TINJAUAN LAPANGAN
Dalam industri perminyakan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk
memperoleh minyak mentah (crude oil). Adapun tahapan tersebut bermula dari
kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi merupakan suatu proses melakukan
pencarian data - data untuk menentukan letak keberadaan sumber hidrokarbon yang
terkandung pada suatu daerah. Melalui kegiatan eksplorasi juga dapat diketahui
struktur dan stratigrafi dari daerah tersebut.
Ketika tahap kegiatan eksplorasi telah selesai dilakukan dan telah ditemukan
daerah yang berpotensi, maka tahap berikutnya adalah analisa dan pengembangan.
Dengan memperkirakan jumlah cadangan hidrokarbon dan merencanakan
pengembangannya.
Work over adalah operasi perbaikan pada sumur produksi untuk tujuan
mempertahankandan peningkatan produksi misalnya dengan jalan
pendalaman, penyumbatan kembali, pencabutan dan pemasangan kembali
pipa penyaringan, penyemenan, penembakan dan pengasaman.
10
Beberapa bagian dari WO/WS :
1. Sonolog
11
Gambar 3.1 Echometer Tipe-M
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
12
c. Gas/fluida formasi
1. Casingpressure
2. Well profile
3. Jumlah tekanan gas nitrogen yang akan di tembakan
13
a. Tabung berisi Nitrogen
Tabung ini berisi gas nitrogen yang akan diinjeksikan ke
dalam gas gun chamber.
c. Kabel Penerima
Alat ini menghubungkan dari Gas Gun Chamber sampai ke
Echometer.
14
Gambar 3.4 Kabel Konektor
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
d. Echometer Set
Alat untuk menerima data yang dihasilkan dari pengukuran
15
Gambar 3.6 Software Pembaca Hasil Sonolog
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
16
9. kemudian secara otomatis akan muncul data di software yang ada
di echometer
2. Dynagraph
Dynagraph ada dua jenis, yaitu HST (Horse Shoe Transducer) dan
PRT (Polished Rod Transducer). Pengujian dynagraph dengan alat
HST biasanya lebih sulit kerena dibutuhkan dua clamp untuk
menghindari hentakan yang keras pada HST. Prosedur pemasangan
adalah sebagai berikut :
17
pasang clamp kedua diatas HST (HST dijepit carrier bar dan
clamp kedua).
5. Kendorkan clamp pertama secara hati-hati sehingga batang pompa
perlahan-lahan turun sehingga clamp permanent (pada bagian atas
batang) duduk dengan perlahan diatas clamp kedua.
Matikan SRP
18
Instalasi PRT
Jepit di polished rod
Kemudian kita liat pada layar computer apakah sudah
terpasang dengan benar atau tidak.
Pada pengetesan untuk mengetahui kualitas traveling valve
kita seting polished rod ¾
Pada pengetesan untuk mengetahui kualitas standing valve
kita seting polished rod ¾
Jika grafik bergerak naik itu berarti normal, sedangkan jika
grafik bergerak turun berarti ada kebocoran pada standing
valve atau traveling valve kita.
Kita liat biasanya pada pengetesan tersebut, rentang waktu
pengetesan berkisar 1 menit.
19
3. Metode pengetesan keseimbangan antara pump jack dengan beban
rod, counter balance effect :
Matikan SRP
Pasang horse shoe pada rod
Pasang ½ langkah naik (up strock)
Dan kita rem SRP pada ½ langkah naik
kita ukur dimana keseimbangan dari beban string dari grafik
yang kitabaca dan analisa.
Akan terbaca beban string kita normal atau tidak.
20
Gambar 3.11 Posisi waktu up stroke dan down stroke
Sumber : google.com
Diagram Chart :
21
A – B=Rod string mengambil alih beban dari tubing (Adanya
kenaikan beban pada polish rod).
22
Gambar 3.13 Hasil Pembacaan Dynagraph
23
dengan mendownlod/mengambil pembacaan data dari alat. Sedangkan
PPS 26 data bisa dibaca dipermukaan saat alat masih ada didalam
sumur.
24
terdapat suku cadang dari pompa-pompa yang beroperasi di lapangan
Tanjung. Pompa yang dimaksud adalah sistem yang menghasilkan gaya
hisap terhadap fluida yang berada di dalam lubang sumur. Kegiatan yang
dilakukan di pump shopialah perawatan dan perbaikan rangkaian pompa
bawah permukaan.
Sucker rod pump merupakan salah satu metoda lifting yang digunakan di
Lapangan Tanjung. Sekitar 78% sumur di Lapangan Tanjung menggunakan
artificial ini. SRP terdiri dari 3 jenis yaitu Konvensional, Mark II, dan Air
Balance. Di Pertamina Asset 5 TanjungField hanya menggunakan SRP jenis
Konvensional dan Mark II. Pada dasarnya komponen dari sucker rod pump
dibagi tiga bagian yaitu :
A. Surface Equipment
1. Prime Mover
Fungsi dari prime mover adalah mensuplai tenaga mekanis
rotasi yang dijadikan gerakan mekanis vertikal pada horse
headpumping unit dan diteruskan ke pompa menjadi gerakan
reciprocating melaluisucker rod string untuk mengangkat fluida
dari dasar sumur ke permukaan.
Horse power
25
Tipe prime mover
Ketahanan pada waktu operasi selama 24 jam dan bekerja pada
situasi serta kondisi buruk
2. Pumping Unit
Peralatan ini berfungsi untuk merubah atau meneruskan tenaga
dari prime mover untuk memompa fluida melalui sucker rodstring.
Hal ini dilakukan dengan merubah tenaga putaran mekanis dari
prime mover menjadi gerakan naik turun, pada sistem crank/pitman
dan yang kemudian diteruskan ke horse head melalu walking beam
menjadi gerakan naik turun vertikal.
Fungsi dari bagian-bagian pumping unit :
26
g. Pumping tee, disebut juga cross tee, berfungsi untuk aliran
fluida ke flowline
h. Carrier bar, merupakan penyangga dari polishedrod
i. Stuffing box, sebagai tempat dilalui polishedrod yang berfungsi
untuk menahan aliran fluida keluar (menyembur) ke udara
(atmosfer)
j. Bridle (wire-line hanger), sebagai tempat untuk menggantung
carrier bar.
k. Horse head, merupakan busur tempat sangkutan dari bridle dan
berfungsi menjaga polishedrod agar tetap bergerak naik turun
secara vertikal
l. Walking beam, berfungsi untuk merubah gerak putar dari crank
yang dikirim melalui pitman menjadi gerakan naik turun
vertikal pada horse head
B. SuckerRodString
1. PolishedRod
Polished rod merupakan tangkai yang menghubungkan sucker
rod string dan carrier bar (wire linehanger pada horse head).
27
2. Sucker rod
Sucker rod berfungsi meneruskan energi dari atas yang
merupakan gerakan naik turun vertikal ke plunger pompa. Untuk
sumur dalam yang lebih dari 3500 feet, sucker rod dipasang
berukuran lebih kecil diletakkan paling bawah. Penyusunan sucker
rod seperti itu berguna untuk mengurangi beban pada peralatan atas
tanah dan lebih ekonomis.
3. Rod Gauge
Rod Gauge berfungsi untuk menstabilkan sucker rod agar tetap
lurus pada saat beroperasi sehingga sucker rod tidak bergesekan
langsung dengan tubing.
4. Pony Rod
Secara umum pony rod sama dengan sucker rod, hanya ukuran
panjangnya yang berbeda. Pony rod digunakan untuk mencukupi
panjang rangkaian sucker rod seluruhnya, apabila panjang sucker
rod yang biasa tak dapat memenuhi.
28
C. Sub Surface Equipment
1. Working barrel
Badan pompa yang berbentuk silinder dimana fluida masuk
kedalamnya dan kemudian didorong keatas oleh plunger.
Normalnya working barrel lebih kecil ¼ inchi dari ID tubing hingga
cukup ruangan (space) untuk plunger saat dimasukkan ke dalam
working barrel didalam sumur.
Pompa di bawah permukaan berdasarkan working barrel ada
dua macam, yaitu tubingpump dan rodpump (insert pump).
Dikatakan tubingpump karena posisi barrel dari pompa menyatu
dengan tubing sehingga waktu sucker rod dicabut pada saat servis
maka barrel tetap berada di bawah tidak ikut tercabut. Sedangkan
rodpump, posisi dari barrel menyatu dengan sucker rod sehingga
bila sucker rod dicabut saat servis maka barrel akan ikut tercabut
Jenis-jenis working barrel yaitu :
29
2. Plunger
Plunger merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam
working barrel yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari dalam
sumur ke permukaan.
Plunger terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Cup type
2. Ring type
3. Kombinasi cup dan ring
Metal plunger, umumnya terbuat dari bahan cast iron atau steel
dengan permukaan yang sangat halus dan licin.
Ada dua jenis metal plunger :
30
Gambar 3.19 Traveling Valve
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
31
Merupakan tempat dudukan dari standingvalve sehingga
standingvalve tidak terlepas pada saat upstroke atau downstroke.
5. Intake
Sebagai alat untuk masuknya fluida ke dalam rangkaian pompa.
6. Gas anchor
Peralatan yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi
jumlah gas yang terikut masuk ke pompa, maka dibawah pompa
dipasang separator gas-cairan yang disebut gas anchor.
32
Gambar 3.22 SubSurface Equipment
Sumber : google.com
33
Gambar 3.25 wareup screen
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
34
Gambar3.27 Ball and Seat
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
35
3. Hand pump
Alat untuk mengetes kebocoran standing valve
36
Gambar 3.32 Connector Detector Vacuum Pump
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
37
3.1.2.2 Electric Submersible Pump
Pompa ESP biasanya dipakai untuk laju produksi 200 – 2.500 STB/day,
walaupun dapat digunakan untuk produksi sampai 95.000 STB/day. Pompa
ESP umumnya digunakan pada sumur miring di daerah lepas pantai. Di
daratan hanya digunakan untuk laju produksi tinggi yaitu di atas 2.000
STB/day dan untuk daerah Tanjung ESP digunakan untuk produksi diatas
1.000 STB/day. Untuk laju produksi rendah menggunakan pompa angguk
agar lebih ekonomis.
