discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319390112
CITATIONS READS
0 109
3 authors, including:
Febby J Polnaya
Pattimura University
24 PUBLICATIONS 29 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN KINERJA WIRAUSAHA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK PANGAN LOKAL SAGU DAN UBI
KAYU UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEBERLANJUTAN AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA
PANGAN DI PROVINSI MALUKU View project
IbM Kelompok Tani Budidaya Tanaman Sayuran Organik Mendukung Biosecurity di Dusun Telaga
Kodok View project
All content following this page was uploaded by Febby J Polnaya on 05 September 2017.
ABSTRACT
The ob jective of this study was to characterize the properties of Heat Moisture treatment (HMT)
modified ihur sago starch with different moisture contents. The starch was modified with HMT at 110°C
after b eing adjusted to various moisture contents (23, 28, or 33%) for 4 h. The physico -chemical and
functional properties of the native and modified HMT Ihur sago starch ob served were color, swelling
power, solub ility, paste clarity, moisture content, ash content, amylose content, phenol content, and
resistant starch (RS) content. Results of this study showed that the HMT starch has a higher degree of
lightness (L*), redness (a*), and yellowness (b *), solub ility (4.85 -5.38%) b ut lower swelling power (44.06-
47.47 g/g) than the native starch which has a solub ility and swelling power of 4.90% and 50.72 g/g,
respectively. Paste clarity was found to decrease along the storage period. In addition, higher moisture
content (11.81-13.20%), b ut lower amylose (14.81-23.52%), phenol (2.50-4.04%), and RS (5.4-6.1%)
content were ob served than the native starch with amylose, phenol, and RS content of 27.18, 7.91, and
6.5%, respectively.
Keywords: heat moisture treatment, ihur sago starch, pysico-chemical properties, resistant starch
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengkarakteristik pati sagu ihur modifikasi Heat Moisture Treatment (HMT)
dengan kadar air yang berbeda. Pati dimodifikasi dengan HMT pada 110°C setelah diatur variasi kadar air
(23, 28, atau 33%) selama 4 jam. Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisiko-kimia dan fungsional pati
sagu alami dan HMT seperti warna, kemampuan menggelembung, daya larut, kejernihan pasta, kadar air,
kadar abu, kadar amilosa, kadar fenol, dan kadar pati resisten (RS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
warna pati sagu alami memiliki nilai L*, a*, dan b * yang lebih tinggi dibandingkan dengan pati HMT,
kemampuan menggelembung pati HMT (44,06–47,47 g/g) lebih rendah dibandingkan pati alami (50,72
g/g), daya larut pati HMT (4,85-5,38%) relatif lebih rendah dari pati alami (4,90%), kejernihan pasta pati
HMT mengalami penurunan nilai selama proses penyimpanan, kadar air pati HMT (11,81- 13,20%) lebih
tinggi dari pati alami, kadar amilosa pati HMT (14,81-23,52%) lebih rendah dari pati alami (27,18%), kadar
fenol pati HMT (2,50-4,04%) lebih rendah dari pati alami (7,91%), dan kadar RS HMT (5,4 -6,1%) lebih
rendah dibanding pati alami (6,5%).
Kata kunci: heat moisture treatment, pati resisten, pati sagu ihur, sifat-sifat fisiko-kimia
70
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
metode modifikasi pati menghasilkan pati termo- zewski et al., 2003), kadar air (AOAC, 2007), kadar
difikasi dengan sifat fisiko-kimia yang berbeda– abu (AOAC, 2007), kadar amilosa (AOAC, 1984),
beda. Salah satu teknik modifikasi fisik pati yang kadar fenol (Rodriguez-Carpena et al., 2011), dan
dapat digunakan yaitu modifikasi heat moisture kadar RS (AOAC, 2007).
treatment (HMT).
Modifikasi pati HMT dilaporkan dapat memper- Modifikasi HMT pati sagu
baiki karakteristik profil gelatinisasi pati, lebih stabil Pati sagu ihur hasil ekstraksi petani dibersihkan
terhadap proses pemanasan, perlakuan mekanis, di laboratorium. Pati sagu kemudian disimpan di
dan tingkat keasaman dengan meningkatkan suhu dalam wadah plastik high-density polyethylene
gelatinisasi dan menurunkan kapasitas menggelem- (HDPE) sampai dengan saat digunakan untuk
bung granula (Pranoto et al., 2014). Modifikasi HMT dimodifikasi ataupun dianalisis. Modifikasi pati sagu
dilakukan dengan kadar air terbatas (kurang dari ihur dengan teknik HMT mengacu pada metode
35% air) dipanaskan pada kondisi di atas suhu Collado dan Corke (1999). Pati sagu yang sudah
transisi glas tetapi masih di bawah suhu gelatinisasi- diketahui kadar air awalnya ditimbang sebanyak 200
nya selama periode waktu tertentu. HMT menyebab- g, kemudian diatur kadar airnya dengan disemprot
kan perubahan konformasi molekul pati dan meng- akuades sampai mencapai kadar air sesuai dengan
hasilkan struktur kristalin yang lebih resisten ter- perlakuan (23, 28 atau 33%). Jumlah akuades
hadap proses gelatinisasi (Pukkahuta dan Varavinit, ditentukan berdasarkan perhitungan kesetimbangan
2007). masa. Pati sagu yang telah ditentukan kadar airnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa modi- diekuilibrasi pada suhu 4°C selama 12 jam. Pati
fikasi HMT dapat memengaruhi karakteristik sifat sagu dipanaskan dalam wadah stainless steel ter-
fisiko-kimia shorgum, pati resisten (resistant starch, tutup dengan menggunakan oven konveksi (Mem-
RS) kacang hijau, pati beras, dan pati ubi kayu (Li et mert, Germany) pada suhu 110°C selama 4 jam.
al., 2011; Puncha-arnon dan Uttapap, 2013). Modi- Selama perlakuan pemanasan, dilakukan penga-
fikasi HMT memengaruhi sifat daya larut dan dukan pati secara periodik setiap jam. Untuk
kemampuan menggelembung dari pati sorgum menurunkan kadar air, pati sagu HMT kemudian
(Olayinka et al., 2008). Intensitas perubahan dipe- dikeringkan dengan suhu 50°C selama 4 jam. Pati
ngaruhi oleh kondisi pati dan kondisi proses seperti sagu HMT dihaluskan dan diayak kembali sehingga
kadar air, suhu, dan waktu (Syamsir et al., 2012). diperoleh pati yang lolos ayakan 60 mesh. Pati sagu
Sudah dilaporkan modifikasi HMT pati sagu dengan HMT selanjutnya disimpan dalam wadah plastik
mengatur kadar air awal 25% (Purwani et al., 2006) HDPE.
dan kadar air awal 20% (Pukkahuta dan Varavinit,
2007), namun belum ada publikasi tentang modi- Analisis kadar air
fikasi HMT pada pati sagu ihur dengan perlakuan Analisis kadar air mengacu pada AOAC (1984).
kadar air awal yang berbeda. Sebanyak 1 g sampel pati dimasukkan dalam botol
Tujuan penelitian ini untuk mengkarakteristik timbang yang telah diketahui beratnya. Sampel di-
pati sagu ihur modifikasi HMT dengan pengaturan panaskan dalam oven (Memmert, Germany) pada
kadar air awal berbeda, meliputi warna, kemampuan suhu 105°C sampai didapat berat tetap. Kadar air
menggelembung, daya larut, kejernihan pasta, kadar sampel didasarkan pada perbedaan berat sampel
air, kadar abu, amilosa, fenol dan kadar RS. sebelum dan sesudah dikeringkan.
