Anda di halaman 1dari 11

BAB V

PEMBAHASAN

Pemboran dan penggunaan sumur horisontal merupakan salah satu


perkembangan paling aktif dan paling menarik dalam dunia perminyakan. Sumur
horisontal menjadi salah satu metode yang tidak tergantikan dalam masalah
pengurasan minyak dan gas bumi. Penggunaan sumur horisontal dalam kondisi-
kondisi tertentu memberikan lebih banyak keuntungan dalam memproduksi
minyak bila dibanding dengan sumur konvensional atau vertikal. Pada suatu
reservoir yang fluida formasinya berada pada posisi horisontal atau mendekati
horisontal, sumur horisontal menjanjikan suatu kontak terhadap formasi produktif
yang lebih besar jika dibanding bila menggunakan sumur vertikal, sehingga akan
memperpanjang radius pengurasan sumur dan memperluas daerah pengurasan,
dan dapat mengakibatkan penambahan laju produksi dan recovery. Dengan daerah
kontak yang lebih besar, walaupun pada drawdown yang rendah sekalipun akan
menghasilkan lebih banyak minyak dan gas, selain itu juga akan mengurangi
kemungkinan terjadinya air dan/atau gas coning.
Secara umum penemuan dan produksi minyak dilakukan dengan
pengeboran dari permukaan ke reservoir, dan jika reservoir mengandung endapan
minyak, kemudian diperforasi dan dikomplesi sehingga lubang sumur mempunyai
kontak dengan reservoir. Lubang sumur mempunyai tekanan di bawah tekanan
reservoir sehingga fluida formasi dapat mengalir ke lubang sumur. Problem yang
cukup berarti dalam proses ini adalah terbatasnya jarak aliran fluida reservoir
menuju sumur produksi. Ketika fluida mencapai sumur, area untuk mengalir
berkurang dan kecepatan fluida bertambah, akibatnya gradien tekanan timbul
dengan cepat. Biasanya pressure drop tidak teratur di daerah dekat lubang sumur.
Dengan memperpanjang lubang sumur menggunakan pemboran horisontal, maka
panjang lubang sumur yang tersedia untuk masuknya fluida reservoir bertambah
dan pressure drop berkurang. Dengan cara ini laju aliran dapat lebih besar.
Penggunaan sumur horisontal adalah sebagai alternatif untuk meningkatkan
kontak dengan reservoir. Alternatif lain untuk meningkatkan kontak dengan
reservoir adalah menambah jumlah sumur dan meningkatkan permeabilitas efektif
di sekitar lubang sumur dengan cara membuat rekah batuan dan/atau stimulasi
sumur. Tetapi menurut pengalaman penggunaan sumur horisontal dengan kondisi
reservoir yang sesuai yang sesuai dapat lebih ekonomis daripada metode
alternatif di atas untuk menambah kontak dengan reservoir.
Dari segi ekonomis, fakta di atas menjadikan sumur horisontal harus
dibuat sepanjang mungkin selama teknologi pemboran masih dapat mengatasi,
dan sampai saat ini sudah mampu mencapai ribuan kaki (ft). Tetapi dalam hal ini
ada beberapa faktor yang menghalangi dan menimbulkan suatu batas panjang
sumur horisontal maksimal yang masih dianggap ekonomis dan efektif, yaitu
kehilangan tekanan (pressure drop), yang penyebab utamanya adalah karena
adanya friksi dan perubahan akselerasi dari fluida itu sendiri. Pada kasus sumur
yang panjang dengan laju alir yang besar pressure drop pada lubang sumur harus
dibandingkan dengan drawdown pada bagian heel (producing end), karena pada
bagian toe (ujung) mungkin tidak produktif karena drawdown lokal pada posisi
tersebut sangat kecil atau mungkin malah tidak ada sama sekali.