38
Unit ESP terbagi menjadi 2 bagian yaitu peralatan atas permukaan dan
peralatan bawah permukaan.
A. Surface Equipment ESP
1. ESP Wellhead
ESP Wellhead berfungsi sebagaimana kepala sumur produksi
yang dilengkapi dengan casing spool, tubing spool, tubing hanger
dan memiliki keistimewaan yang khusus, yaitu mempunyai lubang
untuk melewatkan kabel dari permukaan ke motor di dalam sumur.
3. Junction box
Junction box adalah tempat penyambungan kabel listrik dari
sumur dengan kabel yang berasal dari VSD. Junction box juga
berfungsi sebagai pengeluaran gas yang terbawa dari kabel pompa
dalam sumur ke permukaan. Junction box biasanya 15 ft
(minimum) dari kepala sumur dan normalnya berada diantara 2
sampai 3 ft diatas permukaan tanah.
Fungsi dari junction box antara lain :
39
Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin
bermigrasi kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke
atmosfer
Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur
dengan kabel dan VSD
40
Gambar 3.35 Discarge Head
2. Electric Cable
ESP memiliki motor bawah permukaan yang berfungsi untuk
menggerakan shafts hingga ke pompa. Sumber energi dari motor
ialah tenaga listrik. Listrik dialirkan dari VSD ke motor
menggunakan electric cable (kabel listrik). Jenis kabel yang
digunakan memiliki 4 lapisan, berguna untuk mencegah fluida yang
ada di sumur masuk ke tembaga. Isolasi atau pelindung dari kabel
memiliki ketahanan terhadap temperatur dan tekanan tinggi serta
tahan terhadap lingkungan asam, korosif, fluida di lubang bor
ataupun fluida formasi dan jacket terluar dari kabel didesain agar
tahan terhadap gesekan dari rangkaian pompa dengan casing saat
dimasukkan atau dicabut.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, terdapat 2 jenis kabel ESP :
41
Untuk instalasi kabel listrik di rangkaian pompa didukung oleh
clamp, yaitu pengikat kabel dengan rangkaian pompa dan kabel
dengan tubing.
Di PT Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field memiliki 2 tipe
kabel berdasarkan jenis atau tipe dari ESP, yaitu :
Electric Cable untuk Electric Submersible Pump jenis
Centrilift, dan ;
Electric Cable untuk Electric Submersible Pump jenis Reda.
Perbedaan hanya ada pada Electric Cable Head saja, jika ESP
Centrilift memiliki Electric Cable Head hanya satu colokan saja
sedangkan ESP Reda memiliki Electric Cable Head yang terdiri
dari 3 colokan.
42
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3. Pump
4. Intake
43
Merupakan media untuk masuknya fluida dari dalam sumur
menuju pompa, dipasang diantara protector dan pompa. Terdapat
beberapa jenis intake berdasarkan fungsinya.
44
Gambar 3.40 RGS ESP Reda
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
45
Gambar 3.42 Seal section / Protector Centrilift
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
6. Motor
46
Berfungsi untuk memutar / menggerakan shaft dari motor
hingga pump agar pompa memiliki daya hisap terhadap fluida.
Terdapat porthead pada motor sebagai lubang untuk kabel listrik.
47
Gambar 3.45 motor Reda
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
7. Downhole Sensor
48
3.1.3 Stimulation
49
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Tangki Pengumpul, alat yang berfungsi untuk mengumpulkan bahan
kimia yang telah dicampur.
50
Pompa Diafram, alat yang digunakan untuk memompakan /
memindahkan bahan kimia yang telah di campur dari ChemicalMixing
menuju ke Tangki pengumpul
51
Fishing tool adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengambil
tool/alat yang tidak diinginkan dari dalam wellbore. Fishing adalah
pekerjaan dalam teknik pemboran yang mana pekerjaan ini berhubungan
dengan pengambilan kembali alat-alat/potongan-potongan di dalam
permukaan. Alat yang jatuh harus secepatnya diambil karena semakin lama
semakin sulit diambil karena tertutup cutting atau mud cake dan lainnya.
Kerugian dalam pekerjaan ini adalah rig timer-nya semakin panjang dan ini
tentunya akan menambah biaya pemboran.
Sebelum melakukan Fishing Job, ada 2 hal yang harus dilakukan, yaitu :
Identifikasi Permasalahan
Sebelum kita mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang
tertinggal, maka kita harus menentukan dulu perincian serta ciri–ciri
dari fish tersebut, dimana fish berada serta sebab–sebab mengapa sampai
fish berada di situ. Fishing tool secara keseluruhan dapat
dikelompokkan dalam fishing tool itu sendiri dan alat–alat pembantu
untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat
keselamatan agar rangkaian pipa pemancing itu sendiri tidak terjepit.
Jenis Fish
52
Ada bermacam-macam ikan(fish) yang ada di dalam lubang bor.
Jenis,ukuran,kekuatan alat yang akan di pancing tersebut serta
bentuknya bermacam-macam bergantung dari situasi yang ada, serta
penyebab adanya ikan tersebut. Jenis, ukuran,bentuk ikan, situasi dan
kondisi lubang bor. Pada proses fishing tersebut akan banyak
menentukan cara pemancingan serta alat yang di perlukan.
53
Gambar 3.52 Overshoot
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
a. Spiral Grapple
b. Basket Grapple
54
Gambar 3.53 Grapple
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
55
2. Alat Fishing di ID pipa
Tubing Spear
Alat ini memancing ada bila ada pipa yang tertinggal di
dalam sumur. Cara mengangkatnya melalui bagian in diameter
pipa yang dipancing.
Tapper Tap
Tapper tap merupakan peralatan fishing tool yang
mempunyai ulir dibagian luar. Alat ini mengangkat fish dengan
cara membuat ulir di ID fish, yaitu dengan diputar secara
perlahan hingga mendapat pegangan yang kuat dengan fish,
lalu ketika torsi meningkat tandanya fish siap diangkat.
56
Gambar 3.56 Tapper Tap
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Spear Mandril
Sama Seperti Tubing Spear hanya saja alat ini untuk
menangkap fish yang lebih besar ukurannya dibagian ID fish
57
Gambar 3.58 Wireline Spear
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
58
Fishing Magnet
Yaitu alat fishing yang berguna untuk mengambil fishyang
berbentuk serpihan-serpihan besi atau logam lainnya, dengan
menggunakan magnet.
59
Gambar 3.61 Cone Mill
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
60
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Jar Sub
Jar Sub adalah suatu alat yang memberikan pukulan untuk
membantu melepaskan fish yang melekat pada ujung lubang,
61
penggunannya biasanya dikombinasikan dengan overshoot dan
spear.
62
Merupakan alat-alat yang dipergunakan untuk memperbaiki casing yang
rusak (collaps) / membersihkan casing.
Jenis-jenis alatnya yaitu :
Casing Swage
Alat yang digunakan untuk perbaikan casing yang mengalami
kerusakan pada inside diameter. Untuk kerjanya casing swage yaitu
diturunkan pada casing yang rusak lalu diputar dan diturunkan secara
perlahan hingga ID casing kembali seperti semula. Alat ini
dikombinasikan fungsinya dengan casing roller.
Casing swage juga bisa digunakan untuk memperbaiki ID pada fish,
agar fish mudah diambil.
Casing Rollar
Merupakan alat untuk memperbaiki kondisi ID casing yang rusak
atau collapse yang tidak seperti bentuk semula. Indikasi ID casing rusak
bisa diketahui saat akan memasukkan rangkaian ke sumur, jika
rangkaian tersangkut pada kedalaman tertentu maka bisa dikatakan ID
casing rusak.
63
Cara kerja alat dengan menurunkan pada target lalu diputar dan
diturunkan secara perlahan serta bersamaan. Biasanya alat ini digunakan
setelah casing swage.
Casing Scrapper
Casing Scrapper merupakan suatu alat yang digunakan untuk
membersihkan casing dari scale, mud cake, dan beberapa material
lainnya yang berada dibagian dalam dinding casing.Ukuran dari casing
scrapper ini sendiri juga bermacam–macam, tergantung dari ukuran
casing yang akan dibersihkan.Biasanya casing scrapper ini digunakan
ketika kita akan memasang packer. Bagian dalam casing dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan casing scrapper agar setting kedudukan
packer tepat.
64
Gambar 3.70 Casing Scrapper
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Brun Shoe
Brun Shoe merupakan suatu alat fishing yang digunakan untuk
membersihkan kotoran–kotoran yang berada di sekitar casing dan
membor rangkaian seperti bridge plug dan cement retainer.
65
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu
kedalaman tertentu dari lubang sumur.Packer dapat didefinisikan sebagai
peralatan bawah permukaan yang digunakan untuk menyekat antara tubing
dengan casing, untuk mencegah aliran vertikal di sepanjang annulus casing-
tubing.
5. Tempat penempatan killing fluid atau treating fluid pada annulus casing.
Packer Single Grip, yaitu jenis packer yang memiliki satu grip yang
berguna pada sumur yang tidak terlalu riskan atas tekanan yang terlalu
tinggi, sebagai contoh untuk sumur injeksi atau sumur produksi.
Packer Double Grip, yaitu jenis packer yang memiliki dua grip yang
berguna pada sumur yang riskan akan tekanan yang sangat tinggi,
sebagai contoh pada sumur eksplorasi.
66
Berdasarkan posisi pemasangannya, packer dibedakan menjadi dua,
yaitu :
Top Packer
Packer HD
Packer Guberson
67
Gambar 3.73 Packer Guberson Double Grip
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Packer Ultralock
68
Gambar 3.74 Packer Ultralock Single Grip
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Packer CST
69
Gambar 3.75 Packer CST Double Grip
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Bottom Packer
Bridge Plug
70
menyerupai dengan packer tetapi retrievable bridge ini Tidak satu
rangkaian dengan tubing.
Gambar3.7
71
Gambar 3.79 Cementing Retainer
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3.1.4.6 Bit
Mata bor (bit) merupakan peralatan yang langsung menyentuh formasi,
berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi, dengan cara
memberi beban pada mata bor.
