TEKNIK PEMBORAN
Untuk mendapatkan efisiensi yang besar dan hasil yang optimum, perlu
adanya perencanaan yang sangat matang dan cermat dalam suatu kegiatan
pemboran. Perencanaan yang dimaksud meliputi perencanaan peralatan pemboran
yang akan digunakan, perencanaan sistem lumpur dan hidrolikanya, perencanaan
casing, perencanaan penyemenan dan lain sebagainya.
36
2.1.1. Sistem Pengangkatan (Hoisting System)
1. Supporting Structure
37
Gambar 2.2. Menara Bor Standar Derrick
2. Hoisting System
b. Overhead Tools
38
Gambar 2.3. Overhead Tools
c. Drilling Line
Drilling line terdiri dari reveed drilling line, dead line, dead line
anchor, dan storage and suplay. Drilling line digunakan untuk
menahan (menarik) beban pada hook. Drilling line terbuat dari
baja dan merupakan kumpulan kawat baja yang kecil dan diatur
sedemikian rupa hingga merupakan suatu lilitan.
39
2.1.2. Sistem Pemutar (Rotating System)
1. Rotary Assembly
40
b. Top drive
c. Master bushing
d. Kelly bushing
e. Rotary slip
Swivel
Swivel berfungsi sebagai penahan beban drill string dan bagian
statis yang memberikan drillstring berputar. Swivel merupakan
titik penghubung antara circulating system dan rotating system.
Kelly
Kelly adalah rangkaian pipa yang pertama di bawah swivel.
Bentuk potongan dari kelly dapat berupa segi empat atau persegi
enam sehingga akan mempermudah rotary table untuk memutar
rangkain di bawahnya.
Drill Pipe
Pipa baja yang digantung di bawah kelly. Drill pipe di pasang
pada bagian atas dan tengan drill stem. Porsi utama dari drill
string terdiri dari drill pipe.
41
Range Lenght (ft)
1 18 sampai 22
2 27 sampai 30
3 38 sampai 45
Drill Collar
Pipa baja penyambung berdinding tebal yang terletak di bagian
bawah drill stem di atas bit. Fungsi utamanya untuk menambah
beban yang terpusat pada bit.
b. Roller-Cone Bit
42
Rolling cutter bit adalah bit yang mempunyai kerucut-kerucut
(cone) yang berputar untuk menghancurkan batuan. Bit ini
pertama kali dibuat dengan 2 cone.
c. Diamond Bit
Bit ini digunakan untuk membor formasi yang keras dan
abrasive. Namun demikian diamond bit lebih umum digunakan
untuk coring, yang menghasilkan core lebih baik terutama pada
formasi limestone, dolomite, dan sandstone yang keras.
Keuntungan dari diamond bit adalah memberikan footage yang
lebih besar sehingga round trip lebih sedikit terutama pada
formasi yang keras dan sumur yang dalam. Sedangkan
kelemahannya adalah memberikan ROP yang kecil dan harganya
mahal.
43
Gambar 2.8. Skema Sistem Putar dengan Rotary Table
44
Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran,
yaitu:
a. Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin
besar laju penembusan.
b. Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin
mudah untuk mengontrol kondisi di bawah permukaan.
2. Tempat Persiapan
Ditempatkan pada sistem sirkulasi dimulai yaitu dekat pompa
lumpur. Tempat persiapan meliputi:
a. Mud house
b. Steel mud pits/ tanks
c. Chemical mixing barrel
d. Bulk mud storage bins
e. Water tanks
f. Reserve pit
3. Peralatan Sirkulasi
Peralatan sirkulasi terdiri dari beberapa komponen khusus:
a. Mud pit
b. Mud pump
c. Pump dischange and return lines
d. Stand pipe
e. Rotary house
4. Conditioning Area
Fungsi utama peralatan-peralatan ini adalah untuk membersihkan
lumpur bor dari serbuk bor (cutting) dan gas-gas yang terbawa.