71
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
itu ditambahkan 1 mL etanol 95% (Sigma-Aldrich, didinginkan hingga suhu 30°C, kemudian disimpan
o
Germany) dan 9 mL NaOH 1 M (Merck, Germany) pada suhu 4 C selama 96 jam dan setiap 24 jam
lalu dihomogenkan dengan divortex. Campuran di- dilakukan pengukuran kejernihan pasta didasarkan
panaskan dalam penangas air mendidih selama 10 nilai transmitansi (%T). Transmitansi diukur dengan
menit, kemudian diencerkan hingga 100 mL. Se- spektrofotometer UV-Vis pada 650 nm. Sebagai
banyak 5 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam blanko digunakan akuades.
labu takar 100 mL dan ditambahkan dengan 1 mL
larutan asam asetat 1 N (Merck, Germany) dan 2 Analisis kadar fenol
mL larutan Iod 0,01 N (Merck, Germany), dan akua- Analisis kadar fenol mengacu pada metode
des sampai batas tera. Larutan dipanaskan dengan yang dikemukakan oleh (Rodriguez-Carpena et al.,
penangas air pada suhu 30°C selama 20 menit. 2011). Pati sebanyak 0,5 g diekstrak dalam 5 mL
Intensitas warna biru yang terbentuk diukur absor- pelarut methanol. Selanjutnya diambil ekstrak se-
bansinya dengan UV-Vis spektrofotometer (Genesys banyak ±0,2 mL dan ditambahkan 1 mL reagen
10 S, China) pada 620 nm. Absorbansi yang folinciocalteu (Merck, Germany) (pengenceran 1:10,
diperoleh diplotkan pada kurva standar dan kadar v/v). Kemudian tambahkan 0,8 mL sodium carbonat
amilosa dihitung berdasarkan hubungan absorbansi 7,5% (b/v) (Merck, Germany), selanjutnya di vorteks.
sampel dengan kurva standar. Ekstrak dibiarkan di ruang gelap selama 30 menit
dan diukur absorbansinya pada 725 nm. Kurva
Analisis warna standar dibuat menggunakan asam galat (Sigma-
Analisis warna dilakukan dengan mengguna- Aldrich, USA) (gallic acidequivalent) dengan konsen-
kan Chromameter CR 300 Minolta (Japan). Uji trasi 0; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dan 0,1 mg/mL.
dialkukan dengan sistem warna Hunter L*, a*, b*.
Chromameter terlebih dahulu dikalibrasi dengan Analisis kadar pati resisten
standar warna putih yang terdapat pada alat ter- Analisis kadar pati resisten mengacu pada
sebut. metode AOAC (2007). Sampel sebanyak 1 g disus-
pensikan dalam 50 mL larutan buffer fosfat 0,08 M
Analisis kemampuan menggelembung dan daya (Merck, Germany), pH 5,5. Kemudian diinkubasi
larut pati pada suhu 100°C sampai tergelatinisasi. Sampel
Analisis kemampuan menggelembung dan da- didinginkan pada suhu kamar (27°C) sampai suhu
ya larut pati mengacu pada metode yang dikemu- larutan mencapai 65°C. Setelah itu, sampel di-
kakan oleh Adebowale et al. (2009). Pati dilarutkan tambah dengan 10 µL enz m α-amilase (Megazyme,
dalam air akuades (1%, b/v) dalam tabung reaksi USA) dan diinkubasi pada suhu 65°C selama 30
yang telah diketahui beratnya (W 1). Kemudian di- menit. Setelah diinkubasi, suspensi ditambahkan
panaskan pada penangas air (Memmert, Germany) HCl 1 N (Merck, Germany), sampai tercapai pH 4,5.
pada suhu 95°C selama 30 menit, lalu didinginkan Pada pH tersebut, ditambahkan 20 µL campuran
o
hingga suhu kamar (27 C). Selanjutnya suspensi enzim amilo-glukosidase (Megazyme, USA) dan
pati dipisahkan dengan sentrifugasi (Hermle, Ger- diinkubasikan pada suhu 60°C selama 60 menit.
many) pada 5000 rpm selama 15 menit, sehingga Sampel diambil 10 µL dan ditambah 1 mL glukosa
terpisah residu dan supernatan. Residu hasil sen- oksidase FS berasal dari Diagnostic System Inter-
trifugasi kemudian ditimbang (W 2). Kemampuan nantional (Holzhein, Germany). Sampel diinkubasi
menggelembung pati (berdasarkan berat kering) selama 20 menit pada suhu 20-25°C. Peneraan
ditentukan sebagai berikut: dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada 500 nm. Kadar RS (%) dihitung
em mp n enggelem ng berdasarkan formula sebagai berikut:
e p
72
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN warna pati tersebut, dapat disebabkan karena reaksi
pencoklatan pada saat pemanasan, terutama di-
Warna pati pengaruhi oleh komponen non karbohidrat (polifeno-
Nilai L*, a*, dan b* untuk pati sagu ihur alami loksidase). Kadar air awal pati HMT yang semakin
berturut-turut adalah sebesar 80,76; 8,62; dan 17,91 tinggi memudahkan terjadinya reaksi tersebut pada
(Tabel 1), berbeda jika dibandingkan dengan pene- saat pemanasan dilakukan.
litian Polnaya et al. (2009) yaitu 64,67; 5,62; dan
1,87. Perbedaan nilai warna dapat disebabkan Kemampuan menggelembung dan daya larut
karena perbedaan sumber pati ihur atau proses pati
pengolahan pati. Kemampuan menggelembung pati sagu ihur
sebesar 50,73 g/g, lebih rendah jika dibandingkan
Tabel 1. Karakteristik sifat warna pati sagu ihur dengan penelitian Polnaya et al. (2009) sebesar
alami dan hmt 77,78 g/g. Hal ini dapat disebabkan karena per-
Kecerahan Kemerahan Kekuningan bedaan sumber pati ihur yang digunakan dalam
Perlakuan
(L*) (a*) (b *) penelitian ini. Kemampuan menggelembung pati
Pati alami 80,76±0,78 a 8,62±0,15 a 17,91±0,85a sagu HMT (44,06-47,40 g/g) lebih rendah dibanding-
HMT23 80,29±0,63 a 5,26±0,25 b 14,54±1,38b kan pati alaminya. Namun demikian, hanya HMT33
HMT28 79,44±0,52 ab 4,70±0,62 b 14,45±1,38b menghasilkan kemampuan menggelembung teren-
HMT33 78,62±0,21 b 4,45±0,44 b 14,38±1,35b dah dan berbeda nyata dengan pati alaminya (Tabel
Keterangan: HMT = Heat Moisture Treatment; ab nilai yang 2). Penurunan kemampuan menggelembung pati
diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang akibat HMT dilaporkan pada pati jagung (Malumba
sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata et al., 2010; Sun et al., 2015), dan sorghum
ed k n j T key p d fα 5 (Olayinka et al., 2008). Penurunan kemampuan
menggelembung pati akibat HMT disebabkan
Warna kemerahan pada pati sagu ihur disebab- karena terjadinya perubahan struktur granula pati
kan karena reaksi pencoklatan yang dikatalisis oleh yaitu perubahan interaksi antara matriks amorf dan
enzim polifenoloksidase. Reaksi tersebut berlang- kristalit. Modifikasi HMT dapat menyebabkan mole-
sung apabila sel mengalami perusakan sehingga kul amilosa yang terletak pada daerah amorf ber-
fenolik indigenous teroksidasi dan menghasilkan interaksi dengan percabangan dari molekul amilo-
warna kemerahan (Mayer, 1986). Seperti juga yang pektin. Seperti juga yang dikemukakan oleh
dikemukakan oleh Purwani et al. (2006), bahwa Jiranuntakul et al. (2011) bahwa perlakuan HMT
warna kemerahan pati sagu ihur ditentukan oleh se- dapat memengaruhi sifat-sifat kristalinitas pati.
nyawa fenolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peningkatan kadar air awal pati HMT menyebabkan
pati sagu ihur mengandung fenolik indigenous se- perubahan struktur granula pati lebih lanjut sehingga
besar 7,91% dan lebih tinggi dibandingkan hasil menurunkan kemampuan menggelembung pati.
penelitian Lang et al. (2006) yaitu sebesar <1%. Per- Tingginya kadar air pati memudahkan mobilisasi
bedaan kadar total fenol dapat disebabkan karena molekul heliks ganda, meningkatkan interaksi inter-
perbedaan sumber pati ihur, proses pengolahan pati dan intra-molekuler granula melalui ikatan hidrogen.
