Anda di halaman 1dari 11

OPTIMASI LAJU ALIR SUMUR PRODUKSI “X12” DI

LAPANGAN “SPU” DENGAN MENGGUNAKAN METODE


NODAL ANALISIS KORELASI DENGAN SENSITIVITY
UKURAN TUBING 2.375 inch , 3.5 inch , 4.5 inch

Oleh :

MUHAMMAD FERI IRAWAN

1601095
Pembimbing

Abstrak

Penentuan ukuran tubing yang optimum pada lapangan minyak


adalah tahapan yang penting karena besar laju alir produksi ke permukaan di tentukan
oleh ukuran tubingnya selain berpengaruh pada laju
produksi penentuan ukuran tubing juga akan akan mencegah daridampak dampak
negatif. Misalnya saja jika ukuran tubing terlalu besar maka laju produksi bisa
mencapai erotionrate, sebaliknya jika tubing produksi terlalu kecil maka
laju produksi bisa dibawah unloading rate. Dalam mengevaluasi penggunaan tubing
yang tepat salah satu metode yang biasa digunakan adalah analisa sistem nodal..
Dimana pada sistem nodal tersebut akan mengkombinasikan antara kurva IPR Dan
TPR sehingga didapatkan ukuran tubing yang tepat. Evaluasi sumur “X12” pada
lapangan “SPU” ini dilakukan dengan analisa menggunakan metode nodal analisis.
Pada sumur “A12” di produksikan laju alir sebesar 300 bbl/day, lalu akan di
tingkatkan dengan menggunakan metode nodal analisis yang di mana metode tersebut
dapat meningkat kan laju alir dengan mengganti ukuran tubing. Dengan menggunakan
nodal analisis membandingkan antara 3 ukuran tubing yaitu 2.323 inch , 2.548 inch ,
3.43 inch di dapatkan hasil laju alir produksi berbeda beda dan di hasilkan yaitu
dengan memasang ukuran tubing 2.323 inch di hasilkan laju alir 757 stb/day , ukuran
tubing 2.548 inch di hasilkan laju alir 784.7 stb/day , ukuran tubing 3.43 inch tidak
didapatkan laju alirnya. Penulisan paper ini bertujuan untuk agar laju alir pada sumur
“X12“ menjadi lebih besar dari sebelumnya yaitu 300 bbl/day. Maka dari hasil nodal
analisis dari perbandingan dari ketiga ukuran tubing, penulis merekomendasikan
ukuran tubing 2.548 inch karena memiliki laju alir lebih besar dari tubing yang
berukuran 2.323 inch dan untuk tubing ukuran 3.43 inch tidak di rekomendasikan
karena tidak memiliki laju alir.
Abstract

Determination of the optimum tubing size in the oil field is an important step because
the amount of surface flow rate determined by the tubing size in addition to affecting
the rate of production of the determination of tubing size will also prevent the impact
of negative impacts. For example, if the tubing size is too large then the rate of
production can reach erotionrate, on the contrary if the tubing is too small then the
production rate can be below the unloading rate. In evaluating the proper use of
tubing one of the methods commonly used is nodal system analysis .. Where in the
nodal system it will combine the IPR and TPR curves to obtain the right tubing size.
The "X12" well evaluation in the "SPU" field was carried out by analysis using the
nodal analysis method. At the well "A12" produced a flow rate of 300 bbl / day, then
it will be increased by using a nodal analysis method in which the method can
increase the flow rate by replacing the tubing size. By using nodal analysis comparing
the 3 tubing sizes, namely 2,323 inch, 2,548 inch, 3.43 inch, the production flow rate
is different and the result is that the tubing size is 2,323 inch and the flow rate is 757
stb / day, the tubing size is 2,548 inch produce a flow rate of 784.7 stb / day, tubing
size of 3.43 inch and no flow rate. The purpose of this paper is to ensure that the flow
rate in the well "X12" becomes greater than the previous one of 300 bbl / day. So
from the results of the nodal analysis of the comparisons of the three tubing sizes, the
authors recommend 2,548 inch tubing sizes because they have a larger flow rate than
2,323 inch tubing and for 3.43 inch tubing it is not recommended because they do not
have a flow rate.
Pendahuluan

