Anda di halaman 1dari 13

A.

JUDUL :
Interprestasi penutup lahan sebagian daerah Provinsi Gorontalo.

B. TUJUAN :
1. Mahasiswa mengetahui karakteristik citra landsat etm
2. Mahasiswa dapat melakukan interprestasi penutup lahan pada citra lamdsat
etm.

C. ALAT DAN BAHAN :


Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum geologi foto,
yakni:

1. Spidol OHP 4 warna uk. F


2. Alcohol
3. Plastic transparent
4. Pensil warna
5. bulpoint
6. Mistar
7. Selotip
8. Peta DAS Limboto menggunakan citra lenset etm.
9. Kertas HVS
10. Kertas kalkir

1
D. DASAR TEORI

PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH

Penutupan lahan didefinisikan sebagai penyebutan kenampakan biofisik di


permukaan bumi yang terdiri dari areal vegetasi, lahan terbuka, lahan terbangun,
tubuh air dan lahan basah (Lillesand et al. 1990). Salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk pendataan penutupan lahan adalah kegiatan inventarisasi tutupan
lahan. Inventarisasi tutupan lahan merupakan salah satu aplikasi dalam inderaja dan
GIS yang digunakan untuk melakukan pendataan jenis tutupan lahan dalam
cakupan wilayah kajian. Informasi mengenai jenis-jenis tutupan lahan dapat
diperoleh dari kegiatan inventarisasi data tutupan lahan melalui kegiatan ground
check atau pengambilan data kondisi tutupan lahan di lapangan, menggunakan
teknologi penginderaan jauh dan kombinasi pengamatan terestis dan pengideraan
jauh.
Definisi Pegunungan, Perbukitan, Dataran dan Danau

Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah


sekitarnya. Gunung adalah bagian dari permukaan bumi yang menjulang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih
tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering
tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas mendefinisikan gunung dengan
puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya, Encyclopædia Britannica
membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa didefinisikan sebagai
gunung.

Sebuah gunung biasanya terbentuk dari gerakan tektonik lempeng, gerakan


orogenik atau gerakan epeirogenik. Pegunungan merupakan kumpulan atau barisan
gunung

Gunung adalah suatu bentuk permukaan tanah yang letaknya jauh lebih
tinggi daripada tanah-tanah di daerah sekitarnya. Gunung pada umumnya lebih
besar dibandingkan dengan bukit, tetapi bukit di suatu tempat bisa jadi lebih tinggi
dibandingkan dengan apa yang disebut gunung di tempat yang lain. Gunung pada
umumnya memiliki lereng yang curam dan tajam atau bisa juga dikelilingi oleh
puncak-puncak atau pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa memiliki
dua atau lebih iklim, jenis tumbuh- tumbuhan, dan kehidupan yang berbeda.

Sebenarnya tidak ada definisi umum untuk gunung. Ketinggian, volume,


relief, kecuraman, jarak dan kontinuitas dapat dijadikan kriteria dalam

2
mendefinisikan gunung. Menurut KBBI, definisi gunung adalah "Bukit yg sangat
besar dan tinggi (biasanya tingginya lebih dari 600 m)

Terdapat tiga jenis tipe utama dari gunung. Gunung api, gunung lipatan, dan
gunung patahan.[2] Ketiga tipe ini terbentuk dari lempeng tektonik ketika bagian
dari kerak bumi bergerak, roboh dan tenggelam. Tenaga endogen, pengangkatan
isotasi dan intrusi magma mengangkat lapisan batuan ke atas dan membentuk
sebuah dataran yang lebih tinggi dari dataran sekitar. Ketinggian dari pengangkatan
ini membentuk bukit, jika bukitnya lebih tinggi dan lebih curam maka terbentuklah
gunung. Pegunungan utama cenderung terbentuk dalam garis panjang yang
menandakan batas dan aktivitas sebuah lempeng tektonik.

Bukit adalah suatu bentuk wujud alam wilayah bentang alam yang memiliki
permukaan tanah yang lebih tinggi dari permukaan tanah di sekelilingnya namun
dengan ketinggian relatif rendah dibandingkan dengan gunung. Perbukitan adalah
rangkaian bukit yang berjajar di suatu daerah yang cukup luas.

