PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran perawat adalah untuk membantu individu, sakit atau sehat, dalam
kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan pemulihannya, atau pada
kematian yang tenang. Definisi ini mencakup kompleksitas dari keperawatan.
Ketika diberi tanggung jawab untuk membantu individu dalam mencapai kembali
atau meningkatkan kesehatannya,perawat harus mampu untuk berpikir secara
kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang
terbaik untuk kebutuhan pasien.
1
3. Bagaimanakah tinjauan proses keperawatan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari berpikir kritis.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep berpikir kritis dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui tinjauan proses keperawatan.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis tentang berpikir kritis dan konsep dari berpikir
kritis di dalam keperawatan serta mengetahui tinjauan dari proses
keperawatan.
2. Bagi Pembaca
Pembaca mendapatkan informasi tentang berpikir kritis dan
hubungannya dengan konsep pada proses keperawatan sehingga bisa
menjadi pedoman dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Berpikir Kritis
3
Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan
kebiasaan berpikir seperti : percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas,
fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka,
tekun dan refleksi. Para pemikir kritis melatih keterampilan kognitif dalam
menganalisis, menerapkan standar, membedakan, mencari informasi, memberi
alasan logis, memperkirakan, dan mengubah pengetahuan (Rubenfeld &
Scheffer, 2006).
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-
Yahiro dan Saylor,1994).
4
dengan cara yang teratur, dan membuat keputusan secar gamblang dan secara
kreatif.
5
3) Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat
untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi ; berpikir
kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis dan berpikir kritis spesifik
dalam keperawatan. Proses berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah,
pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Proses berpikir kritis umum juga
digunakan dalam disiplin lain dan dlam situasi non-klinis. Pemecahan masalah
mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang
sedang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat keputusan,
seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria dan kemudian membuat pilihan akhir.
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis mencakup
pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis.
Meskipun perawat tidak membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan
gejala yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk mendiagnosis, untuk
membantu membuat kesimpulan klinis tentnag kemajuan klien. Proses pembuatan
keputusan klinis untuk memilih pendekatan terbaik bagi klien didasarkan pada
prioritas masalah dan kondisi klien. Perawat membuat keputusan klinis sepanjang
waktu dalam upaya untuk memperbaiki kesehatan klien.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan
untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respons
klien terhadap masalah kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian
mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.
4) Sikap untuk berpikir kritis
Sikap ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir
secara kritis, tetapi juag penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini
digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh dari sikap berpikir kritis,
yaitu :
6
a) Tanggung Gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis
adalah tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apapun
keputusan yang dibuatnya. Sebagai perawat profesional, perawat harus
membuat keputusan dalam berespons terhadap hak, kebutuhan, dan minat
klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian
yang dibuatnya atas nama klien.
b) Berpikir Mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan
baru, mereeka belajar memepertimbangkan ide dan konsep dengan rentang
yang luas dan kemudian membuat penilaian mereak sendiri. Hal ini tidak
berarti mereka tidak menghargai ide orang lain. Segala perspektif dari
situasi tertentu harus dipertimbangkan.
c) Mengambil Resiko
Individu harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima
pemikiran baru. Keyakinan yang kita miliki sering kali ditantang ileh
alternatif yang lebih logis dan rasioanl. Perlu dibutuhkan niat dan dan
kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah
dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang
didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.
d) Kerendahan Hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis
menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk
mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan
yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko jika
perawat tidak mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah
praktik. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari pengetahuan
tambahan, dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk
konklusi.
e) Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan
pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain.
7
Integritas pribadi membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan.
Orang yang memiliki integritas dengan cepat berkeinginan untuk
mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan
keyakinannya.
f) Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk
masalah keperawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat
diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba
berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari sumber tambahan
sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
g) Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi
diluar apa yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi
masalah yang membutuhkan pendekatan unik.
8
berpikir lurus. Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian
untuk dipelajari, komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar
penggunaannya optimal.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu
untuk mempelajari asumsi yang menggaris bawahi pendekatan lima model
tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran,
perasaan, dan bekerja sama dengan keperawatan
Asumsi pertama adalah berfikir, merasa, dan keahlian mengerjakan
sebuah komponen essensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling
berhubungan. Berfikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat professional
yang bekerja sama.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu
tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu
tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai
status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas
3 hal (Thinking, feeling, dan doing) mengawali langkah praktek professional ke
depan.
Asumsi yang kedua adalah mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan
mengerjakan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini
dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal
tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai, dan mempercepat kekuatan
perkembangan dalam berpikir, merasa, dan mengerjakan sesuai praktek
keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan
bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada
praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses
pembelajaran.
Asumsi yang ketiga adalah bahwa perawat dan perawat pelajar bukan
papan kosong, mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian
berpikir. Model yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat.
9
Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka
menggunakan model yang sama digunakan setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja
berbuat sesuai dengan pikiran yang dipelajari. Berpikir kritis dapat dipelajari
melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan
kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan
untuk menggambarkan keahlian mereka untuk berpikir. Sebagian orang jarang
bertanya “bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah
“apa yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis
dan efektif.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks
situasi dimana berpikir dituangkan. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah
campuran dari beberapa aktivitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan
situasi dimana proses berpikir itu terjadi.
a. Ingatan Total(T)
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan
bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga
merupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, pengetahuan yang
dipelajari dan disimpan dalam pikiran. Setiap orang memiliki beragam klaster
yang sangat besar, hal ini mewakili pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang
tersebut. klaster lain merupakan klaster yang kecil, seorang pemula dalam
keperawatan memiliki klaster pengetahuan keperawatan yang kecil dan akan
berkembang dengan sangat cepat selamakuliah
b. Kebiasaan(H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga
menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat
diterima dalam melakukan segala hal yang berhasil, menghemat waktu, atau
yang diperlukan. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan
tanpa harus memikirkan sebuah metode baru setiap kali ia akan bertindak
10
c. Penyelidikan(I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Penyelidikan
juga merupakan jenis berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan.