Nodal Analysis adalah suatu sistem pendekatan untuk mengevaluasi dan


mengoptimisasikan sistem produksi minyak dan gas secara keseluruhan. Dalam analisa ini sistem
produksi dibagi menjadi beberapa bagian (titik), Mulai dari tekanan reservoir hingga tekanan
separator. Titik penyelesaian dapat diambil pada titik manapun dalam sistem produksi. Pertimbangan
dalam pemilihan titik penyelesaian yang tepat tergantung titik mana yang paling berpengaruh
dalam optimisasi sistem produksi. Pipa produksi atau yang lebih dikenal dengan nama tubing
merupakan sebuah pipa tegak lurus dalam sumur produksi yang dipasang setelah
pemasangan kepala sumuryang bertujuan untuk mengalirkan fluida dari reservoir kesurface
facility. Sumur “X12” merupakan lapangan atau reservoir dua fasa. Data yang telah didapat untuk
mengetahui laju optimum merupakan data uji produksi untuk mengetahui potensi produksi dari
sumur tersebut. Setelah mengetahui potensi sumur, kita bisa menggunakan data tersebut untuk
membuat kurva IPR dan TPR. Kombinasi dari kedua kurva didapat laju optimum. Pengembangan
persamaan kurva IPR untuk kondisi saat ini menggunakan asumsi yang sesuai dengan
pengembangan model sumur dan salah satu asumsi yang digunakan adalah asumsi vogel. Untuk
menghitung IPR, TPR dan Nodal analisis kita menggunakan sofwer yang bernama PROSFER .
Prosfer adalah salah satu sofwer unttuk bertujuan memodelkan sumur produksi baik untuk
penggunaan articial lift dan natural flow.
Tinjauan Pustaka

Laju produksi yang optimum dapat diperoleh dengan cara memvariasikan


ukuran tubing, pipa salur, jepitan , dan tekanan kerja separator. Pengaruh kelakuan
aliran fluida di masing-masing komponen terhadap system sumur secara keseluruhan
akan dianalisa, dengan menggunakan analisa system nodal.

Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik


pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan masa ataupun
keseimbangan tekanan . Hal ini berarti bahwa masa fluida yang keluar dari suatu
komponen akan sama dengan masa fluida yang masukke dalam komponen berikutnya
yang saling berhubungan atau tekanan di ujung suatu komponen akan sama dengan
tekanan di ujung komponen yang lain yang berhubungan.

System sumur produksi dapat ditemui 4 titik nodal, yaitu :

1. Titik nodal di dasar sumur Titik nodal ini merupakan pertemuan antara
komponen formasi produktif/ reservoir dengan komponen tubing apabila
komplesi sumur adalah open hole atau pertemuan antara komponen tubing
dengan komponen komplesi yang diperforasi atau bergravel pack
2. Titik nodal di kepala sumur Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara
komponen tubing dan pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan
jepitan atau merupakan pertemuan komponen tubing dengan komponen
jepitan bila sumur dilengkapi jepitan.
3. Titik nodal di separator Pertemuan antara komponen pipa salur dengan
komponen separator merupakan suatu titik nodal.
4. Titik nodal di “upstream/ downstream” jepitan Sesuai dengan letak jepitan,
titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara komponen jepitan dengan
komponen tubing.
Data Sumur

Pada sumur ”A12” memiliki data sumur sebagai berikut data BHP
sebesar 3980,42 , dan memiliki Oil rate sebesar 300,00 bbl / day , water rate 0
bbl / day , tekanan reservoir 4028.38 psi , kedalaman sumur 9100 ft , API 35 ,
dan gas gravity 0.8. Sumur “A12” akan dioptimalkan laju alirnya dengan cara
menggunakan tiga tubing yang berbeda ukuran.

Oil Rate Water


DATE Average Reservoir Pressure. WBHP SC Rate SC Gas Rate SC

(psi) (psi) (bbl/day) (bbl/day) (ft3/day)

01/01/2015 4028,38 3980,42 300,00 0,00 250052,8594

Fluid
Properties

API Grav 35

SG gas 0,8

Well depth 9100

Metodologi
Pada sofwer Prosper akan dilakukan beberapa langkah untuk mendapatkan hasil
IPR, Well profile, dan TPR. Pada tampilan sofwer prosper akan terlihat seperti
gambar dibawah ini :

1 2 3

4 5 6
1. ) Pada kolo pertama yaitu Option Summary, isi pada User Infomation sesuai
dengan sumur anda.
2. Pada kolom kedua yaitu PVT Data, isi sesuai data yang ada. Pada Input Parameters
masukan data GOR yaitu 833.5095 scf/stb, oil gravity 35 API, gas gravity 0.8,
water salinity 0. Pada Impurities tidak perlu diisi karena data tidak tersedia.
Kemudian pilih match data dan isi sesuai data yang ada. Pressure yang
digunakan 200 F dan bubble point 3980.82.Bubble poin ini bisa didapatkan
dibawah tekanan reservoir. Karena ketika tekanan bubble point dibawah tekanan
reservoir, gas yang terlarut dalam minyak akan rilis saat sudah keluar dari
reservoir dan dapat membawa minyak keluar dari reservoir. Maka bubble point
bisa digunakan dibawah pressure reservoir yaitu 4028.38 psi. Oil FVT
adalah Oil Faktor Volume Formasi , digunakan standarnya yaitu 1.2 dan oil
viscosity 0.2. Setelah data dimasukan akan muncul tulisan “PVT is Matched”.
3) . Pada kolom ketiga yaitu IPR Data, Isi data Reservoir Pressure, Reservoir
Temperature, Water Cut tidak ada walaupun sebelumnya tidak mungkin di reservoir
tidak ada water cut, hanya saja nilainya kecil sehingga diabaikan, dan GOR.
4) . Pada kolom keempat yaitu Equipment Data, kemudian dwonhole pada kolom
exsmas tree di bawah di isi dengan tubing dan di bawahnya di isi casing selanjutnya
pada measured depth tubing 8500 ft lebih pendek dari pada measured depth casing
yaitu 9100 feet.lalu pilih cubing inside diameter 2.5 inch dan casing inside diameter
8 kemudian slesai.
5) . Kemudian pada tabel di atas pilih calculation, sistem (IPR+VIp) 3 variabel
Isi GOR dan water cut 0. Tope Node Pressure dapat di ubah ubah sampai
mendapatkan liquid rate yang hidup dan optimal sumur.Contiune dan calculate,
untuk mendapatkan aliran natural flow atau sebelum di ganti tubing. Kemudian
masukkan variabel 1 dengan memilih tubing/pipe diameter dan beberapa tubing
yang di inginkan untuk dibandingkan mana yang meningkat laju produksinya.

Pembahasan
Pada pembahasan sumur “X12” akan di bahas tentang bagaimana cara
menaikan laju alir dengan penggantian ukuran tubing, tubing yang akan digunakan
berbagai ukuran kemudian membandingkan mana laju optimum yang lebih baik
laju alirnya. Tubing yang akan dibandingkan yaitu 2.323 inch, 2.34 inch, 2.548
inch.

a) . IPR Data
Dengan menggunakan software prosper ini akan membuat grafik IPR berdasarkan
data yang dimasukkan. Atau dapat juga menggunakan rumus vogel 2 fasa yaitu,
Q
Qmax=
Pwf Pwf 2
(1−0,2× ( )
Ps
−0,8 ×
Ps( ))
Setelah melakukan perhitungan menggunakan sofwer prosper maka di dapatkan
kurva IPR sebagai berikut :
Kurva Inflow Performance Realitionship (IPR) adalah kurva yang
menggambarkan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi, yang dinyatakan
dalam bentuk hubungan antara laju produksi (q) terdapat tekanan aliran dasar
sumur (pwf). Pada kurva tersebut dilihat AOF atau dapat dikatakan sebagai Q
max sebesar 14355.3 stb/day.
Dalam pembuatan kurva IPR terlebih dahulu harus diketahui Productivity
Index (PI) sumur tersebut, yang merupakan gambaran secara kualitatif
mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi atau dinyatakan sebagai
perbandingan antara laju prouksi suatu sumur pada suatu harga tekanan alir
dasar sumur (Pwf) tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur pada
keadaan setatik (ps), dinyatakan dalam stock tank barrel per day. Pada
perhitungan prosper didapatkan PI sebesar 6.26 stb/day/psi.

