PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah gender sudah digunakan secara luas masyarakat di berbagai
forum, baik yang bersifat akademis maupun non-akademis ataupun dalam
diskursus pembuatan kebijakan (law making process). Meskipun
demikian, tidak selamanya istilah tersebut dipergunakan dengan tepat,
bahkan terkadang mencerminkan ketidakjelasan pengertian konsep gender
itu sendiri.
Konsep gender tidak merujuk kepada jenis kelamin tertentu (laki-
laki atau perempuan). Berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan
konsep yang dipergunakan untuk menggambarkan peran dan relasi sosial
laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan jenis kelamin (seks) yang
ditentukan oleh aspek-aspek fisiologis, gender merupakan pengertian yang
dibentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan, adat istiadat, dan perilaku
sosial masyarakat. Oleh karena itu, pengertian gender tidak bersifat
universal, melainkan tergantung pada konteks sosial yang melingkupinya.
Sebagai contoh, masyarakat berbasis patrilineal seperti di Jawa sangat
mungkin merumuskan gender secara berbeda dengan masyarakat yang
sistem sosialnya berbasis matrilineal. Dengan kata lain konsep gender
mengacu pada peran dan tanggung jawab sebagai perempuan dan sebagai
laki-laki yang diciptakan dan diinternalisasi dalam keluarga, dalam
masyarakat,dalam budaya masyarakat, dimana kita hidup termasuk
harapan-harapan, sikap, sifat, perilaku bagaimana menjadi seorang laki-
laki dan bagaimana menjadi seorang perempuan ( culturally learned and
assigned behaviour )
1|Konsep Gender
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep gender menurut Departemend Kesehatan ?
2. Bagaimana Konsep gender menurut Kementrian kesehatan republik
indonesia ?
3. Bagaimana konsep gender menurut pandangan Islam ?
4. Bagaimanakah keterkaitan antara gender dengan kesehatan
reproduksi?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui konsep gender menurut depkes
2. Untuk mengetahui konsep gender menurut kemenkes
3. Untuk menegtahui konsep gender menurut pandangan islam
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara gender dengan kesehatan
reproduksi.
2|Konsep Gender
BAB II
LANDASAN TEORI
3|Konsep Gender
Untuk lebih jelas perbedaan gender dan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
4|Konsep Gender
2. Teori Gender
Menurut teori nurture adanya perbedaan perempuan dan laki-laki
pada hakekatnya adalah bentukan masyarakat melalui konstruksi sosial
budaya, sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda.
Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan
terabaikan peran dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konstruksi sosial
menempatkan perempuan dan laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-
laki diidentikkan dengan kelas borjuis, dan perempuan sebagai
proletar. Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-
laki adalah kodrati, sehingga harus diterima apa adanya. Perbedaan
biologis itu memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua
jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Ada peran dan
tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada tugas yang memang berbeda
dan tidak dapat dipertukarkan secara kodrat alamiahnya. Dalam proses
pengembangannya banyak kaum perempuan sadar terhadapa beberapa
kelemahan teori nurture di atas. Lalu beralih ke teori natura.
Pendekatan nurture dirasa tidak menciptakan kedamaian dan
keharmonisan dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat.
Perbedaan biologis diyakini memiliki pengaruh pada peran yang
bersifat naluri (instinct). Perjuangan kelas tidak pernah mencapai hasil
yang memuaskan karena manusia memerlukan kemitraan dan
kerjasama secara strukturaal dan fungsional . Manusia baik perempuan
maupun laki-laki memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Dalam kehidupan sosial ada pembagian tugas
(division labor) begitupula dalam kehidupan keluarga. Harus ada
kesepakatan antara suami istri, siapa yang menjadi kepala keluarga dan
siapa yang menjadi ibu rumah tangga. Dalam organisasi sosial juga
dikenal ada pimpinan dan ada bawahan (anggota) yang masing-masing
mempunyai tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dlam mencapai
tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dalam mencapai tujuan.
5|Konsep Gender
Talcott Parson (1902-1979) dan Parson & Bales berpendapat
bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan
peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan saling membantu
satu sama lain. Karena itu peranan keluarga semakin penting dalam
masyarakat modern terutama dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima
perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh
kesempatan (komitmen) dalam kehidupan masyarakat. Dan memiliki
teori sebagai berikut :
a. Teori Equilibrium:
Teori keseimbangan (Equilibrium)menekankan pada konsep
kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan
dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum
perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerjasama
dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
b. Teori Struktural-Fungsional
Teori ini muncul di tahun 30-an sebagai kritik terhadap teori
evolusi. Teori ini mengemukakan tentang bagaimana memandang
masyarakat sebagai sebuah sistim yang saling berkaitan. Teori ini
mengkui adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial. Dalam
kondisi seperti itu, dibuatlah suatu sistim yang dilandaskan pada
konsensus nilai-nilai agar terjasi adanya interrelasi yang demi
sesuatu yang dinamakan harmoni, stabilitas dan keseimbangan
(equilibrium).
