubang sumur. d. Pengaruh Luas Daerah Pengurasan Pada sumur vertikal bentuk daerah pengurasan diperkirakan berbentuk silinder karena posisi sumur yang menembus zona produktif dengan lurus sehingga luas dan bentuk daerah pengurasan mengikuti posisi sumur tersebut, dan bisa dikatakan berbentuk silinder. Sedangkan pada sumur horisontal bentuk daerah pengurasan bukan berbentuk silinder melainkan berbentuk oval atau ellips. Dikarenakan bentuk yang seperti ini maka untuk perhitungan laju alir pada beberapa metode menggunakan parameter baru yaitu “a”, dimana a ini adalah setengah sumbu terpanjang dari ellips, dan “b” yang merupakan setengah dari panjang sumur (L). Posisi ellips adalah mengikuti arah sumur horisontal tersebut sehingga posisi a dan b adalah sejajar. Jadi semakin semakin panjang sumur maka parameter a dan b maka semakin besar luas daerah pengurasan. e. Pengaruh Tebal Reservoir Panjang sumur horisontal memberikan kenaikan hasil yang lebih baik pada reservoir yang tipis, dibandingkan dengan reservoir yang tebal. Pengaruh tebal reservoir pada produktivitas sumur horisontal dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan steady state.
4.3. Pengaruh Pressure Drop pada Perilaku Produksi Sumur Horisontal
Pada dua bagian di depan sudah dibahas mengenai pressure drop pada sumur horisontal dan produktivitas pada sumur horisontal, pada bagian ini akan dibahas bagaimana hubungan keduanya dan pengaruhnya satu terhadap yang lain. Pressure drop (penurunan tekanan) dari ujung sumur sampai ke pelengkungan sumur (producing end) perlu diperhitungkan untuk mempertahankan aliran fluida dalam lubang sumur. Pada bagian pelengkungan sumur akan berada pada tekanan yang lebih rendah dari pada ujung sumur. Jika pressure drop di lubang sumur pada bagian horisontal sangat kecil dibandingkan dengan tekanan drawdown dari reservoir ke lubang sumur, maka lubang sumur horisontal dapat dianggap bertekanan konstan. Jika pressure drop sepanjang lubang sumur cukup berarti bila dibandingkan dengan tekanan drawdown dari reservoir, maka tekanan drawdown pada reservoir di sepanjang lubang sumur akan berubah dan produksi sepanjang lubang sumur juga akan berubah. Untuk menghitung perubahan laju produksi sepanjang lubang sumur harus secara bersama dengan menghitung pressure drop pada pipa dan reservoir. Secara umum, pressure drop sepanjang lubang sumur horisontal sangat kecil dan dapat diabaikan, tetapi dalam keadaan tertentu seperti sumur yang menghasilkan minyak ringan dengan laju alir tinggi (lebih besar dari 10.000 barel/hari) atau laju alir dengan viskositas fluida yang mempunyai nilai yang tinggi, memungkinkan terjadinya pressure drop yang tinggi dalam lubang sumur tersebut. Pada situasi ini panjang sumur yang optimum dapat dihitung dengan memperhitungkan pressure drop pipa dan laju produksi reservoir untuk mengubah drawdown sepanjang sumur. Dari segi operasional penting untuk mempertimbangkan pressure drop sepanjang sumur. Pressure drop ini tidak hanya berdampak pada perilaku produksi sumur, tetapi juga mempengaruhi disain komplesi sumur dan profil sumur. Pengaruh Pressure drop dalam perhitungan laju produksi adalah dengan mempengaruhi nilai P (pressure drawdown) yang terjadi. Seperti yang telah diketahui bahwa laju produksi optimal (qopt) adalah laju produksi pada waktu Pwf = 0, sehingga semakin besar Pwf maka akan semakin kecil pula laju produksinya, atau dengan kata lain kita harus membuat Pwf sekecil mungkin agar laju produksi menjadi semakin baik. Hubungan dengan pressure drop adalah dengan pressure drop yang besar tentu akan semakin memperbesar Pwf, karena pressure drop yang terhitung akan ditambahkan dengan nilai Pwf . Dari hal tersebut maka semakin besar pressure drop maka nilai Pwf akan semakin besar. Dengan semakin besarnya Pwf maka P atau Ps - Pwf akan semakin kecil, sehingga akan membuat laju produksi yang dihasilkan juga akan semakin kecil bila dibanding bila tidak ada preesure drop pada lubang horisontal tesebut. Pressure drop juga akan sangat kelihatan pengaruhnya pada sumur horisontal yang sangat panjang, karena semakin panjang sumur maka akan semakin besar pula pressure drop yang akan ditimbulkan. Dengan demikian pada panjang tertentu pressure drop yang ada akan meningkatkan Pwf pada kedalaman tersebut dan mendekati nilai Ps, sehingga selisih antara keduanya (drawdown) menjadi sangat kecil. Dengan drawdown yang kecil tersebut tidak akan mampu lagi mendorong fluida formasi yang ada ke arah bagian heel (producing end). Dengan keadaan tersebut maka pada titik tersebut sampai kebagian ujung akhir (toe) dari sumur horisontal tidak akan ada aliran sama sekali, sehingga penambahan panjang yang dilakukan akan sia-sia belaka dan hanya akan membuang biaya untuk pemboran maupun komplesi yang tidak akan meningkatkan laju produksi. Selain dari segi teknis pengaruh pressure drop ini juga harus dikaitkan dengan segi ekonomis, sehingga dalam usaha menentukkan panjang sumur optimum juga perlu dimasukkan faktor harga minyak per barrel-nya. Dengan demikian diharapkan biaya yang kita keluarkan akan sebanding dengan pemasukan yang kita dapat walaupun dengan adanya gangguan pressure drop, dan jangan sampai biaya yang kita keluarkan akan sia-sia karena pemboran kita yang melewati batas panjang sumur optimum, karena setelah melewati batas tersebut biaya yang kita keluarkan akan tidak sebanding dengan pemasukkan atau bahkan tidak ada pemasukkan sama sekali. Dengan memperhitungkan pengaruhnya yang cukup berarti maka usaha untuk memperkecil pressure drop sangat diperlukan terutama pada pressure drop yang tinggi atau cukup berarti bila dibanding dengan pressure drawdown.