Anda di halaman 1dari 114

BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

Dalam industri perminyakan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk
memperoleh minyak mentah (crude oil). Adapun tahapan tersebut bermula dari
kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi merupakan suatu proses melakukan
pencarian data - data untuk menentukan letak keberadaan sumber hidrokarbon yang
terkandung pada suatu daerah. Melalui kegiatan eksplorasi juga dapat diketahui
struktur dan stratigrafi dari daerah tersebut.

Ketika tahap kegiatan eksplorasi telah selesai dilakukan dan telah ditemukan
daerah yang berpotensi, maka tahap berikutnya adalah analisa dan pengembangan.
Dengan memperkirakan jumlah cadangan hidrokarbon dan merencanakan
pengembangannya.

Tahap selanjutnya adalah pemboran (drillling). Pemboran merupakan proses


pembuatan lubang agar crude oil dapat diproduksikan ke permukaan. Awal produksi
biasanya crude oil mengalir secara alami (natural flow), namun ketika sumur tak
dapat mengalir secara alami lagi maka produksi harus menggunakan pengangkatan
bantuan (artificial lift). Seiring berjalannya waktu suatu sumur bisa saja mengalami
kerusakan, karena itulah juga dilakukan perawatan terhadap sumur tersebut.

3.1 Work Over dan Well Service (WO/WS)

Work over adalah operasi perbaikan pada sumur produksi untuk tujuan
mempertahankandan peningkatan produksi misalnya dengan jalan
pendalaman, penyumbatan kembali, pencabutan dan pemasangan kembali
pipa penyaringan, penyemenan, penembakan dan pengasaman.

10
Beberapa bagian dari WO/WS :

 SoDyna (Sonolog & Dynagraph)


 Pump Shop
 Stimulation
 Drilling & Workover Toolshop
 Rig Service

3.1.1 SoDyna (Sonolog dan Dynagraph)

1. Sonolog

Sonolog adalah alat yang digunakan untuk mengukur DFL


(Dinamic Fluid Level), SFL (Static Fluid Level) dan Submergence
(jarak antara permukaan fluida dengan pump seating nipple). Alat yang
digunakan pada sonolog adalah Echometer set yang terdiri dari gas
gun chamber, receive cable dan laptop. Sistem kerja alat ini adalah
menghantarkan gelombang/getaran suara dari sumber suara di
permukaan ke dalam annulus yang dihasilkan dari tembakan gun yang
berisi gas nitrogen. Penggunaan gas nitrogen karena sifat gas nitrogen
yang tidak mudah bereaksi dengan gas lain.

Gelombang suara yang masuk tadi dipantulkan kembali oleh


shock tubing (collar) dan cairan yang berada di dalam annulus ke
permukaan, sehingga terdeteksi. Pengukuran sonolog dilakukan pada
saat pengecekan sumur, perforasi dan fracturing.

Pengukuran Sonolog terdiri dari 2 macam, pengukuran secara


manual (Echometer Tipe-M) dan menggunakan Echometer (software
total well management).

11
Gambar 3.1 Echometer Tipe-M
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Untuk Echometer dengan software TWM (Total Well Management)


. Dalam pengecekan sonolog manual, hasil yang didapat adalah Static
Fluid Level (SFL). SFL adalah kedalaman permukaan fluida didalam
sumur dimana sumur dalam keadaan diam/tidak beroperasi. Hal ini
sangat penting untuk menentukan letak kedalaman pompa (pump
setting nipple). Selain mengukur Static Fluid Level, pengukuran secara
automatic ini juga dipakai mengukur Dinamic Fluid Level (DFL) yaitu
kedalaman permukaan fluida pada saat pompa sedang beroperasi. Hal
ini bertujuan untuk menghitung Submargence, yaitu jarak antara PSN
dengan DFL. Untuk SRP, submargence antara 25 m – 50 m dan untuk
ESP 50 m – 75 m. Apabila kurang dari itu akan menyebabkan
kekeringan pada sumur.

Dalam pengukuran secara otomatis prinsip kerjanya sama dengan


manual, tetapi dalam pengukuran otomatis langsung didapat hasil
melalui komputer.

Dalam beberapa sumur sering terdapat kesulitan dalam pembacaan


data, hal ini disebabkan oleh :

a. Adanya fish dalam wellbore


b. Gesekkan di annulus(noise)

12
c. Gas/fluida formasi

Dalam suatu kasus saat kita ingin melakukan pengukuran sonolog


kita harus terlebih dahulu mengetahui kondisi sumur terlebih dahulu
antara lain:

1. Casingpressure
2. Well profile
3. Jumlah tekanan gas nitrogen yang akan di tembakan

Misalkan dalam suatu sumur diketahui tekanan casing sekitar 250


psi pada pressure gauge maka tekanan nitrogen yang kita gunakan
(kita isi) kedalam Echometer harus lebih besar dari tekanan casing
sekitar 300 atau 350 psi atau bisa dibilang 100 psi diatas tekanan
casing. Dengan demikian tekanan dari alat pengujian sonolog tersebut
(Echometer) dapat melawan tekanan dari casing dan fluid level dapat
terbaca dengan baik.

Dalam melakukan test sonolog dengan menggunakan (Echometer)


kita dapat mengetahui beberapa data yang dibutuhkan antara lain:

1. Kedalaman puncak kolom cairan


2. Kedalaman sumur
3. Perbandingan jumlah liquid dan gas (hanya liquid yang biasa kita
butuhkan)
4. Untuk mengetahui submergence

Berikut peralatan pada pengujian sonolog:

13
a. Tabung berisi Nitrogen
Tabung ini berisi gas nitrogen yang akan diinjeksikan ke
dalam gas gun chamber.

Gambar 3.2 Tabung Nitrogen


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

b. Gas Gun Chamber


Alat ini berfungsi untuk menyimpan gas nitrogen yang
kemudian akanditembakkan kedalam sumur.

Gambar 3.3 Gun chamber


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

c. Kabel Penerima
Alat ini menghubungkan dari Gas Gun Chamber sampai ke
Echometer.

14
Gambar 3.4 Kabel Konektor
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

d. Echometer Set
Alat untuk menerima data yang dihasilkan dari pengukuran

Gambar 3.5 Echometer Set


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

e. Echometer Software (Laptop)

Elektronik berupa software laptop yang menampung dan


membaca hasil dari bacaan sonolog dan dynagraph.

15
Gambar 3.6 Software Pembaca Hasil Sonolog
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.7 Hasil Pembacaan Sonolog

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Cara pengukuran menggunakan Sonolog :


1. persiapkan seluruh alat yang akan digunakan
2. menutup valve flowline dan valve tubing agar tekanannya stabil
3. buka tutup valve tubing
4. pasang gas gun chamber yang telah di isi gas nitrogen di
dalamnya beserta konektornya
5. nyalakan echometer (laptop)
6. sambungkan gas gun chamber ke laptop dengan kabel penerima
7. buka valve tubing
8. tembakkan gas nitorgen yang ada didalam gas gun chamber
melalui echometer (laptop)

16
9. kemudian secara otomatis akan muncul data di software yang ada
di echometer

2. Dynagraph

Dynagraph adalah suatu metode pengukuran yang bertujuan untuk


mendeteksi performa pada pompa angguk, baik dari segi kebocoran
standing valve, traveling valve, kebocoran tubing dan keseimbangan
pompa. Prinsip kerja dari metode pengukuran ini adalah dengan
mengukur perubahan beban yang terjadi pada pompa pada setiap posisi
kerja tertentu. Perubahan beban ini yang kemudian diintrepetasikan
sehingga diketahui kondisi performa pompa angguk tersebut. Apabila
terjadi kebocoran pada valve pompa, baik pada standing valve ataupun
traveling valve, maka hal ini akan mengurangi rate produksi.
Sedangkan bila kondisi pompa tidak seimbang, maka akan berpotensi
merusak pompa.

Dynagraph ada dua jenis, yaitu HST (Horse Shoe Transducer) dan
PRT (Polished Rod Transducer). Pengujian dynagraph dengan alat
HST biasanya lebih sulit kerena dibutuhkan dua clamp untuk
menghindari hentakan yang keras pada HST. Prosedur pemasangan
adalah sebagai berikut :

1. Masukkan semua data yang diperlukan


2. Hentikan pompa sampai mendekati 1/3 posisi paling bawah pada
downstroke. Pasang rem sehingga batang diam.
3. Pasang clamp pertama pada stuffing box.
4. Kendorkan rem dan turunkan carrier bar secukupnya. Setelah
cukup rem dipasang lagi. Dudukan HST diatas carrier bar dan

17
pasang clamp kedua diatas HST (HST dijepit carrier bar dan
clamp kedua).
5. Kendorkan clamp pertama secara hati-hati sehingga batang pompa
perlahan-lahan turun sehingga clamp permanent (pada bagian atas
batang) duduk dengan perlahan diatas clamp kedua.

Secara umum pengujian dynagraph dengan alat PRT adalah


sebagai berikut :
1. Masukkan semua data yang diperlukan
2. Sambungkan sensor dengan alat digital analog converter
3. Hentikan pompa sampai mendekati posisi paling bawah pada
downstroke.
4. Pastikan tempat pemasangan PRT bersih dan bebas karat serta
goresan. Gunakan sikat kawat untuk membersihkan bila perlu.
5. Pasang alat sekitar 15cm dibawah carrier bar dan berjarak
secukupnya stuffing box (pemasangan tidak boleh terbalik).
6. Kencangkan seperlunya (ada guidance pada manual mengenai
seberapa kencang yang diperlukan).
7. Setelah alat dipasang pengukuran dapat dilakukan.

Ada 3 metode pengukuran :

1. Metode pengukuran kinerja pompa :

 Mengetahui SPM (stroke per minute)


 Mengetahui aliran liquid yang terangkat
 Mengetahui beban torsi dari jack pump

 Mengetahui beban dari rod yang terpasang

2. Metode pengetestan kebocoran valve pada pompa yaitu standing


valve dan traveling valve

 Matikan SRP

18
 Instalasi PRT
 Jepit di polished rod
 Kemudian kita liat pada layar computer apakah sudah
terpasang dengan benar atau tidak.
 Pada pengetesan untuk mengetahui kualitas traveling valve
kita seting polished rod ¾
 Pada pengetesan untuk mengetahui kualitas standing valve
kita seting polished rod ¾
 Jika grafik bergerak naik itu berarti normal, sedangkan jika
grafik bergerak turun berarti ada kebocoran pada standing
valve atau traveling valve kita.
 Kita liat biasanya pada pengetesan tersebut, rentang waktu
pengetesan berkisar 1 menit.

Gambar 3.8 Contoh Grafik Standing Valve dan Traveling Valve

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

19
3. Metode pengetesan keseimbangan antara pump jack dengan beban
rod, counter balance effect :
 Matikan SRP
 Pasang horse shoe pada rod
 Pasang ½ langkah naik (up strock)
 Dan kita rem SRP pada ½ langkah naik
 kita ukur dimana keseimbangan dari beban string dari grafik
yang kitabaca dan analisa.
 Akan terbaca beban string kita normal atau tidak.

Gambar 3.9 Contoh Grafik CBE Test


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.10 Horse Shoe Transducer & Polished Rod Transducer


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

20
Gambar 3.11 Posisi waktu up stroke dan down stroke

Sumber : google.com

Diagram Chart :

Titik A= Permulaan Upstroke (Travelling valve tertutup &Standing


valve terbuka)

21
A – B=Rod string mengambil alih beban dari tubing (Adanya
kenaikan beban pada polish rod).

Titik B = Akhir pengalihan beban dari tubing ke polish rod.

