Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah gender sudah digunakan secara luas masyarakat di berbagai
forum, baik yang bersifat akademis maupun non-akademis ataupun dalam
diskursus pembuatan kebijakan (law making process). Meskipun
demikian, tidak selamanya istilah tersebut dipergunakan dengan tepat,
bahkan terkadang mencerminkan ketidakjelasan pengertian konsep gender
itu sendiri.
Konsep gender tidak merujuk kepada jenis kelamin tertentu (laki-
laki atau perempuan). Berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan
konsep yang dipergunakan untuk menggambarkan peran dan relasi sosial
laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan jenis kelamin (seks) yang
ditentukan oleh aspek-aspek fisiologis, gender merupakan pengertian yang
dibentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan, adat istiadat, dan perilaku
sosial masyarakat. Oleh karena itu, pengertian gender tidak bersifat
universal, melainkan tergantung pada konteks sosial yang melingkupinya.
Sebagai contoh, masyarakat berbasis patrilineal seperti di Jawa sangat
mungkin merumuskan gender secara berbeda dengan masyarakat yang
sistem sosialnya berbasis matrilineal. Dengan kata lain konsep gender
mengacu pada peran dan tanggung jawab sebagai perempuan dan sebagai
laki-laki yang diciptakan dan diinternalisasi dalam keluarga, dalam
masyarakat,dalam budaya masyarakat, dimana kita hidup termasuk
harapan-harapan, sikap, sifat, perilaku bagaimana menjadi seorang laki-
laki dan bagaimana menjadi seorang perempuan ( culturally learned and
assigned behaviour )

1|Konsep Gender
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep gender menurut Departemend Kesehatan ?
2. Bagaimana Konsep gender menurut Kementrian kesehatan republik
indonesia ?
3. Bagaimana konsep gender menurut pandangan Islam ?
4. Bagaimanakah keterkaitan antara gender dengan kesehatan
reproduksi?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui konsep gender menurut depkes
2. Untuk mengetahui konsep gender menurut kemenkes
3. Untuk menegtahui konsep gender menurut pandangan islam
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara gender dengan kesehatan
reproduksi.

2|Konsep Gender
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Gender Menurut Departemend Kesehatan


1. Pengertian Konsep Gender dan Sek
Gender berasal dari bahasa latin “genus”, berarti tipe atau jenis.
Gender merupakan ciri-ciri peran dan tanggung jawab yang
dibebankan pada perempuan dan laki-laki, yang ditentukan secara
sosial dan bukan berasal dari pemberian Tuhan atau kodrat. Konsep
gender adalah hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia,
yang sifatnya tidak tetap, berubah-ubah serta dapat dialihkan dan
dipertukarkan menurut waktu, tempat dan budaya setempat dari satu
jenis kelamin kepada jenis kelamin lainnya. Konsep gender juga
termasuk karakteristik atau ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang
diciptakan oleh keluarga dan atau masyarakat, yang dipengaruhi oleh
budaya dan interpretasi agama. Misalnya, secara umum, pekerjaan
memasak, mengurus anak, mencuci selalu disebutkan hanya sebagai
pekerjaan perempuan.
Konsep gender ini sering disamakan dengan konseps seks atau
jenis kelamin. Gender dan seks dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan. Artinya jika berbicara mengenai
gender tidak terlepas dari jenis kelamin. Namun kedua konsep ini
sangat berbeda makna dan pengertiannya. Konsep jenis kelamin adalah
kenyataan secara biologis yang membedakan antara manusia dimana
lebih diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan.

3|Konsep Gender
Untuk lebih jelas perbedaan gender dan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Gender Jenis Kelamin