72
Gambar 3.82 Insert Bit
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3.1.4.7 Stabilizer
Sebagai penyeimbang casing atau tubing agar tetap berada di tengah
sumur agar tidak kontak langsung dengan benda yang berada di outside.
3.1.4.8 Wellhead
73
Wellhead merupakan salah satu komponen penting dengan proses
pengeboran. Wellhead dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing
string dipermukaan sumur.
Komponen dari wellhead yaitu casing head, casing head spool, tubing
head spool dan christmast tree.
Fungsi wellhead adalah sebagai berikut :
74
Gambar 3.85 Casing Spool & Tubing Spool
75
Gambar 3.86 CrismastTree
3.1.4.10 Elevator
Elevator merupakan suatu alat yang digunakan untuk menahan ataupun
menjepit casing, tubing, drill pipe maupun drill collar pada saat akan
diturunkan maupun dinaikkan dari/ke dalam lubang wellbore.
3.1.4.11 Tongue
Tongue merupakan suatu alat yang digunakan untuk menjepit suatu pipa
untuk dihubungkan ke pipa yang lainnya.
76
Gambar 3.88 Tongue
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3.1.4.12 Centralizer
Centralizer berfungsi sebagai menjaga agar casing tetap seimbang,
biasanya dipasang setiap 3 joint.
77
Gambar 3.90 Float Shoe
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3.1.4.14 Drillpipe
Drillpipe digunakan dalam proses pemboran sebagai tempat sirkulasi
dan dapat juga digunakan sebagai salah satu alat pengantar peralatan fishing.
3.1.4.15 Tubing
78
Tubing adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan fluida produksi
ke permukaan dan sebagai salah satu pengantar alat fishing ke wellbore.
3.1.4.16 Casing
Casing adalah peralatan pemboran yang berguna untuk mencegah
dinding formasi agar tidak runtuh dan sebagai tempat untuk mud bersirkulasi
79
Gambar 3.94 Liner Hanger
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
1. Power Sistem
Sistem dalam rig sebagai sumber tenaga, dimana suatu perangkat
instalasi pemboran mendapatkan supply daya untuk menggerakan
sistem-sistem yang lain.
80
Gambar 3.96 Power System
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
2. Hosting system
81
Hook
Elevator
Drilling line
82
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
3. Rotary system
83
Gambar 3.100 Hydraulic Swivel
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
4. Sirkulasi system
Peralatan ini berfungsi untuk memberikan service berupa
penyediaan lumpur serta penyediaan sifat-sifat fisiknya selama
pemboran berlangsung, termasuk dengan peralatan conditioning
equipment.
b. Preparation Area
Suatu tempat untuk mempersiapkan lumpur sebelum
disirkulasikan ke dalam sumur, yang terdiri dari :
Mud house
84
Steel mud pits/tanks
Mixing hopper
Chemical mixing barrel
Bulk mud storage bins
Water tank
Reserve pit
c. Circulating Equipment
Merupakan peralatan khusus untuk memberikan tenaga pada
lumpur sehingga dapat masuk dan ke luar dari kepala sumur.
Susunan dari peralatan ini adalah :
Triplex Pump
Surface Connection
Stand Pipe
85
yang dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam
keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.
RAM Preventer
Hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa
tertentu atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.
86
Gambar 3.102 Ram Preventer
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Gambar 3.103Accumulator
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
87
Proses Operasi Produksi adalah proses mengangkat fluida (minyak, gas
dan air) dari reservoir ke permukaan.Setelah tahap pemboran dan komplesi
sumur selesai, maka sumur baru dapat diproduksikan. Pada awal-awalnya,
bila tekanan statik dasar sumur cukup besar, maka produksi dapat
berlangsung secara spontan tanpa bantuan energi dari luar atau sering disebut
dengan “natural flowing”.Metoda sembur alam diterapkan apabila tenaga
alami reservoir masih mampu mendorong fluida ke permukaan, sedangkan
metode pengangkatan buatan diterapkan apabila tenaga alami reservoir
sudah tidak mampu mendorong fluida ke permukaan.
88
No Blok Station Jumlah
1 Tanjung 6
2 Warukin Selatan 1
3 Warukin Tengah 1
4 Kambitin& Dahor 2
5 Tapian 1
Total 11
A. Flowline
Flowline adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi yang
mengalirkan fluida dari sumur menuju ke fasilitas produksi. Alat yang
mendukung yaitu flow analizer,dimana alat ini berfungsi untuk
mengetahui total rate dari sumur. Kita bisa mengatakan bahwa batasan
pipa flowline adalah pipa yang mengalirkan fluida mulai dari well head
sampai ke manifold. Panjang flowline bisa puluhan meter, ratusan meter,
bahkan terkadang ada flowline dengan panjang kiloan meter.
Desain dari flowline didasarkan pada 4 komponen utama, yaitu:
Tekanan kerja
Laju Alir
Propertis dari fluida
Keekonomian
Desain tekanan kerja maksimum dari flowline harus lebih besar dari
semua tekanan yang mungkin terjadi pada sumur (wellhead) maupun
89
saat pengetesan flowline. Penurunan tekanan dari wellhead menuju
fasilitas produksi harus diminimalkan karena akan mempengaruhi laju
produksi.
B. Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang bertujuan
untuk mengatur jalannya laju produksi dan pengetesan dari masing-
masing sumur ke separator.Manifold disini digunakan dari berbagai
sumur-sumur di Tanjung untuk berproduksi.
Berdasarkan fungsinya manifold terbagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
a. Low PressureManifold
Berfungsi sebagai pengumpul fluida produksi dari berbagai
sumur yang selanjutnya dikirim ke unit pemisahan untuk suatu
treatment dan pengukuran.
b. Test Manifold
90
Manifold ini digunakan untuk melakukan test produksi suatu
sumur tanpa menggangu produksi sumur lainnya dimana arah aliran
fluida dari sumur di arahkan ke test separator.
C. Heater
91
Gambar 3.106 Heater
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
D. Separator
92
Di dalam block station, disamping terdapat separator pemisah
gabungan terdapat juga separator uji yang berfungsi untuk melakukan
pengujian (test) produksi suatu sumur.
Disamping itu ditinjau dari tekanan kerjanyapun separator dapat
dibagi tiga, yaitu:
Separator bertekanan tinggi (High Pressure) (750 – 1500 psi)
Separator bertekanan sedang (Medium Pressure) (230 – 700 psi)
Separator bertekanan rendah (Low Pressure) (10 – 225 psi)
93
Gambar 3.107 Separator Vertical
b. Separator Horizontal
Sangat baik untuk memisahkan fluida produksi yang
mempunyai GLR tinggi dan cairan berbusa. Separator ini dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu single tube horizontal separator dan double
tube horizontal separator.
Karena bentuknya yang panjang, separator ini banyak
memakan tempat dan sulit dibersihkan, namun demikian
kebanyakan fasilitas pemisahan dilepas pantai menggunakan
separator ini dan untuk fluida produksi yang banyak mengandung
pasir, separator ini tidak menguntungkan.
94
E. Scrubber
Scrubber adalah alat yang digunakan untuk memisahkan cairan
yang masih terikut gas,atau alat yang di gunakan untuk pemurnian gas.
Scrubber juga digunakan untuk meyakinkan bahwa gas tidak
mengandung material atau fluida yang dapat merusak peralatan.Gas
yang dihasilkan dari scrubber ini merupakan gas kering.Scrubber ini
juga terdiri dari tipe vertical dan horizontal seperti hal nya separator.
95
Gambar 3.110 Tanki Pengumpul
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
G. Pompa Transfer
Pompa disini digunakan untuk memompa minyak dari tiap – tiap
BS ke SPU Manunggul. Tipe pompa yang digunakan di tiap BS yaitu
tipe pompa Duplex.Pemompaan dilakukan non stop 24 jam, rate pompa
berdasarkan jumlah gross yang masuk untuk meminimalkan stock di
block station. Pemompaan dilakukan dengan menggunakan 2 buah
pompa operasidan 1 emergency dengan rate 150-180 m3/jam.
H. Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengambil gas lock
dari sumur dan mensuplai gas ke Power Plant dan Manunggul yang
dimana gas dari Power Plant tersebut di konversi sebagai sumber tenaga
listrik.
96
Gambar 3.112 Compressor
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
1. Tutup aliran fluida yang menuju tangki yang akan diukur, agar tidak
ada gelombang di dalam tangki dan pengukuran bisa akurat atau
disebut settling.
2. Masukkan rollmeter hingga bandul menyentuh dasar tangki.
3. Amati bekas minyak yang menempel pada garis sebagai acuan
untuk pengukuran gross.
4. Beri pasta pada rollmeter lalu celupkan kembali hingga bandul
menyentuh dasar dan tunggu pasta bereaksi selama 1-2 menit
5. Angkat rollmeter lalu amati perubahan warna pasta yang berubah
menjadi merah bata, itulah jumlah minyak yang ada di tangki atau
disebut nett
97
Gambar 3.113 Roll Meter
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Keterangan,
PC 1 : Puncak cairan akhir
PC 2 : Puncak cairan awal
AB 1 : Air bebas akhir
AB 2 : air bebas awal
98
3.2.2 Stasiun Pengumpul Utama (SPU) Manunggul
SPU Manunggul adalah tempat dimana dikumpulkannya semua minyak
dari block station yang telah diproses sebelum dikirim ke Pertamina RU V
Balikpapan. Minyak yang dikumpulkan di manunggul ini berasal dari sumur
- sumur di tanjung, tapian dan warukin.
1. Tangki SPU
99
Tangki kilang manunggul adalah tempat penampungan minyak dan
air dari block stationyang terdiri dari 6 tangki. Tangki M2, M3, M4
untuk minyak Tanjung sedangkan tangki M5 untuk minyak Wartap.
M2= 15105 mm
M3 = 14740 mm
M4= 15110 mm
M5=14760mm.
100
Gambar 3.115 Tanki Manunggul
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
101
Main pump adalah pompa utama untuk mentransfer minyak ke
Pertamina RU V Baikpapan.Main pump ini mentransfer dengan
kapasitas 150 m3 perjam.
