Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Peran perawat adalah untuk membantu individu, sakit atau sehat, dalam
kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan pemulihannya, atau pada
kematian yang tenang. Definisi ini mencakup kompleksitas dari keperawatan.
Ketika diberi tanggung jawab untuk membantu individu dalam mencapai kembali
atau meningkatkan kesehatannya,perawat harus mampu untuk berpikir secara
kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang
terbaik untuk kebutuhan pasien.

Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu


untuk menginterpretasi dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
Kemampuan untuk berpikir secara kritis, menerapkan pengetahuan dan
pengalaman, pemecahan masalah dan membuat keputusan adalah inti dari praktik
keperawatan.

Klien datang dengan berbagai variasi pengalaman, gejala, penyakit medis


yang diketahui, perilaku, nilai perspektif sosial ketika mereka berhubungan
dengan pemberi perawatan kesehatan. pada adanya variasi tersebut, tanggung
jawab perawat adalah membuat pengamatan yang relevan mengenai klien ;
menelaah ide-ide, konklusi, asumsi, dan prinsip; mengenali masalah kesehatan;
dan mengembangkan pendekatan terhadap perawtan yang menghilangkan atau
mengurangi masalah klien. Dalam setiap lingkup perawatan kesehatan,perawat
harus mampu menggunakan pengetahuan dari keperawatan dan disiplin lain,
berpikir secara cepat dan kreatif, dan membuat keputusan yang masuk akal untuk
memastikan kesejahteraan klien. Bagaimana perawat menggunakan informasi
sebagai pertibangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental
tentang apa yang terjadi pada klien adalah berpikir kritis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan berpikir kritis ?


2. Bagaimanakah konsep berpikir kritis dalam keperawatan ?

1
3. Bagaimanakah tinjauan proses keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari berpikir kritis.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep berpikir kritis dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui tinjauan proses keperawatan.

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis tentang berpikir kritis dan konsep dari berpikir
kritis di dalam keperawatan serta mengetahui tinjauan dari proses
keperawatan.
2. Bagi Pembaca
Pembaca mendapatkan informasi tentang berpikir kritis dan
hubungannya dengan konsep pada proses keperawatan sehingga bisa
menjadi pedoman dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari
bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, membuat keputusan.
Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites juga berarti judge. Criterion yang
berarti standar, aturan, atau metode. Critical Thinking ditujukan pada situasi,
rencana, dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam
pembuatan keputusan (Mz. Kenzie)
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon,1995).
Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee,1994).
Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasi dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
Kemampuan untuk berpikir secara kritis, menerapkan pengetahuan dan
pengalaman, pemecahan masalah dan membuat keputusan adalah inti dari praktik
keperawatan.

Critical Thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksploitasi


situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau
keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman, berfikir kritis adalah pengujian
yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, ansumsi, prinsip-prinsip, argument, isu-
isu, keyakinan, dan aktivitas.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :
1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2. Penerapan profesionalisme
3. Pengetahuan teknis dan keterampilan teknis dalam memberi asuhan
keperawatan
4. Berfikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam
menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas

3
Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan
kebiasaan berpikir seperti : percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas,
fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka,
tekun dan refleksi. Para pemikir kritis melatih keterampilan kognitif dalam
menganalisis, menerapkan standar, membedakan, mencari informasi, memberi
alasan logis, memperkirakan, dan mengubah pengetahuan (Rubenfeld &
Scheffer, 2006).
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-
Yahiro dan Saylor,1994).

Belajar untuk berpikir secara kreatif dan mendalam memampukan perawat


untuk merawat klien sebagai advokat mereka dan untuk menjadi lebih cerdik
dalam membuat pilihan tentang perawatan mereka. Berpikir secara kritis
menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk
meninterpretasikan serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai simpulan
suatu prespektif baru (Strader,1992). Untuk berpikir secara kritis melibatkan suatu
rangkaian terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berpikir kritis:

1. Berpikir secara aktif dengan menggunakan inteligensia, pengetahuan, dan


keterampilan diri untuk menjawab pertanyaan.
2. Dengan cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan yang relevan.
3. Berpikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan
mencapai kesimpulan yang berguna.
4. meninjau situasi perspektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu
pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
5. Mendiskusikan ide dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran
dan menggali ide dengan orang lain.

Individu harus mampu menerima informasi, menggunakan ingatan


(memori/ saat ini dan masa lalu, menerapkan alasan dan logika, meninjau data

4
dengan cara yang teratur, dan membuat keputusan secar gamblang dan secara
kreatif.

2.2 Konsep Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan suatu model
tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan. Model tersebut
mendefinisikan hasil dari berpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang
relevan dengan masalah keperawatan dalam berbagai lingkup. Ketika perawat
masuk ke dalam suatu pengalaman klinis , tujuan dari model tersebut, yaitu lima
komponen berpikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan perawat untuk
membuat penilaian klinis yang diperlukan untuk asuhan keperawatan yang aman
dan efektif.
1) Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu
pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk
memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan data yang
digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Dasar pengetahuan ini mencakup
pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk berpikir secara kritis
tentang masalah keperawatan.
2) Pengalaman
Ketika perawat harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat
diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan
secara aktif pada pengalaman. Pengalaman klinis memberikan suatu sarana
laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Perawat akan mengetahui
bahwa pendekatan “buku ajar” mempunyai landasan kerja yang penting untuk
praktik tetapi harus dibuat modifikasi untuk merangkul lingkungan praktik,
kualitas keunikan klien yang ada, dan pengalaman perawat yang didapatkan dari
klien-klien sebelumnya. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli
memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat dan
menginterpretasikannya secara relevan atau tidak relevan. Tingkat kompetensi ini
hanya datang dari pengalaman.

5
3) Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat
untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi ; berpikir
kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis dan berpikir kritis spesifik
dalam keperawatan. Proses berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah,
pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Proses berpikir kritis umum juga
digunakan dalam disiplin lain dan dlam situasi non-klinis. Pemecahan masalah
mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang
sedang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat keputusan,
seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria dan kemudian membuat pilihan akhir.
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis mencakup
pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis.
Meskipun perawat tidak membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan
gejala yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk mendiagnosis, untuk
membantu membuat kesimpulan klinis tentnag kemajuan klien. Proses pembuatan
keputusan klinis untuk memilih pendekatan terbaik bagi klien didasarkan pada
prioritas masalah dan kondisi klien. Perawat membuat keputusan klinis sepanjang
waktu dalam upaya untuk memperbaiki kesehatan klien.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan
untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respons
klien terhadap masalah kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian
mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.
4) Sikap untuk berpikir kritis
Sikap ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir
secara kritis, tetapi juag penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini
digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh dari sikap berpikir kritis,
yaitu :

6
a) Tanggung Gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis
adalah tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apapun
keputusan yang dibuatnya. Sebagai perawat profesional, perawat harus
membuat keputusan dalam berespons terhadap hak, kebutuhan, dan minat
klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian
yang dibuatnya atas nama klien.
b) Berpikir Mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan
baru, mereeka belajar memepertimbangkan ide dan konsep dengan rentang
yang luas dan kemudian membuat penilaian mereak sendiri. Hal ini tidak
berarti mereka tidak menghargai ide orang lain. Segala perspektif dari
situasi tertentu harus dipertimbangkan.
c) Mengambil Resiko
Individu harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima
pemikiran baru. Keyakinan yang kita miliki sering kali ditantang ileh
alternatif yang lebih logis dan rasioanl. Perlu dibutuhkan niat dan dan
kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah
dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang
didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.
d) Kerendahan Hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis
menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk
mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan
yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko jika
perawat tidak mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah
praktik. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari pengetahuan
tambahan, dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk
konklusi.
e) Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan
pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain.

7
Integritas pribadi membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan.
Orang yang memiliki integritas dengan cepat berkeinginan untuk
mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan
keyakinannya.
f) Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk
masalah keperawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat
diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba
berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari sumber tambahan
sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
g) Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi
diluar apa yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi
masalah yang membutuhkan pendekatan unik.

