Oleh
Wilda Al Aluf Riandini, S.Ked J 510170041
Septi Nurhidayati, S.Ked J510170020
Pembimbing
dr. Haryono Sp.B
Oleh:
Pembimbing:
Dipresentasikan di hadapan
LAPORAN KASUS
a. Identitas Pasien
Nama : An. V
Usia : 4 tahun
Agama : Islam
Alamat : Karangannyar
b. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan nyeri di kaki
kiri setelah tertabrak sepea motor ketika hendak menyebrang. Pasien
dalam keadaan sadar. Pasien merasakan tungkai kiri nya nyeri,
bertambah ketika digerakkan, membengkak, dan terdapat luka lecet di
punggung kaki kiri. Tidak ada riwayat trauma kepala saat terjatuh.
Riwayat Penyakit Dahulu
⁻ Trauma : disangkal
⁻ Gejala serupa : disangkal
⁻ Operasi sebelumnya : disangkal
⁻ Riw. Alergi obat : disangkal
c. Primary Survey
Airway : tidak ada gangguan jalan nafas
Breathing : Pernafasan 18 x/mnt
Circulation : Nadi 74 x/mnt
Disability : GCS E4 V5 M6
Exposure : Suhu 36,4 C
d. Secondary Survey
Look
Deformitas (+): terdapat penonjolan abnormal dan angulasi
(+), tak tampak sianosis pada bagian distal lesi.
Feel
Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat,
kapiler refil < 2 detik (normal), arteri dorsalis pedis teraba lemah
dibandingkan bagian yang sehat.
Move
Sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak
gerakan terbatas (+), keterbatasan pergerakan sendi-sendi distal
(karena terasa nyeri saat digerakkan).
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : N: 74 x/menit
RR: 18 x/menit
Suhu : 36,4oC (Axilla)
Status Generalis :
Kepala : Mesocepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) , Sklera ikterik (-/-),
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-),
konka
hipertrofi (-/-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-) tonsil T1-T1
Telinga : Normotia, deformitas (-), serumen (-/-), sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), struma (-), deviasi trakhea (-)
Thorax
Pulmo Dextra Sinistra
Depan
Ins Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Pal Stem fremitus ka = ki Stem fremitus ka = ki
Per Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Aus SD Vesikuler, Ronki (-), SD Vesikuler, Ronki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)
Belakang
Ins Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Pal Stem fremitus ka = ki Stem fremitus ka = ki
Per Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Aus SD Vesikuler, Ronki (-), SD Vesikuler, Ronki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 1-2 cm media linea midclavicula
sinistra
Perkusi : kesan: tidak ada pembesaran jantng
Auskultasi : BJ I-II normal, gallop (-) murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : defans muscular (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal, metalic sound (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Pekak sisi (-), pekak alih (-), tympani (+)
Ekstrimitas superior inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Gerak +/+ Sulit dinilai/+
Kekuatan 5/5 Sulit dinilai/5
Tonus N/N sulit dinilai /N
Refleks fisiologis +/+ +/+
Refleks Patologis -/- -/-
Pemeriksaan Penunjang
f. Resume
Seorang anak berusia 4 tahun datang ke IGD RSUD Karanganyar
setelah tertabrak sepeda motor ketika akan menyebrang. Pasien merasakan
kaki kiri nya nyeri dan tidak dapat digerakkan.
Primary survey tidak terdapat kelainan. Secondary survey region
cruris terdapat deformitas dengan penonjolan abnormal dan angulasi
(+), Nyeri tekan (+), gerakan aktif dan pasif terhambat karena terasa nyeri
saat digerakkan.
g. Diagnosa Kerja
Closed Fracture 1/3 Medial os Tibia Fibula Sinistra
h. Penatalaksanaan
Non operatif
Operatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) FRAKTUR CRURIS
a. Definisi
Fraktur kruris (L:crus = tungkai) merupakan fraktur yang terjadi pada tibia
dan fibula. Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
Maka fraktur kruris tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang, tulang rawan sendi maupun tulang rawan epifisis yang terjadi pada
tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar. Fraktur kruris
merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada
tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama
pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah
dan biasanya fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung dibawah
kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.
b. Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1) Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat
patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila
terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan
jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2) