Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Kanker Payudara


Hari/Tanggal : (menyesuaikan)
Waktu : (menyesuaikan)
Penyaji : (menyesuaikan)
Tempat : Pav. Melati

I. PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan suatu penyakit yang sering menyerang wanita
di semua kalangan usia. Tidak hanya menyerang pada wanita yang sudah menikah
tetapi kanker payudara juga menyerang wanita yang belum menikah. Kanker
payundara merupakan kanker ganas yang dapat menyebabkan kematian. Dengan
adanya sosialisai kanker payudara dihaprapkan dapat mengubah wawasan
ataupandangan tentang kanker payudara sehingga dapat melakukan deteksi dini
terhadap terjadinya kanker payudara sehingga resiko kematian terhadap kanker
payudara dapat diminimalisasi.

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah diadakan penyuluhan tentang kanker payudara, diharapkan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang kanker payudara bertambah
sehingga dapat menurunkan resiko kanker payudara.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kanker payudara, diharapka pasien
dan keluarga mampu :
a. Mengetahui dan memahami pengertian kanker payudara.
b. Mengetahui dan memahami faktor resiko kanker payudara.
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala kanker payudara.
d. Mengetahui dan memahami cara mencegah kanker payudara.
e. Mengetahui dan memahami tentang SADARI.

III. SASARAN
Pasien dan keluarga pasien.
IV. MATERI
(Terlampir)

V. PELAKSANAAN
No. Kegiatan Penyaji Audience Waktu
1. Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam, 5 menit
- Memperkenalkan diri mendengarkan,
- Menyampaikan maksud dan
dan tujuan penyuluhan memperhatikan

2. Isi Penyampaian materi - Menyimak, 15


penyuluhan : mendengarkan,
menit
- Definisi kanker payudara dan
- Faktor-faktor penyebab memperhatikan
kanker payudara
- Tanda dan gejala kanker
payudara
- Pencegahan kanker
payudara
- Pemeriksaan SADARI

3. Penutup - Penyaji memberikan - Mengajukan 10


kesempatan audience pertanyaan
menit
untuk bertanya - Mendengarkan
- Penyaji menjawab dan
pertanyaan audience memperhatikan
- Penyaji melakukan - Menjawab
evaluasi dengan pertanyaan
memberikan pertanyaan pemateri
kepada audience - Menyimak dan
- Menyimpulkan hasil dari menjawab salam
penyuluhan
- Mengakhiri dengan
mengucapkan salam

VI. METODE
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Demonstrasi

VII. MEDIA
1. Leaflet
VIII. EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan cara memberikan pertanyaan terbuka
mengenai materi yang telah disampaikan sebelumnya, pertanyaan tersebut
diantaranya :
1. Apa pengertian kanker payudara?
2. Apa penyebab dan faktor resiko kanker payudara?
3. Apa tanda dan gejala kanker payudara?
4. Bagaimana cara mencegah kanker payudara?
5. Bagaimana cara melakukan SADARI?
KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE)

I. DEFINISI
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis
kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang
kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000.
Pengobatan yang paling lazim adalah denganpembedahan dan jika perlu dilanjutkan
dengan kemoterapi maupunradiasi.
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae)
didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke
dalamInternational Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.

II. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KANKER PAYUDARA


A. Faktor Resiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara
masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor Reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada
umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan awal atau mulai perkembangan kanker
payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami
atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan Hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Healthmenyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna
terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa
walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang
lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan
hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi
ganas.
3. Penyakit Fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk
tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat
serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh dietterhadap terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi Lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun
tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko
kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
7. Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,
yaitu suatu genkerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk
terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar
85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60%
kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor
genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik
yang dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan
penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah
beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor. Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
B. Faktor Gaya Hidup
1. Tidak Memiliki Anak atau Hamil Diusia Tua
Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama diatas
usia 30 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara sedikit lebih
tinggi daripada yang bukan. Sering hamil pada usia muda, menurunkan
resiko terkena kanker payudara. Mengapa ? Karena kehamilan
menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita dalam hidupnya,
inilah alasannya.
2. Penggunaan Pil KB
Studi menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB
dalam jangka panjang memiliki resiko agak lebih besar terkena kanker
payudara daripada yang bukan. Resiko ini kelihatannya menurun ke
normal ketika penggunaan Pil KB tersebut dihentikan.
3. Menggunakan Terapi Hormon Pasca Menopause
Terapi hormon pasca menopause (PHT) atau dikenal sebagai terapi
pengganti hormone (HRT) dan terapi hormone menopause(MHT), telah
banyak digunakan dalam kurun waktu lama untuk membantu
meringankan gejala menopause dan mencegah timbulnya osteoporosis.
Pada dasarnya ada 2 jenis utama terapi hormone.
Untuk wanita yang masih memiliki rahim, biasanya dokter
meresepkan hormone estrogen dan progresteron (PHT). Untuk yang
sudah diangkat rahimnya, dokter meresepkan hanya estrogen (ERT).
Penggunaan kombinasi hormone (PHT) diatas dapat meningkatkan
resiko terkena kanker payudara maupun resiko kematian akibat kanker
payudara tersebut. Peningkatan resiko ini dapat terjadi secepat 2 tahun
sesudah penggunaan terapi hormone tersebut. Selain itu, biasanya kanker
payudara ini juga cenderung ditemukan pada stadium lanjut.
Penggunaan terapi estrogen sendiri agaknya tidak meningkatkan
resiko terkena kanker payudara secara signifikan (bila digunakan dalam
jangka pendek), tetapi penggunaan dalam jangka panjang (diatas 10
tahun), ditemukan dapat meningkatkan resiko terkena kanker ovarium
dan payudara.
4. Tidak Menyususi Anak
Beberapa studi menemukan bahwa menyusui anak dalam jangka
panjang (1.5-2 tahun), terutama dapat agak menurunkan resiko terkena
kanker payudara. Penjelasan yang mungkin adalah karena menyusui
menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita.
5. Konsumsi Alkohol
Penggunaan minuman berallohol amat jelas terkait dengan
meningkatnya resiko terkena kanker payudara. Resiko semakin
meningkat dengan jumlah allohol yang dikonsumsi. Wanita yang minum 2
hingga 5 gelas minuman beralkohol setiap harinya memiliki resiko 1.5
kali lipat lebih tinggi daripada yang bukan. Penggunaan alkohol secara
berlebihan juga dapat meningkatkan resiko terkena kanker mulut,
kerongkongan, esophagus dan liver. Minuman beralkohol yang
disarankan hanya 1 gelas saja sehari.
6. Kurang Aktivitas Fisik
Berolahraga dapat mengurangi resiko kanker payudara.
Pertanyaannya adalah berapa banyak latihan yang diperlukan ? Dalam
sebuah penelitian dari Women's Health Initiative (WHI), sedikitnya jalan
cepat 1.25 -2.5 jam per minggu dapat mengurangi 18% resiko terkena
kanker payudara. Berjalan 10 jam seminggu dapat mengurangi lebih
sedikit lagi resiko tersebut. Olahraga fisik yang disarankan adalah selama
45-60 menit, minimum 5 hari dalam seminggu.
III. GEJALA UMUM DAN KLINIS KANKER PAYUDARA
A. Gejala Umum
Tanda paling umum kanker payudara adalah benjolan atau massa baru.
Benjolan yang tidak menyakitkan, keras, dan memiliki batas tepi tidak merata
lebih cenderung kanker. Tetapi beberapa kanker lunak, lembut, dan bulat. Jadi,
penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila Anda menemukan
sesuatu gejala yang tidak biasa di payudara Anda.
Tanda-tanda lain dari kanker payudara adalah sebagai berikut :
 Bengkak pada seluruh atau sebagian payudara
 Kulit iritasi
 Payudara terasa nyeri
 Puting susu nyeri atau putting melesak ke dalam
 Kulit pada payudara atau putting susu berwarna : kemerahan, kulit bersisik,
atau menebal
 Keluarnya cairan/darah dari puting (selain ASI)
Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening
di bawah lengan dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan di daerah
ketiak, bahkan sebelum tumor/benjolan pada payudara jelas terlihat/teraba.
B. Gejala Klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :
1. Benjolan Pada Payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara
atau pada puting susu.
2. Erosi atau Eksema Puting Susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),
berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi
oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange),
mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.
Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk,
dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:
 Pendarahan pada puting susu.
 Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor
sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase
ke tulang-tulang.
 Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh
tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui
kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
 terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara);
 adanya nodul satelit pada kulit payudara;
 kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
 terdapat model parasternal;
 terdapat nodul supraklavikula;
 adanya edema lengan;
 adanya metastase jauh;
 serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi
kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah
bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening
aksila melekat satu sama lain.
C. Keluarnya Cairan (Nipple Discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara
spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila
terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi.
Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan
berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada
satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.
IV. PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu,
danmilestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang
paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan
dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa:
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at riskdari kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita
kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
payudara.
Skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
 Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey.
 Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun.
 Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker
payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun
sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini
menjadi 75%.
C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit
dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahananhidup penderita. Bila
kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan
sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa
simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

V. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)


Pada wanita normal, wanita yang berusia diatas umur 20 tahun amat
disarankan untuk melakukan SADARI setiap tiga bulan. Berikut ini adalah
langkah-langkah dalam melakukan SADARI:
1. Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi pundak tegap
dan kedua tangan di pinggang. Anda harus melihat :
a. Ukuran, bentuk, dan warna yang biasanya anda ketahui
b. Pastikan tidak anda temukan kejanggalan pada payudara anda dan tanpa
perubahan bentuk serta pembengkakan.
Jika anda menemukan perubahan berikut, segera anda ke dokter untuk
berkonsultasi :
a. Kelit mengkerut, terjadi lipatan, terdapat tonjolan.
b. Puting berubah posisi, biasanya seperti tertarik ke dalam.
c. Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
2. Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-perubahan
yang telah disebut pada langkah pertama.
3. Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua
putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau
bercampur darah).
4. Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan pijatan
pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk,
tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan
payudara. Gunakan gerakan memutar, Pijat seluruh payudara anda dari atas
sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan
dari ketiak sampai belahan payudara. Anda juga dapat membuat gerak naik
turun. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit,
pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk
jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda
harus dapat merasakan tulang iga anda.
DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. (2006). Kanker Payudara dalam: Devy, Patrick, Ed. At A Glance
Medicine. Jakarta : Erlangga.
Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto.
Lincoln, Jackie Wilensky. (2008). Kanker Payudara Dan Diagnosanya. jakarta : PT.
Prestasi Pusakarya.
Ocviyanti, D. (2009). Berbagai Teknik Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan
Payudara. Jakarta : FKUI.
Suryaningsih, E. K., dan Sukaca, B. E., (2009). Gejala-Gejala Kanker Payudara. Dalam:

Anda mungkin juga menyukai