Menyangkut pembedaan peran, fungsi, Menyangkut perbedaan organ
dan tanggungjawab laki-laki dan biologis laki-laki dan perempuan,
perempuan sebagai hasil kesepakatan khususnya pada bagian-bagian alat
atau hasil bentukan masyarakat reproduksi.
Peran sosial dapat berubah:Peran istri Peran reproduksi tidak dapat
sebagai ibu rumah tangga dapat berubah:Sekali menjadi perempuan
berubah menjadi pencari nafkah, dan mempunyai rahim, maka
disamping menjadi istri juga selamanya akan menjadi
perempuan dan sebaliknya.
Peran sosial dapat dipertukarkan:Untuk Peran reproduksi tidak dapat
saat-saat tertentu, bisa saja suami tidak dipertukarkan: tidak mungkin laki-
memiliki pekerjaan sehingga tinggal di laki melahirkan dan perempuan
rumah mengurus rumah tangga, membuahi.
sementara istri bertukar peran untuk
bekerja mencari nafkah bahkan sampai
ke luar negeri.
Peran sosial bergantung pada masa dan Peran reproduksi kesehatan berlaku
keadaan sepanjang masa
Peran sosial bergantung pada budaya Peran reproduksi kesehatan berlaku
masyarakat tertentu. di mana saja.
Peran sosial berbeda antara satu Peran reproduksi kesehatan berlaku
kelas/strata sosial dengan strata bagi semua kelas/strata sosial.
lainnya.
Peran sosial bukan kodrat Tuhan tetapi Peran reproduksi berasal dari
buatan manusia Tuhan atau kodrat.

4|Konsep Gender
2. Teori Gender
Menurut teori nurture adanya perbedaan perempuan dan laki-laki
pada hakekatnya adalah bentukan masyarakat melalui konstruksi sosial
budaya, sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda.
Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan
terabaikan peran dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konstruksi sosial
menempatkan perempuan dan laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-
laki diidentikkan dengan kelas borjuis, dan perempuan sebagai
proletar. Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-
laki adalah kodrati, sehingga harus diterima apa adanya. Perbedaan
biologis itu memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua
jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Ada peran dan
tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada tugas yang memang berbeda
dan tidak dapat dipertukarkan secara kodrat alamiahnya. Dalam proses
pengembangannya banyak kaum perempuan sadar terhadapa beberapa
kelemahan teori nurture di atas. Lalu beralih ke teori natura.
Pendekatan nurture dirasa tidak menciptakan kedamaian dan
keharmonisan dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat.
Perbedaan biologis diyakini memiliki pengaruh pada peran yang
bersifat naluri (instinct). Perjuangan kelas tidak pernah mencapai hasil
yang memuaskan karena manusia memerlukan kemitraan dan
kerjasama secara strukturaal dan fungsional . Manusia baik perempuan
maupun laki-laki memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Dalam kehidupan sosial ada pembagian tugas
(division labor) begitupula dalam kehidupan keluarga. Harus ada
kesepakatan antara suami istri, siapa yang menjadi kepala keluarga dan
siapa yang menjadi ibu rumah tangga. Dalam organisasi sosial juga
dikenal ada pimpinan dan ada bawahan (anggota) yang masing-masing
mempunyai tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dlam mencapai
tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dalam mencapai tujuan.

5|Konsep Gender
Talcott Parson (1902-1979) dan Parson & Bales berpendapat
bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan
peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan saling membantu
satu sama lain. Karena itu peranan keluarga semakin penting dalam
masyarakat modern terutama dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima
perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh
kesempatan (komitmen) dalam kehidupan masyarakat. Dan memiliki
teori sebagai berikut :
a. Teori Equilibrium:
Teori keseimbangan (Equilibrium)menekankan pada konsep
kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan
dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum
perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerjasama
dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
b. Teori Struktural-Fungsional
Teori ini muncul di tahun 30-an sebagai kritik terhadap teori
evolusi. Teori ini mengemukakan tentang bagaimana memandang
masyarakat sebagai sebuah sistim yang saling berkaitan. Teori ini
mengkui adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial. Dalam
kondisi seperti itu, dibuatlah suatu sistim yang dilandaskan pada
konsensus nilai-nilai agar terjasi adanya interrelasi yang demi
sesuatu yang dinamakan harmoni, stabilitas dan keseimbangan
(equilibrium).

6|Konsep Gender
3. Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender
Ketidak adilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi
kesenjangan dan ketimpangan atau tidak adil akibat dari sistem
struktur sosial dimana baik perempuan dan laki-laki menjadi korban
dari sistem tersebut. Ketidak adilan gender terjadi karena adanya
keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradapan
manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa
perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Meskipun secara
keseluruhan ketidak adilan gender dalam berbagai kehidupan lebih
banyak dialami oleh kaum perempuan, namun ketidak adilan gender
itu berdampak pula terhadap laki-laki. Bentuk-bentuk manifestasi
ketidak adilan gender akibat diskriminasi gender itu mencakup:
a. Marjinalisasi atau Peminggiran
Proses marjinalisasi atau pemiskinan yang merupakan proses,
sikap, perilaku masyarakat maupun kebijakan negara yang
berakibat pada penyisihan/ pemiskinan bagi perempuan atau laki-
laki.
Contoh-contohnya :
 Banyak pekerja perempuan kurang dipromosikan menjadi
kepala cabang atau kepala bagian dalam posisi birokrat.
Begitu pula politisi perempuan kurang mendapat porsi dan
pengkuan yang sama dibandingkan dengan politisi laki-
laki.
 Sebaliknya banyak lapangan pekerjaan yang menutup
pintu bagi laki-laki seperti industri garmen dan industri
rokok karena anggapan bahwa mereka kurang teliti
melakukan pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan
kesabaran.

7|Konsep Gender
b. Subordinasi
Proses subordinasi adalah suatu keyakinan bahwa satu jenis
kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan
jenis kelamin lainnya, sehingga ada jenis kelamin yang merasa
dinomorduakan atau kurang didengarkan suaranya, bahkan
cenderung dieksploitasi tenaganya sudah sejak dahulu ada
pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran permepuan
lebih rendah daripada laki-laki.
Contoh-contoh sub-ordinasi
 Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan
perempuan seperti “guru taman kanak-kanak’.’sekretaris”,
atau “perawat’, yang dinilai lebih rendah dibanding dengan
pekerjaan laki-laki seperti direktur, dosen diperguruan
tinggi, dokter, dan tentara. Hal tersebut berpengaruh pada
pembedaan gaji yang diterima oleh perempuan.

 Perempuan dipinggirkan dari beberapa jenis kegiatan baik


dibanding pertanian dan industri serta bidang tenaga kerja
yang lebih banyak dimiliki oleh laki-laki.

 Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa


yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan
diambil alih oleh mesin yang pada umumnya dikerjakan
oleh tenaga laki-laki.

 Apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar


atau hendak bepergian keluar negeri, ia harus mendapat izin
dari suami. Tetapi apabila suami yang akan pergi ia bisa
mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat izin
dari istri. Kondisi semacam itu telah menempatkan
perempuan pada posisi yang tidak penting sehingga jika

8|Konsep Gender
karena kemampuannya ia bisa menempati posisi penting
sebagai pimpinan, bawahannya yang berjenis laki-laki
seringkali merasa tertekan.

 Sebagai seorang laki-laki menjadi bawahan seorang


perempuan, maka pola pikir seorang laki-laki masih
memandang bos perempuan tadi sebagai mahluk lemah dan
lebih rendah. Sehingga laki bawahan merasa “kurang laki-
laki”. Inilah bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh
perempuan namun yang dampaknya mengenai laki-laki.

c. Pandangan Stereotipe
Stereotipe adalah suatu pelabelan yang sering kali bersifat
negatif secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu.
Stereotipe selalu melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi yang
bersumber dari pandangan gender.
Contoh-contoh Stereotipe
 Tugas dan fungsi serta peran perempuan hanya
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
kerumahtanggaan atau tugas domestik.
 Apabila laki-laki marah, maka dianggap tegas tetapi apabila
perempuan marah atau tersinggung dianggap emosional dan
tidak dapat menahan diri. Standar penilaian terhadap
perempuan dan laki-laki berbeda namun standar nilai
tersebut lebih banyak merugikan perempuan.
d. Kekerasan
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun
integritas mental psikologi seseorang. Oleh kaena itu kekerasan
tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan,
pemukulan, dan penyiksaan, tetepi juga yang bersifat non fisik
seperti pelecehan seksual, ancaman dan paksaan sehingga secara

9|Konsep Gender
emosional perempuan atau laki-laki yang mengalaminya akan
merasa terusik batinnya.
Contoh-contoh kekerasan(fisik maupun mental psikologis)
 Istri menghina / mencela kemampuan seksual atau kegagalan
karier suami.
 Perempuan dan anak-anak dijadikan sandera dalam suatu
konflik sosial /ethnis atau antar negara.
 Istri tidak boleh bekerja oleh suami setelah menikah.
 Istri tidak boleh mengikuti segala macam pelatihan dan
kesempatan –kesempatan meningkatkan SDMnya.
 Istri tidak boleh mengikuti kegiatan sosial diluar rumah.
 Suami membatasi uang belanja dan memonitor
pengeluarannya secara ketat.
 Orang tua memukul dan mengahajar anaknya.