Sebuah perbukitan di Montalcino, Italia

Dalam geografi, daratan adalah bagian permukaan bumi yang secara tetap
(permanen) tidak tertutupi oleh air laut. Istilah darat digunakan secara lebih umum,
sedangkan "daratan" digunakan dengan batasan geografis. Permukaan bumi yang
tertutupi oleh air lainnya, seperti sungai, rawa, atau danau, merupakan bagian dari
daratan, tetapi secara umum tidak disebut sebagai darat.

Daratan merupakan tempat hidup (habitat) bagi kebanyakan tumbuhan dan bagi
banyak hewan yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung darinya.

Wilayah tempat daratan bertemu dengan perairan disebut pesisir. Pembagian


wilayah daratan dan perairan merupakan suatu hal yang fundamental bagi manusia
dan dapat menjadi suatu kepentingan budaya yang kuat. Demarkasi antara daratan
dan perairan berbeda-beda didasarkan pada yurisdiksi setempat. Batas maritim
adalah suatu demarkasi yang bersifat politis. Berbagai batas alam ada untuk
membantu menentukan titik temu daratan dan perairan. Bentang alam dengan
materi batuan padat lebih mudah menjadi demarkasi daripada rawa, yang tidak

3
memperlihatkan titik jelas ujung tanah dan air. Demarkasi dapat lebih bervariasi
karena pasang surut dan cuaca.

Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air
bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.

Danau Nahuel Huapi di Bariloche, Argentina.

Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara
pada ketinggian yang lebih atas.

Sebuah danau periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk


lapisan es, "ice cap" atau gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau.

Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti


Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat
musim hujan. Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan
tenaga listrik-hidro, rekreasi (berenang, selancar angin, dll), persediaan air, dll.

Di bulan ada wilayah gelap berbasal, mirip mare bulan tetapi lebih kecil,
yang disebut lacus (dari bahasa Latin yang berarti "danau"). Mereka diperkirakan
oleh para astronom sebagai danau.
Berdasarkan proses terjadinya, danau dibedakan :

1. danau tektonik yaitu danau yang terbentuk akibat penurunan muka bumi
karena pergeseran / patahan

2. danau vulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme /


gunung berapi

3. danau tektovulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat percampuran


aktivitas tektonisme dan vulkanisme

4. danau bendungan alami yaitu danau yang terbentuk akibat lembah sungai
terbendung oleh aliran lava saat erupsi terjadi

4
5. danau karst yaitu danau yang terbentuk akibat pelarutan tanah kapur

6. danau glasial yaitu danau yang terbentuk akibat mencairnya es / keringnya


daerah es yang kemudian terisi air
7. danau buatan yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas manusia

Alur Analisis Geomorfologi

 Observasi faktual: bentuk, relief, penyebaran, dimensi; batuan, struktur, dll.


 Formulasi hipotesa: membuka kemungkinan hipotesa dengan proses
induksi dari hal yang khusus kehal yang umum, mengenal beberapa
kualitas, karakter.
 Deduksidari fakta yang lain : mengolah dari yang umum ke yang khusus
dengan memperhatikan lebih banyak fakta.
 Menguji hipotesa, mengeliminasi hal-hal yang tidak cocok : menentukan
mana fakta deduksi yang memang benar

Sejarah Pengembangan Konsep geomorfologi


•Herodotus(485 ? –425 BC) : mengamati pertumbuhan lanau dan lempung dari S.
Nil; “Egypt is the gift of the river” than the wrath of Gods.

•Aristotle (384 –322 BC) : menelaah asal usul mata air : 1) dari resapan air hujan
ke dalam tanah, 2) dari kondensasi air atmosfir, 3) dari kondensasi air juvenil;
pasang/surut muka laut; pembentukan endapan aluvial.
•Strabo(54 BC –25 AD) : timbul tenggelamnya daratan; gempa bumi ada
hubungannya dengan gunungapi; ukuran delta tergantung kepada kondisi aliran
sungai.
•Ibn. Sina(980 –1037) : gunung terbentuk oleh pengangkatan dan erosi;

•Leonardo da Vinci(1452 –1519) : lembah terbentuk oleh sungai. Sungai membawa


sedimen dan mengendapkannya; suatu pegunungan pernah menjadi laut karena
ditemukan fosil binatang laut di dalam batuan.