5) Standar untuk Berpikir Kritis


Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal
untuk berpikir kritis. Ketika perawat memikirikan masalah klien, penting sekali
artinya untuk menggunakan standar ini untuk memastikan bahwa keputusan yang
tepat telah dibuat. Standar profesional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria
etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung
gugat profesional. Standar ini mengekspresikan tujuan dan nilai profesi
keperawatan. Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir
kritis untuk kebaikan individu atau kelompok ( Kataoka-Yahiro & Saylor; 1994).

2.2.1 Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan

- Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And


Creativity, Knowing How YouThink)
Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006).
Model ini menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari beberapa
aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir
tersebut terjadi. Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari

8
berpikir lurus. Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian
untuk dipelajari, komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar
penggunaannya optimal.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu
untuk mempelajari asumsi yang menggaris bawahi pendekatan lima model
tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran,
perasaan, dan bekerja sama dengan keperawatan
Asumsi pertama adalah berfikir, merasa, dan keahlian mengerjakan
sebuah komponen essensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling
berhubungan. Berfikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat professional
yang bekerja sama.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu
tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu
tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai
status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas
3 hal (Thinking, feeling, dan doing) mengawali langkah praktek professional ke
depan.
Asumsi yang kedua adalah mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan
mengerjakan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini
dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal
tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai, dan mempercepat kekuatan
perkembangan dalam berpikir, merasa, dan mengerjakan sesuai praktek
keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan
bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada
praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses
pembelajaran.
Asumsi yang ketiga adalah bahwa perawat dan perawat pelajar bukan
papan kosong, mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian
berpikir. Model yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat.

9
Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka
menggunakan model yang sama digunakan setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja
berbuat sesuai dengan pikiran yang dipelajari. Berpikir kritis dapat dipelajari
melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan
kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan
untuk menggambarkan keahlian mereka untuk berpikir. Sebagian orang jarang
bertanya “bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah
“apa yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis
dan efektif.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks
situasi dimana berpikir dituangkan. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah
campuran dari beberapa aktivitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan
situasi dimana proses berpikir itu terjadi.
a. Ingatan Total(T)
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan
bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga
merupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, pengetahuan yang
dipelajari dan disimpan dalam pikiran. Setiap orang memiliki beragam klaster
yang sangat besar, hal ini mewakili pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang
tersebut. klaster lain merupakan klaster yang kecil, seorang pemula dalam
keperawatan memiliki klaster pengetahuan keperawatan yang kecil dan akan
berkembang dengan sangat cepat selamakuliah

b. Kebiasaan(H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga
menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat
diterima dalam melakukan segala hal yang berhasil, menghemat waktu, atau
yang diperlukan. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan
tanpa harus memikirkan sebuah metode baru setiap kali ia akan bertindak

10
c. Penyelidikan(I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Penyelidikan
juga merupakan jenis berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan.
Kesimpulan dapat dicapai tanpa menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan
lebih akurat jika menggunakan penyelidikan.

d. Ide dan kreativitas(N)


Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus
bagi seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang biasanya guna
membentuk kembali norma. Seperti penyelidikan, model ini memungkinkan
seseorang untuk memiliki ide melebihi ide-ide dalam buku ajar. Berpikir kreatif
bukanlah untuk orang yang penakut, seseorang harus bersedia mengambil resiko
yang terkadang membuatnya terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan karakternya.
Pemikir kreatif menghargai kesalahan sebagai pelajaran yang berharga.

e. Mengetahui bagaimana anda berpikir(K)


Mengetahui bagaimana anda berpikir merupakan model T.H.I.N.K yang
terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang.
Berpikir tentang pemikiran disebut dengan metakognisi yang berarti “proses
mengetahui”. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang
terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak
waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.

Namun, keperawatan mengharuskan kita untuk menjadi pemikir kritis.


Bagian dari berpikir kritis adalah terus-menerus berusaha membuat seseorang
berpikir dengan lebih baik atau untuk “mengetahui bagaimana anda berpikir”.
Membuat seseorang berpikir, mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang
tersebut tidak mengetahui dari mana ia harus memulai. Salah satu cara untuk
mengidentifikasi posisi anda saat ini dan mulai mengeksplorasi bagaimana anda
berpikir adalah dengan menggunakan refleksi-diri.