Peralatannya terdiri dari:
a. Settling tanks
b. Reserve pit
c. Removal equipment (mud-gas separator, degasser, shale
shaker, desander, dan desilter)
45
Gambar 2.1. Sistem Sirkulasi
46
Gambar 2.1. Skema Sistem Tenaga
47
a. Annular Preventer
Ditempatkan paling atas dari susunan BOP stack. Annular
preventer berisi rubber packing element yang dapat menutup
lubang annulus baik lubang dalam keadaan kosong ataupun ada
rangkaian pipa bor.
c. Drilling Spool
Terletak diantara preventers (pada casing head). Berfungsi
sebagai tempat pemasangan choke line (yang mensirkulasikan
“kick” keluar dari lubang bor). Ram preventer pada sisa-sisanya
mempunyai “cutlets” yang digunakan untuk maksud yang sama.
e. Casing Head
2. Supporting System
a. Choke Manifold
Bekerja pada BOP stack dengan ”high pressure line”, disebut
”choke line”. Bila dihidupkan, choke manifold membantu
menjaga back pressure dalam lubang bor untuk mencegah
terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat dialirkan dari
BOP stack ke sejumlah valve (yang membatasi aliran dan
langsung ke reserve pits), mud-gas separator atau mud
conditioning area back pressure dijaga sampai lubang bor dapat
di kontrol kembali.
48
b. Kill Line
Kill line bekerja pada BOP stack biasanya berlawanan,
berlangsung dengan choke manifold dan choke line. Lumpur
berat dipompakan melalui kill line ke dalam lumpur bor sampai
tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi tekanan formasi.
Rig pemboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/
lepas pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Jenis-jenis rig
pemboran ada beberapa diantaranya, yaitu:
49
1. Land Rig
Merupakan rig yang beroperasi di daratan dan dibedakan atas rig
besar dan rig kecil. Pada rig kecil biasanya hanya digunakan untuk
pekerjaan sederhana seperti Well Service atau Work Over.
3. Jackup Rig
Rig jenis ini menggunakan platform yang dapat mengapung dengan
menggunakan tiga atau empat kakinya. Kaki-kaki pada rig ini dapat
dinaikan dan diturunkan, sehingga untuk pengoperasiannya semua
kakinya harus diturunkan hingga ke dasar laut. Kemudian, badan dari
rig ini diangkat hingga di atas permukaan air dan memiliki bentuk
seperti platform. Untuk melakukan perpindahan tempat, semua
kakinya harus dinaikan dan badan rignya akan mengapung dan
ditarik menggunakan kapal. Pada operasi pengeboran menggunakan
rig jenis ini dapat mencapai kedalaman lima hingga 200 meter.
4. Semi-Submersible Rig
Dengan menggunakan thruster (semacam baling-baling) yang berada
di sekelilingnya, dan ballast control system, sistem ini mampu
mengatur posisinya secara dinamis dan pada level diatas air sesuai
keinginan. Karena jenis rig ini sangat stabil, maka rig ini sering
dipakai pada lokasi yang berombak besar dan memiliki cuaca buruk,
dan pada kedalaman 90 hingga 750 meter.
5. Drill Ship
Merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakan di atas kapal
laut, sehingga sangat cocok untuk pengeboran di laut dalam (dengan
kedalaman lebih dari 2800 meter). Pada kapal ini, didirikan menara
dan bagian bawahnya terbuka ke laut (Moon Pool).
50
2.3. Lumpur Pemboran
51
ini harus ditempatkan pada suatu tangki besi untuk menghindarkan
kontaminasi air, rig harus dipersiapkan agar tidak kotor dan bahaya
api berkurang. Oil base emulsion dan lumpur oil base mempunyai
minyak sebagai fasa kontinyu dan air sebagai fasa terbesar.
Perbedaan utamanya dengan oil base mud adalah bahwa air
ditambahkan sebagai tambahan yang berguna (bukan kontaminan).
Air yang teremulsi dapat antara 15 - 50 % volume, tergantung
densitas dan temperatur yang diinginkan (dihadapi dalam pemboran).
1. Densitas
Additif yang biasa digunakan untuk memperbesar harga
densitas antara lain:
Tabel 2.2. Zat Additif Berdasarkan SG
Additif SG
Barite 4.3
Limestone 3.0
Galena 7.0
Bijih Besi 7.0
2. Viskositas
Newtonian adalah fluida yang memiliki viskositas konstan,
misalnya air dan kebanyakan gas mempunyai viskositas yang
konstan, perbandingan shear rate dengan shear stress ini sebanding
dan konstan, sedangkan lumpur pemboran adalah termasuk cairan
non-newtonian dimana perbandingan shear stress dengan shear
rate tidak konstan, disebut viskositas semu (apparent viscosity)
52
serta memberikan hubungan variasi yang luas. Tujuan dari
pengenalan viskositas lumpur ini adalah untuk:
3. Gel Strength
Pada saat lumpur bersirkulasi yang berperan adalah viskositas.