Laju alir pada sumur (X12) saat ini diketahui 300 bbl/day maka akan di
tingkatkan laju alir produksinya dengan menggunakan metode nodal analisis
yaitu dengan cara mengganti ukuran tubing berbeda beda. Sebelumya akan di
hitung laju alir pada keadaan natural flow pada sumur (X12) di lapangan SPU.
Berikut grafik IPR dan TPR pada natural flow :

Laju alir sumur (X12) di berikan data yaitu 300 stb/day. Pada saat keadaan
natural flow dengan memasang top node pressure 1369 psig dapat menghasilkan
liquid rate yang telah di calculate mendekati laju alir minyak awal. Akan tetapi
jika di beri top node pressure yang lebih tinggi maka tidak dapat mengalirkan
liquid.

Kemudian dilakukan pemasangan tubing dengan ukuran 2.323 inch dengan


bertujuan untuk memperbesar laju alirnya maka di dapat Liquid rate sebesar
766.1 stb/day. Hasil dari pemasangan tubing memiliki nilai liquid rate yang besar
dari kondisi natural flow.

Liquid rate tubing 2.323 inch

Grafik IPR dan TPR pada tubing 2.323 inch

Grafik yang di tampilkan tidak mengalami perubahan yang signifikan


karena liquid rate yang tidak jauh beda dengan tubing natural flow.

Dilakukan kembai pengujian pada softwere prosper dengan pemasangan


tubing dengan ukuran 2.34 inch dengan bertujuan untuk memperbesar laju alirnya
maka di dapat Liquid rate sebesar 805.5 stb/day. Hasil dari pemasangan tubing
2.34 inch memiliki nilai liquid rate yang besar dari 2.323 inch tubing sebelumnya.

Gambar Liquid rate tubing 2.34 inch

Grafik IPR dan TPR pada tubing 2.34 inch

Grafik yang di tampilkan tidak mengalami perubahan yang signifikan


karena liquid rate yang tidak jauh beda dengan tubing ukuran sebelumya.
Kemudian dilakukan kembai pengujian pada softwere prosper dengan
pemasangan tubing dengan ukuran 2.548 inch dengan bertujuan untuk
memperbesar laju alirnya maka di dapat Liquid rate sebesar 838.7 stb/day. Hasil
dari pemasangan tubing 2.548 inch memiliki nilai liquid rate yang besar dari 2.34
inch tubing sebelumnya.

Gambar Liquid rate tubing 2.548 inch

Grafik IPR dan TPR pada tubing 2.548 inch

Grafik yang di tampilkan tidak mengalami perubahan yang signifikan karena


liquid rate yang tidak jauh beda dengan tubing ukuran sebelumya.
Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapatkan dari perhitungan nodal analisis


menggunakan software pada keadaan tubing 2.323 inch didapatkan Liquid
rate sebesar 766.1 stb/day. Kemudian pada tubing kedua 2.34 inch
didapatkan Liquid rate sebesar 805.5 stb/day dan selanjutnya pada ukuran
tubing ketiga 2.548 di dapatkan Liquid rate sebesar 838.7 stb/day. Dengan
membandingkan beberapa ukuran tubing menggunakan metode nodal
analisis maka penulis memilih ukuran tubing 2.548 untuk sumur “X12” pada
lapangan SPU karena memiliki Liquid rate paling besar di bandingkan
ukuran tubing lainnya yaitu 838.7 stb/day. Medote peningkatan laju alir ini
hanyalah satu dari beberapa cara yang digunakan dalam optimasi laju alir
produksi, maka perbedaan hasil akan dapat terjadi.

Daftar Pustaka

Buku Kermit Brown Volume 1

https://anzdoc.com/peramalan-ipr-untuk-tekanan-reservoir-di-atas-tekanan-
bubble.html

Anda mungkin juga menyukai