B- C = Beban pada polish rod tetap hingga akhir up stroke.

Titik C = Akhir dari up stroke, memulai waktu downstroke


(Traveling valve terbuka &Standing valve tertutup).

C–D = Beban mulai dialihkan berangsur dari rod string ke


tubing.

D –A = Beban dari rod string tetap hingga akhir downstroke.

Gambar 3.12 Hasil Interpretasi Dynagraph

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

22
Gambar 3.13 Hasil Pembacaan Dynagraph

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3. Amerada atau EMR (Electric Memory Record)


Amerada adalah alat yang digunakan untuk mengukur pressure
dan temperature pada sumur. Alat ini dapat menyimpan pembacaan
data sampai 1 juta dan dapat bertahan didalam sumur selama satu
minggu. Jenis amerada yang digunakan di Pertamina Tanjung Field
adalah PPS 25 dan PPS 26.

Gambar 3.14 PPS 25


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Perbedaan antara PPS 25 dan PPS 26 adalah pada pengambilan


datanya. Data dari PPS 25 hanya bisa dilihat ketika alat sudah diangkat

23
dengan mendownlod/mengambil pembacaan data dari alat. Sedangkan
PPS 26 data bisa dibaca dipermukaan saat alat masih ada didalam
sumur.

Gambar 3.15 PPS 26


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Alat ini dipasang melalui tubing dengan bantuan wireline yang


dilengkapi dengan lubricator. Untuk mengetahui kedalaman alat
digunakan depthometer dan untuk menjaga agar alat tetap ditengah
dapat menggunakan tambahan alat yaitu pocket. Amerada dimasukan
kedalam poket, kemudian dimasukkan ke dalam tubing.

3.1.2 Artificial Lift

Setelah dilakukan pemboran untuk pertama kali, sumur mempunyai


kemampuan untuk mengalir dengan sendirinya (natural flow). Seiring
berjalannya waktu, kemampuan sumur pun menurun, sehingga diperlukan
suatu mekanisme tambahan yang perlu diaplikasikan yaitu artificial lift
(pengangkatan buatan).

Pump shop merupakan gudang penyimpanan sekaligus tempat


perawatan rangkaian pompa yang berada di bawah permukaan. Di tempat ini

24
terdapat suku cadang dari pompa-pompa yang beroperasi di lapangan
Tanjung. Pompa yang dimaksud adalah sistem yang menghasilkan gaya
hisap terhadap fluida yang berada di dalam lubang sumur. Kegiatan yang
dilakukan di pump shopialah perawatan dan perbaikan rangkaian pompa
bawah permukaan.

3.1.2.1 Sucker Rod Pump

Sejak awal berkembangnya industri perminyakan, sucker rod pumping


telah digunakan sebagai salah satu metode artificiallift yang populer hingga
saat ini.

Sucker rod pump merupakan salah satu metoda lifting yang digunakan di
Lapangan Tanjung. Sekitar 78% sumur di Lapangan Tanjung menggunakan
artificial ini. SRP terdiri dari 3 jenis yaitu Konvensional, Mark II, dan Air
Balance. Di Pertamina Asset 5 TanjungField hanya menggunakan SRP jenis
Konvensional dan Mark II. Pada dasarnya komponen dari sucker rod pump
dibagi tiga bagian yaitu :

A. Surface Equipment
1. Prime Mover
Fungsi dari prime mover adalah mensuplai tenaga mekanis
rotasi yang dijadikan gerakan mekanis vertikal pada horse
headpumping unit dan diteruskan ke pompa menjadi gerakan
reciprocating melaluisucker rod string untuk mengangkat fluida
dari dasar sumur ke permukaan.

Pemilihan prime mover disesuaikan pada kondisi lapangan dan


beban dari pumping unit yang bekerja, seperti :

 Horse power

25
 Tipe prime mover
 Ketahanan pada waktu operasi selama 24 jam dan bekerja pada
situasi serta kondisi buruk

2. Pumping Unit
Peralatan ini berfungsi untuk merubah atau meneruskan tenaga
dari prime mover untuk memompa fluida melalui sucker rodstring.
Hal ini dilakukan dengan merubah tenaga putaran mekanis dari
prime mover menjadi gerakan naik turun, pada sistem crank/pitman
dan yang kemudian diteruskan ke horse head melalu walking beam
menjadi gerakan naik turun vertikal.
Fungsi dari bagian-bagian pumping unit :

a. Gear reducer, berfungsi untuk merubah kecepatan putaran


(RPM) dari prime mover menjadi kecepatan pemompaan yang
diinginkan
b. V-Belt, merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime
mover ke gear reducer.
c. Counter balance, berfungsi untuk menyeimbangkan beban
yang terjadi pada waktu up stroke dan down stroke sehingga
beban yang ditahan dapat seimbang
d. Samson post, sebagai penyangga dari walking beam dan
letaknya diatur dekat dengan titik gravitasi dari walking beam
e. Crank, sebagai tempat penghubung crankshaft dengan counter
balance, sebagai tempat mengatur panjang langkah polishedrod
karena jarak dari crankshaft ke crank pin (pitman) bearing
menentukan panjang langkah polishedrod. Selain itu dapat
berfungsi untuk menempatkan counter weight.
f. Polished rod, untuk menghubungkan peralatan di permukaan
dengan sucker rodstring

26
g. Pumping tee, disebut juga cross tee, berfungsi untuk aliran
fluida ke flowline
h. Carrier bar, merupakan penyangga dari polishedrod
i. Stuffing box, sebagai tempat dilalui polishedrod yang berfungsi
untuk menahan aliran fluida keluar (menyembur) ke udara
(atmosfer)
j. Bridle (wire-line hanger), sebagai tempat untuk menggantung
carrier bar.
k. Horse head, merupakan busur tempat sangkutan dari bridle dan
berfungsi menjaga polishedrod agar tetap bergerak naik turun
secara vertikal
l. Walking beam, berfungsi untuk merubah gerak putar dari crank
yang dikirim melalui pitman menjadi gerakan naik turun
vertikal pada horse head

Gambar 3.16 Surface Equipment


Sumber : google.com

B. SuckerRodString
1. PolishedRod
Polished rod merupakan tangkai yang menghubungkan sucker
rod string dan carrier bar (wire linehanger pada horse head).

27
2. Sucker rod
Sucker rod berfungsi meneruskan energi dari atas yang
merupakan gerakan naik turun vertikal ke plunger pompa. Untuk
sumur dalam yang lebih dari 3500 feet, sucker rod dipasang
berukuran lebih kecil diletakkan paling bawah. Penyusunan sucker
rod seperti itu berguna untuk mengurangi beban pada peralatan atas
tanah dan lebih ekonomis.

3. Rod Gauge
Rod Gauge berfungsi untuk menstabilkan sucker rod agar tetap
lurus pada saat beroperasi sehingga sucker rod tidak bergesekan
langsung dengan tubing.

Gambar 3.17 Rod Guide


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Pony Rod
Secara umum pony rod sama dengan sucker rod, hanya ukuran
panjangnya yang berbeda. Pony rod digunakan untuk mencukupi
panjang rangkaian sucker rod seluruhnya, apabila panjang sucker
rod yang biasa tak dapat memenuhi.

28
C. Sub Surface Equipment
1. Working barrel
Badan pompa yang berbentuk silinder dimana fluida masuk
kedalamnya dan kemudian didorong keatas oleh plunger.
Normalnya working barrel lebih kecil ¼ inchi dari ID tubing hingga
cukup ruangan (space) untuk plunger saat dimasukkan ke dalam
working barrel didalam sumur.
Pompa di bawah permukaan berdasarkan working barrel ada
dua macam, yaitu tubingpump dan rodpump (insert pump).
Dikatakan tubingpump karena posisi barrel dari pompa menyatu
dengan tubing sehingga waktu sucker rod dicabut pada saat servis
maka barrel tetap berada di bawah tidak ikut tercabut. Sedangkan
rodpump, posisi dari barrel menyatu dengan sucker rod sehingga
bila sucker rod dicabut saat servis maka barrel akan ikut tercabut
Jenis-jenis working barrel yaitu :

 Heavy Wall Barrel (H), dimana barrel berdinding tebal dan


kuat.
 Thin Wall Barrel (W) ialah working barrel yang berdinding
tipis.

Gambar 3.18 Working Barrel


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

29
2. Plunger
Plunger merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam
working barrel yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari dalam
sumur ke permukaan.
Plunger terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

 Soft packedplunger, digunakan untuk sumur-sumur yang


kedalamannya < 5000 ft dan umumnya tahan terhadap serangan
korosi.
Ada tiga jenis soft packed plunger :

1. Cup type
2. Ring type
3. Kombinasi cup dan ring
 Metal plunger, umumnya terbuat dari bahan cast iron atau steel
dengan permukaan yang sangat halus dan licin.
Ada dua jenis metal plunger :

1. Plain metal plunger


2. Grooved metal plunger
Plunger jenis metal lebih tahan lama dari soft
packedplunger dan digunakan untuk kedalaman sumur sampai
lebih dari 5000 ft.

3. Traveling dan StandingValve


 TravelingValve merupakan katup yang berada di bawah
plunger yang bergerak sesuai dengan pergerakan plunger,
dimana posisinya akan terbuka pada saat downstroke sehingga
fluida dapat masuk ke dalam plunger. Posisinya akan tertutup
pada saat upstroke sehingga dapat menahan fluida yang sudah
masuk ke dalam plunger agar tidak keluar.

30
Gambar 3.19 Traveling Valve
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 StandingValve merupakan katup yang tidak bergerak berada


pada bagian bawah working barrel dimana posisinya akan
terbuka pada saat upstroke sehingga fluida dari dalam sumur
dapat masuk ke dalam working barrel. Posisinya akan tertutup
pada saat downstroke sehingga menahan fluida yang sudah
masuk ke dalam working barrel agar tidak keluar.
Kedua jenis valve diatas merupakan balland seat yang berada
didalam sangkarnya (cage).

Gambar 3.20 Standing Valve


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Pump Setting Nipple

31
Merupakan tempat dudukan dari standingvalve sehingga
standingvalve tidak terlepas pada saat upstroke atau downstroke.

Gambar 3.21 PSN


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

5. Intake
Sebagai alat untuk masuknya fluida ke dalam rangkaian pompa.

6. Gas anchor
Peralatan yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi
jumlah gas yang terikut masuk ke pompa, maka dibawah pompa
dipasang separator gas-cairan yang disebut gas anchor.

32
Gambar 3.22 SubSurface Equipment
Sumber : google.com

1. Other Subsurface Equipment


1. Sand & gas treatment
Rangkaian alat yang berguna untuk mengurangiterproduksinya
pasir atau gas. Sand & gas treatment terbagi atas beberapa jenis,
yaitu :
 Untuk mengurangi terproduksinya pasir yaitu : Cavin,
perforated, wareup screen
 Untuk mengurangi terproduksinya gas yaitu : Gas treatment

Gambar 3.23 Cavin


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.24 Perforated


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

33
Gambar 3.25 wareup screen
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.26 Gas Treatment


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Ball and Seat


Merupakan ball yang terdapat pada traveling valve dan
standing valve yang berfungsi untuk membuka dan menutup jalan
masuknya fluida.

34
Gambar3.27 Ball and Seat
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Alat untuk mengetes peralatan pada sub surface equipment


1. Vacuum tester
Alat untuk mengetes apakah ball yang terdapat pada traveling
valve atau standing valve bocor atau tidak.