11
2.2.2 Karakteristik Berpikir Kritis
Ada dua pendapat ahli yang merumuskan tentang karakteristik berpikir kritis
yaitu :
1) Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
3. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah
4. Membuat kesimpulan
5. Mengungkapkan pendapat

6. Mengevaluasi argumen

2) Menurut Ennis (2000) mengidentifikasi 12 karakteristik berpikir kritis yang


dikelompokkan ke dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi : memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan ataupernyataan
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta
mempertimbangkan suatu laporan hasilobservasi
c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau
mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan
nilaipertimbangan
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi
istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta
mengidentifikasiasumsi
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan
dan berinteraksi dengan orang lain.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

12
Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh
banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut
Rubenfeld & Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008) ada 8
faktor yaitu :
1. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi
yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu
kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak
dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
2. Keyakinan diri/motivasi
Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian tujuan.
Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.
3. Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika terjadi
ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan
mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk
bertindak. Menurut Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat
menurunkan kemampuan berpikir kritisseseorang.

4. Kebiasaan dan rutinitas

Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis


adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru.
5. Perkembangan intelektual

Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk


merespons dan menyelesaikan suatupersoalan, menghubungkan atau menyatukan
satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap stimulus.
6. Konsistensi

13
Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu
yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naikturun.
7. Perasaan

Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :


sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus
mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi
pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang
memberikan kontribusi kepadaperasaan.
8. Pengalaman

Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula


menjadi seorang ahli.

2.2.4 Aspek-Aspek Berfikir Kritis

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari


beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir
kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :

1.Relevance. Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.


2.Importance. Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang
dikemukakan.
3.Novelty. Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi
baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4.Outside material. Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang
diterimanya dari perkuliahan
5.Ambiguity clarified. Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika
dirasakan ada ketidak jelasan
6.Linking ideas. Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta
mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7.Justification. Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu
solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa

14
memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi
atau solusi.

2.2.5 Aplikasi Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Menurut Facione (2004 dalam Potter & Perry, 2009) mengatakan berpikir
kritis terdiri dari enam sub-skill dan aplikasinya dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
1) Interpretasi(Interpretation)
Interpretasi merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau
signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian,
persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi sub-
skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasanmakna.
Analisis(Analysis)

Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan,


pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk
mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini.
Inferensi(Inference)

Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur


yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan
atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan mengembangkan
konsekuensi yang sesuai dengan data., pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi
lainnya
Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau


representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman, situasi,
penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari
hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau
bentuk representasi lainnya.
Eksplanasi(Explanation)

15
Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan
hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.
Pengontrolan diri(Self-Regulation)

Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif


sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasil
yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan dalam
menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan suatu
pendangan melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan
terhadap hasil penilaian seseorang.

2.2.6 Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.


2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

16
2.2.7 Tingkat Berpikir Kritis dalam Keperawatan.
Model Kataoka-Yahiro & Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkat
berpikir kritis dalam keperawatan :tingkat dasar, kompleks, dan komitmen. Pada
tingkat dasar pembelajar menganggap bahwa yang berwenang mempunyai
jawaban yang benar untuk setiap masalah. Berpikir cenderung untuk menjadi
konkret dan didasarkan pada serangkaian peraturan dan prinsip. Hal ini
merupakan langkah awal dalam perkembangan kemampuan memepertimbangkan.
Individu mempunyai keterbatasan pengalaman dalam menerapkan berpikir kritis.
Disamping kecenderungan untuk diatur oleh orang lain, individu belajar
menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai diantara pihak yang berwenang.
Pada tingkat berpikir kritis yang kompleks seseorang secara kontinu
mengenali keragaman dari pandangan dan persepsi individu. Pengalaman
membantu individu mencapai kemampuan untuk terlepas dari kewenangan dan
menganalisi serta meneliti alternatif secara lebih mandiri dan sistematis.
Tingkat krtiga dari berpikir kritis adalah komitmen. Pada tingkat ini
perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasarkan alternatif yang
diidentifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks. Perawat mampu
mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang kritis setelah menganalisis
keuntungan dari alternatif lainnya.