102
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
103
Gambar 3.120 Boiler
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
6. Pig Launcher
Pig Launcheradalah alat untuk meluncurkan scrapper guna
membersihkan sisa-sisa minyak terakhir di dalam pipa pengiriman.Dan
alat pembersih tersebut dinamakan scrapper.
7. Mixing Divice
Untuk mendistribusikan minyak dari SPU menuju RU V
Balikpapan, minyak didorong oleh pompa. Dalam proses pengiriman
104
tersebut SPU Manunggul ini didukung oleh 4 buah pompa yang
digunakan dengan turbin sebagai penggeraknya. Sebelum proses
pengiriman dilakukan oil terlebih dahulu di campur dengan fresh water
ini dikarenakan oleh sebab tingkat kekentalan (viskositas) dari minyak
yang dihasilkan tinggi. Proses pencampuran antara Fresh Water dengan
Oil dilakukan dengan alat yang bernama Mixing device yang bertujuan
agar minyak tidak menggumpal dan proses distribusi lebih lancar
( Perbandingan minyak dengan air yang dimixing ini adalah 60% :
40% ) untuk keperluan transportasi minyak ke bagian pengolahan
minyak selanjutnya.
105
Gambar 3.123 Water Produce Handling
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
9. Shipping
Proses shipping adalah proses pengiriman minyak hasil produksi
lapangan tanjung menuju RU V Balikpapan.
106
Karena karakteristik minyak pada lapangan Tanjung adalah
parafinik, kecenderungan untuk membeku lebih besar bila dibandingkan
dengan minyak hasil produksi dari Wartap (Warukin - Tapian) yang
berjenis asphaltik.
Saat ini, pengiriman minyak mentah ke RU V Balikpapan dilakukan
1 bulan sekali untuk minyak Tanjung dengan total kurang lebih 100.000-
110.000 barrel dan untuk minyak Wartab dilakukan 3 bulan sekali
dengan. Minyak mentah yang telah terproduksi dari lapangan ini
selanjutnya akan ditransportasikan melalui pipeline 20” sejauh 240 km
menuju kilang Pertamina RU V Balikpapan.
Karena sifat minyak yang mudah membeku, Pertamina EP Tanjung
menerapkan sistem suspensi 60% minyak dan 40% air. Teknik ini
memanfaatkan air sebagai media penjaga suhu minyak agar terjaga pada
suhu diatas pour pointnya (>40º C).
Proses pengiriman minyak mentah dilakukan dengan beberapa
tahap. Saat tidak ada pengiriman minyak, pipeline ini akan terendam air
atau di isi air untuk monitoring hydrostatis pressure. Selanjutnya, akan
diluncurkan scrapper yang di dorong oleh cairan minyak dan air hasil
produksi dengan campuran minyak dari Wartap (Warukin - Tapian)
dikirim yang sebelumnya ditahan dengan scrapper lagi. Paling akhir
pengiriman minyak ini akan di dorong oleh air dengan media scrapper.
Karena minyak yang harus dialirkan melalui pipa 20” tersebut
mempunyai sifat berbeda-beda dan tidak diperkenankan bercampur,
maka sistem pengalirannya dipisahkan oleh penyekat liquid (scrapper)
yang disebut dengan batching sistem. Standar pengiriman batching
sistem ini selama 10 jam.
Pada proses pengirimannya, pemompaan minyak hasil produksi dari
Tanjung ini akan kehilangan tekanan selama perjalanan akibat jarak
yang cukup jauh. Oleh sebab itu, maka di tengah perjalanan diperlukan
107
tempat untuk mendischarge tekanan agar pemompaan tetap berjalan
lancar.
Tempat ini bernama Stasiun Booster/SB. Fasilitas yang ada di
Stasiun Booster antara lain tangki, pompa, genset, dan oil catcher.
108
Gambar 3.127 Strainer
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Kedua, air tersebut langsung masuk ke dalam Splitter Box dan dicampur
dengan berbagai macam chemical seperti: Hypochlorite, Polymer, Alum
Sulphate, dan Soda Ash. Setelah itu air masuk ke dalam Clarifier Tank, lalu
air yang sudah bercampur dengan chemical tersebut dipisahkan dari lumpur.
Air yang bersih masuk ke Clarified Water Tank dan lumpurnya masuk ke
Sludge Pit.
109
Gambar 3.129 Sludge Pit
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
110
Gambar 3.131 Dearator Tower
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
111
maksimal pompa sebesar 1480 psi hal itu juga mengingat harus
dipertahankannya tekanan dengan desain pipa yang akan semakin kecil
diameternya apabila semakin jauh dari water injection plant dan vibrasi
berkisar antara 0.5-3.5 mil.
Penginjeksian dari water injection plant terbagi menjadi dua jalur
yaitusouth header injection line dan north header injection line.
b. Pompa Booster
Pompa booster berfungsi sebagai pompa pembantu agar aliran air
yang bertekanan cukup kecil berkisar 5-7 psi dapat di tingkatkan
menjadi 78-80 psi dan dapat dialirkan ke pompa injeksi yang hanya
dapat berkerja pada tekanan 78-80 psi.