Gambar 3.28 Vacuum Tester


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Dimension Air Gauge


Alat untuk mengukur tingkat keausan barrel / ID barrel

Gambar 3.29 DAG (Dimention Air Gauge)


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

35
3. Hand pump
Alat untuk mengetes kebocoran standing valve

Gambar 3.30 Hand Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Detector Vacuum Pump


Alat untuk mengetes tingkat kevakuman atau daya hisap pompa
sebelum di install ke tubing.

Gambar 3.31 DVC


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

36
Gambar 3.32 Connector Detector Vacuum Pump
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3. Prinsip kerja Pompa

Pada saat downstroke dimana plunger bergerak turun ke bawah


sehingga posisi traveling valve semakin mendekati standing valve. Hal
ini mengakibatkan tekanan pada ruang antara traveling valve dan
standing valve lebih besar dibandingkan tekanan di atas traveling valve
dan di bawah standing valve sehingga ball pada traveling valve akan
terdorong ke atas (traveling valve terbuka) sedangkan ball pada
standing valve akan turun ke bawah (standing valve tertutup). Dengan
demikian fluida yang ada pada ruang antara traveling valve dan
standing valve akan masuk ke dalam plunger.

Pada saat upstroke dimana plunger bergerak naik ke atas sehingga


posisi travelingvalve semakin menjauh dari standingvalve. Hal ini
mengakibatkan tekanan di atas travelingvalve semakin besar dan ball
pada travelingvalve akan terdorong ke bawah (travelingvalve tertutup).
Dengan demikian fluida tidak bisa keluar dari plunger dan ikut
terangkat ke atas menuju tubing. Dikarenakan tekanan pada ruang antara
traveling valve dan standing valve lebih kecil dibandingkan tekanan di
bawah standing valve maka ball pada standing valve akan naik ke atas
(standing valve terbuka) didorong oleh fluida yang ada di dalam sumur
sehingga fluida tersebut mengisi ruang antara traveling valve dan
standing valve.

37
3.1.2.2 Electric Submersible Pump

Electric Submersible Pump (ESP) adalah pompa yang dimasukan ke


dalam lubang sumur yang digunakan untuk memproduksi minyak secara
artificia llift (pengangkatan buatan) dan digerakkan oleh motor listrik.
Peralatan utama submersible pump terdiri dari pompa centrifugal,
intake,protector dan motor listrik. Unit ini ditenggelamkan di cairan, lalu
disambung dengan tubing dan motornya dihubungkan dengan kabel listrik
ke permukaan yaitu dengan junction box dan variable speed drive.

Pompa ESP biasanya dipakai untuk laju produksi 200 – 2.500 STB/day,
walaupun dapat digunakan untuk produksi sampai 95.000 STB/day. Pompa
ESP umumnya digunakan pada sumur miring di daerah lepas pantai. Di
daratan hanya digunakan untuk laju produksi tinggi yaitu di atas 2.000
STB/day dan untuk daerah Tanjung ESP digunakan untuk produksi diatas
1.000 STB/day. Untuk laju produksi rendah menggunakan pompa angguk
agar lebih ekonomis.

Gambar 3.33 Electric Submeersible Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

38
Unit ESP terbagi menjadi 2 bagian yaitu peralatan atas permukaan dan
peralatan bawah permukaan.
A. Surface Equipment ESP
1. ESP Wellhead
ESP Wellhead berfungsi sebagaimana kepala sumur produksi
yang dilengkapi dengan casing spool, tubing spool, tubing hanger
dan memiliki keistimewaan yang khusus, yaitu mempunyai lubang
untuk melewatkan kabel dari permukaan ke motor di dalam sumur.

2. VSD (Variable Speed Drive)

VSD pada ESP merupakan pengendali utama frekuensi motor.


Dengan adanya range frekuensi tersebut, akan memberikan
keleluasaan dalam penentuan laju alir produksi yang disesuaikan
dengan kemampuan sumur melalui pengaturan putaran motor.
Pengaturan besarnya frekuensi output dari VSD yang nantinya
merupakan frekuensi putaran motor dapat ditentukan melalui
beberapa jenis pengontrol, yaitu speed mode, current mode, dan
pressure mode.

3. Junction box
Junction box adalah tempat penyambungan kabel listrik dari
sumur dengan kabel yang berasal dari VSD. Junction box juga
berfungsi sebagai pengeluaran gas yang terbawa dari kabel pompa
dalam sumur ke permukaan. Junction box biasanya 15 ft
(minimum) dari kepala sumur dan normalnya berada diantara 2
sampai 3 ft diatas permukaan tanah.
Fungsi dari junction box antara lain :

39
 Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin
bermigrasi kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke
atmosfer
 Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur
dengan kabel dan VSD

Gambar 3.34 Variable Speed Drive


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

B. Subsurface Equipment ESP


1. Discharge Head
Tubing yang digunakan di lapangan Tanjung memiliki
sambungan yang berbeda dengan sambungan di pompa ESP. Untuk
menyambungkan pompa dengan tubingmaka digunakan discharge.
Peralatan ini merupakan bagian teratas dari rangkaian pompa ESP
bawah permukaan.Alat ini berfungsi sebagai adaptor dari rangkaian
pompa ke tubing atau sebagai penyambung.

40
Gambar 3.35 Discarge Head

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Electric Cable
ESP memiliki motor bawah permukaan yang berfungsi untuk
menggerakan shafts hingga ke pompa. Sumber energi dari motor
ialah tenaga listrik. Listrik dialirkan dari VSD ke motor
menggunakan electric cable (kabel listrik). Jenis kabel yang
digunakan memiliki 4 lapisan, berguna untuk mencegah fluida yang
ada di sumur masuk ke tembaga. Isolasi atau pelindung dari kabel
memiliki ketahanan terhadap temperatur dan tekanan tinggi serta
tahan terhadap lingkungan asam, korosif, fluida di lubang bor
ataupun fluida formasi dan jacket terluar dari kabel didesain agar
tahan terhadap gesekan dari rangkaian pompa dengan casing saat
dimasukkan atau dicabut.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, terdapat 2 jenis kabel ESP :

 Round cable, kabel listrik yang berbentuk bulat, digunakan


mulai dari tubing yang posisinya berada diatas ADV
 Flat cable, kabel yang berbentuk flat, berfungsi untuk
mengurangi gesekkan kabel dengan rangkaian casing karena
OD dari rangkaian pompa hampir sebesar ID casing.
Diameternya lebih kecil dari round cable.

41
Untuk instalasi kabel listrik di rangkaian pompa didukung oleh
clamp, yaitu pengikat kabel dengan rangkaian pompa dan kabel
dengan tubing.
Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki 2 tipe
kabel berdasarkan jenis atau tipe dari ESP, yaitu :
 Electric Cable untuk Electric Submersible Pump jenis
Centrilift, dan ;
 Electric Cable untuk Electric Submersible Pump jenis Reda.

Perbedaan hanya ada pada Electric Cable Head saja, jika ESP
Centrilift memiliki Electric Cable Head hanya satu colokan saja
sedangkan ESP Reda memiliki Electric Cable Head yang terdiri
dari 3 colokan.

Gambar 3.36 Electric Cable ESP Centrilift


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.37 Electric Cable ESP Reda

42
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3. Pump

Pompa merupakan bagian dari ESP yang meneruskan fluida


yang dihisap melalui lubang intake menuju ke tubing hingga
flowline di permukaan.

Pada dasarnya, pompa ESP adalah pompa sentrifugal yang


bertingkat banyak (multi stages), yang tiap-tiap stage terdiri dari
sebuah rotating impeller dan stationary diffuser, dimana impeller
adalah komponen yang bergerak sedangkan diffuser komponen
yang tidak bergerak. Jenis dan ukuran stage menentukan volum
yang terproduksikan, sedangkan jumlah stage menentukan total
head dan horse power yang dibutuhkan.

Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki 2 jenis


pompa berdasarkan tipe dari ESP, yaitu :
 Pompa ESP Centrilift, dan ;
 Pompa ESP Reda

Gambar 3.38 Centrilift Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Intake

43
Merupakan media untuk masuknya fluida dari dalam sumur
menuju pompa, dipasang diantara protector dan pompa. Terdapat
beberapa jenis intake berdasarkan fungsinya.

Untuk intake standar digunakan untuk sumur yang bertipe


GOR kurang dari 25 %.Jika GOR lebih dari 25 % menggunakan
Rotary gas separator (RGS) berfungsi untuk memecahkan
gelembung-gelembung gas hingga berukuran sangat kecil, agar
tidak terjadi gas lock pada pompa dan gelembung gas yang
berukuran besar akan keluar ke annulus.

Masalah gas lock harus bisa diatasi karena dapat menyebabkan


efisiensi volumetric turun dan bisa menyebabkan sumur tidak dapat
diproduksi.

Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki 2 jenis


RGS berdasarkan tipe dari ESP, yaitu :
 RGS Centrilift, dan ;
 RGS ESP Reda

Gambar 3.39 Rotary Gas Separator Centrilift


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

44
Gambar 3.40 RGS ESP Reda
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.41 Intake


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

5. Seal section / Protector


Bagian dari rangkaian pompa ESP yang berfungsi untuk
melindungi motor dari fluida sumur. Seal section terdiri dari 3
labirin yaitu bottom, middle dan top, yang dapat menyekat fluida
sumur untuk masuk ke motor. Seals memberikan ruang untuk
pengembangan dan penyusutan minyak motor sebagai akibat
perubahan temperatur dari motor pada saat bekerja dan saat
dimatikan.
Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki 2 jenis
Seal Section berdasarkan tipe dari ESP, yaitu :

 Seal Section ESP Centrilift, dan ;


 Seal Section ESP Reda

45
Gambar 3.42 Seal section / Protector Centrilift
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.43 seal section / protector Reda


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

6. Motor

46
Berfungsi untuk memutar / menggerakan shaft dari motor
hingga pump agar pompa memiliki daya hisap terhadap fluida.
Terdapat porthead pada motor sebagai lubang untuk kabel listrik.

Motor listrik berfungsi sebagai tenaga penggerak yang


memutar pompa. Motor listrik berfungsi sebagai tenaga penggerak
yang memutar pompa. Di dalam motor terdapat refined mineral
mineral oil (non conductive oil) yang berfungsi sebagai pelumasan
terhadap bearing, sistem pendingin terhadap motor dan punya
kemampuan menyekat listrik. Motor ditempatkan di atas dari
lubang perforasi sehingga fluida yang mengalir ke intake pompa
dapat sebagai pendingin motor.

Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki 2 jenis


Motor berdasarkan tipe dari ESP, yaitu :

 Motor Centrilift, dan ;


 Motor ESP Reda

Gambar 3.44 Motor Centrilift

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

47
Gambar 3.45 motor Reda
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
7. Downhole Sensor

Merupakan bagian terbawah dari pompa ESP, yang berfungsi


untuk memberi informasi ke VSD tentang vibrasi,
intaketemperature, intakepressure, motor temperature. Untuk
downholesensor yang khusus mampu merekam downholepump
ampere. Didalam downholesensor terdapat kumparan yang akan
dihubungkan ke VSD (display VSD). Untuk data yang ada di
downhole sensor bisa dicek per hari atau per jam dan data dapat
diunduh setiap minggu.

Gambar 3.46 Downhole Sensor


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

48
3.1.3 Stimulation

Stimulasi merupakan suatu metode workover yang dapat merubah sifat


dari formasi, dengan cara menambahkan material lain ke reservoir untuk
memperbaiki reservoir tersebut. Stimulasi terbagi menjadi acidizing,
hydraulic fracturing, dan mutual solvent.Acidizing merupakan penginjeksian
zat asam ke dalam formasi guna memperbaiki permebilitas formasi yang
telah damage. Hydraulic fracturing merupakan suatu teknik stimulasi yang
berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas sumur dengan
cara membuat rekahan yang akhirnyamembentuk saluran yang menembus
zona skin jauh ke dalam formasi. Perekahan atau fracturing dilakukan
dengan penginjeksian fluida yang biasa disebut fracturing fluids.Solvent
Stimulation merupakan kegiatan untuk mengurangi atau mencairkan wax.
Bahan – bahan yang digunakan biasanya adalah mutual solvent, parasol, dan
xylene.

Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki alat Stimulasi


Acidizing, yaitu :

 Chemical Mixing, alat yang berfungsi untuk mencampurkan beberapa


bahan kimia yang digunakan untuk acidizing

Gambar 3.47 Chemical Mixing

49
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
 Tangki Pengumpul, alat yang berfungsi untuk mengumpulkan bahan
kimia yang telah dicampur.

Gambar 3.48 Tangki Pengumpul


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Stimulation Pump, alat yang berfungsi untuk memompakan bahan-


bahan kimia yang ingin di pompakan dari atas permukaan ke lubang
sumur
`

Gambar 3.49 Stimulation Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

50
 Pompa Diafram, alat yang digunakan untuk memompakan /
memindahkan bahan kimia yang telah di campur dari ChemicalMixing
menuju ke Tangki pengumpul

Gambar 3.50 Pompa Diafram


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Kompresor, alat yang digunakan untuk mengaktifkan pompa diafram.

Gambar 3.51 Kompresor


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4 Drilling & Workover Toolshop

3.1.4.1 Fishing Tool

51
Fishing tool adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengambil
tool/alat yang tidak diinginkan dari dalam wellbore. Fishing adalah
pekerjaan dalam teknik pemboran yang mana pekerjaan ini berhubungan
dengan pengambilan kembali alat-alat/potongan-potongan di dalam
permukaan. Alat yang jatuh harus secepatnya diambil karena semakin lama
semakin sulit diambil karena tertutup cutting atau mud cake dan lainnya.
Kerugian dalam pekerjaan ini adalah rig timer-nya semakin panjang dan ini
tentunya akan menambah biaya pemboran.

Sebelum melakukan Fishing Job, ada 2 hal yang harus dilakukan, yaitu :

 Identifikasi Permasalahan

Sebelum memulai operasi, ikan atau “fish” yang tertinggal maka


kita harus menentukan dulu perincian serta ciri-ciri dari “ikan” tersebut
serta kajian kenapa ikan tersebut bias terjadi kejadian seperti itu.

Sebagai contoh adanya tubing patah atau putus di kedalaman


tertentu, maka perlu di ketahui berapa ukuran dari tubing tersebut dan
letak di kedalaman berapa tubing itu patah,dan juga harus mengetahui
sebab akibat kenapa biasa patah dan seterusnya.

Sebelum kita mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang
tertinggal, maka kita harus menentukan dulu perincian serta ciri–ciri
dari fish tersebut, dimana fish berada serta sebab–sebab mengapa sampai
fish berada di situ. Fishing tool secara keseluruhan dapat
dikelompokkan dalam fishing tool itu sendiri dan alat–alat pembantu
untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat
keselamatan agar rangkaian pipa pemancing itu sendiri tidak terjepit.

 Jenis Fish

52
Ada bermacam-macam ikan(fish) yang ada di dalam lubang bor.
Jenis,ukuran,kekuatan alat yang akan di pancing tersebut serta
bentuknya bermacam-macam bergantung dari situasi yang ada, serta
penyebab adanya ikan tersebut. Jenis, ukuran,bentuk ikan, situasi dan
kondisi lubang bor. Pada proses fishing tersebut akan banyak
menentukan cara pemancingan serta alat yang di perlukan.

Peralatan–peralatan fishing yang sering digunakan tersebut


diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alat fishing di OD pipa
 Overshoot

Overshoot merupakan alat pancing yang digunakan untuk


mengangkat fish dari diameter luar fish.Saat akan
menggunakan overshoot pastikan ukuran OD dari fish, lihat
dari well profile sumur OD dari fish. Overshoot dapat
memancing fish sejenis pipa, seperti pipa jepit atau jatuh.
Semua jenis barang yang masuk ke sumur mesti ada sketsa atau
BottomHole Assembling. Pastikan kondisi fish dalam kondisi
rata, jika head dari fish miring atau tidak rata perlu di mill
selama 4 jam lalu digunakan impression block. Susunan
rangkaiannya ialah overshoot – 2 joint dc - fishing jar – 2 joint
dc - dp.
Di gudang tiga terdapat empat ukuran overshoot, yaitu : 5
3/4” , 5 ½” , 4 3/4” , 3 3/8”.

53
Gambar 3.52 Overshoot
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Overshoot terdiri dari dua grapple :


Untuk overshoot menggunakan salah satu dari grapple
yang ada dibawah ini. Perbedaan dari keduanya ialah jika fish
yang akan diangkat ukurannya kurang dari 4 inch maka
menggunakan basket grapple sedangkan jika lebih 4 inch
menggunakan spiral grapple.
Spiral atau basket grapple dipasang di dalam overshoot,
lalu diturunkan ke target fish, jika saat akan diangkat terjadi
kenaikan tekanan pada hositing menandakan fish telah
tersangkut di grapple.

a. Spiral Grapple
b. Basket Grapple

54
Gambar 3.53 Grapple
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Rotary Die Collar


Alat Pancingan mati, alat pancing ini apabila telah
dipasang pada “ikan” (pipa yang dipancing) maka alat tersebut
tidak bisa dilepas lagi. Prinsipnya adalah dengan membuat
uliran (Derat) baru pada bagian OD fish.

Gambar 3.54 Rotary Die Collar


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

55
2. Alat Fishing di ID pipa
 Tubing Spear
Alat ini memancing ada bila ada pipa yang tertinggal di
dalam sumur. Cara mengangkatnya melalui bagian in diameter
pipa yang dipancing.

Gambar 3.55 Tubing Spear


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Tapper Tap
Tapper tap merupakan peralatan fishing tool yang
mempunyai ulir dibagian luar. Alat ini mengangkat fish dengan
cara membuat ulir di ID fish, yaitu dengan diputar secara
perlahan hingga mendapat pegangan yang kuat dengan fish,
lalu ketika torsi meningkat tandanya fish siap diangkat.

56
Gambar 3.56 Tapper Tap
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Spear Mandril
Sama Seperti Tubing Spear hanya saja alat ini untuk
menangkap fish yang lebih besar ukurannya dibagian ID fish

Gambar 3.57 Spear Mandril


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3. Alat Fishing Wireline


 Wireline Spear
Yaitu alat fishing yang berguna untuk mengambil fishyang
berupa kabel (wire) dengan cara melilitkan kabel pada alat
tersebut dan kemudian ditarik keatas permukaan. Instalasi
Wireline spear menggunakan cable spear.

57
Gambar 3.58 Wireline Spear
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Alat fishing material berbentuk kecil

 Junk Basket / Junk Mill


Yaitu alat fishing yang berguna untuk mengambil
fishberupa cutting seperti pasir dan batu-batu kecil, serpihan
besi atau pecahan bit yang sering muncul saat proses pemboran
dan terjadi kebocoran casing. Cara kerjanya dengan diputar lalu
disirkulasikan oleh air, kemudian cutting/ besi yang berukuran
kecil dapat masuk ke dalam lubang basket. Kalo di pekerjaan
pemboran dipasang diatas bit sub.

Gambar 3.59 Junk Basket


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

58
 Fishing Magnet
Yaitu alat fishing yang berguna untuk mengambil fishyang
berbentuk serpihan-serpihan besi atau logam lainnya, dengan
menggunakan magnet.

Gambar 3.60 Fishing Magnet


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

5. Alat untuk memperbaiki bentuk atau permukaan dari suatu fish.


 Plat Bottom Mill
Ketiga alat ini merupakan alat pendukung untuk
pengangkatan fish. Untuk tapper mill dan cone mill berfungsi
untuk menggerus lubang dari fish bersama dengan water millon
mill atau bisa dibilang untuk memperbaiki lubang dari fish agar
bisa dimasukkan rangkaian fishing tool. Ada 3 jenis Plat
bottom Mill, yaitu :
 Cone Mill
 Tapper Mill
 Water millon mill

59
Gambar 3.61 Cone Mill
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.62 Tapper Mill


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.63 Water Millon Mill

60
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

6. Alat untuk melihat permukaan Fish (ikan dalam sumur)


 Impression Block
Impression Block merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengetahui diameter dan posisi fish yang berada di
bawah apakah sudah rata atau belum. Diturunkan kedalam
wellbore dengan tubing atau drillpipe.

Gambar 3.64 Impression Block


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
7. Alat untuk memberikan dorongan terhadap peralatan fishing tool
 Bumper Sub
Peralatan fishing tool yang bisa dipasang, bisa juga tidak
saat fishing. Alat ini berfungsi untuk memberi pukulan ke arah
bawah. Dipasang setelah rangkaian overshoot.

Gambar 3.65 Bumper Sub


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Jar Sub
Jar Sub adalah suatu alat yang memberikan pukulan untuk
membantu melepaskan fish yang melekat pada ujung lubang,

61
penggunannya biasanya dikombinasikan dengan overshoot dan
spear.

Gambar 3.66 Jar


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3.1.4.2 Sand Boiler dan Turbo Boiler
Sand bailer dan turbo bailer memiliki cara kerja seperti pompa.
Keduanya berfungsi untuk menghisap pasir yang terdapat di dalam wellbore.
Sand bailer bekerja dengan bantuan wireline, sedangkan turbo bailer bekerja
melewati drill string. Kapasitas pengisapan pasir pada sand bailer maupun
turbo bailer tergantung pada ukuran casing yang digunakan. Sand bailer
memiliki kemampuan untuk menghisap pasir lebih kecil dibandingkan
dengan turbo bailer. Sandbailer digunakan bersamaan dengan liner.

Gambar 3.67 Sand Bailer dan Turbo Bailer


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.3 Casing Repair Tool

62
Merupakan alat-alat yang dipergunakan untuk memperbaiki casing yang
rusak (collaps) / membersihkan casing.
Jenis-jenis alatnya yaitu :
 Casing Swage
Alat yang digunakan untuk perbaikan casing yang mengalami
kerusakan pada inside diameter. Untuk kerjanya casing swage yaitu
diturunkan pada casing yang rusak lalu diputar dan diturunkan secara
perlahan hingga ID casing kembali seperti semula. Alat ini
dikombinasikan fungsinya dengan casing roller.
Casing swage juga bisa digunakan untuk memperbaiki ID pada fish,
agar fish mudah diambil.

Gambar 3.68 Casing Swage


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Casing Rollar
Merupakan alat untuk memperbaiki kondisi ID casing yang rusak
atau collapse yang tidak seperti bentuk semula. Indikasi ID casing rusak
bisa diketahui saat akan memasukkan rangkaian ke sumur, jika
rangkaian tersangkut pada kedalaman tertentu maka bisa dikatakan ID
casing rusak.

63
Cara kerja alat dengan menurunkan pada target lalu diputar dan
diturunkan secara perlahan serta bersamaan. Biasanya alat ini digunakan
setelah casing swage.

Gambar 3.69 Casing Rollar


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Casing Scrapper
Casing Scrapper merupakan suatu alat yang digunakan untuk
membersihkan casing dari scale, mud cake, dan beberapa material
lainnya yang berada dibagian dalam dinding casing.Ukuran dari casing
scrapper ini sendiri juga bermacam–macam, tergantung dari ukuran
casing yang akan dibersihkan.Biasanya casing scrapper ini digunakan
ketika kita akan memasang packer. Bagian dalam casing dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan casing scrapper agar setting kedudukan
packer tepat.