Sedangkan diwaktu sirkulasi berhenti yang memegang peranan
adalah gel strength. Lumpur akan mengagar atau menjadi gel apabila
tidak terjadi sirkulasi, hal ini disebabkan oleh gaya tarik-menarik
antara partikel-partikel padatan lumpur. Gaya mengagar inilah yang
disebut gel strength. Misalnya sirkulasi berhenti untuk penggantian
bit. Agar formasi tidak pecah di dasar lubang bor, maka sirkulasi
dilakukan dengan secara bertahap, dan sebelum melakukan sirkulasi,
rotary table diputar terlebih dahulu untuk memecah gel.
53
4. Yield Point
Yield Point adalah sifat mengagar yang menunjukkan besarnya
tekanan minimal yang yang harus diberikan kapada fluida agar fluida
tersebut dapat bergerak. Tekanan ini akibat dari gaya tarik-menarik
antara partikel-partikel di dalam lumpur. Yield point adalah parameter
fluida dinamik, sedangkan sifat menggagar (gel strength) adalah
parameter fluida statis.
54
2. Attapulgite
1. Kalsium Ligno
Pengencer Menurunkan Viskositas Sulfat
2. Fosfat
Menurunkan Filtration
Fluid Loss Reducer CMC
Loss
1. M
Mengatasi Loss ilmica
Lost Circulation Material
Circulation 2. K
wik Seal
Corrosion Control Mengontrol korosi NO2
PH Adjuster Mengontrol PH NaOH
1. F
Mempercepat luxit
Flucoolant
Pengendapan Serbuk Bor 2. B
aroflac
1. M
ogco Mul
2. T
Fas Kimia Untuk Emulsi rimulsi
Emulsifier
Minyak dan Air 3. A
tlasol
4. I
mco-Ceox
55
1. Berat jenis Lumpur pemboran turun.
Dalam hal ini tekanan hidrotatis lumpur lebih kecil daripada tekanan
formasi.
3. Hilangnya lumpur
Hilang lumpur ini dapat terjadi karena porositas formasi terlalu besar,
formasi yang bergua (cavernous), mungkin pula karena ada rekahan
di dalam formasi.
4. Abnormal Pressure
Adakalanya pemboran menembus formasi dengan tekanan sangat
tinggi, dan melebihi tekanan hidrotatis lumpur. Hal ini disebabkan
karena adanya kompaksi sediment yang tidak sempurna, patahan, dan
kubah garam.
56
2.4.2. Indikasi Adanya Kick
57
Setelah diketahui bahwa terjadi kick sumur harus segera
ditutup. Setelah semua persiapan cukup maka tahap selanjutnya
adalah mematikan sumur. Dalam proses mematikan sumur ini
diambil beberapa asumsi:
• Pressure drop di annulus dianggap terlalu kecil dibandingkan
dengan pressure drop di dalam pipa bor, dan perubahan pressure
drop di annulus juga dianggap terlalu kecil dan diabaikan.
• Lubang bor dianggap dalam keadaan baik, tidak runtuh atau
membesar.
2.5. Casing
58
2. Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu
formasi ke formasi lain.
3. Melindungi casing terhadap pengaruh cairan formasi yang
bersifat korosif.
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya semburan liar atau blow
out melalui annulus, melindungi casing terhadap tekanan
formasi.
1. Primary Cementing
Di dalam primary cementing ini, pertimbangan teknis dan
ekonomis tidak dapat dikesampingkan. Tujuan dari primary
cementing adalah:
a. Memisahkan lapisan yang akan diproduksi dengan lapisan-
lapisan yang lainnya.
b. Mencegah terjadinya aliran fluida (air, minyak atau gas) dari satu
lapisan ke lapisan yang lain.
59
c. Memberi kekuatan pada lapisan yang lemah.
d. Melindungi casing dari korosi.
e. Melindungi casing terhadap tekanan dari luar.
f. Memberi kekuatan pada casing.
g. Mencegah terjadinya blow out dari annulus.