e. Beban Ganda Bagi Perempuan


Beban ganda adalah peran dan tanggung jawab seseorang
dalam melakukan berbagai jenis kegiatan sehari-hari. Beban kerja
ganda yang sangat memberatkan seseorang adalah suatu bentu
diskriminasi dan ketidakadilan gender. Dalam suatu rumah tangga
pada umumnya, beberapa jenis kegiatan dilakukan oleh laki-laki,
dan beberapa yang lain dilakukan oleh perempuan. Beban ganda ini
seringkali dipandang dari sudut budaya sebagai bentuk pengabdian
dan pengornbanan yang mulia yang nanti di akherat mendapatkan
balasan yang setimpal.
Contoh-contoh beban kerja
 Berbagai observasi menunjukkan perempuan mengerjakan
hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga, sehingga
bagi mereka yang bekerja dilura rumah, selain bekerja
diwilayah publik mereka juga masih harus mengerjakan

10 | K o n s e p G e n d e r
pekerjaan domestik. Dengan demikian perempuan melakukan
beban ganda yang memberatkan (double burden).
 Seorang ibu dan anak perempuannya mempunyai tugas untuk
menyiapkan makanan dan menyediakannya diatas meja,
kemudian merapikan kembali sampai mencuci piring-piring
yang kotor.

B. Konsep Gender Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


1. Pengertian
Gender adalah konsep kesamaan kondisi laki-laki dan
perempuan dalam memperoleh hak-haknya sebagai manusia sesuai
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat.
Menurut Mentri Kesehatan untuk mengatasi masalah ketidak
adilan dan diskriminasi gender, perlu upaya yang responsif agar
semua memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap
perbedaan antara perempuan dan laki-laki di masyarakat. Gender
adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggungjawab
perempuan dan laki-laki akibat dari pengaruh social budaya di
masyarakat, yang dapat berubah dan dipertukarkan. Perbedaan yang
mendasar antara gender dan jenis kelamin adalah karakteristik
biologis-anatomis (khususnya system reproduksi dan hormonal),
diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh, yang menentukan
seseorang adalah laki-laki atau perempuan. Misalnya: karakteristik
fisiologi tubuh perempuan antara lain dapat mengalami haid, hamil,
melahirkan dan menyusui.
Sedangkan karakteristik fisiologi tubuh laki-laki antara lain
dapat menghasilkan sperma. Sebaliknya, gender mengacu kepada
perbedaan peran dan tanggung jawab social bagi perempuan dan laki-
laki yang dibentuk oleh budaya. Budayalah yang membentuk
karakteristik social bagi perempuan dan laki-laki.

11 | K o n s e p G e n d e r
2. Peran dan Relasi Gender
Peran dan relasi gender antara laki-laki dan perempuan
ditentukan oleh ideology atau kepercayaan tentang apa yang pantas
dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Perempuan dan laki-laki
diharapkan oleh budayanya mempunyai perbedaan karakteristik,
seperti: Anak laki-laki diharapkan gagah perkasa dan tidak boleh
menangis, sedangkan perempuan diharapkan menjadi lemah lembut
dan keibuan.
a) Bias Gender
Bias gender yaitu suatu keadaan yang menunjukkan adanya
keberpihakan kepada laki-laki daripada perempuan. Pembangunan
dikatakan bias gender manakala hasil daripada pembangunan
tersebut lebih memihak kepada laki-laki atau perempuan.
Contoh : Kasus Aborsi ilegal. Perempuan mengalami hukuman
karena tindakan aborsi sementara laki-laki yang menghamilinya
bebas dari tuntutan masyarakat dan produk hukum itu sendiri.

b) Netral Gender
Netral gender adalah suatu keadaan yang memandang tidak ada
perbedaan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan.
Contoh : pada saat penyusunan peraturan atau kebijakan
pembangunan menganggap kebutuhan, peluang, hambatan dan
akses antara laki-laki dan perempuan adalah sama sehingga tidak
membutuhkan perlakuan yang berbeda.

c) Responsif Gender
Responsif gender adalah suatu keadaan memberikan perhatian yang
konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara
perempuan dan laki-laki pada masyarakat yang diwujudkan dalam
sikap dan aksi untuk mengatasi ketidakadilan yang terjadi karena
perbedaan-perbedaan tersebut.