64
Gambar 3.70 Casing Scrapper
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Brun Shoe
Brun Shoe merupakan suatu alat fishing yang digunakan untuk
membersihkan kotoran–kotoran yang berada di sekitar casing dan
membor rangkaian seperti bridge plug dan cement retainer.

Gambar 3.71 Brun Shoe


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.4 Packer Tool

65
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu
kedalaman tertentu dari lubang sumur.Packer dapat didefinisikan sebagai
peralatan bawah permukaan yang digunakan untuk menyekat antara tubing
dengan casing, untuk mencegah aliran vertikal di sepanjang annulus casing-
tubing.

Packer digunakan untuk :

1. Memperbaiki keamanan dengan menyediakan penghalang aliran di


sepanjang annulus

2. Mempertahankan fluida reservoir dan tekanan terisolasi dari casing

3. Untuk memperbaiki kondisi aliran dan memperkecil munculnya


heading.

4. Untuk memisahkan zone-zone pada lubang bor

5. Tempat penempatan killing fluid atau treating fluid pada annulus casing.

6. Membungkus lubang perforasi selama squeeze cementing

Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field khususnya di Drilling


Workshop terdapat 2 jenis Packer dan beberapa tipe Packer, yaitu :

Jenis – Jenis Packer :

 Packer Single Grip, yaitu jenis packer yang memiliki satu grip yang
berguna pada sumur yang tidak terlalu riskan atas tekanan yang terlalu
tinggi, sebagai contoh untuk sumur injeksi atau sumur produksi.

 Packer Double Grip, yaitu jenis packer yang memiliki dua grip yang
berguna pada sumur yang riskan akan tekanan yang sangat tinggi,
sebagai contoh pada sumur eksplorasi.

66
Berdasarkan posisi pemasangannya, packer dibedakan menjadi dua,
yaitu :

 Top Packer

Top Packer merupakan packer yang dipasang atau berada diatas


zona perforasi, untuk menjaga agar aliran fluida dari atas tidak masuk ke
daerah zona perforasi.

Berikut beberapa macam Top Packer :

 Packer HD

Biasanya packer jenis ini digunakan / dipasang di sumur-sumur


produksi, apabila sumur itu bertekanan tinggi biasanya
menggunakan packer jenis double grip, sedangkan apabila sumur
itu bertekanan rendah biasanya menggunakan packer jenis single
grip.

Gambar 3.72 Packer HD Double Grip


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Packer Guberson

Biasanya packer jenis ini digunakan / dipasang di sumur-sumur


produksi, apabila sumur itu bertekanan tinggi biasanya
menggunakan packer jenis double grip, sedangkan apabila sumur
itu bertekanan rendah biasanya menggunakan packer jenis single
grip.

67
Gambar 3.73 Packer Guberson Double Grip
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Packer Ultralock

Biasanya packer jenis ini digunakan / dipasang di sumur-sumur


injeksi, apabila sumur itu bertekanan tinggi biasanya menggunakan
packer jenis double grip, sedangkan apabila sumur itu bertekanan
rendah biasanya menggunakan packer jenis single grip.

68
Gambar 3.74 Packer Ultralock Single Grip
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Packer CST

Biasanya packer jenis ini digunakan / dipasang di sumur-sumur


produksi, apabila sumur itu bertekanan tinggi biasanya
menggunakan packer jenis double grip, sedangkan apabila sumur
itu bertekanan rendah biasanya menggunakan packer jenis single
grip.

69
Gambar 3.75 Packer CST Double Grip
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Bottom Packer

Bottom Packer adalah alat yang mempunyai fungsi seperti Top


Packer.Bottom Packer merupakan packer yang dipasang atau berada
dibawah zona perforasi, untuk menjaga agar aliran fluida dari bawah
tidak masuk ke daerah zona perforasi.

Berikut beberapa macam Bottom Packer :

 Bridge Plug

Setelah selesai digunakanalat ini langsung dihancurkan dengan


cara dibor menggunakan burn shoe.

Gambar 3.76 Bridge plug


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Retrievable Bridge Plug (RBP)


Berbeda dengan Bridge plug biasa, alat ini setelah pemakaian
tidak bisa langsung di bor, tetapi dicabut terlebih dahulu. Dan

70
menyerupai dengan packer tetapi retrievable bridge ini Tidak satu
rangkaian dengan tubing.

Gambar3.7

7 Retrievable Bridge plug


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Alat yang digunakan untuk mengangkat dan menurunkan Bridge
Plug dan Retrivable Bridge Plug adalah Rating Tool.

Gambar 3.78 Rating Tool


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.5 Cement Retainer


Alat yang digunakan untuk melakukan penyemenan ulang pada lubang
sumur.

71
Gambar 3.79 Cementing Retainer
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.6 Bit
Mata bor (bit) merupakan peralatan yang langsung menyentuh formasi,
berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi, dengan cara
memberi beban pada mata bor.

Gambar 3.80PDC Bit


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.81 Tooth Bith


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

72
Gambar 3.82 Insert Bit
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.7 Stabilizer
Sebagai penyeimbang casing atau tubing agar tetap berada di tengah
sumur agar tidak kontak langsung dengan benda yang berada di outside.

Gambar 3.83 Stabilizer


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.8 Wellhead

73
Wellhead merupakan salah satu komponen penting dengan proses
pengeboran. Wellhead dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing
string dipermukaan sumur.
Komponen dari wellhead yaitu casing head, casing head spool, tubing
head spool dan christmast tree.
Fungsi wellhead adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tempat terpasangnya alat pengontrol aliran. Wellhead dirancang


untuk dapat dihubungkan dengan alat pengontrol aliran dari dan ke
dalam sumur.
2. Sebagai penyangga casing string. Setiap casing dan tubing yang
dimasukkan ke dalam sumur tergantung pada wellhead.

Gambar 3.84 Wellhead


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

74
Gambar 3.85 Casing Spool & Tubing Spool

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.9 Chrismast Tree


Christmas tree didefinisikan sebagai rangkaian dari valve dan fitting
untuk kontrol produksi dan disambungkan dengan bagian atas tubing head.
Christmas tree berfungsi untuk mengontrol aliran dari sumur. Christmast
tree merupakan peralatan permukaan yang menghubungkan well head
dengan flowline. Di chrismast tree terdapat banyak valve untuk pengaturan
input dan outputnya aliran. Valve yang ada antara lain swab valve, upper
master valve, annulus valve, lower master valve, dan wing valve.Swabvalve
berfungsi untuk instalasi backpressurevalve, pressure gauge, dll (peralatan
permukaan). Di christmast tree terdapat adjustable choke yang berfungsi
untuk mengatur rate dan pressure baik untuk sumur yang flowing maupun
sudah menggunakan artificial lift. Untuk sumur di Tanjung yang
menggunakan christmast tree hanyalah sumur natural flow.

75
Gambar 3.86 CrismastTree

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.10 Elevator
Elevator merupakan suatu alat yang digunakan untuk menahan ataupun
menjepit casing, tubing, drill pipe maupun drill collar pada saat akan
diturunkan maupun dinaikkan dari/ke dalam lubang wellbore.

Gambar 3.87 Elevator


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.11 Tongue
Tongue merupakan suatu alat yang digunakan untuk menjepit suatu pipa
untuk dihubungkan ke pipa yang lainnya.

76
Gambar 3.88 Tongue
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.12 Centralizer
Centralizer berfungsi sebagai menjaga agar casing tetap seimbang,
biasanya dipasang setiap 3 joint.

Gambar 3.89 Centralizer


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.13 Float Shoe


Berfungsi untuk memudahkan memasukan rangkaian casing kedalam
lubang bor. Didalam float shoe terdapat float valve yang berfungsi mencegah
adanya tekanan dari bawah.

77
Gambar 3.90 Float Shoe
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.14 Drillpipe
Drillpipe digunakan dalam proses pemboran sebagai tempat sirkulasi
dan dapat juga digunakan sebagai salah satu alat pengantar peralatan fishing.

Gambar 3.91 Drillpipe


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.15 Tubing

78
Tubing adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan fluida produksi
ke permukaan dan sebagai salah satu pengantar alat fishing ke wellbore.

Gambar 3.92 Tubing


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.16 Casing
Casing adalah peralatan pemboran yang berguna untuk mencegah
dinding formasi agar tidak runtuh dan sebagai tempat untuk mud bersirkulasi

Gambar 3.93 Casing


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.4.17 Liner Hanger


Berfungsi untuk menggantungkan liner

79
Gambar 3.94 Liner Hanger
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.1.5 Rig Service

Rig yang digunakan di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field ini


adalah mobile rig , karena semua sumur berada di darat. Rig service
merupakan proses perawatan sumur dengan menggunakan rig. Perawatan
sumur dilakukan untuk meningkatkan produksi yang menurun akibat adanya
masalah seperti adanya wax, scale, menutup zona yang sudah tidak produktif
dengan metode squeeze cementingdan kerusakan pada pumping unit.

Gambar 3.95 Mobile Rig


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Rig ini mempunyai 5 sistem utama yaitu power system, hosting system,
rotary system, sirkulasi system, dan blow out preventer (BOP).

1. Power Sistem
Sistem dalam rig sebagai sumber tenaga, dimana suatu perangkat
instalasi pemboran mendapatkan supply daya untuk menggerakan
sistem-sistem yang lain.

80
Gambar 3.96 Power System
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Hosting system

Fungsi utamanya adalah mengangkat, menahan, dan menurnkan


peralatan serta pendukung peralatan rotary pada rig. Sistem ini terdiri
dari dua komponen utama yaitu :

a. Supporting Structure (rig), yang terbuat dari kerangka baja, yang


terletak tepat di atas lubang pemboran. Struktur ini terdiri dari :
 Drilling tower (derick atau mask)
 Substructure, memberikan ruang bebas untuk dudukan BOP
 Rig floor, memberikan ruang bebas untuk kegiatan pemboran

b. Hoisting equipment, peralatan pengangkat ini berfungsi untuk


mengangkat dan menurunkan peralatan ke dan dari dasar sumur,
yang terdiri dari :
 Draw works
 Crown blocks
 Traveling blocks

81
 Hook
 Elevator
 Drilling line

Gambar 3.97 Drawwork


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.98 Crown block


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.99 Drilling line, Traveling Block, Hook, Link

82
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3. Rotary system

Rotary system berfungsi untuk memutar drillstring selama operasi


pemboran, sehingga daya yang dihasilkan oleh prime mover dapat
ditransmisikan sampai ke bawah permukaan.

Rotating System ini terdiri dari :

a. Rotary assembly, yang terdiri dari :


 Rotary table
 Master bushing
 Kelly bushing
 Rotary slips
 Make up dan break out tongs

b. Drillstem, menghubungkan rangkaian dari swivel sampai bit,


yangterdiri dari :
 Swivel
 Kelly
 Kelly saver sub
 Drillpipe
 Drill collar
 BHA (bottom hole assembly)
 Bit

83
Gambar 3.100 Hydraulic Swivel
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Sirkulasi system
Peralatan ini berfungsi untuk memberikan service berupa
penyediaan lumpur serta penyediaan sifat-sifat fisiknya selama
pemboran berlangsung, termasuk dengan peralatan conditioning
equipment.