atau metode analisisnya. Daya larut pati sagu ihur adalah sebesar
Meningkatnya perlakuan kadar air awal pati 4,86%, lebih rendah jika dibandingkan dengan pene-
HMT menyebabkan menurunnya nilai warna pati litian Polnaya et al. (2009) sebesar 10,11%. Hal ini
HMT (Tabel 1). Namun demikian, nilai kecerahan dapat disebabkan karena perbedaan sumber pati
(L*) pati alami tidak berbeda nyata dengan pati ihur yang digunakan dalam penelitian ini. Daya larut
HMT23 dan HMT28, sedangkan nilai kemerahan (a*) pati HMT berkisar antara 4,85-5,38%, relatif lebih
dan kekuningan (b*) pati alami berbeda nyata tinggi dibandingkan pati alaminya (Tabel 2).
dengan pati HMT. Menurunnya nilai kecerahan pati
Tabel 2. Karakteristik sifat fisiko-kimia pati sagu ihur alami dan hmt
Kemampuan
Daya Larut Kadar Air Kadar Abu Amilosa Kadar Fenol Kadar RS
Perlakuan Menggelembung
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
(g/g)
a ab b a a
Pati alami 50,73±2,90 4,86±0,18 11,57±0,58 0,05±0,04 27,18±0,04 7,91±1,12 6,50±0,72 a
ab b ab ab ab
HMT23 47,40±0,86 4,85±0,09 11,81±0,46 0,03±0,02 22,52±3,23 5,40±1,42 6,10±1,21 ab
HMT28 46,59±0,90 ab 5,35±0,21 ab 12,13±0,60 ab 0,02±0,02 20,94±4,35 ab 4,04±1,93 b 5,70±1,23 ab
b a a b b b
HMT33 44,06±1,54 5,38±0,20 13,21±0,67 0,03±0,02 14,20±4,30 2,50±1,31 5,40±1,51
ab
Keterangan: HMT = Heat Moisture Treatment; RS = Resistant Starch; nilai yang diikuti dengan huruf yang sama pada
kolom y ng m men nj kk n d k d pe ed n ny ed k n j T key p d fα 5
73
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
Pati HMT33 menunjukkan daya larut tertinggi menjadi opak dan menurunkan nilai transmitan pati
dan berbeda nyata dengan pati HMT23. Kecen- HMT. Rahmayuni (2009) mengemukakan bahwa
derungan meningkatnya daya larut pati HMT seiring dengan berubahnya susunan ikatan molekul menye-
dengan meningkatnya kadar air awal, menunjukkan babkan pati ubi jalar HMT lebih mudah mengalami
melemahnya ikatan intermolekul pati. Kadar air awal retrogradasi dibandingkan pati alaminya.
yang tinggi, dapat menyebabkan lebih mudahnya Sifat fisik warna pati menunjukkan kecende-
reformasi struktur amilosa dan amilopektin, se- rungan yang sama dengan sifat fisik kejernihan
hingga menyebabkan pati HMT33 lebih mudah larut pasta pati. Hasil penelitian Polnaya et al. (2009) juga
dibandingkan perlakuan lainnya. Haryani et al. menunjukkan bahwa warna pati yang ditunjukkan
(2015) mengemukakan bahwa pengaturan kadar air oleh nilai L* lebih tinggi, menghasilkan pati dengan
pada saat memodifikasi pati menggunakan HMT tingkat kejernihan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dapat menyebabkan reformasi struktur amilosa dan dengan pati yang nilai L* lebih rendah.
amilopektin, sehingga granula pati lebih mudah
menyerap air dan cenderung meningkatkan sifat 60
kelarutan pati HMT sorghum.
74
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
75
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
fenol dan kadar pati resisten. Perlakuan modifikasi Haryani K, Hadiyanto, Hargono NA, Handayani.
HMT juga meningkatkan daya larut pati dan kadar 2015. Sifat Fisikokimia Pati Sorghum Varietas
air. Merah dan Putih Termodifikasi Heat Moisture
Treatment (HMT) untuk produk Bihun Ber-
kualitas. Prosiding Seminar Nasional Teknik
DAFTAR PUSTAKA m “ ej ng n”: Pengem ng n Teknolog
Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Andrade MMPA, de Oliveira CS, Colman TAD, da Indonesia. Yogyakarta, 18 Maret 2015.