L o s t c ir c u la t io n
zone
S h a llo w , S h a le C em ent
C a s in g w eaker C a s in g
C em ent C a s in g
zones
C em ent W a te r
sand
H e a v in g
s h a le O il
In c r e a s e d sand
O pen M u d w e ig h t
h o le re q u ire d H ig h
to c o n t r o l p re s s u re
p re s s u re s zones
M e lin d u n g i f o r m a s i M e n g is o la s i f o r m a s i M e lin d u n g i d a e r a h p r o d u k s i
y a n g a k a n d ib o r y a n g b e r t e k a n a n t in g g i d a r i z o n a w a t e r - b e a r in g s a n d s
2. Secondary Cementing
60
b. Untuk mengontrol produksi air atau gas yang berlebihan. Zona
air atau gas biasanya dapat di squeeze untuk memperkecil intrusi
air atau gas.
c. Memperbaiki kebocoran casing, semen dapat diselipkan melalui
lubang akibat korosi pada casing.
d. Untuk menyekat zona lost circulation.
e. Untuk mencegah migrasi fluida lain kedalam zona yang
diproduksikan (block squeezing).
f. Untuk mengisolasi zona-zona permanent completion. Hal ini
lazim dipraktekkan di beberapa area. Setelah suatu sumur dengan
banyak zona produksi, kemudian dipasangi pipa dan
masing-masing zona diisolasi dengan semen.
g. Untuk memperbaiki primary cementing, persoalan yang
dihasilkan adalah dari adanya channeling. Penyemenan yang
tidak mencukupi pada primary cementing seringkali dapat diatasi
dengan secondary cementing
h. Untuk menutup perforasi lama, atau zona produksi pada open
hole completion.
Static
API Mixing Water Slurry Weight Well Depth
Temperatur
Classification (gal/sk) (lb/gal) (ft)
(0F)
A (portland) 5.2 15.6 0 to 6.000 80 to 170
B (portland) 5.2 15.6 0 to 6.000 80 to 170
C (high early) 6.3 14.8 0 to 6.000 80 to 170
D (retarded) 4.3 16.4 6.000 to 12.000 170 to 260
E (retarded) 4.3 16.4 6.000 to 14.000 170 to 290
F (retarded) 4.3 16.2 10.000 to 16.000 230 to 320
G (basic) 5.0 15.8 0 to 8.000 80 to 170
1. Densitas
61
2. Thickening Time dan Viskositas
3. Filtration Loss
4. Water Cemen Ratio (WCR)
6. Impermeable
62
horisontal dan shear strength menahan tekanan-tekanan pada arah
vertikal.
a. Accelerator
Adalah additif yang digunakan untuk mempercepat pengerasan
bubur semen.
b. Retarder
Adalah additif yang digunakan untuk memperpanjang waktu
pengerasan.
c. Extender
Merupakan additif yang digunakan untuk membuat volume bubur
semen menjadi lebih banyak dari setiap sak semenya, karena
diperlukan penambahan air. Dengan demikian extender berfungsi
sebagai additif yang dapat mengurangi atau menurunkan density
bubur semen.
63
d. Weighting Agents
Merupakan additif yang digunakan untuk memperbesar density
bubur semen dan biasanya digunakan pada formasi yang
bertekanan tinggi yang berguna mengurangi kemungkinan
terjadinya blow out.
e. Dispersant (Thinner)
Adalah additif yang berfungsi untuk mengurangi viskositas
suspensi semen. Hal ini menyebabkan suspensi semen menjadi
encer, sehingga dapat mengalir dengan aliran turbulensi walaupun
dipompa dengan laju pemompaan yang rendah.
h. Special Additive
Ada bermacam-macam additif lainnya yang dikelompokkan
sebagai specially additive, diantaranya adalah silika, mud kill,
radioactive tracers, fibers, dan antifoam agent.
64
Formasi yang runtuh dapat menyebabkan: lubang bor
membesar, pipa bor terjepit, penyemenan yang kurang sempurna,
bertambahnya kebutuhan lumpur dan kesulitan logging.
Gejala yang timbul yang sering tampak bila sedang
mengalami masalah shale:
1. Tekanan pompa naik.
2. Serbuk bor bertambah.
3. Air filtrasi bertambah banyak
4. Ada banyak endapan serbuk bor di dalam lubang bor.
5. Terjadi gumpalan pada pahat (bit bailing).
6. Terjadi perubahan sifat-sifat lumpur, antara lain: berat lumpur
bertambah dan viskositas lumpur naik.
65
2. Luas kontak antara rangkaian pipa dasar lubang bor dengan
dinding lubang. Bertambahnya ukuran rangkaian pipa dasar akan
meningkatkan luas kontak. Meningkatnya ketebalan mud cake
akan meningkatkan luas kontak, jika luas kontak bertambah
maka semakin memperkuat jepitan karena beda tekanan ini juga
bertambah.
66
c. Key Seating
Di dalam lubang yang mempunyai dog leg (perubahan sudut
kemiringan lubang secara mendadak dan berada pada formasi yang
lunak, tool joint drill pipe membuat lubang tambahan yang
merupakan perluasan dari lubang utama yang dibuat oleh bit.
67