4.1. Pressure Drop pada Sumur Horisontal


Bila ditinjau dari sudut pandang vertikal lift performance pada sumur
horisontal dibagi menjadi tiga bagian sumur yaitu bagian tegak (vertikal), miring
yaitu pada bagian pembelokan (build up rate) dan bagian yang mendatar
(horisontal). Pada ketiga bagian tersebut bila dialiri oleh fluida formasi akan akan
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan (pressure drop) yang berbeda-beda
pada masing-masing bagian tersebut. Selain berbeda dalam metoda
penghitungannya juga berbeda pengaruhnya terhadap fluida formasi yang
melewatinya sehingga dapat merubah fasa fluida yang melaluinya karena
penurunan tekanan tersebut.
Di dalam kesempatan ini yang akan dibahas adalah penurunan tekanan
atau pressure drop pada sumur atau pada bagian sumur yang mendatar atau
horisontal. Dalam suatu fluida yang mengalir dalam suatu pipa terdapat empat
gaya yang mempengaruhinya, antara lain :
a. gaya tekan,
b. gaya viscous shear
c. gaya yang disebabkan inersia atau percepatan fluida
d. gaya yang disebabkan oleh gravitasi
Pada bagian sumur yang vertikal dan miring, keempat gaya tersebut berlaku. Pada
sumur horisontal hanya tiga gaya yang teratas yang berpengaruh, sedangkan gaya
yang diakibatkan gravitasi sangat kecil pengaruhnya sehingga dapat diabaikan.
Ketiga gaya tersebut dalam perhitungan pressure drop pada sumur horisontal
diwakili oleh parameter-parameter yang berhubungan dengan ketiga gaya tersebut
bahkan pada prehitungan yang disampaikan oleh Joshi juga menggunakan
konstanta gravitasi (gc). Dengan menganggap bahwa sumur horisontal sebagai
pipa horisontal, persamaan untuk menghitung pressure drop dalam pipa dapat
ditulis dengan menggunakan hukum kekekalan massa, momentum dan energi,
yang terdiri dari tiga komponen yaitu gravitasi, friksi dan akselerasi. Dari ketiga
komponen tersebut friksilah yang paling berpengaruh. Dengan menganggap
gravity dan akselerasi diabaikan pada bagian horisontal pipa, maka pada
perhitungan pressure drop hanya faktor friksilah yang sangat berpengaruh seperti
persamaan (3-3), walaupun kecil kedua faktor lain tetap ada, tetapi pada kondisi
tertentu terutama akselerasi dapat juga berpengaruh besar pada pressure drop.
a. Faktor Friksi (fm)
Faktor friksi atau faktor gesekan yang harus dilalui fluida formasi dalam
pergerakannya dalam sumur yang harus mengalir melalui dinding sumur atau
permukaan pipa bagian dalam , sehingga faktor friksi ini sangat bergantung
pada kekasaran pipa (/d). Selain bergantung pada kekasaran pipa faktor
friksi juga tergantung pada kondisi aliran, apakah aliran tersebut laminer,
transisi ataupun turbulen. Kondisi aliran tersebut dipengaruhi oleh nilai
bilangan Reynold (NRe) yang ada. Pembagian kondisi aliran berdasarkan NRe
tersebut adalah :
- aliran laminer : NRe < 2300
- aliran turbulen : NRe > 4000
- aliran transisi : 2300 < NRe < 4000
Bilangan Reynold adalah bilangan tak berdimensi yang menggambarkan
perbandingan gaya gaya kelembaman dan viskositas, yang dipengaruhi oleh
berat jenis fluida, laju alir, viskositas, diameter dalam pipa serta kecepatan
fluida, seperti Persamaan (3-9).
Menurut Joshi faktor friksi ini masih kurang sempurna untuk menghitung
pressure drop dikarenakan pada kondisi kenyataan dilapangan terdapat faktor
lain yang mempengaruhi pressure drop pada sumur horisontal, sehingga Joshi
menggunakan apparent friction factor (fapp). Apparent friction faktor ini
adalah gabungan faktor gesekan dan perubahan momentum pada kecepatan
pengembangan. Kecepatan pengembangan ini di sebabkan oleh karena
masuknya fluida formasi ke dalam sumur horisontal tidak pada satu tempat
atau dengan kata lain mengikuti lubang perforasi yang ada, sehingga fluida
yang sudah masuk dari perforasi paling ujung dan sudah mengalami pressure
drop ketika mengalir melewati bagian perforasi berikutnya akan bertemu
dengan fluida formasi yang lain yang masuk melewati perforasi tersebut dan
masih dengan pressure awal atau belum mengalami pressure drop seperti
fluida formasi sebelumnya. Dengan terjadinya penggabungan tersebut maka
kedua fluida akan saling berpengaruh baik tekanan maupun kecepatannya
atau mungkin juga parameter lain yang tadinya berbeda. Karena kondisi di
atas maka fluida menjadi tidak stabil ketika melewati suatu titik perforasi