6|Konsep Gender
3. Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender
Ketidak adilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi
kesenjangan dan ketimpangan atau tidak adil akibat dari sistem
struktur sosial dimana baik perempuan dan laki-laki menjadi korban
dari sistem tersebut. Ketidak adilan gender terjadi karena adanya
keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradapan
manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa
perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Meskipun secara
keseluruhan ketidak adilan gender dalam berbagai kehidupan lebih
banyak dialami oleh kaum perempuan, namun ketidak adilan gender
itu berdampak pula terhadap laki-laki. Bentuk-bentuk manifestasi
ketidak adilan gender akibat diskriminasi gender itu mencakup:
a. Marjinalisasi atau Peminggiran
Proses marjinalisasi atau pemiskinan yang merupakan proses,
sikap, perilaku masyarakat maupun kebijakan negara yang
berakibat pada penyisihan/ pemiskinan bagi perempuan atau laki-
laki.
Contoh-contohnya :
Banyak pekerja perempuan kurang dipromosikan menjadi
kepala cabang atau kepala bagian dalam posisi birokrat.
Begitu pula politisi perempuan kurang mendapat porsi dan
pengkuan yang sama dibandingkan dengan politisi laki-
laki.
Sebaliknya banyak lapangan pekerjaan yang menutup
pintu bagi laki-laki seperti industri garmen dan industri
rokok karena anggapan bahwa mereka kurang teliti
melakukan pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan
kesabaran.
7|Konsep Gender
b. Subordinasi
Proses subordinasi adalah suatu keyakinan bahwa satu jenis
kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan
jenis kelamin lainnya, sehingga ada jenis kelamin yang merasa
dinomorduakan atau kurang didengarkan suaranya, bahkan
cenderung dieksploitasi tenaganya sudah sejak dahulu ada
pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran permepuan
lebih rendah daripada laki-laki.
Contoh-contoh sub-ordinasi
Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan
perempuan seperti “guru taman kanak-kanak’.’sekretaris”,
atau “perawat’, yang dinilai lebih rendah dibanding dengan
pekerjaan laki-laki seperti direktur, dosen diperguruan
tinggi, dokter, dan tentara. Hal tersebut berpengaruh pada
pembedaan gaji yang diterima oleh perempuan.
8|Konsep Gender
karena kemampuannya ia bisa menempati posisi penting
sebagai pimpinan, bawahannya yang berjenis laki-laki
seringkali merasa tertekan.
c. Pandangan Stereotipe
Stereotipe adalah suatu pelabelan yang sering kali bersifat
negatif secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu.
Stereotipe selalu melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi yang
bersumber dari pandangan gender.
Contoh-contoh Stereotipe
Tugas dan fungsi serta peran perempuan hanya
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
kerumahtanggaan atau tugas domestik.
Apabila laki-laki marah, maka dianggap tegas tetapi apabila
perempuan marah atau tersinggung dianggap emosional dan
tidak dapat menahan diri. Standar penilaian terhadap
perempuan dan laki-laki berbeda namun standar nilai
tersebut lebih banyak merugikan perempuan.
d. Kekerasan
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun
integritas mental psikologi seseorang. Oleh kaena itu kekerasan
tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan,
pemukulan, dan penyiksaan, tetepi juga yang bersifat non fisik
seperti pelecehan seksual, ancaman dan paksaan sehingga secara
9|Konsep Gender
emosional perempuan atau laki-laki yang mengalaminya akan
merasa terusik batinnya.
Contoh-contoh kekerasan(fisik maupun mental psikologis)
Istri menghina / mencela kemampuan seksual atau kegagalan
karier suami.
Perempuan dan anak-anak dijadikan sandera dalam suatu
konflik sosial /ethnis atau antar negara.
Istri tidak boleh bekerja oleh suami setelah menikah.
Istri tidak boleh mengikuti segala macam pelatihan dan
kesempatan –kesempatan meningkatkan SDMnya.
Istri tidak boleh mengikuti kegiatan sosial diluar rumah.
Suami membatasi uang belanja dan memonitor
pengeluarannya secara ketat.
Orang tua memukul dan mengahajar anaknya.
10 | K o n s e p G e n d e r
pekerjaan domestik. Dengan demikian perempuan melakukan
beban ganda yang memberatkan (double burden).
Seorang ibu dan anak perempuannya mempunyai tugas untuk
menyiapkan makanan dan menyediakannya diatas meja,
kemudian merapikan kembali sampai mencuci piring-piring
yang kotor.