•Buffon: (2707 –1788) : erosi sungai mempunyai kemampuan mengurangi tinggi


gunung dan mengendapkan ke laut; umur bumi tidak dapat dihitung seperti tertera
pada hari-hari, kitab suci: tidak dapat di beberapa ribu tahun saja.

•J. Huttondan J. Playfair(1726 –1797) : granit dari igneous origin (Plutonist); “The
present is the key to the past”; doctrin “uniformitarianism”.

5
•W. M. Davis(1850 –1934) : “Geomorphic cycle”, terjadi melalui tahap-tahap
perkembangan (stages of development –yourth –nature old stage); perbedaan dalam
bentang alam disebabkan oleh perbedaan struktur geologi, proses-proses
geomorfologidan tahap-tahap perkembangannya.

Prinsip Penggunaan Klasifikasi BMB


Dalam geomorfologi, banyak peneliti mengacu pada mahzab Amerika yang
mengikuti prinsip-prinsip Davisian tentang “siklus geomorfologi”. Prinsip ini
kemudian dijabarkan oleh Lobeck (1939) dengan suatu klasifikasi bentang alam
dan bentuk muka bumi yang dikontrol oleh tiga parameter utama, yaitu struktur
(struktur geologi; proses geologi endogen yang bersifat konstruksional /
membangun), proses (proses-proses eksogen yang bersifat destruksional / merusak
atau denudasional), dan tahapan (yang kadangkala ditafsirkan sebagai “umur”
tetapi sebenarnya adalah respon batuan terhadap proses eksogen; semakin tinggi
responnya, semakin dewasa tahapannya).

Di lain pihak terdapat mahzab Eropa, di antaranya adalah yang dikembangkan oleh
Penck (dalam Thornbury, 1989) yang lebih menekankan pada proses pembentukan
morfologi dan mengenyampingkan adanya tahapan.

Terlepas dari mahzab-mahzab tersebut, Klasifikasi BMB ini mempunyai prinsip-


prinsip utama geologis tentang pembentukan morfologi yang mengacu pada proses-
proses geologis baik endogen maupun eksogen. Interpretasi dan penamaannya
berdasarkan kepada deskriptif eksplanatoris (genetis) dan bukan secara empiris
(terminologi geografis umum) ataupun parametris misalnya dari kriteria persen
lereng.

Klasifikasi BMB ini terutama adalah untuk penggunaan pada skala peta 1:25.000
yang membagi geomorfologi pada level bentuk muka bumi/ landform, yang
mengandung pengertian bahwa morfologi merupakan hasil proses-proses endogen
dan eksogen (Gambar 1). Sedangkan penggunaan pada skala lebih kecil misalnya
1:50.000 s/d 1:100.000 lebih bersifat pembagian pada level bentang alam/landscape
yang hanya mencerminkan pengaruh proses endogen, dan pada skala lebih kecil
lagi misalnya 1:250.000 pada level provinsi geomorfologi atau fisiografi yang
mencerminkan pengaruh endogen regional bahkan tektonik global.

Pembagian skala peta dan perincian deskripsi satuan sudah banyak kecocokan antar
berbagai klasifikasi (Brahmantyo dan Bandono, 1999) dan cocok pula dengan
pembagian penggunakan skala peta untuk penyusunan tata ruang (lihat Gambar 1;
UURI No. 24/1992 tentang Penataan Ruang dan PP No. 10/2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah).

6
Produk pemetaan geomorfologi adalah peta geomorfologi pada skala
1:25.000 yang berdasarkan pada analisis desk-study, dengan peta dasar adalah peta
topografi, didukung interpretasi lain baik dari foto udara maupun citra; serta data
yang didapat dari pemetaan geologi. Cara-cara pembuatan peta geomorfologi
selanjutnya mengikuti cara-cara yang telah dilakukan sesuai petunjuk yang telah
dipakai secara luas dan sebaiknya menggunakan simbol-simbol geomorfologi (lihat
contoh-contoh pemakaian simbol peta geomorfologi pada van Zuidam, 1985).