12 | K o n s e p G e n d e r
d) Ketimpangan gender
Ketimpangan gender terjadi bila ada ketidaksetaraan atau
diskriminasi antara kaum perempuan dan kaum laki-laki.
Ketidaksetaraan atau diskriminasi tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa bentuk tindakan, seperti :
1. Steriotipi
Menempatkan perempuan sebagai mahluk yang lemah, mahluk
yang perlu dilindungi, mahluk yang tidak penting, mahluk yang
tidak punya nilai ekonomi, orang rumahan, bukan pengambil
keputusan, dsb.

2. Subordinasi
Perempuan posisinya di bawah laki-laki, dan ada anggapan
perempuan itu emosional atau irasional sehingga perempuan
tidak cakap memimpin, tidak boleh mengambil keputusan,
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk bekerja atau
berproduksi, tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
pendidikan, dll.

3. Marginalisasi. Perempuan adalah mahluk yang terpinggirkan,


tidak diperhatikan atu diakomodasi dalam berbagai hal, yang
menyangkut kebutuhan, kepedulian, pengalaman. Perempuan
merupakan pihak yang dirugikan.

4. Violence. Kekerasan atau serangan yang dilakukan baik secara


fisik maupun integritas mental psikologis seseorang yang
dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya dialami
oleh perempuan. Bentuk dari kekerasan ini seperti
pemerkosaan, pemukulan, pelecehan seksual, penciptaan
ketergantungan, prostitusi, pornografi, pemaksaan sterilisasi
program keluarga berencana(KB);

13 | K o n s e p G e n d e r
5. Beban Majemuk. Perempuan bekerja lebih beragam daripada
laki-laki, dan lebih panjang waktu kerjanya, seperti fungsi
reproduktif, pengelola rumah tangga, dan bekerja di luar rumah.

6. Keadilan Gender (Gender Equity)Keadilan gender adalah


suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan
perempuan. Keadilan gender adalah medistribusikan manfaat
dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang
didasari atas pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan. Misalnya :
laki-laki adalah kepala dalam rumah tangga, sedangkan
perempuan adalah pengatur dalam rumah tangga. Perbedaan ini
perlu dikenali dan diperhatikan untuk dipakai sebagai dasar atas
perbedaan perilaku yang diterapkan bagi laki-laki dan
perempuan (WHO).

7. Kesetaraan Gender (Gender Equality) Kesetaraan adalah


kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
ekonomi, social budaya, pertahanan dan keamanan nasional
serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi perempuan
dan laki-laki dalam peluang, alokasi sumberdaya, manfaat dan
akses terhadap pelayanan kesehatan (WHO). Kesetaraan laki-
laki dan perempuan tercapai manakala terjadi kesetaraan dalam
kekuasaan dan pengaruh, kesetaraan dalam peluang dan
kebebasan untuk bekerja atau berusaha, kesetaraan dalam
tingkat (pendidikan, ambisi, internet, bakat dan kemampuan),
kesetaraan dalam berbagi tanggung jawab urusan rumah tangga

14 | K o n s e p G e n d e r
dan merawat anak, kesetaraan dalam bebas dari tekanan,
intimidasi, kekerasan terhadap perempuan di rumah maupun
ditempat kerja (UNFPA).

8. Pengarasutamaan Gender (PUG) Pengarasutamaan gender


adalah suatu proses penelaahan implementasi terhadap
perempuan dan laki-laki dari setiap kegiatan, program,
kebijakan, undang-undang di setiap bidang dan tingkat.
Pengasutamaan gender adalah suatu strategi untuk memasukkan
isu dan pengalaman perempuan dan laki-laki ke dalam suatu
dimensi yang integral dalam rancangan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi, kebijakan dan program dalam setiap
bidang, agar perempuan dan laki-laki mendapat manfaat yang
sama. Sasaran akhir pengarasutamaan gender adalah mencapai
kesetaraan gender.

Karakteristik pengarasutamaan gender :


1) Bertujuan mencapai kesetaraan gender dan
menghapuskan kesenjangan gender.
2) Adanya pertimbangan terhadap peran dan hubungan
gender serta dampak terhadap ketidaksetaraan gender.
3) Menggunakan strategi dan pendekatan yang tanggap
gender ke dalam kebijakan dan proses perencanaan
program pembangunan.