Circulating system terdiri dari :

a. Drilling Fluid, yang befungsi untuk :


 Mengimbangi tekanan formasi (hidrostatik)
 Mengangkat dan membersihkan cutting dari lubang bor
 Mendukung kestabilan lubang bor
 Mendinginkan dan melumasi bit dan drillstring
 Menyediakan hydraulic horsepower pada bit
 Media logging

b. Preparation Area
Suatu tempat untuk mempersiapkan lumpur sebelum
disirkulasikan ke dalam sumur, yang terdiri dari :

 Mud house

84
 Steel mud pits/tanks
 Mixing hopper
 Chemical mixing barrel
 Bulk mud storage bins
 Water tank
 Reserve pit

c. Circulating Equipment
Merupakan peralatan khusus untuk memberikan tenaga pada
lumpur sehingga dapat masuk dan ke luar dari kepala sumur.
Susunan dari peralatan ini adalah :

 Triplex Pump
 Surface Connection
 Stand Pipe

5. Blow Out Preventer (BOP)


Blowout Preventer (BOP) system digunakan untuk mencegah aliran
fluida formasi yang tidak terkendali dari lubang bor. Saat bit menembus
zona permeable dengan tekanan fluida melebihi tekanan hidrostatik
normal, maka fluida formasi akan mendesak fluida pemboran.
Masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor disebut dengan “kick”.
Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar terdiri dari
dua sub komponen utama, yaitu :

1. Rangkaian BOP Stack


 Annular Preventer
Annular Preventer ditempatkan paling atas dari susunan
BOP Stack. Annular preventer berisi rubber packing element

85
yang dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam
keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.

Gambar 3.101` Annular Preventer


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 RAM Preventer
Hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa
tertentu atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.

1. Pipe Ram digunakan untuk menutup lubang bor pada


waktu rangkaian pipa bor berada pada lubang bor.
2. Blind Ram digunakan untuk menutup lubang bor pada
waktu rangkaian pipa bor tidak berada pada lubang bor.
3. Shear Ram digunakan untuk memotong drill pipe dan seal
sehingga lubang bor kosong, digunakan terutama pada
offshore floating rigs.

86
Gambar 3.102 Ram Preventer
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Accumulator dan Sistem Penunjang


Unit accumulator dihidupkan pada keadaan darurat yaitu untuk
menutup BOP stack. Unit ini dapat dihidupkan dari remote panel
yang terletak pada lantai bor atau dari accumulator panel pada unit
ini terdiri dalam keadaan crew harus meninggalkan lantai bor.

Gambar 3.103Accumulator
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.2 Production Operation

87
Proses Operasi Produksi adalah proses mengangkat fluida (minyak, gas
dan air) dari reservoir ke permukaan.Setelah tahap pemboran dan komplesi
sumur selesai, maka sumur baru dapat diproduksikan. Pada awal-awalnya,
bila tekanan statik dasar sumur cukup besar, maka produksi dapat
berlangsung secara spontan tanpa bantuan energi dari luar atau sering disebut
dengan “natural flowing”.Metoda sembur alam diterapkan apabila tenaga
alami reservoir masih mampu mendorong fluida ke permukaan, sedangkan
metode pengangkatan buatan diterapkan apabila tenaga alami reservoir
sudah tidak mampu mendorong fluida ke permukaan.

Fungsi produksi pada PT. Pertamina EP Asset 5 Tanjung lebih terfokus


pada kelancaran alur transportasi minyak dan gas setelah mencapai
permukaan. Dari keseluruhan sumur di lapangan Tanjung Raya, tidak semua
sumur berfungsi sebagai sumur produksi. Untuk mengaplikasikan EOR
dengan metode waterflood, tentunya ada beberapa sumur yang berfungsi
sebagai sumur injeksi dan produce water well.

3.2.1 Block Station (BS)

Block station merupakan tempat dikumpulkannya minyak yang telah


diproduksi dari sumur-sumur sebelum diteruskan ke SPU (Stasiun
Pengumpul Utama ) Manunggul. Block station ini tersebar di beberapa titik
di Tanjung. Karena jumlah sumur yang ada di Lapangan Tanjung Raya tidak
sedikit maka penyaluran minyak yang diproduksi sumur ke block station ini
dikelompokkan, tergantung jarak dari sumur produksi ke block station dan
kapasitas dari block station itu sendiri.Di Lapangan Tanjung Raya terdapat 9
buah block stationyaitu,

Tabel 3. 1 Lokasi block station

88
No Blok Station Jumlah

1 Tanjung 6
2 Warukin Selatan 1
3 Warukin Tengah 1
4 Kambitin& Dahor 2
5 Tapian 1
Total 11

Untuk peralatan yang berada di setiap BS kurang lebih hampir sama


dengan BS yang lainnya, seperti:

A. Flowline
Flowline adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi yang
mengalirkan fluida dari sumur menuju ke fasilitas produksi. Alat yang
mendukung yaitu flow analizer,dimana alat ini berfungsi untuk
mengetahui total rate dari sumur. Kita bisa mengatakan bahwa batasan
pipa flowline adalah pipa yang mengalirkan fluida mulai dari well head
sampai ke manifold. Panjang flowline bisa puluhan meter, ratusan meter,
bahkan terkadang ada flowline dengan panjang kiloan meter.
Desain dari flowline didasarkan pada 4 komponen utama, yaitu:
 Tekanan kerja
 Laju Alir
 Propertis dari fluida
 Keekonomian

Desain tekanan kerja maksimum dari flowline harus lebih besar dari
semua tekanan yang mungkin terjadi pada sumur (wellhead) maupun

89
saat pengetesan flowline. Penurunan tekanan dari wellhead menuju
fasilitas produksi harus diminimalkan karena akan mempengaruhi laju
produksi.

Gambar 3.104 Flowline


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

B. Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang bertujuan
untuk mengatur jalannya laju produksi dan pengetesan dari masing-
masing sumur ke separator.Manifold disini digunakan dari berbagai
sumur-sumur di Tanjung untuk berproduksi.
Berdasarkan fungsinya manifold terbagi menjadi beberapa jenis
yaitu:

a. Low PressureManifold
Berfungsi sebagai pengumpul fluida produksi dari berbagai
sumur yang selanjutnya dikirim ke unit pemisahan untuk suatu
treatment dan pengukuran.

b. Test Manifold

90
Manifold ini digunakan untuk melakukan test produksi suatu
sumur tanpa menggangu produksi sumur lainnya dimana arah aliran
fluida dari sumur di arahkan ke test separator.

c. Strechto Tank Manifold (STT)


Merupakan manifold berfungsi sebagai penyalur fluida dari
sumur hingga ke tangki pengumpul tanpa melewati peralatan
pemisah.

Gambar 3.105 Manifold


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

C. Heater

Heater adalah alat sebagai pengencer minyak dengan proses


pemanasan yang digunakan di block station untuk memanaskan crude
oil sebelum di teruskan ke separator untuk menjaga suhu crude oil agar
tidak mengalami pembekuan, dengan suhu sekitar 40-50°C dan juga
untuk memisahkan minyak air dan gas.
Energi yang dipakai untuk memanaskan di heater adalah berasal
dari gas fuel supply sebagai bahan bakarnya. Setelah liquid (crude
oil+water) memasuki heater maka liquid akan di transfer ke separator.

91
Gambar 3.106 Heater
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

D. Separator

Separator adalah alat berupa tabung bertekanan yang digunakan


untuk memisahkan fluida liquid dengan fluida gas yang di desain berupa
vertical atau horizontal. Setelah fluida tersebut dipisahkan, maka fluida
liquid akan di teruskan tangki pengumpul sementara yang ada di block
station, sedangkan fluida gas akan di teruskan ke scrubber untuk
dilakukan pemisahan fluida gas kembali apabila masih terdapat
kandungan fluida liquid didalamnya.
Jenis separator berdasarkan fasa hasil pemisahanya, dibagi dua
yaitu:
a. Separator dua fasa, memisahkan fluida menjadi cairan dan gas, gas
keluar dari atas sedangkan cairan keluar dari bawah.
b. Separator tiga fasa, memisahkan fluida formasi menjadi minyak, air
dan gas. Gas keluar dari bagian atas, minyak dari tengah dan air
dari bawah.

92
Di dalam block station, disamping terdapat separator pemisah
gabungan terdapat juga separator uji yang berfungsi untuk melakukan
pengujian (test) produksi suatu sumur.
Disamping itu ditinjau dari tekanan kerjanyapun separator dapat
dibagi tiga, yaitu:
 Separator bertekanan tinggi (High Pressure) (750 – 1500 psi)
 Separator bertekanan sedang (Medium Pressure) (230 – 700 psi)
 Separator bertekanan rendah (Low Pressure) (10 – 225 psi)

Jenis separator berdasarkan bentuk dan posisinya :


a. Separator Vertikal / Tegak
Biasanya digunakan untuk memisahkan fluida produksi yang
mempunyai GLR rendah dan/atau kadar padatan tinggi, separator
ini sudah dibersihkan serta mempunyal kapasitas cairan dan gas
yang besar.

93
Gambar 3.107 Separator Vertical

Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

b. Separator Horizontal
Sangat baik untuk memisahkan fluida produksi yang
mempunyai GLR tinggi dan cairan berbusa. Separator ini dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu single tube horizontal separator dan double
tube horizontal separator.
Karena bentuknya yang panjang, separator ini banyak
memakan tempat dan sulit dibersihkan, namun demikian
kebanyakan fasilitas pemisahan dilepas pantai menggunakan
separator ini dan untuk fluida produksi yang banyak mengandung
pasir, separator ini tidak menguntungkan.

Gambar 3.108 Separator Horizontal


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

94
E. Scrubber
Scrubber adalah alat yang digunakan untuk memisahkan cairan
yang masih terikut gas,atau alat yang di gunakan untuk pemurnian gas.
Scrubber juga digunakan untuk meyakinkan bahwa gas tidak
mengandung material atau fluida yang dapat merusak peralatan.Gas
yang dihasilkan dari scrubber ini merupakan gas kering.Scrubber ini
juga terdiri dari tipe vertical dan horizontal seperti hal nya separator.

Gambar 3.109 Scrubber


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
F. Tanki Penampung
Tangki penampungan ini merupakan tangki penampungan
sementara sebelum minyak dikirimkan ke SPU Manunggul. Di area
block station, jumlah tangki penampungan yang di sediakan berbeda-
beda, yakni 500 bbldan 1000 bbls. Hal ini tergantung dari kapasitas
fluida yang mampu ditampung setiap block station.

95
Gambar 3.110 Tanki Pengumpul
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

G. Pompa Transfer
Pompa disini digunakan untuk memompa minyak dari tiap – tiap
BS ke SPU Manunggul. Tipe pompa yang digunakan di tiap BS yaitu
tipe pompa Duplex.Pemompaan dilakukan non stop 24 jam, rate pompa
berdasarkan jumlah gross yang masuk untuk meminimalkan stock di
block station. Pemompaan dilakukan dengan menggunakan 2 buah
pompa operasidan 1 emergency dengan rate 150-180 m3/jam.

Gambar 3.111 Pompa Transfer


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

H. Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengambil gas lock
dari sumur dan mensuplai gas ke Power Plant dan Manunggul yang
dimana gas dari Power Plant tersebut di konversi sebagai sumber tenaga
listrik.