berikutnya, hal inilah yang disebut kecepatan pengembangan.
b. Viskositas Fluida ( )
Penurunan tekanan yang tinggi sepanjang sumur horisontal adalah sangat
mungkin terjadi pada fluida yang viskositasnya tinggi seperti minyak berat
dan tar sand. Karena viskositas yang merupakan ketahanan fluida terhadap
aliran, sehingga semakin tinggi viskositas maka kemampuan fluida untuk
mengalir menjadi semakin kecil dan sebagai akibatnya untuk melalui suatu
pipa diperlukan tekanan yang lebih besar dibanding fluida dengan viskositas
rendah. Dengan adanya tahanan aliran yang besar ini akan mengakibatkan
pressure drop yang terjadi semakin besar. Walaupun dalam rumus menghitung
pressure drop tidak terdapat viskositas, tetapi viskositas ini berpengaruh pada
penentuan faktor friksi melalui bilangan Reynold yang sangat berpengaruh
terhadap faktor friksi dan akan mempengaruhi perhitungan pressure drop.
c. Kecepatan Fluida (v)
Penurunan tekanan yang tinggi juga mungkin terjadi pada minyak-minyak
ringan jika mengalir melebihi 1000 barrel per hari, yaitu kecepatan aliran pada
derajad 10.000 sampai 30.000 RB/hari. Kecepatan tinggi semacam itu hanya
mungkin pada reservoir dengan permeabilitas tinggi, dimana permeabilitasnya
pada kelas 1000 mD atau lebih.
d. Panjang Sumur (L)
Faktor penyebab besarnya pressure drop yang satu ini sudah atau mudah
dipahami perannya dalam penurunan tekanan, karena secara logika saja
semakin panjang sumur maka semakin panjang pipa yang harus dilalui fluida
formasi untuk mencapai dasar bagian sumur vertikal, sehingga pressure drop
yang akan terjadi menjadi lebih besar seiring dengan bertambahnya panjang
sumur horisontal. Begitu besar pengaruh panjang sumur sehingga terdapat
ambang batas atau panjang sumur horisontal maksimal yang diijinkan agar
pressure drowdown yang ada pada ujung sumur (toe) tersebut masih dapat
mendorong fluida ke arah bagian heel (producing end), karena bila melampaui
batas tersebut fluida sudah tidak dapat mengalir lagi dikarenakan drawdown
yang sangat kecil tersebut, sehingga pada bagian tersebut sama sekali tidak
ada aliran fluida. Dengan demikian sia-sialah penambahan panjang yang
dilakukan karena tidak akan menambah jumlah hidrokarbon yang diproduksi.
e. Diameter Dalam Pipa (d)
Faktor ini sudah cukup jelas seperti halnya panjang sumur, dengan diameter
pipa yang lebih besar akan memudahkan fluida untuk bergerak atau mengalir,
sehingga akan mengurangi pressure drop yang terjadi, begitu juga sebaliknya.
Namun demikian kita juga harus memperhitungkan faktor-faktor yang lain
jadi dalam pemilihan diameter sumur harus ditentukan mana yang paling
cocok dan menghasilkan produksi yang optimal. Selain itu juga harus
diperhatikan bahwa sampai saat ini untuk pemboran horisontal sangat sulit
dilakukan dengan menggunakan diameter yang besar dan biasanya diameter
lubang bor hanya berkisar antara 2,5 sampai 3,5 inch saja.
f. Densitas Fluida ( )
Suatu minyak yang mempunyai densitas lebih besar tentu akan lebih berat
dibanding dengan minyak yang mempunyai densitas kecil, sehingga untuk
mengalirkannya diperlukan tekanan yang lebih tinggi dengan keadaan
tersebut maka penurunan tekanan akan menjadi semakin besar dikarenakan
digunakan untuk menggerakkan fluida tersebut.
g. Permeabilitas Reservoir (k)
Walaupun dalam perhitungan mencari besarnya nilai pressure drop tidak
dicantumkan faktor permeabilitas tetapi dalam prakteknya faktor ini juga
berpengauruh dalam menentukan besar kecilnya nilai pressure drop, dan
mungkin disini terwakili dalam pengaruhnya terhadap kecepatan fluida.
Pengaruh permeabilitas terhadap pressure drop adalah semakin besar harga
permeabilitasnya makan akan semakin meningkatkan nilai pressure drop yang
ada.
h. Pengaruh Fasa Fluida
Pengaruh friksi pada lubang sumur akan menjadi lebih berat pada aliran dua
fasa. Pada aliran tersebut, dengan membesarnya pengaruh friksi akan
meningkatkan besarnya pressure drop. Walaupun faktor ini sering kurang
diperhitungkan, dan fasa dianggap seragam disemua bagian horisontal, tetapi
bila yang terjadi akibat adanya penurunan tekanan dan terbebasnya gas dari
larutan di dalam sumur maka kita perlu meninjau ulang semua perhitungan
yang ada, agar kondisi yang kita ciptakan dapat menanggulangi kemungkinan
besarnya kenaikan pressure drop yang timbul.