Costa FJOG, Schnitzler E. 2014. Effects of heat-
moisture treatment on organic cassava starch. J Hoover R, Manuel. H. 1996. Effect of heat-moisture
treatment on the structure and physicochemical
Therm Anal Calorim 115: 2115-2122. DOI: 10.10
07/s10973-013-3159-3. properties of legume starches. Food Res Int 29:
731-750. DOI: 10.1016/S0963-9969(97)86873-
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1.
1984. Official Methods of Analysis of The
Association of Official Analytical Chemists. 14
th Jiranuntakul W, Puttanlek C, Rungsardthong V,
Ed. AOAC Inc. Arlington, Virginia. Puncha-arnon S, Uttapap D. 2011. Microstruc-
tural and physicochemical properties of heat-
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. moisture treated waxy and normal starches. J
2007. Official Methods of Analysis of The Asso- Food Eng 104: 246-258. DOI: 10.1016/j.jfood
th
ciation of Official Analytical Chemists, 18 Ed. eng.2010.12.016.
Washington DC.
Kim JY, Huber KC. 2013. Heat moisture treatment
Adebowale KO, Henle T, Schwarzenbolz U, Doert T. under mildly acidic conditions alters potato
. od fic on nd p ope e of Af c n y m starch physicochemical properties and digestibi-
bean (Sphenostylis stenocarpa Hochst. Ex A. lity. Carbohyd Polym 98: 1245-1255. DOI: 10.10
Rich.) Harms starch I: Heat moisture treatments 16/j.carbpol.2013.07.013.
and annealing. Food Hydrocolloid 23: 1947–
Lang ATP, Mohamed AMD, Karim AA. 2006. Sago
1957. DOI: 10.1016/j.foodhyd.2009.01.002.
starch and composition of associated compo-
Balasubramanian S, Sharma R, Kaur J, Bhardawaj nents in palms of different growth stages.
N. 2014. Characterization of modified pearl Carbohyd Polym 63: 283-286. DOI: 10.1016/j.
millet (Pennisetum typhoides) starch. J Food Sci carbpol.2005.08.061.
Technol 51: 294-300. DOI: 10.1007/s13197-011-
0490-1. Li S, Ward R, Gao Q. 2011. Effect of heat-moisture
treatment on the formation and physicochemical
Chung HJ, Hoover R, Liu Q. 2009. The impact of properties of resistant starch from mung bean
single and dual hydrothermal modifications on (Phaseolus radiatus) starch. Food Hydrocolloid
the molecular structure and physicochemical 25: 1702-1709. DOI: 10.1016/j.foodhyd.2011.03.
properties of normal corn starch. Int J Biol 009.
Macromol 44: 203-210. DOI: 10.1016/j.ijbiomac.
2008.12.007. Malumba P, Janas S, Roiseux O, Sinnaeve G,
Masimango T, Sindic M, Deroanne C, Bera F.
Collado LS, Corke H. 1999. Heat moisture treatment 2010. Comparative study of the effect of drying
effects on sweet potato starches differing in temperatures and heat-moisture treatment on
amylose content. Food Chem 65: 339-346. DOI: the physicochemical and functional properties of
10.1016/S0308-8146(98)00228-3. corn starch. Carbohyd Polym 79: 633-641. DOI:
Fares C, Codianni P, Nugro F, Platani C, Scazzina 10.1016/j.carbpol.2009.09.013.
F, Pellegrini N. 2008. Processing and cooking Mayer AM. 1986. Polyphenol oxidases in plants
effects on chemical, nutritional and functional recent progress. Phytochem 26: 11-20. DOI:
properties of pasta obtained from selected 10.1016/S0031-9422(00)81472-7.
emmer genotypes. J Sci Food Agr 88: 2435-
Nadir AS, Helmy IMF, Nahed M, Abdelmaguid,
2444. DOI: 10.1002/jsfa.3350.
Wafaa MM, Abozeid, Ramadan MT. 2015. Mo-
Gunaratne A, Hoover R. 2002. Effect of heat-mois- dification of potato starch by some different
ture treatment on the structure, and physic- physical methods and utilization in cookies
chemical properties of tuber and root starches. production. Int J Curr Microbiol App Sci 4: 556-
Carbohydr Polym 49: 425-437. DOI: 10.1016/S0 569.