96
Gambar 3.112 Compressor
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

I. Pengukuran volume tanki


Pengukuran volume fluida dalam tangki sangat penting untuk
dilakukan karena dengan pengukuran tersebut kita dapatmenentukan
besar produksi berupa Gross (BPFD/Barrel Fluida Per Day) dan Netto
(BOPD/Barrel Oil Per Day). Setelah Gross dan Netto didapat, otomatis
bisa didapatkan juga besar watercut dalam tangki tersebut.
Pengukuran volume fluida dalam tangki dilakukan dengan
menggunakan meteran dan pasta agar dapat batas antara minyak dan air.
Langkah-langkah untuk mengukur ketinggian fluida sebagai
berikut :

1. Tutup aliran fluida yang menuju tangki yang akan diukur, agar tidak
ada gelombang di dalam tangki dan pengukuran bisa akurat atau
disebut settling.
2. Masukkan rollmeter hingga bandul menyentuh dasar tangki.
3. Amati bekas minyak yang menempel pada garis sebagai acuan
untuk pengukuran gross.
4. Beri pasta pada rollmeter lalu celupkan kembali hingga bandul
menyentuh dasar dan tunggu pasta bereaksi selama 1-2 menit
5. Angkat rollmeter lalu amati perubahan warna pasta yang berubah
menjadi merah bata, itulah jumlah minyak yang ada di tangki atau
disebut nett

97
Gambar 3.113 Roll Meter
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Rumus menghitung Gross :


24
Gross=( PC 1−PC 2 ) x kapasitas tanki x x 6.293
lama test

 Rumus menghitung Water Cut :


( AB1−AB 2)
Water Cut= x 100
(PC 1−PC 2)

 Rumus menghitung Nett :


(100−WC ) x Gross
Nett=
100

Keterangan,
PC 1 : Puncak cairan akhir
PC 2 : Puncak cairan awal
AB 1 : Air bebas akhir
AB 2 : air bebas awal

98
3.2.2 Stasiun Pengumpul Utama (SPU) Manunggul
SPU Manunggul adalah tempat dimana dikumpulkannya semua minyak
dari block station yang telah diproses sebelum dikirim ke Pertamina RU V
Balikpapan. Minyak yang dikumpulkan di manunggul ini berasal dari sumur
- sumur di tanjung, tapian dan warukin.

Gambar 3.114Flow Diagram BS-Manunggul-RU V Balikpapan


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Di SPU Manunggul ini terdapat fasilitas - fasilitas sebelum minyak


didistribusikan ke Pertamina RU V Balikpapan yaitu:

1. Tangki SPU

99
Tangki kilang manunggul adalah tempat penampungan minyak dan
air dari block stationyang terdiri dari 6 tangki. Tangki M2, M3, M4
untuk minyak Tanjung sedangkan tangki M5 untuk minyak Wartap.

Tangki pertama M1 atau FWKO (Fresh Water Knock Out) adalah


sebagai tangki untuk memisahkan minyak dan air dengan cara prinsip
gravitasi, dimana air yang lebih berat masanya berada dibawah
sedangkan minyak naik ke atas dan dijaga dilevel 13 m. Kemudian air
tersebut dialirkan ke Produce Water Handling untuk difilter sebelum
diinjeksikan ke sumur injeksi. Kemudian minyak dari FWKO ditransfer
ke tangki M2, M3, M4 dan M5 dengan menggunakan gaya grafitasi.

Minyak yang ditransfer ke M2, M3 dan M4 tersebut adalah berasal


dari minyak ditanjung yang mengandung parafin dengan kadar SG 0,82
sedangkan minyak dari Warukin dan Tapian yang mengandung aspaltik
ditransfer ke tangki M5 dengan kadar SG 0,89. Sedangkan tangki M6
untuk menyimpan fresh wateryang nantinya digunakan sebagai
campuran fluida untuk melakukan pengiriman minyak ke Balikpapan.

Tangki SPU Manunggul ini dijaga dengan suhu 42 o C dan tinggi


tangki tersebut :

 M2= 15105 mm
 M3 = 14740 mm
 M4= 15110 mm
 M5=14760mm.

100
Gambar 3.115 Tanki Manunggul
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Pompa Transfer (Transfer Pump)


Transfer pump adalah alat untuk transfer minyak ke tangki M2, M3,
M4 dan M5 dari tangki FWKO setelah mengalami proses gravitasi.
Transfer pump ini di SPU Manuggul ada 6 buah.

Gambar 3.116 Transfer Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3. Pompa Utama (Main Pump)

101
Main pump adalah pompa utama untuk mentransfer minyak ke
Pertamina RU V Baikpapan.Main pump ini mentransfer dengan
kapasitas 150 m3 perjam.

Gambar 3.117 Main Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Pompa Darurat (Emergency Pump)

SPU Manunggul memiliki 2 pompa emergency yaitu :

 Pompa Darurat (Emergency Pump)

Emergency pump adalah pemompa cadangan apabila


terjadi sesuatu kebocoran atau kerusakan dalam pengiriman
minyak ke Pertamina Balikpapan.Emergency pump berjumlah
1 buah dengan ditandai warna hijau di Manunggul.

Gambar 3.118 Emergency Pump

102
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Fire Water Pump

Fire water pump adalah pompa emergency apabila terjadi


kebakaran dikilang/area manunggul untuk mengirimkan air dan
foam menuju area yang mengalami kebakaran untuk
memutuskan segitiga api. Di manunggul ada 2 pompa
emergency yang di tandai dengan warna merah

Gambar 3.119 Fire Water Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
5. Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk memanaskan tangki agar
temperatur suhu dalam tangki stabil.Suhu ini dijaga 42 o C, agar minyak
dalam tangki tidak membeku.Boiler di manunggul terdapat 2 buah
namun yang digunakan hanya satu buah sedangkan satu lagi hanya buat
cadangan.

103
Gambar 3.120 Boiler
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

6. Pig Launcher
Pig Launcheradalah alat untuk meluncurkan scrapper guna
membersihkan sisa-sisa minyak terakhir di dalam pipa pengiriman.Dan
alat pembersih tersebut dinamakan scrapper.

Gambar 3.121 Pig (Scrapper) dan Pig Launcher


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

7. Mixing Divice
Untuk mendistribusikan minyak dari SPU menuju RU V
Balikpapan, minyak didorong oleh pompa. Dalam proses pengiriman

104
tersebut SPU Manunggul ini didukung oleh 4 buah pompa yang
digunakan dengan turbin sebagai penggeraknya. Sebelum proses
pengiriman dilakukan oil terlebih dahulu di campur dengan fresh water
ini dikarenakan oleh sebab tingkat kekentalan (viskositas) dari minyak
yang dihasilkan tinggi. Proses pencampuran antara Fresh Water dengan
Oil dilakukan dengan alat yang bernama Mixing device yang bertujuan
agar minyak tidak menggumpal dan proses distribusi lebih lancar
( Perbandingan minyak dengan air yang dimixing ini adalah 60% :
40% ) untuk keperluan transportasi minyak ke bagian pengolahan
minyak selanjutnya.

Gambar 3.122 Mixing Divice


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

8. Water Produce Handling


Instalasi ini berfungsi sebagai penyedot air dari tangki FWKO dan
pendorong menuju sumur injeksi juga sekaligus sebagai tempat
penyimpanannya. Di sini oil content yang terkandung dalam air
dipisahkan dan dialirkan ke bak penampung, lalu akan dimasukkan
kembali ke dalam tangki. Sedangkan air yang sudah diolah kembali
diinjeksikan ke sumur-sumur injeksi yang ada di Lapangan Tanjung.

105
Gambar 3.123 Water Produce Handling
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

9. Shipping
Proses shipping adalah proses pengiriman minyak hasil produksi
lapangan tanjung menuju RU V Balikpapan.

Gambar 3.124 Peta Jalur Pengiriman Tanjung ke Balikpapan RU-V


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Sebelum ditransfer ke RU V Balikpapan, minyak dari lapangan


Tanjung akan diproses terlebih dahulu di Block Station untuk
memisahkan gas-gas yang terkandung di dalamnya selain untuk menjaga
viskositasnya agar tetap bisa mengalir selama proses transfer.

106
Karena karakteristik minyak pada lapangan Tanjung adalah
parafinik, kecenderungan untuk membeku lebih besar bila dibandingkan
dengan minyak hasil produksi dari Wartap (Warukin - Tapian) yang
berjenis asphaltik.
Saat ini, pengiriman minyak mentah ke RU V Balikpapan dilakukan
1 bulan sekali untuk minyak Tanjung dengan total kurang lebih 100.000-
110.000 barrel dan untuk minyak Wartab dilakukan 3 bulan sekali
dengan. Minyak mentah yang telah terproduksi dari lapangan ini
selanjutnya akan ditransportasikan melalui pipeline 20” sejauh 240 km
menuju kilang Pertamina RU V Balikpapan.
Karena sifat minyak yang mudah membeku, Pertamina EP Tanjung
menerapkan sistem suspensi 60% minyak dan 40% air. Teknik ini
memanfaatkan air sebagai media penjaga suhu minyak agar terjaga pada
suhu diatas pour pointnya (>40º C).
Proses pengiriman minyak mentah dilakukan dengan beberapa
tahap. Saat tidak ada pengiriman minyak, pipeline ini akan terendam air
atau di isi air untuk monitoring hydrostatis pressure. Selanjutnya, akan
diluncurkan scrapper yang di dorong oleh cairan minyak dan air hasil
produksi dengan campuran minyak dari Wartap (Warukin - Tapian)
dikirim yang sebelumnya ditahan dengan scrapper lagi. Paling akhir
pengiriman minyak ini akan di dorong oleh air dengan media scrapper.
Karena minyak yang harus dialirkan melalui pipa 20” tersebut
mempunyai sifat berbeda-beda dan tidak diperkenankan bercampur,
maka sistem pengalirannya dipisahkan oleh penyekat liquid (scrapper)
yang disebut dengan batching sistem. Standar pengiriman batching
sistem ini selama 10 jam.
Pada proses pengirimannya, pemompaan minyak hasil produksi dari
Tanjung ini akan kehilangan tekanan selama perjalanan akibat jarak
yang cukup jauh. Oleh sebab itu, maka di tengah perjalanan diperlukan

107
tempat untuk mendischarge tekanan agar pemompaan tetap berjalan
lancar.
Tempat ini bernama Stasiun Booster/SB. Fasilitas yang ada di
Stasiun Booster antara lain tangki, pompa, genset, dan oil catcher.

Gambar 3.125Pengiriman Minyak Dengan Scrapper


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.3 WTP (Water Treatment Plant)


WTP (Water Treatment Plant) merupakan tempat dimana air sungai
yang berasal dari sungai Tabalong diubah menjadi air bersih untuk
kebutuhan air bersih di wilayah Sekitar Pertamina EP Tanjung.
Pada proses Treatment air, pertama air sungai di ambil dari sungai
Tabalong menggunakan Water Intake Pump dan kemudian air tersebut
masuk ke dalam Strainer untuk disaring material-material padatannya.

Gambar 3.126 River Water Intake Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

108
Gambar 3.127 Strainer
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Kedua, air tersebut langsung masuk ke dalam Splitter Box dan dicampur
dengan berbagai macam chemical seperti: Hypochlorite, Polymer, Alum
Sulphate, dan Soda Ash. Setelah itu air masuk ke dalam Clarifier Tank, lalu
air yang sudah bercampur dengan chemical tersebut dipisahkan dari lumpur.
Air yang bersih masuk ke Clarified Water Tank dan lumpurnya masuk ke
Sludge Pit.

Gambar 3.128 Clarified Tank & Clarifier Tank


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

109
Gambar 3.129 Sludge Pit
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Ketiga, air bersih tersebut dipompakan menggunakan pompa / Feed


Pump ke Sand Filter. Di Sand Filter air tersebut disaring kembali
menggunakan silicone sand dan setelah itu air masuk ke dalam Deaerator
Tower untuk dipisahkan dari oksigen.

Gambar 3.130 Feed Pump & Sand Filter


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

110
Gambar 3.131 Dearator Tower
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Setelah Tahap ini, air yang sudah bersih dapat dipompakan


menggunakan Transfer Pump ke WIP & Housing.