Tujuan pengarasutamaan gender: Tujuan pengarasutamaan


gender di bidang kesehatan adalah memastikan bahwa semua
kebijakan dan program kesehatan maupun menciptakan dan
memelihara kondisi kesehatan yang optimal baik untuk
perempuan maupun laki-laki dari semua kelompok umur, secara

15 | K o n s e p G e n d e r
adil dan setara dengan mengatasi berbagai hambatan yang
terkait gender.

Strategi pengarasutamaan gender :

a. Pengumpulan data kesehatan yang diuraikan menurut jenis


kelamin : laki-laki dan perempuan dengan memasukkan aspek
gender ke dalam pengumpulan data, antara lain melalui
sensus, survey nasional dan system informasi kesehatan,
diseminasi informasi spesifik gender, melaksanakan penelitian
yang menunjang.
b. Advokasi dan sensitisasi para penentu kebijakan dan
pengelola program, serta petugas kesehatan pada umumnya
dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman para
penentu kebijakan dan pengelola program, serta implikasinya
terhadap peran dan fungsi masing-masing di tiap tingkatan.
Mengembangkan materi dan media komunikasi untuk untuk
untuk advokasi dan sensititasi.
c. Pengarasutamaan gender ke dalam kebijakan dan program di
tiap tingkatan dengan melakukan analisis kebijakan dengan
pendekatan perspektif gender, memberikan perhatian khusus
pada hal-hal yang menunjukkan kesenjangan derajat atau
masalah kesehatan yang besar antara laki-laki dan perempuan.
Mencarikan upaya untuk mengurangai kesenjangan tersebut
melalui kebijakan, pengaturan alokasi biaya, modifikasi
program dan legalisasi.
d. Operasionalisasi pengarasutamaan gender melalui
pengembangan kapasitas pengelola program untuk mendesain
program berwawasan gender, memantau perkembangan
program berwawasan gender dan dampaknya terhadap

16 | K o n s e p G e n d e r
kesenjangan gender Mobilisasi sumber-sumber dan kemitraan
yang dilakukan dengan bekerjasama antara sektor terkait
untuk koordinasi/sinkronisasi upaya pengarasutamaan gender.
Bekerjasama dengan LSM, NGO, agen donor dan pihak lain.
Strategi tersebut dapat dikembangkan menjadi kegiatan yang
lebih rinci sesuai dengan kebutuhan.

C. Pengertian Gender Menurut Pandangan Islam


1. Pengertian Gender
Gender adalah pandangan atau keyakinan yang yang dibentuk
masyarakat tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan atau
laki-laki bertingkahlaku maupun berpikir. Islam telah memberi aturan
yang rinci berkenaan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam
menjalani kehidupan ini. Terdapat perbedaan dan persamaan yang
tidak bisa dipandang sebagai adanya kesetaraan atau ketidaksetaraan
gender. Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara adil,
kaum perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau
memperjuangkannya, sebagaimana dalam surat Al Ahzab : 35
Artinya : “Sungguh, Laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan
perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki yang menyebut
(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar.” Maksud dari ayat di atas, sebagai manusia kedua
pihak mempunyai hak dan kewajiban yang sama, pahala dan kebaikan
di hari akhir pun juga demikian.
2. Konsep Gender
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam menjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial dalam

17 | K o n s e p G e n d e r
masyarakat tidak ditemukan ayat Al Qur an dan hadits yang melarang
perempuan aktif di dalamnya. Sebaiknya Al Qur an dan hadits banyak
mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi.
Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada prinsip-prinsip yang
memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba
Tuhan yakni : Laki-laki dan perempuan akan mendapatkan penghargaan
dari Tuhan sesuai dengan pengabdiannya (An Nahl : 97).