Acuan Pembagian Klasifikasi BMB


Acuan pembagian Klasifikasi BMB ini akan mengikuti beberapa kriteria di bawah
ini:

1. Secara umum dibagi berdasarkan satuan bentang alam yang dibentuk akibat
proses-proses endogen / struktur geologi (pegunungan lipatan, pegunungan
plateau/lapisan datar, Pegunungan Sesar, dan gunungapi) dan proses-proses
eksogen (pegunungan karst, dataran sungai dan danau, dataran pantai, delta, dan
laut, gurun, dan glasial), yang kemudian dibagi ke dalam satuan bentuk muka bumi
lebih detil yang dipengaruhi oleh proses-proses eksogen.

2. Dalam satuan pegunungan akibat proses endogen, termasuk di dalamnya adalah


lembah dan dataran yang bisa dibentuk baik oleh proses endogen maupun oleh
proses eksogen.

3. Pembagian lembah dan bukit adalah batas atau titik belok dari bentuk gelombang
sinusoidal ideal (Gambar 2A). Di alam, batas lembah dicirikan oleh tekuk lereng
yang umumnya merupakan titik-titik tertinggi endapan koluvial dan/atau aluvial
(Gambar 2B).

4. Penamaan satuan paling sedikit mengikuti prinsip tiga kata, atau paling banyak
empat kata bila ada kekhususan; terdiri dari bentuk / geometri / morfologi, genesa
morfologis (proses-proses endogen – eksogen), dan nama geografis. Contoh:
Lembah Antiklin Welaran, Punggungan Sinklin Paras, Perbukitan Bancuh Seboro,
Dataran Banjir Lokulo; Bukit Jenjang Volkanik Selacau, Kerucut Gunungapi
Guntur, Punggungan Aliran Lava Guntur, Kubah Lava Merapi, Perbukitan Dinding
Kaldera Maninjau, Perbukitan Menara Karst Maros, Dataran Teras Bengawan Solo,
Dataran Teras Terumbu Cilauteureun, dsb.

7
E. HASIL PRAKTIKUM
Plastik transparant dengan kertas kalkir

8
F. PEMBAHASAN
Dalam menginterestasi satuan penutup lahan daerah sebagian Gorontalo,
terdapat beberapa tahapan :
1. Tahapan persiapan, dengan studi pustaka sebagai tinjauan awal
untuk mengidentifikasi penutup lahan. Persiapan segala alat dan
bahan yang dibutuhkan.
2. Identifikasi penutup lahan
 Untuk pegunungan dicirikan dengan warna hijau muda
hingga kuning. Yang memiliki ketinggian yang relative
tinggi. Pola pegunungan pada peta berada di tengah tengah
perbukitan yang rendah, sehingga lebih mudah dikenali.
Pegunungan merupakan kumpulan dari beberapa gunung
sehingga terlihat menjadi satu kesatuan pada peta. Bentuk
dari pegunungan sendiri lumayan rapat dan terjal, dan
memiliki banyak bayangan akibat dari ketinggian itu sendiri
 Sedangkan perbukitan dicirikan dnegan warna hijau tua.
Memiliki ketinggian yang cenderung rendah, hal ini terlihat
dari pola yang jarang atau landai. Perbukitan masih
terpengaruhi oleh proses erosi. Pada peta terlihat rangkaian
bukit yang berjajar di daerah provinsi Gorontalo dengan
cakupan daerah yang cukup luas.
 Dataran,dicirikan dengan warna biru tua, yang mencirikan
satuan dengan keadaan relative datar dan luas sampai
ketinggian sekitar 200 meter. Yang uasanya ditemukan
disekitaran pantai, sungai dan danau. Dan umumnya
merupakan hasil sedimentasi dari sungai. Tanah disekitan
daerah dataran lebih padat penduduk dibandingkan datran
dioegunungan karena memiliki tanha yang subur untuk
bercocok tanam.
 Selanjutnya danau dicirikan dengana warna biru muda.
Memiliki ketinggia lebih rendah daripada dataran. Sebgai
sumber air bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya.