Gambar 3.132 Transfer Pump


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.4 WIP (Water Injection Plant)


Water injection plant adalah suatu tempat yang berfungsi menampung
fresh water dari water treatment plant dan menyalurkan produce water dari
seluruh block station yang kemudian di melewati alat penyaring yang berada
pada water produce handling, yang kemudian produce water yang telah
ditambahkan fresh water akan dipompakan dan diinjeksi melalui sumur
injeksi agar dapat sampai pada sumur yang lapisannya akan diinjeksi.
Perlunya produce water di tambahkan dengan fresh water akibat temperatur
injeksi yang harus berkisar antara 92-95oF, selain itu tekanan operasi standar

111
maksimal pompa sebesar 1480 psi hal itu juga mengingat harus
dipertahankannya tekanan dengan desain pipa yang akan semakin kecil
diameternya apabila semakin jauh dari water injection plant dan vibrasi
berkisar antara 0.5-3.5 mil.
Penginjeksian dari water injection plant terbagi menjadi dua jalur
yaitusouth header injection line dan north header injection line.

Fasilitas yang terdapat pada water injection plant adalah :

a. Tanki Fresh Water


Tangki fresh water berfungsi sebagai penampung air yang berasal
dari water treatment plant yang di kirim melalui flow line.

Gambar 3.133 Tanki Fresh Water


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

b. Pompa Booster
Pompa booster berfungsi sebagai pompa pembantu agar aliran air
yang bertekanan cukup kecil berkisar 5-7 psi dapat di tingkatkan
menjadi 78-80 psi dan dapat dialirkan ke pompa injeksi yang hanya
dapat berkerja pada tekanan 78-80 psi.

112
Gambar 3.134 Pompa Booster
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

c. Pompa Injeksi
Berfungsi menaikan tekanan injeksi air setelah produce water dan
fresh water di campurkan. Tekanan aliran air yang awalnya 78-80 psi
(setelah melewati pompa booster) dapat meningkat menjadi 1000 psi,
sehingga air injeksi dapat mencapai target lapisan yang akan diinjeksi.

Gambar 3.135 Pompa Injeksi


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.4.1 Sumur Injeksi


Sumur injeksi merupakan bekas sumur produksi/sumur yang sudah mati,
atau sudah tidak menghasilkan minyak.Sumur-sumur ini kemudian
dimanfaatkan untuk water injection ke dalam bumi. Karena pada prinsipnya
air dan minyak tidak akan dapat tercampur, maka diharapkan dengan adanya
penginjeksian ke dalam perut bumi ini minyak bumi yang masih terjebak
akan terdorong atau mengali ke jalur sumur yang lain.

113
Air yang diinjeksikan sebagian merupakan air limbah hasil pemisahan
minyak yang sudah di treatment terlebih dahulu.Sehingga dengan metode ini
limbah hasil pemisahan minyak dan air (sludge) bisa dibuang ke dalam perut
bumi dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Gambar 3.136 Sumur Injeksi


Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung

3.5 Petroleum Engineer


Dalam pengembangan dan produksi lapangan Tanjung perlu diketahui
bahwa lapangan ini termasuk lapangan tua yang diproduksikan dengan
bantuan artificial lift (ESP dan SRP) dan juga terdapat berbagai masalah
yang dihadapi. Sehingga diperlukannya program penanganan yang tepat agar
dapat terus mencapai target produksi. Sebelum mengetahui penanganan yang
tepat perlu diketahui bahwa jenis minyak mentah di Tanjung adalah parafinik
yang memiliki karakteristik cepat membeku pada 30-35oC.
Adapun masalah yang biasa dihadapi adalah :
1. Scale
Terjadi akibat proses kristalisasi beberapa jenis mineral dalam air,
ion membentuk senyawa tidak larut dalam air serta temperatur yang
terus meningkat yang diikuti dengan pressure drop dan banyaknya zona
air. Masalah ini biasa terjadi pada lubang perforasi (1-4 ft), tubing(ID
dan OD) dan Trideline. Pencegahan terjadinya scale dapat menggunakan
scale inhibitor dan untuk merontokkannya dapat menggunakan
chemical removal atau acid (HCl, KCl dan HF).

114
2. Parafin Oil
Terjadi akibat perubahan suhu dari tinggi ke rendah (pressure drop),
biasa terjadi pada tubing, pipeline dan lubang perforasi (1-4 ft). Cara
menanggulanginya dengan menggunakan solvent (xylene, toluene,
mutual solvent dan diesel).

3. Sand Problem
Terjadi akibat adanya stress formasi, overburden butiran pasir naik,
umur geologi yang muda dan compressive strength rendah. Biasa terjadi
pada tubing, lubang pemboran (4ft) dan lubang perforasi (1-4 ft).

4. Tight Permeability
Terjadi akibat butiran yang tidak seragam dan susunan butir,
biasanya terjadi pada reservoir. Penanggulangannya menggunakan
hydraulic freacturing.

5. Low Pressure
Terjadi akibat diproduksikannya suatu sumur dan natural depletion
yang terus menurun. Biasanya terjadi pada reservoir dan
penanggulangannya dengan EOR(waterflooding).

6. Cross Flow
Terjadi akibat produksi dengan sistem comingel dan tekanan pada
lapisan yang lebih bawah lebih rendah sehingga fluida mengalir ke
bawah bukan ke surface., hal ini biasanya terjadi pada reservoir. Cara
penanggulangannya dengan EOR( waterflooding) dan memperkecil pwf
(lebih kecil dari pada zona yang memiliki tekanan terkecil).

7. Change Wettability
Terjadi akibat oil yang terus mengalir dari suatu batuan (water wet)
hinggan mencapai SOR (Saturation Oil Ratio) >30% sehingga tidak
dapat mengalir lagi. Biasanya terjadi di reservoir dan mengatasinya
dengan EOR (surfactant).

115
3.6 Laboratorium

Pada Laboratoriumdilakukan pengujian dan pengukuran terhadap sifat-


sifat sample fluida yang terproduksi dari sumur, baik sifat-sifat fisik, maupun
sifat-sifat kimia. Adapun pengujian dan pengukuran yang dilakukan adalah
Water Cut, Base Sedimen & Water, SG,kandungan Cl-, Viskositas
Kinematik, Flash Point, dan Pour Point.

3.6.1 Pengujian Water Cut, Base Sedimen & Water, SG, dan kandungan Cl-

Peralatan :

1. Jerigen penampungan sample crude oil dari sumur produksi


2. Heater /water batch
3. Gelas ukur
4. Centrifuge tube
5. Centrifuge machine
6. Termometer
7. Hydrometer
8. Buret titrasi
9. Pipet ukur

Bahan :

1. Solvent (Toulen atau Bensin)


2. Sample crude oil
3. AgNO3

116
4. K2Cr2O7

Langkah Pengujian :
3.6.1.1 Pengujian Water Cut
Water cut adalah perbandingan jumlah air dan minyak yang terproduksi
bersama terhadap jumlah keseluruhan. Nilai dari water cut ini dinyatakan
dalam bentuk persen(%).

 Langkah kerja mengukur water cut:

1. Untuk mengukur water cut, sampel terlebih dahulu dipanaskan di


dalam water bath yang dimana dipanaskan dengan suhu 110 o C
crude oiltidak beku dan terpisah dari air.
2. Setelah pemanasan, tuang sample pada bejana.
3. Dibaca skala yang ditunjukkan pada gelas ukur level water dan
level oil kemudian dicatat kedalam tabel.
4. Nilai water cut didapat dengan membagi nilai level water dengan
nilai level fluida kemudian mengalikannya dengan 100 %.

volumewater
WaterCut=
volumetotalfluida

117
Gambar 3.137 PengujianWater Cut
Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung

 Hasil Percobaan
Volume total : 1730 ml
Volume water : 1580 ml
1580
WaterCut= x 100
1730

WaterCut= 91%

3.6.1.2 Pengujian SG (Spesific Gravity)

Specific Grafity (SG) adalah perbandingan antara density suatu zat


dengan density air pada suhu perbandingan yang sama. Dalam dunia
perminyakan, SG merupakan faktor yang sangat penting. Hal ini berkaitan
dengan penyusun minyak itu sendiri serta jenis minyak tersebut. Dari nilai
SG dapat dihitung nilai derajat API yang dengan nilai ini dapat digolongkan
apakah minyak itu tergolong minyak ringan, minyak sedang, ataupun
minyak berat. Berikut ini penggolongan minyak berdasarkan nilai derajat
API nya.

118
Dalam hal ini SG dari minyak tanjung ialah 0,81 sampai dengan
0,83.Maka semakin tnggi nilai SG pada minyak maka semakin berat
kandungan minyaknya,dan jika semakin kecil nilai SG nya maka semakin
besar nilai derajat API nya.Keterangan :
 Minyak Berat : 10 – 20 API
 Minyak Sedang : 20 - 30 API
 Minyak Ringan : > 30 API

ρoil
SG =
ρ water

Keterangan :

SG = Spesific Gravity Oil

ρ . oil = density minyak


ρ . water = density air

 Langkah kerja uji SG :

1. Oil dimasukkan ke dalam gelas ukur.

119
Gambar 3.138 Pengambilan sampel oil
Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung

2. Bila volume minyak yang di dapat pada pengukuran water cut maka
nilai SG bisa diukur, apabila nilai dari volume minyak yang didapat
pada pengukuran water cut tipis maka nilai SG tidak dapat diukur.

Gambar 3.139 Hydrometer & Termometer


Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3. Dimasukkan hydrometer dan termometer.

Gambar 3.140 Pengujian SG


Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung

4. Dibaca skala yang ditunjukan pada hydrometer dan termometer.

120
 Hasil percobaan
1. Pembacaan pada hydrometer 0.7 = 0.797
2. Pembacaan pada temperature = 700C

3.6.1.3 Pengujian Kandungan CL-


Langkah kerja pengujian kandungan Cl- :

1. Masukkan air ke dalam tabung reaksi yang diambil dari erlenmayer.


2. Tambahkan 3 tetes larutan K2Cl2O7.
3. Tetesi campuran air dengan K2Cl2O7 dengan AgNO3 sampai warna
larutan tersebut menjadi merah bata.
4. Baca jumlah AgNO3 yang dipakai dalam percobaan.

Gambar 3.141 Pengambilan air dari erlenmayer


Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung

121
Gambar 3.142 K2Cl2O7
Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung

Gambar 3.143 AgNO3


Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3.6.1.4 Pengujian Base Sedimen & Water (BS & W)

Butiran endapan dasar atau yang disebut juga base sediment adalah
jumlah butiran endapan dasar yang terikut di dalam crude oil. Butiran ini
ukurannya biasanya sangat kecil sehingga untuk mengukurnya diperlukan
metode khusus yaitu dengan metode centrifuge.
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan memutar sample crude oil
menggunakan alat centrifuge dengan kecepatan 1500rpm (round per minute)
selama 10 menit agar base sediment yang terkandung dalam crude oil ini
akanterpisah berdasarkan perbedaan massa jenis, dimana oil akan terpisah di
bagian atas, sedangkan base sediment terdapat pada bagian bawah
wadah.Base sedimen perlu diukur karena untuk memastikan tidak ada
endapan yang terikut yang dapat merusak peralatan produksi.
Langkah kerja BS &W :
1. Masukan 50 ml bensin ke dalam tube.
2. Kemudian ditambah dengan Crudeoil 50 ml.

122
3. Masukan ke dalam centrifuge. Masukkan centrifuge secara berpasangan,
missal 2 atau 4.
4. Putar dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit

Gambar 3.144Centrifuge Gambar 3.145 Hasil Pengujian

Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung

123

Anda mungkin juga menyukai