2.3 Tinjauan Proses Keperawatan


Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah
yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang
memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan
nalar. Proses adalah serangkaian tahapan atau komponen yang mengarah pada
pencapaian tujuan. Tiga karakteristik dari proses adalah tujuan, organisasi, dan
kreativitas (Bevis, 1978). Tujuan adalah maksud spesifik atau tujuan proses.
Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan mengatasi respons
manusia terhadap sehat dan sakit. Organisasi adalah satu rangkaian tahap atau
komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan

17
mencakup lima tahap : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi
Komponen Tujuan Tahap
Pengkajian Untuk mengumpulkan, 1. Mengumpulkan riwayat kesehatan
memperjelas, dan keperawatan
mengkomunikasikan data tentang 2. Melakukan pemeriksaan fisik
klien sehingga terbentuk dasar 3. Mengumpulkan data laboratorium
data 4. Memvalidasi data
5. Mengelompokkan data
6. Mencatatkan data
Diagnosa Untuk mengidentifikasi 1.Menganalisis dan menginterpretasi
Keperawatan kebutuhan perawatan kesehatan data
untuk merumuskan diagnosa 2. Mengidentifikasi masalah klien
keperawatan. 3. Merumuskan masalah klien
4.Mendokumentasikan diagnosa
keperawatan.
Perencanaan Untuk mengidentifikasi tujuan 1. Mengidentifikasi tujuan klien
klien; untuk menentukan prioritas 2. Menetapkan hasil yang diperkirakan
asuhan, untuk menentukan hasil 3. Memilih tindakan keperawatan
yang diperkirakan, untuk 4. Mendelegasikan tindakan
merancang strategi keperwatan, 5.Menuliskan rencana asuhan
untuk mencapai tujuan perawatan keperawatan
6. Mengonsulkan
Implementasi Untuk melengkapi tindakan 1. Mengkaji kembali klien
keperawatan yang diperlukan 2. Menelaah dan memodifikasi rencana
untuk menyelesaikan rencana perawatan yang sudah ada
asuhan 3. Melakukan tindakan keperawatan
Evaluasi Unutk menentukan seberapa jauh 1.Membandingkan respons klien
tujuan asuhan telah dicapai dengan kriteria
2.Menganalisis alasan untuk hasil dan
konklusi
3.Memodifikasi rencana asuhan

18
Tabel 1.1 Ringkasan proses Keperawatan
Kreativitas adalah perkembangan bersinambunagn dari proses itu sendiri.
Proses keperawatn adalah dinamik dan berkelanjutan. Proses keperawatan
memberikan cetak biru untuk berpikir kritis sehingga perawat dapat
mengindividualisasikan asuhan dan berespons terhadap kebutuhan klien dengan
tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan
tingkat kesehatan klien.
Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang
kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan, namun proses keperawatan juga
cukup fleksibel untuk digunakan di semua lingkup keperawatan. Tujuan dari
proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang
diperkirakan, menetapkan dan mengomunikasikan rencana asuhan yang berpusat
pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu


untuk menginterpretasi dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
Kemampuan untuk berpikir secara kritis, menerapkan pengetahuan dan
pengalaman, pemecahan masalah dan membuat keputusan adalah inti dari praktik
keperawatan.

Terdapat lima komponen berpikir kritis dalam keperawatan, yaitu : dasar


pengetahuan khusus, pengalaman, kompetensi, sikap untuk berpikir kitis dan
adanya standar untuk berpikir kritis.

Tinjauan proses keperawatan dalam dilihat dalam lima proses keperawatan


yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi. Untuk dapat melakukan proses tersebut dengan baik, perawat
dituntut untuk berpikir kritis dalam melakukan segala tindakan.

3.2 Saran
Dalam lingkup keperawatan, berpikir kritis sangat diperlukan karena
setiap tindakan harus dianalisis dan ditelaah dengan baik agar dapat mencapai
tujuan yang diinginkan oleh semua pihak. Agar kita dapat berpikir kritis,kita dapat
lebih mengasah pengetahuan,sehingga kita dapat mengembangkan ilmu tersebut
dan melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan kritis dan dapat mencari
pengetahuan yang lebih lagi.

20

Anda mungkin juga menyukai