11 | K o n s e p G e n d e r
2. Peran dan Relasi Gender
Peran dan relasi gender antara laki-laki dan perempuan
ditentukan oleh ideology atau kepercayaan tentang apa yang pantas
dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Perempuan dan laki-laki
diharapkan oleh budayanya mempunyai perbedaan karakteristik,
seperti: Anak laki-laki diharapkan gagah perkasa dan tidak boleh
menangis, sedangkan perempuan diharapkan menjadi lemah lembut
dan keibuan.
a) Bias Gender
Bias gender yaitu suatu keadaan yang menunjukkan adanya
keberpihakan kepada laki-laki daripada perempuan. Pembangunan
dikatakan bias gender manakala hasil daripada pembangunan
tersebut lebih memihak kepada laki-laki atau perempuan.
Contoh : Kasus Aborsi ilegal. Perempuan mengalami hukuman
karena tindakan aborsi sementara laki-laki yang menghamilinya
bebas dari tuntutan masyarakat dan produk hukum itu sendiri.
b) Netral Gender
Netral gender adalah suatu keadaan yang memandang tidak ada
perbedaan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan.
Contoh : pada saat penyusunan peraturan atau kebijakan
pembangunan menganggap kebutuhan, peluang, hambatan dan
akses antara laki-laki dan perempuan adalah sama sehingga tidak
membutuhkan perlakuan yang berbeda.
c) Responsif Gender
Responsif gender adalah suatu keadaan memberikan perhatian yang
konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara
perempuan dan laki-laki pada masyarakat yang diwujudkan dalam
sikap dan aksi untuk mengatasi ketidakadilan yang terjadi karena
perbedaan-perbedaan tersebut.
12 | K o n s e p G e n d e r
d) Ketimpangan gender
Ketimpangan gender terjadi bila ada ketidaksetaraan atau
diskriminasi antara kaum perempuan dan kaum laki-laki.
Ketidaksetaraan atau diskriminasi tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa bentuk tindakan, seperti :
1. Steriotipi
Menempatkan perempuan sebagai mahluk yang lemah, mahluk
yang perlu dilindungi, mahluk yang tidak penting, mahluk yang
tidak punya nilai ekonomi, orang rumahan, bukan pengambil
keputusan, dsb.
2. Subordinasi
Perempuan posisinya di bawah laki-laki, dan ada anggapan
perempuan itu emosional atau irasional sehingga perempuan
tidak cakap memimpin, tidak boleh mengambil keputusan,
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk bekerja atau
berproduksi, tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
pendidikan, dll.
13 | K o n s e p G e n d e r
5. Beban Majemuk. Perempuan bekerja lebih beragam daripada
laki-laki, dan lebih panjang waktu kerjanya, seperti fungsi
reproduktif, pengelola rumah tangga, dan bekerja di luar rumah.
14 | K o n s e p G e n d e r
dan merawat anak, kesetaraan dalam bebas dari tekanan,
intimidasi, kekerasan terhadap perempuan di rumah maupun
ditempat kerja (UNFPA).
15 | K o n s e p G e n d e r
adil dan setara dengan mengatasi berbagai hambatan yang
terkait gender.
16 | K o n s e p G e n d e r
kesenjangan gender Mobilisasi sumber-sumber dan kemitraan
yang dilakukan dengan bekerjasama antara sektor terkait
untuk koordinasi/sinkronisasi upaya pengarasutamaan gender.
Bekerjasama dengan LSM, NGO, agen donor dan pihak lain.
Strategi tersebut dapat dikembangkan menjadi kegiatan yang
lebih rinci sesuai dengan kebutuhan.
17 | K o n s e p G e n d e r
masyarakat tidak ditemukan ayat Al Qur an dan hadits yang melarang
perempuan aktif di dalamnya. Sebaiknya Al Qur an dan hadits banyak
mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi.
Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada prinsip-prinsip yang
memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba
Tuhan yakni : Laki-laki dan perempuan akan mendapatkan penghargaan
dari Tuhan sesuai dengan pengabdiannya (An Nahl : 97).
18 | K o n s e p G e n d e r
kepada laki-laki dan perempuan untuk menegakkan nilai-nilai Islam
dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Kedudukan dan derajat
antara laki-laki dan perempuan di mata Allah Swt adalah sama yang
membuatnya tidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya.
19 | K o n s e p G e n d e r
D. Keterkaitan Antara Gender dengan Kesehatan Reproduksi
Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial
budaya, serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan,
merupakan faktor penting yang berperan dalam mendukung atau
mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh
WHO dalam koferensi perempuan sedunia ke IV diBejing pada tahun
1995.