4.2. Produktivitas Sumur Horisontal


Dalam eksploitasi sumur horisontal perlu mempertimbangkan reservoir
yang akan dieksploitasi yang dinyatakan dalam bentuk rasio produktivitas
(perbandingan produktivitas sumur horisontal dengan sumur vertikal), dan
replacement ratio (jumlah sumur vertikal yang dapat diwakili oleh sumur
horisontal yang dibor pada reservoir yang sama). Satu sumur horisontal dapat
menggantikan beberapa sumur vertikal dalam memproduksi fluida, sehingga
dapat lebih ekonomis walaupun satu sumur horisontal mungkin memerlukan biaya
yang lebih besar untuk mengebor dan mengkomplesi dibandingkan sumur
vertikal.
Sumur horisontal, karena dapat diperpanjang sampai jarak yang jauh
menembus reservoir maka dapat memberikan saluran horisontal untuk
mengalirkan fluida reservoir. Efek ini menjadi lebih penting jika panjang dari
sumur horisontal besar dibanding drainage area. Dengan demikian fluida tidak
harus mengalir sepanjang reservoir karena lubang sumur horisontal memberi
saluran menuju sumur produksi.
Laju produksi merupakan aliran fluida dari reservoir ke lubang sumur
yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan di dalam reservoir dengan tekanan
di dalam sumur, dimana tekanan di dalam reservoir lebih besar dibanding tekanan
di dalam sumur. Debit fluida yang mengalir tergantung pada perbedaan tekanan,
karakterisrik fluida tersebut dan media yang dilaluinya. Karakteristik fluida yang
berpengaruh langsung adalah viskositas dan faktor volume formasi. Karakteristik
batuan yang berpengaruh langsung adalah permeabilitas dari batuan.
Produktivitas formasi adalah kemampuan formasi untuk mengalirkan
fluida dari reservoir ke dalam sumur-sumur produksinya. Produktivitas formasi
dapat dinilai berdasarkan besaran indeks produktivitas (PI ) yaitu perbandingan
laju produksi terhadap pressure drawdown (beda tekanan statik dengan tekanan
alir dasar sumur). Harga PI ini dapat ditunjukkan secara grafis, yang disebut
dengan Inflow Performance Relationship (IPR). IPR pada sumur horisontal
sebenarnya sama saja dengan pada sumur vertikal jika dilihat dari metode
pembuatan dan bentuknya, tetapi dalam sumur horisontal biasanya pada Pwf yang
sama akan menghasilkan laju produksi yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan
karena tergantung dari besar kecilnya produksi suatu sumur. Produksi yang lebih
tinggi ini tentu dapat diakibatkan banyak faktor diantaranya adalah lebih besarnya
penembusan sumur ke dalam zona produktif karena posisi sumur yang horisontal,
sehingga area pengurasannyapun akan lebih besar. Hasil grafik ini berupa kurva
yang menunjukkan kemampuan sumur dalam berproduksi.
Di dalam pemboran horisontal produktivitas suatu formasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu antara lain :
a. Pengaruh Panjang Seksi Horisontal
Peningkatan panjang seksi horisontal sumur (Lh) menyebabkan kenaikan yang
berarti pada produksi minyak. Ini menunjukkan bahwa seksi horisontal dari
