Anda di halaman 1dari 38

Kelompok 7

 Elvina Nite Frihardani


 Nela Nikmatul Jannah
 Nita Sugiharti
 Novia Fuji Lestari
 Nurmayanti

Tingkat 2 B DIII Keperawatan


Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir.

Ada dua jenis golongan bayi berat badan lahir rendah :


 Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan
kurangdari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai
dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan ( NKB – SMK ).
 Bayi small for gestational age (SGA)
Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa
kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis:
Simetris (intrauterus for gestational age), Asimetris
(intrauterus growth reterdation), Dismaturitas.
Etiologi
1. Komplikasi Obstetri 2. Komplikasi medis
 Multiple gestation
 Incompetence
 Pro (prematur rupture of  Diabetes maternal
membran) dan korionitis.  Hipertensi kronik
 Pregnancy induce hypertension  Infeksi traktus urinarius
(PIH).
 Plasenta Pravia
 Ada riwayat kelahiran prematur.

 Penyakit Hidramnion/polihidramnion,
 Usia ibu kehamilan ganda dan kelainan pada
 Keadaan sosial ekonomi: janin
 Kondisi ibu saat hamil
 Ibu yang merokok.

3. Faktor Ibu 4. Faktor janin


Manifestasi Klinis
1. Berat badan yang kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33
cm.
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
5. Kepala lebih besar dari tubuh.
6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan
amat sedikit.
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun – ubundan sutura lebar.
8. Genitalia immatur, labia minora belum tertutup dengan labia
mayora.
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga
elastisitas belum sempurna.
10. Pergerakan kurang dan lemah, pernapasan belum teratur, dan
sering mendapat serangan apnea.
11. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun, refleks menghisap
dan menelan belum sempurna.
BBLR terbagi menjadi 3 stadium, yaitu:

 Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit
longgar, kering seperti permen karet, namun belum
terdapat noda mkonium.
 Stadium II
Bila didapatkan tanda – tanda satdium I ditambah
warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikus
hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur
dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit,
umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterus.
 Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna
kuning, demikian pula kuku dan tali pusat.
Penyakit pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
 Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
 Pnemonia aspirasi
 Perdarahan intraventrikular
 Fibroplasia retinolental
 Hiperbilirubinemia karena kematangan
hepar
Komplikasi
 Sindrom aspirasi mekonium
 Hipoglikemi simptomatik, terutama pada
laki – laki
 Penyakit membran hialin
 Asfiksia neonatorum
 Hiperbilirubinemia
Penatalaksanaan
 Pastikan bayi terjaga tetap hangat, bungkus bayi
dengan kain lunak, kering, selimuti dan gunakan topi
untuk menhindari adanya kehilangan panas.
 Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24
jampertama guna mengetahui sindrom aspirasi
mekonium/ sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
 Pantau suhu disekitar bayi, jangan sampai bayi
kedinginan. Hal ini karena bayi BBLR mudah
hipertermia akibat luas dari pemukaan tubuh relatif
lebih besar dari lemak.
 Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
Lanjutan….
 Jika bayi haus, beri makanan dini (early
feeding), yang berguna untuk mencegah
hipoglikemia.
 Jika bayi sianosis atau sulit bernapas
(frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60
kali per menit, tarik dinding dada ke dalam dan
merintih), beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong.
 Cegah infeksi karena rentan akibat
pemindahan imonoglobulin G (IgG) dari ibu ke
janin terganggu.
 Periksa kadar gula darah setiap 8 – 12 jam.
Pengkajian
1. Riwayat kesehatan dahulu
 Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
 Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada
kehamilan sebelumnya, seperti infeksi/
perdarahan antepartum, imaturitas, dsb.
 Apakah ibu seorang perokok
 Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit
keturunan seperti keturunan kardiovaskuler.
4. Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi
 Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur
dalam batas normal (120 – 160 kali/menit)
 Murmur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktus arteriosus (PDA)
b. Pernafasan
 Mungkin dangkal, tidak teratur dan pernafasan
diagfragmatik intermiten atau periodik (40 – 60
kali/menit)
 Pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
atau substernal, juga derajat sianosis yang
mungkin ada
 Adanya bunyi ampela pada auskultasi,
menandakan sindrom distres pernah (RDS)
c. Neurosensorik
 Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar,
penonjolan karena ketidak adekuatan pertumbuhan tulang
yang mungkin terlihat
 Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung
cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis dan dagu
maju
 Tunus otot dapat tampak kencang dengan fleksi
eksternitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak
 Pelebaran tampilan mata
d. Makanan / cairan
 Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang
dan lingkar kepala
 Kulit kering pecah – pecah dan terkelupas dan tidak
adanya subkutan
 Penurunan masa otot khususnya pada pipi, bokong, dan
paha
 Ketidak stabilan metabolik dan hipoglikemi / hipokalsimea
e. Keamanan
 Suhu berfluktuasi dengan mudah
 Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
 Warna mekonium mungkin jelas pada jari
tangan dan dasar tali pusat dengan warna
kehijauan
 Menangis mungkin lemah
f. Seksualitas
 Labia minora wanita mungkin lebih besar dari
labia mayora dengan klitoris menonjol
 Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin
banyak atau tidak pada skrotum
Pemeriksaan diagnostik
 Jumlah darah lengkap
 Dektrosik
 Analisis gas darah (AGD)
 Elektrolit serum
 Bilirubin
 Urinalisis
 Jumlah trombosit
 EKG, EEG, USG, Angiografi
Diagnosa Keperawatan
 Tidak efektifnya pola pernafasan yang berhubungan dengan
imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan
otak, penurunan energi atau kelelahan, dan
ketidakseimbangan metabolik
 Resiko tinggi termoregulasi tidak efektif yang berhubungan
dengan saraf pusat (SSP) imatur (pusat regulasi residu,
penurunan rasio masa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak subkutan, ketidak mampuan merasakan
dingin atau berkeringat, cadangan metabolik).
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas
produksi enzim, otot abdominan lemah, dan refleks lemah
 Resiko tinggi kekurangan cairan yang berhubungan dengan
usia dan berat badan ekstrim (prematur kurang dari 2500
gram) kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis, kurang lapisan
lemak, ginjal imatur/kegagalan mengkonsentrasikan urin)
Asfiksia neonatorum merupakan suatu
keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
Pembagian asfiksia
1. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami
asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resutisasi
aktif dengan segera.
Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat
adalah :
 Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 kali permenit
 Tidak ada usaha nafas
 Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
 Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
 Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
 Terjadi kekurangan oksigen yang erlanjut sebelum atau sesudah
persalian
2. Asfiksia sedang ( nilai AFGAR 4-6 )
Tanda dan gejala :
 frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali
per menit
 usaha nafas lambat
 tonus otot biasanya dalam keadaan baik
 bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan
yang diberikan
 bayi tampak sianosis
 tidak terjadi kekurangan oksigen yang
bermakna selama proses persalinan.
3. Asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-10 )
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang
sering muncul adalah :
 Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali permenit
 Bayi tampak sianosis
 Adanya reaksi sela iga
 Bayi merintih (gruntig )
 Adanya pernafasan cuping hidung
 Bayi kurang aktivitas
 Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil
ronchi, rules, dan wheezing positif.
Penyebab Asfiksia
1. Pada janin, kegagalan pernafasan disebabkan oleh
beberapa hal berikut:
 Ganggguan sirkulasi dari ibu ke janin
 Faktor dari ibu selama kehamilan; Gangguan his,
adanya pendarahan pada plasenta previa dan
solusio plasenta, vasokonstriksi arterial, kasus
solusio plasenta yang dapat menyebabkan
gangguan pertukaran gas (oksigen dan zat asam
arang).
2. Menurut towel, asfiksia bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, yakni faktor ibu, plasenta, fetus, dan
neonatus.
Penatalaksanaan
1. Bersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir dan kassa steril
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan anti septik
3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk / kain kering yang
bersih dan hangat
4. Nilai status pernafasan. Lakulan hal-hal berikut bila ditemukan
tanda-tanda asfiksia
a. segara baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
penolong berdiri disisi kepala bayi dari sisi air ketuban
b. miringkan kepala bayi
c. bersihkan mulut dan kassa yang dibalut pada jari telunjuk
d. hisap caira dari mulut dan hidung
5. Lanjutkan menilai status pernafasan
Nilai status pernafasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya
dnegan menggososk punggung bayi ( melakukan rangsangan taktil
). Bila tidak ada perubahan segera berikan nafas buatan.
Beberapa definisi dari bayi dengan
hiperbilirubinemia.
 Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan
dengan hemolisis sel darah mereah dari
bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil.
 Akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam
darah yang ditandai dengan joundice pada kulit,
sklera mukosa, dan urine.
Pembagian ikterus yang dapat terjadi pada bayi
dengan hiperbilirubin:
1. Ikterus fisiologis
2. Ikterus patologis
Etiologi
 Produksi bilirubin yang berlebihan.
 Gangguan pengambilan dan
pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
 Gagalnya proses konjugasi dalam
mikrosom hepar.
 Gangguan dalam ekskresi.
 Peningkatan reabsorpsi pada sluran
cerna (siklus enterohepatik).
Manifestasi klinik
 Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat – alat
tubuh lainnya. Bila ditekan akan timbul kuning.
 Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan
keruh pada ikterus berat.
 Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada
ikterus berat.
 Bayi menjadi lesu.
 Bayi menjadi mala minum.
 Tanda – tanda klinis ikterus jarang muncul.
 Letargi.
 Tonus otot meningkat.
 Leher kaku.
 Opistotonus.
Pemeriksaan Penunjang
 Tes comb pada tali pusat bayi yang baru lahir
 Golongan darah bayi dan ibu
 Bilirubin total
 Protein serum total
 Hitung darah lengkap
 Glukosa
 Daya ikat karbondioksida
 Meter ikterik transkutan
 Jumlah retikulosit
 Sajian usap (smear) darah perifer
 Tes Betkle – Kleihaur
Komplikasi
 Ikterik ASI
 Kernik ikterus (bilirubin ensefalitis)
Tetanus adalah penyakit kekakuan otot
(spasme) yang disebabkan oleh eksotoksin
(tetanospasmin) dari organisme penyebab
penyakit tetanus dan bukan organismenya
sendiri.
Akibat penyakt ini, WHO memperkirakan
terjadi 500.000 kematian setiap tahunnya
dinegara berkembang. Sebagaian besar
kasus bayi dengan tetanus neonatorum
terjadi karna persalinan diluar rumah
sakit/oleh dukun bayi tradional.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh akteri Clostridium
tetani.
Pada lingkungan yang tidak kondusif bakteri dapat
membentuk spora yang tahan terhadap panas
termasuk perebusan (tetapi hancur pada pemanasan
dengan atoklaf), kekeringan, dan berbagai
desinfektan. Spora dapat bertahan hidup bertahun-
tahun dan berada dimana saja. Seperti tanah, debu,
serbuk anti septik, bahkan pada perwatan operasi.
Bakteri hidup dalam habitat utamanya yaitu tanah
yang mengandung kotoran ternak kuda, dan hewan
lainya sehingga daerah pertenkan atau pertanian
berresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit
Penularan
Tetanus masuk kedalam tubuh manusia biasanya melalui
luka yang dalam dengan suasana unaerob (tanpa oksigen), sebagai
akibat dari :
 Kecelakaan
 Luka tusuk
 Luka operasi
 Karies gigi
 Radang telinga tengah
 Pemotongan tali pusat
Kebiasaan beberapa daerah untuk memberi ramuan atau
daun-daun tertentu pada tali pusat setelah pemotongan, selain
karena pemotongannya sendiri yang tidak sterl merupakan
penyebab tersering masuknya spora yang meneyebabkan tetanus
neonatorum. Diperkiraan sekitar 90% kasus tatanus neonatorum
disebabkan karena persainan oleh tenaga nonmedis.
Tanda dan Gejala
 Gejala awal yang muncul adalah kekakuan
otot rahang . Kekakuan ini pada neonatus
sering menyulitkan saat menyusui karena
mulut bayi mencucu seperti mulut ikan.
 Sulit menelan
 Gelisah
 Mudah terkena rangsaangan
 Kekakuan otot wajah
 Kekakuan otot tubuh
 Kekakuan otot perut
 Kejang- kejang
Pengobatan
 Pemberian antibiotik
 Pemberian antikejang
 Perawata luka atau penyakit penyebab
infeksi
 Pemberian antitetanus serum (ATS)
Pencegahan
 Imunisasi aktif
 Perawatan luka, dengan diberikan H2O2
 Persalinan yang bersih
WASSALAMUALAIKUM…

Anda mungkin juga menyukai