144-8617(01)00354-X.
Olayinka OO, Adebowale KO, Owolubi BIO. 2008.
Gunorubon AJ, Kekpugile DK. 2012. Modification of Effect of heat moisture treatment on physicoc-
cassava starch for industrial uses. Int J Eng hemical properties of white sorghum starch.
Technol 2: 913-919. Food Hydrocolloid 22: 225-230. DOI: 10.10
16/j.foodhyd.2006.11.004.
76
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.70 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 70-77 Th. 2017
Polnaya FJ, Talahatu J, Haryadi, Marseno DW. Singh H, Chang HY, Lin HJ, Singh N, Singh N.
2009. Karakterisasi tiga jenis pati sagu 2011. Influence of heat-moisture treatment and
(Metroxylon sp.) hidroksipropil. Agritech 29: 87- annealing on functional properties of sorghum
95. DOI: 10.22146/agritech.9768. starch. Food Res Int 44: 2949-2954. DOI: 10.10
Pranoto Y, Rahmayuni, Haryadi, Rakshit SK. 2014. 16/j.foodres.2011.07.005.
Physicochemical properties of heat moisture Sun Q, Zhu Z, Si F, Xiong L. 2015. Effect of acid
treated sweet potato starches of selected Indo- hydrolysis combined with heat moisture treat-
nesian varieties. Int Food Res J 21: 2031-2038. ment on structure and physicochemical proper-
Pukkahuta C, Varavinit S. 2007. Structural transfor- ties of corn starch. Food Sci Technol 52: 375-
mation of sago starch by heat-moisture and 382. DOI: 10.1007/s13197-013-0998-7.
osmotic-pressure treatment. Starch-starke 59: Syamsir E, Hariyadi P, Fardiaz D, Andarwulan N,
624-631. DOI: 10.1002/star.200700637. Kusnandar F. 2012. Pengaruh proses heat-
Puncha-arnon S, Uttapap D. 2013. Rice starch vs. moisture treatment (HMT) terhadap karakteristik
rice flour: Differences in their properties when fisikokimia pati. J Teknol Industri Pangan 23:
modified by heat–moisture. Carbohyd Polym 91: 100-106.
85-91. DOI: 10.1016/j.carbpol.2012.08.006. Waliszewski, KN, Aparicio, MA, Bello, LA, Monroy,
Purwani YE, Widaningrum, Thahir R, Muslich. 2006. JA. 2003. Changes of banana starch by chemi-
Effect of heat moisture treatment of sago starch cal and physical modification. Carbohyd Polym
on its noodle quality. Indonesian J Agric Sci 52: 237–242. DOI: 10.1016/S0144-8617(02)00
Indonesian 7: 8-14. 270-9.
Rahmayuni. 2009. Perbaikan Karakteristik Pati Ubi Yadav SB, Guleria P, Yadav BR. 2013. Hydro-
Jalar dengan Heat Moisture Treatment untuk thermal modification of indian water chesnut:
Pembuatan Starch Noodle. [Tesis]. Fakultas Influence of heat-moisture treatment and an-
Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada nealing on the physicochemical, gelatinization
Yogyakarta. and pasting characteristics. LWT-Food Sci
Technol 53: 211-217. DOI: 10.1016/j.lwt.2013.
Rodríguez-Carpena JG, Morcuende D, Andrade MJ,
02.007.
Kylli P, Estévez M. 2011. Avocado (Persea
americana Mill.) phenolics, in vitro antioxidant Zavareze RDE, Storck RC, Castro de SAL,
and antimicrobial activities, and inhibition of lipid Schirmer, AM, Dias, GRA. 2010. Effect of heat-
and protein oxidation in porcine patties. J Agr moisture treatment on rice starch of varying
Food Chem 59: 5625-5635. DOI: 10.1021/jf1048 amylose content. Food Chem 121: 358-365.
832. DOI: 10.1016/j.foodchem.2009.12.036.
77