1. Jenis Kelamin, Gender, dan Kesehatan
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok
cenderung mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari
pada laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis.
Namun dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami
kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki. Walaupun faktoryang
melatar belakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial,
haltersebut menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya
perempuan kurang sehat dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap
paradoks ini berakar pada hubungan yang kompleks antara faktor
biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh terhadap
kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit
menyerang laki-laki dan perempuan pada usia yang berbeda,
misalnya penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia yang lebih tua
pada perempuan dibandingkan laki-laki.Beberapa penyakit, misalnya
animea, gangguan makakn dan gangguan pada ototserta tulang lebih
banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Berbagai
penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya
gangguan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks,
sementara ituhanya laki-laki yang terkena kanker prostat.Kapasitas
perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka
memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik
20 | K o n s e p G e n d e r
dalam keadaansakit maupun sehat. Perempuan memerlukan
kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan melahirkan dengan
selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan
kesejahteraan dirinya.
Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya seseorang dapat
meningkatkan resiko terhadap terjadinya beberapa penyakit,
sementara di sisi lain memberikan perlindungan terhadap penyakit
lainnya.
Perbedaan yang timbul dapat berupa keadaan sebagai berikut :
a. Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.
b. Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu
penyakit.
c. Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.
d. Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses
pelayanan kesehatan.
e. Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan
perempuan. Sebagai contoh, respon tetrhadap epidemi
HIV/AIDS dimulai dengan pemberian fokus pada kelompok
resiko tinggi,termasuk pekerja seks komersial.
Laki-laki dianjurkan untuk menjauhi pekerja seks komersial
atau memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih pada
perilaku resiko tinggi, yang kemudian menekankan pentingnya
laki-laki menggunakan kondom. Hal ini menghindari isu gender
dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak
menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya
oleh laki-laki.
Dimensi gender tersebut tidak dibahas, sampai pada saat
jumlah ibu rumah tangga biasa yang tertular penyakit menjadi
banyak. Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular
21 | K o n s e p G e n d e r
HIV/AIDS dianggap sebagai akibat dari ketidaktahuan dan
kurangnya akses terhadap informasi. Ketergantungan ekonomi
dan hubungan seksual yang dialkukan atas dasar pemaksaan.
Tejadinya tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan
gender.
Secara umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang
merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas,
dominasi,serta memaksakan kekuasaan dan kendalinyaterhadap
perempuan, seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah tangga
(domestik). Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering
disebut sebagai “kekerasan berbasis gender”.
1. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi Laki-
Laki Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak
terlalu tertarik untuk mempelajari kesehatan seksual dan
reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung
terbatas. Hal ini menyebabkan laki-laki kurang berminat
mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit,
misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS).
22 | K o n s e p G e n d e r
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gender Menurut depkes yaitu Gender berasal dari bahasa latin “genus”,
berarti tipe atau jenis. Gender merupakan ciri-ciri peran dan tanggung jawab
yang dibebankan pada perempuan dan laki-laki, yang ditentukan secara sosial
dan bukan berasal dari pemberian Tuhan atau kodrat.
Sedangkan menurut gender dalam kemenkes yaitu Gender adalah konsep
kesamaan kondisi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh hak-haknya
sebagai manusia sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat.
Menurut Mentri Kesehatan untuk mengatasi masalah ketidak adilan dan
diskriminasi gender, perlu upaya yang responsif agar semua memberikan
perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan antara perempuan
dan laki-laki di masyarakat.
Dan menurut pandangan islam gender yaitu Gender adalah pandangan
atau keyakinan yang yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana
seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkah laku maupun
berpikir. Islam telah memberi aturan yang rinci berkenaan dengan peran dan
fungsi masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. dan menurut
Keterkaitan Antara Gender dengan Kesehatan Reproduksi yaitu Pendekatan
gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta
hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor
penting yang berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan
seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh WHO dalam koferensi
perempuan sedunia ke IV diBejing pada tahun 1995.
B. Saran
1. Perlunya ada pemahaman lebih lanjut tentang keberadaan Gender serta
penempatannya.
2. Perlunya sosialisasi tentang Gender dan Kesehatan Reproduksi terhadap
masyarakat umum yang belum tahu,Harusnya ada sanksi yang tegas atas
kasus-kasus kekerasan rumah tangga yang mengatasnamakan Gender.
23 | K o n s e p G e n d e r
DAFTAR PUSAKA
1. Canadian International Development Agency (CIDA), 1997. “Guide to
Gender-sensitive Indicators.
2. Pusat Kajian Gender Wanita dan Gender Universitas Indonesia, Hak Asasi
Perempuan, Yayasan Obor, 2007, Jakarta,
24 | K o n s e p G e n d e r