Kesimpulan dapat dicapai tanpa menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan
lebih akurat jika menggunakan penyelidikan.
11
2.2.2 Karakteristik Berpikir Kritis
Ada dua pendapat ahli yang merumuskan tentang karakteristik berpikir kritis
yaitu :
1) Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
3. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah
4. Membuat kesimpulan
5. Mengungkapkan pendapat
6. Mengevaluasi argumen
12
Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh
banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut
Rubenfeld & Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008) ada 8
faktor yaitu :
1. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi
yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu
kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak
dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
2. Keyakinan diri/motivasi
Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian tujuan.
Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.
3. Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika terjadi
ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan
mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk
bertindak. Menurut Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat
menurunkan kemampuan berpikir kritisseseorang.
13
Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu
yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naikturun.
7. Perasaan
14
memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi
atau solusi.
15
Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan
hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.
Pengontrolan diri(Self-Regulation)
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :
16
2.2.7 Tingkat Berpikir Kritis dalam Keperawatan.
Model Kataoka-Yahiro & Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkat
berpikir kritis dalam keperawatan :tingkat dasar, kompleks, dan komitmen. Pada
tingkat dasar pembelajar menganggap bahwa yang berwenang mempunyai
jawaban yang benar untuk setiap masalah. Berpikir cenderung untuk menjadi
konkret dan didasarkan pada serangkaian peraturan dan prinsip. Hal ini
merupakan langkah awal dalam perkembangan kemampuan memepertimbangkan.
Individu mempunyai keterbatasan pengalaman dalam menerapkan berpikir kritis.
Disamping kecenderungan untuk diatur oleh orang lain, individu belajar
menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai diantara pihak yang berwenang.
Pada tingkat berpikir kritis yang kompleks seseorang secara kontinu
mengenali keragaman dari pandangan dan persepsi individu. Pengalaman
membantu individu mencapai kemampuan untuk terlepas dari kewenangan dan
menganalisi serta meneliti alternatif secara lebih mandiri dan sistematis.
Tingkat krtiga dari berpikir kritis adalah komitmen. Pada tingkat ini
perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasarkan alternatif yang
diidentifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks. Perawat mampu
mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang kritis setelah menganalisis
keuntungan dari alternatif lainnya.
17
mencakup lima tahap : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi
Komponen Tujuan Tahap
Pengkajian Untuk mengumpulkan, 1. Mengumpulkan riwayat kesehatan
memperjelas, dan keperawatan
mengkomunikasikan data tentang 2. Melakukan pemeriksaan fisik
klien sehingga terbentuk dasar 3. Mengumpulkan data laboratorium
data 4. Memvalidasi data
5. Mengelompokkan data
6. Mencatatkan data
Diagnosa Untuk mengidentifikasi 1.Menganalisis dan menginterpretasi
Keperawatan kebutuhan perawatan kesehatan data
untuk merumuskan diagnosa 2. Mengidentifikasi masalah klien
keperawatan. 3. Merumuskan masalah klien
4.Mendokumentasikan diagnosa
keperawatan.
Perencanaan Untuk mengidentifikasi tujuan 1. Mengidentifikasi tujuan klien
klien; untuk menentukan prioritas 2. Menetapkan hasil yang diperkirakan
asuhan, untuk menentukan hasil 3. Memilih tindakan keperawatan
yang diperkirakan, untuk 4. Mendelegasikan tindakan
merancang strategi keperwatan, 5.Menuliskan rencana asuhan
untuk mencapai tujuan perawatan keperawatan
6. Mengonsulkan
Implementasi Untuk melengkapi tindakan 1. Mengkaji kembali klien
keperawatan yang diperlukan 2. Menelaah dan memodifikasi rencana
untuk menyelesaikan rencana perawatan yang sudah ada
asuhan 3. Melakukan tindakan keperawatan
Evaluasi Unutk menentukan seberapa jauh 1.Membandingkan respons klien
tujuan asuhan telah dicapai dengan kriteria
2.Menganalisis alasan untuk hasil dan
konklusi
3.Memodifikasi rencana asuhan
18
Tabel 1.1 Ringkasan proses Keperawatan
Kreativitas adalah perkembangan bersinambunagn dari proses itu sendiri.
Proses keperawatn adalah dinamik dan berkelanjutan. Proses keperawatan
memberikan cetak biru untuk berpikir kritis sehingga perawat dapat
mengindividualisasikan asuhan dan berespons terhadap kebutuhan klien dengan
tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan
tingkat kesehatan klien.
Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang
kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan, namun proses keperawatan juga
cukup fleksibel untuk digunakan di semua lingkup keperawatan. Tujuan dari
proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang
diperkirakan, menetapkan dan mengomunikasikan rencana asuhan yang berpusat
pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam lingkup keperawatan, berpikir kritis sangat diperlukan karena
setiap tindakan harus dianalisis dan ditelaah dengan baik agar dapat mencapai
tujuan yang diinginkan oleh semua pihak. Agar kita dapat berpikir kritis,kita dapat
lebih mengasah pengetahuan,sehingga kita dapat mengembangkan ilmu tersebut
dan melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan kritis dan dapat mencari
pengetahuan yang lebih lagi.
20