sumur menembus penuh reservoir (Lh =W) akan menghasilkan laju produksi
yang tinggi. Pada kenyataannya hal di atas tidak selamanya terjadi demikian,
karena adanya faktor-faktor tahanan terhadap aliran yang akan menyebabkan
hal di atas tidak berjalan seperti yang diinginkan. Pada awalnya pertambahan
laju produksi memang sejalan atau sebanding dengan pertambahan panjang
sumur, tetapi secara pelan dan pasti pertambahan laju produksi semakin
sedikit dan tidak sebanding lagi dengan pertambahan panjang sumur. Bahkan
pada suatu titik tertentu pertambahan laju poroduksi akan terhenti walaupun
sumur ditambah berapapun panjangnya. Seperti diterangkan di atas hal ini
diakibatkan pada posisi titik tersebut drawdown yang ada sangat kecil dan
sudah tidak mampu lagi mendorong fluida formasi untuk mengalir, sehingga
pada bagian tersebut sama sekali tidak ada aliran.
b. Pengaruh Anisotropi
Pada sumur horisontal yang sangat berpengaruh adalah transmisibilitas
vertikal yang dipengaruhi oleh permeabilitas vertikal. Untuk sumur
horisontal daya transmisibilitas merupakan hasil kali panjang sumur dengan
permeabilitas vertikal. Permeabilitas vertikal yang rendah akan menghalangi
atau mengganggu komponen aliran sehingga mengurangi komponen aliran
sehingga mengurangi efisiensi produksi keseluruhan dari reservoir.
c. Pengaruh Faktor Skin
Makin besar harga faktor skin akan menghasilkan produksi minyak yang lebih
rendah, dan makin besar faktor skin menyebabkan makin besar pressure drop.
Pressure drop tambahan pada lubang sumur biasanya disebabkan karena
kerusakan formasi disekitar lubang sumur, jalan masuk yang terbatas karena
perforasi atau oleh penembusan formasi sebagian. Harga skin positif adalah
akibat dari kerusakan formasi, sementara harga skin negatif karena stimulasi
dan menyebabkan kenaikan tekanan alir pada lubang sumur.
d. Pengaruh Luas Daerah Pengurasan
Pada sumur vertikal bentuk daerah pengurasan diperkirakan berbentuk silinder
karena posisi sumur yang menembus zona produktif dengan lurus sehingga
luas dan bentuk daerah pengurasan mengikuti posisi sumur tersebut, dan bisa
dikatakan berbentuk silinder. Sedangkan pada sumur horisontal bentuk daerah
pengurasan bukan berbentuk silinder melainkan berbentuk oval atau ellips.
Dikarenakan bentuk yang seperti ini maka untuk perhitungan laju alir pada
beberapa metode menggunakan parameter baru yaitu “a”, dimana a ini adalah
setengah sumbu terpanjang dari ellips, dan “b” yang merupakan setengah dari
panjang sumur (L). Posisi ellips adalah mengikuti arah sumur horisontal
tersebut sehingga posisi a dan b adalah sejajar. Jadi semakin semakin panjang
sumur maka parameter a dan b maka semakin besar luas daerah pengurasan.
e. Pengaruh Tebal Reservoir
Panjang sumur horisontal memberikan kenaikan hasil yang lebih baik pada
reservoir yang tipis, dibandingkan dengan reservoir yang tebal. Pengaruh tebal
reservoir pada produktivitas sumur horisontal dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan steady state.