112
Gambar 3.134 Pompa Booster
Sumber : Pertamina EP Asset 5 Tanjung
c. Pompa Injeksi
Berfungsi menaikan tekanan injeksi air setelah produce water dan
fresh water di campurkan. Tekanan aliran air yang awalnya 78-80 psi
(setelah melewati pompa booster) dapat meningkat menjadi 1000 psi,
sehingga air injeksi dapat mencapai target lapisan yang akan diinjeksi.
113
Air yang diinjeksikan sebagian merupakan air limbah hasil pemisahan
minyak yang sudah di treatment terlebih dahulu.Sehingga dengan metode ini
limbah hasil pemisahan minyak dan air (sludge) bisa dibuang ke dalam perut
bumi dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
114
2. Parafin Oil
Terjadi akibat perubahan suhu dari tinggi ke rendah (pressure drop),
biasa terjadi pada tubing, pipeline dan lubang perforasi (1-4 ft). Cara
menanggulanginya dengan menggunakan solvent (xylene, toluene,
mutual solvent dan diesel).
3. Sand Problem
Terjadi akibat adanya stress formasi, overburden butiran pasir naik,
umur geologi yang muda dan compressive strength rendah. Biasa terjadi
pada tubing, lubang pemboran (4ft) dan lubang perforasi (1-4 ft).
4. Tight Permeability
Terjadi akibat butiran yang tidak seragam dan susunan butir,
biasanya terjadi pada reservoir. Penanggulangannya menggunakan
hydraulic freacturing.
5. Low Pressure
Terjadi akibat diproduksikannya suatu sumur dan natural depletion
yang terus menurun. Biasanya terjadi pada reservoir dan
penanggulangannya dengan EOR(waterflooding).
6. Cross Flow
Terjadi akibat produksi dengan sistem comingel dan tekanan pada
lapisan yang lebih bawah lebih rendah sehingga fluida mengalir ke
bawah bukan ke surface., hal ini biasanya terjadi pada reservoir. Cara
penanggulangannya dengan EOR( waterflooding) dan memperkecil pwf
(lebih kecil dari pada zona yang memiliki tekanan terkecil).
7. Change Wettability
Terjadi akibat oil yang terus mengalir dari suatu batuan (water wet)
hinggan mencapai SOR (Saturation Oil Ratio) >30% sehingga tidak
dapat mengalir lagi. Biasanya terjadi di reservoir dan mengatasinya
dengan EOR (surfactant).
115
3.6 Laboratorium
3.6.1 Pengujian Water Cut, Base Sedimen & Water, SG, dan kandungan Cl-
Peralatan :
Bahan :
116
4. K2Cr2O7
Langkah Pengujian :
3.6.1.1 Pengujian Water Cut
Water cut adalah perbandingan jumlah air dan minyak yang terproduksi
bersama terhadap jumlah keseluruhan. Nilai dari water cut ini dinyatakan
dalam bentuk persen(%).
volumewater
WaterCut=
volumetotalfluida
117
Gambar 3.137 PengujianWater Cut
Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Hasil Percobaan
Volume total : 1730 ml
Volume water : 1580 ml
1580
WaterCut= x 100
1730
WaterCut= 91%
118
Dalam hal ini SG dari minyak tanjung ialah 0,81 sampai dengan
0,83.Maka semakin tnggi nilai SG pada minyak maka semakin berat
kandungan minyaknya,dan jika semakin kecil nilai SG nya maka semakin
besar nilai derajat API nya.Keterangan :
Minyak Berat : 10 – 20 API
Minyak Sedang : 20 - 30 API
Minyak Ringan : > 30 API
ρoil
SG =
ρ water
Keterangan :
119
Gambar 3.138 Pengambilan sampel oil
Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung
2. Bila volume minyak yang di dapat pada pengukuran water cut maka
nilai SG bisa diukur, apabila nilai dari volume minyak yang didapat
pada pengukuran water cut tipis maka nilai SG tidak dapat diukur.
120
Hasil percobaan
1. Pembacaan pada hydrometer 0.7 = 0.797
2. Pembacaan pada temperature = 700C
121
Gambar 3.142 K2Cl2O7
Sumber : Laboratorium Pertamina EP Asset 5 Tanjung
Butiran endapan dasar atau yang disebut juga base sediment adalah
jumlah butiran endapan dasar yang terikut di dalam crude oil. Butiran ini
ukurannya biasanya sangat kecil sehingga untuk mengukurnya diperlukan
metode khusus yaitu dengan metode centrifuge.
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan memutar sample crude oil
menggunakan alat centrifuge dengan kecepatan 1500rpm (round per minute)
selama 10 menit agar base sediment yang terkandung dalam crude oil ini
akanterpisah berdasarkan perbedaan massa jenis, dimana oil akan terpisah di
bagian atas, sedangkan base sediment terdapat pada bagian bawah
wadah.Base sedimen perlu diukur karena untuk memastikan tidak ada
endapan yang terikut yang dapat merusak peralatan produksi.
Langkah kerja BS &W :
1. Masukan 50 ml bensin ke dalam tube.
2. Kemudian ditambah dengan Crudeoil 50 ml.
122
3. Masukan ke dalam centrifuge. Masukkan centrifuge secara berpasangan,
missal 2 atau 4.
4. Putar dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit
123