3. Kesetaraan Gender Dalam Al Qur’an


Di dalam ayat-ayat Al Qur an maupun hadits nabi yang merupakan
sumber ajaran Islam terkandung nilai-nilai universal yang menjadi
petunjuk bagi kehidupan manusia dulu, kini dan yang akan datang.
Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kemanusiaan, keadilan,
kemerdekaan, kesetaraan dsb. Berkaitan dengan nilai keadilan dan
kesetaraan, Islam tidak pernah mentolerir adanya perbedaan dan
perlakuan diskriminasi di antara umat manusia. Berikut ini yang
diketahui mengenai kesetaraan gender dalam Al Qur an. Dalam Surat
Al Isra ayat 70 yakni bahwa Allah swt telah menciptakan manusia yaitu
laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang terbaik dalam kedudukan
yang paling terhormat.
Adapun dalil-dalil dalam Al Qur an yang mengatur dalam kesetaraan
gender adalah:
a. Tentang hakikat penciptaan laki-laki dan perempuan. Surat Ar
Ruum:21, surat An Nisaa:1, surat hujurat: 13 yang intinya berisi
bahwa Allah Swt telah menciptakan manusia berpasang-pasangan
yaitu laki-laki dan perempuan supaya mereka hidup tenang dan
tentram agar saling mencintai dan menyayangi serta kasih
mengasihi.
b. Tentang kedudukan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
Surat Al Imran :195, An Nisaa: 124, surat An Nahl : 97, Surat At
taubah : 71-72, Al Ahzab : 35. Ayat-ayat tersebut menunjukkan

18 | K o n s e p G e n d e r
kepada laki-laki dan perempuan untuk menegakkan nilai-nilai Islam
dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Kedudukan dan derajat
antara laki-laki dan perempuan di mata Allah Swt adalah sama yang
membuatnya tidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya.

4. Prinsip-prinsip Kesetaraan Gender


Adapun prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Al Qur an
yakni:
a. Perempuan dan laki-laki sama sebagai hamba Surat Adz
Dzariat:56, Laki-laki dan perempuan mempunyai potensi dan
peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal yakni
sebagai orang yang bertaqwa (mutaqqun).
b. Perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai khalifah di bumi
Dalam surat Al An am:165 dan Al Baqarah:30 artinya
perempuan dan laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai
khalifah yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tusgas
kekhalifahannya di bumi.
c. Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi
Surat Al Imran :195, An Nissa: 124, An Nahl : 97, merupakan
konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan
prestasi individual dalam bidang spiritual maupun karier
profesional yang tidak didominasi satu jenis kelamin saja.
Al Qur an tidak mengajarkan diskriminasi antara laki-laki
dan perempuan sebagai manusia. Di hadapan Allah Swt, laki-laki
dan perempuan mempunyai derajat dan kedudukan yang sama.
Oleh karena itu pandangan-pandangan yang banyak
menyudutkan kaum perempuan sudah selayaknya diubah, karena
Al Quran selalu menyerukan keadilan, keamanan dan
ketentraman, mengutamakan kebaikan dan mencegah kejahatan.

19 | K o n s e p G e n d e r
D. Keterkaitan Antara Gender dengan Kesehatan Reproduksi
Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial
budaya, serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan,
merupakan faktor penting yang berperan dalam mendukung atau
mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh
WHO dalam koferensi perempuan sedunia ke IV diBejing pada tahun
1995.
1. Jenis Kelamin, Gender, dan Kesehatan
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok
cenderung mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari
pada laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis.
Namun dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami
kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki. Walaupun faktoryang
melatar belakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial,
haltersebut menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya
perempuan kurang sehat dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap
paradoks ini berakar pada hubungan yang kompleks antara faktor
biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh terhadap
kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit
menyerang laki-laki dan perempuan pada usia yang berbeda,
misalnya penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia yang lebih tua
pada perempuan dibandingkan laki-laki.Beberapa penyakit, misalnya
animea, gangguan makakn dan gangguan pada ototserta tulang lebih
banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Berbagai
penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya
gangguan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks,
sementara ituhanya laki-laki yang terkena kanker prostat.Kapasitas
perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka
memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik

20 | K o n s e p G e n d e r
dalam keadaansakit maupun sehat. Perempuan memerlukan
kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan melahirkan dengan
selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan
kesejahteraan dirinya.
Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya seseorang dapat
meningkatkan resiko terhadap terjadinya beberapa penyakit,
sementara di sisi lain memberikan perlindungan terhadap penyakit
lainnya.
Perbedaan yang timbul dapat berupa keadaan sebagai berikut :
a. Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.
b. Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu
penyakit.
c. Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.
d. Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses
pelayanan kesehatan.
e. Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan
perempuan. Sebagai contoh, respon tetrhadap epidemi
HIV/AIDS dimulai dengan pemberian fokus pada kelompok
resiko tinggi,termasuk pekerja seks komersial.
Laki-laki dianjurkan untuk menjauhi pekerja seks komersial
atau memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih pada
perilaku resiko tinggi, yang kemudian menekankan pentingnya
laki-laki menggunakan kondom. Hal ini menghindari isu gender
dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak
menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya
oleh laki-laki.
Dimensi gender tersebut tidak dibahas, sampai pada saat
jumlah ibu rumah tangga biasa yang tertular penyakit menjadi
banyak. Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular

21 | K o n s e p G e n d e r
HIV/AIDS dianggap sebagai akibat dari ketidaktahuan dan
kurangnya akses terhadap informasi. Ketergantungan ekonomi
dan hubungan seksual yang dialkukan atas dasar pemaksaan.
Tejadinya tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan
gender.
Secara umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang
merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas,
dominasi,serta memaksakan kekuasaan dan kendalinyaterhadap
perempuan, seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah tangga
(domestik). Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering
disebut sebagai “kekerasan berbasis gender”.
1. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi Laki-
Laki Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak
terlalu tertarik untuk mempelajari kesehatan seksual dan
reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung
terbatas. Hal ini menyebabkan laki-laki kurang berminat
mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit,
misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS).

2. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi


Perempuan Menikah pada usia bagi perempuan berdampak
negtif terhadap kesehatannya. Namun menikah di usia muda
kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karena
ketidak berdayaannya (isu gender). Di beberapa tempat di
Indonesia, kawin muda dianggap sebagai takdir yang tak
bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan
kawin dan dengan siapa mereka akan menikah. Keputusan
pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah ataupun
keluarga laki-laki lainnya.

22 | K o n s e p G e n d e r
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gender Menurut depkes yaitu Gender berasal dari bahasa latin “genus”,
berarti tipe atau jenis. Gender merupakan ciri-ciri peran dan tanggung jawab
yang dibebankan pada perempuan dan laki-laki, yang ditentukan secara sosial
dan bukan berasal dari pemberian Tuhan atau kodrat.
Sedangkan menurut gender dalam kemenkes yaitu Gender adalah konsep
kesamaan kondisi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh hak-haknya
sebagai manusia sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat.
Menurut Mentri Kesehatan untuk mengatasi masalah ketidak adilan dan
diskriminasi gender, perlu upaya yang responsif agar semua memberikan
perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan antara perempuan
dan laki-laki di masyarakat.
Dan menurut pandangan islam gender yaitu Gender adalah pandangan
atau keyakinan yang yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana
seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkah laku maupun
berpikir. Islam telah memberi aturan yang rinci berkenaan dengan peran dan
fungsi masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. dan menurut
Keterkaitan Antara Gender dengan Kesehatan Reproduksi yaitu Pendekatan
gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta
hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor
penting yang berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan
seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh WHO dalam koferensi
perempuan sedunia ke IV diBejing pada tahun 1995.
B. Saran
1. Perlunya ada pemahaman lebih lanjut tentang keberadaan Gender serta
penempatannya.
2. Perlunya sosialisasi tentang Gender dan Kesehatan Reproduksi terhadap
masyarakat umum yang belum tahu,Harusnya ada sanksi yang tegas atas
kasus-kasus kekerasan rumah tangga yang mengatasnamakan Gender.

23 | K o n s e p G e n d e r
DAFTAR PUSAKA
1. Canadian International Development Agency (CIDA), 1997. “Guide to
Gender-sensitive Indicators.

2. Pusat Kajian Gender Wanita dan Gender Universitas Indonesia, Hak Asasi
Perempuan, Yayasan Obor, 2007, Jakarta,

3. Modul Pelatihan Pengarasutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG-BK)


Bagi Tenaga Kesehatan, Kemenkes RI, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan Balai Besar Pelatihan Kesehatan
Jakarta,2013.

4. Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Maghfirah


Pustaka, Jakarta.

5. M.Subkhi Ridlo (editor). 2007. Perempuan, Agama dan Demokrasi,


Lembaga Studi Islam dan Politik (LSIP), Cetakan I : Yogyakarta,

6. Blog: di akses pada tanggal 31 januari 2018


http://www.komnasperempuan.go.id/pengarusutamaan-gender-dalam-
kebijakan-pembangunan/

24 | K o n s e p G e n d e r

Anda mungkin juga menyukai