3. Jika telah diidentifikasi, barulah kemdian di berikan batasan untuk


masing masing penutup lahan pada kertas transparant. Dengan
klasifikasi warna sebagai berikut :
 Kuning
Untuk satuan penutup lahan pegunungna
 Hijau tua
Untuk satuan penutup lahan perbukitan

9
 Biru tua
Untuk ssatuan penutup lahan dataran
 Biru muda
Untuk satuan penutup lahan danau.
4. Setelah diberkan batasan dan diwarnai barulah di berikan keterangan
berupa legenda sebagai informasi symbol dan warna yang terdapat
pada peta satuan penutup lahan sebagian daerah Provinsi Gorontalo.
Dan di salin pada kertas kalkir sebagai perbandingan pada kertas
transparant
Kemungkinanan kesalahan:

Kemungkinan kesalahan terjadi jika mahasiswa keliru untuk tingakta ketelitian


dalam menarik setiap batasan untuk setiap penutup lahan. Lalu dalam proses
identifikasi setiap penutup lahan, yang mana memiliki warna yang tidak dapat
langsung ditentukan sebagai satu penutup lahan, melainkan hanya secara tentative
atau sebagai diambil rata-rata.

10
KESIMPULAN
Dari penjelasan dan praktikum yang telah dilakukan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penginderaan jauh
khususnya citra landsat etm, akan lebih mempermudah kita dalam
memetakan dan menginterprestasi satuan penutup lahan sebagian daerah
Provinsi Gorontalo. Dengan ciri dan klasifikasi tertentu sebagai
pembedanya.
Sehingga dengan jelas kita dapat membedakan dan
mengintreprestasi penutup lahan tanpa perlu melakukan survey lapangan
yang memakan waktu dan uang. Cara ini dinilai lebih efektif walaupun
memiliki sediki kendala.

11
DAFTAR PUSTAKA
Definisi menurut KBBI

"Chapter 6: Mountain building". Science matters: earth and beyond; module


4. Pearson South Africa. 2002. p. 75. ISBN 0-7986-6059-7.

Lazaridis, Mihalis (2010). First Principles of Meteorology and Air


Pollution. Springer. p. 70. ISBN 978-9400701618.

Lutgens, Frederick K.; Tarbuck, Edward J. (1998). The Atmosphere: An


Introduction to Meteorology. Prentice Hall. pp. 15–17, 30–35, 38–40. ISBN 0-13-
742974-6.
Kamus Umum Basa Sunda (dalam Basa Sunda). Penerbit TARATE. 1995.

Earth Sculpture; Or, The Origin of Land-forms

The International Geography

Bowring, S.; Housh, T. (1995). "The Earth's early evolution". Science


(dalam Inggris) 269 (5230): 1535–40. Bibcode:1995Sci...269.1535B.
PMID 7667634. doi:10.1126/science.7667634.

Dalrymple, G.B. (1991). The Age of the Earth (dalam Inggris). California:
Stanford University Press. ISBN 0-8047-1569-6.

Newman, William L. (09-07-2007). "Age of the Earth" (dalam Inggris).


Publications Services, USGS. Diakses tanggal 20-09-2007.

Dalrymple, G. Brent (2001). "The age of the Earth in the twentieth


century: a problem (mostly) solved". Geological Society, London, Special
Publications (dalam Inggris) 190 (1): 205–221. Bibcode:2001GSLSP.190..205D.
doi:10.1144/GSL.SP.2001.190.01.14. Diakses tanggal 20-09-2007.

Stassen, Chris (10-09-2005). "The Age of the Earth" (dalam Inggris).


TalkOrigins Archive. Diakses tanggal 30-12-2008.

12
Yin, Qingzhu; Jacobsen, S. B.; Yamashita, K.; Blichert-Toft, J.; Télouk,
P.; Albarède, F. (2002). "A short timescale for terrestrial planet formation from
Hf-W chronometry of meteorites". Nature (dalam Inggris) 418 (6901): 949–952.
Bibcode:2002Natur.418..949Y. PMID 12198540. doi:10.1038/nature00995.

13

Anda mungkin juga menyukai