4.3. Pengaruh Pressure Drop pada Perilaku Produksi Sumur Horisontal


Pada dua bagian di depan sudah dibahas mengenai pressure drop pada
sumur horisontal dan produktivitas pada sumur horisontal, pada bagian ini akan
dibahas bagaimana hubungan keduanya dan pengaruhnya satu terhadap yang lain.
Pressure drop (penurunan tekanan) dari ujung sumur sampai ke
pelengkungan sumur (producing end) perlu diperhitungkan untuk
mempertahankan aliran fluida dalam lubang sumur. Pada bagian pelengkungan
sumur akan berada pada tekanan yang lebih rendah dari pada ujung sumur. Jika
pressure drop di lubang sumur pada bagian horisontal sangat kecil dibandingkan
dengan tekanan drawdown dari reservoir ke lubang sumur, maka lubang sumur
horisontal dapat dianggap bertekanan konstan. Jika pressure drop sepanjang
lubang sumur cukup berarti bila dibandingkan dengan tekanan drawdown dari
reservoir, maka tekanan drawdown pada reservoir di sepanjang lubang sumur
akan berubah dan produksi sepanjang lubang sumur juga akan berubah. Untuk
menghitung perubahan laju produksi sepanjang lubang sumur harus secara
bersama dengan menghitung pressure drop pada pipa dan reservoir.
Secara umum, pressure drop sepanjang lubang sumur horisontal sangat
kecil dan dapat diabaikan, tetapi dalam keadaan tertentu seperti sumur yang
menghasilkan minyak ringan dengan laju alir tinggi (lebih besar dari 10.000
barel/hari) atau laju alir dengan viskositas fluida yang mempunyai nilai yang
tinggi, memungkinkan terjadinya pressure drop yang tinggi dalam lubang sumur
tersebut. Pada situasi ini panjang sumur yang optimum dapat dihitung dengan
memperhitungkan pressure drop pipa dan laju produksi reservoir untuk mengubah
drawdown sepanjang sumur.
Dari segi operasional penting untuk mempertimbangkan pressure drop
sepanjang sumur. Pressure drop ini tidak hanya berdampak pada perilaku produksi
sumur, tetapi juga mempengaruhi disain komplesi sumur dan profil sumur.
Pengaruh Pressure drop dalam perhitungan laju produksi adalah dengan
mempengaruhi nilai P (pressure drawdown) yang terjadi. Seperti yang telah
diketahui bahwa laju produksi optimal (qopt) adalah laju produksi pada waktu Pwf
= 0, sehingga semakin besar Pwf maka akan semakin kecil pula laju produksinya,
atau dengan kata lain kita harus membuat Pwf sekecil mungkin agar laju produksi
menjadi semakin baik. Hubungan dengan pressure drop adalah dengan pressure
drop yang besar tentu akan semakin memperbesar Pwf, karena pressure drop yang
terhitung akan ditambahkan dengan nilai Pwf . Dari hal tersebut maka semakin
besar pressure drop maka nilai Pwf akan semakin besar. Dengan semakin besarnya
Pwf maka P atau Ps - Pwf akan semakin kecil, sehingga akan membuat laju
produksi yang dihasilkan juga akan semakin kecil bila dibanding bila tidak ada
preesure drop pada lubang horisontal tesebut. Pressure drop juga akan sangat
kelihatan pengaruhnya pada sumur horisontal yang sangat panjang, karena
semakin panjang sumur maka akan semakin besar pula pressure drop yang akan
ditimbulkan. Dengan demikian pada panjang tertentu pressure drop yang ada akan
meningkatkan Pwf pada kedalaman tersebut dan mendekati nilai Ps, sehingga
selisih antara keduanya (drawdown) menjadi sangat kecil. Dengan drawdown
yang kecil tersebut tidak akan mampu lagi mendorong fluida formasi yang ada ke
arah bagian heel (producing end). Dengan keadaan tersebut maka pada titik
tersebut sampai kebagian ujung akhir (toe) dari sumur horisontal tidak akan ada
aliran sama sekali, sehingga penambahan panjang yang dilakukan akan sia-sia
belaka dan hanya akan membuang biaya untuk pemboran maupun komplesi yang
tidak akan meningkatkan laju produksi.
Selain dari segi teknis pengaruh pressure drop ini juga harus dikaitkan
dengan segi ekonomis, sehingga dalam usaha menentukkan panjang sumur
optimum juga perlu dimasukkan faktor harga minyak per barrel-nya. Dengan
demikian diharapkan biaya yang kita keluarkan akan sebanding dengan
pemasukan yang kita dapat walaupun dengan adanya gangguan pressure drop, dan
jangan sampai biaya yang kita keluarkan akan sia-sia karena pemboran kita yang
melewati batas panjang sumur optimum, karena setelah melewati batas tersebut
biaya yang kita keluarkan akan tidak sebanding dengan pemasukkan atau bahkan
tidak ada pemasukkan sama sekali. Dengan memperhitungkan pengaruhnya yang
cukup berarti maka usaha untuk memperkecil pressure drop sangat diperlukan
terutama pada pressure drop yang tinggi atau cukup berarti bila dibanding dengan
pressure drawdown.

Anda mungkin juga menyukai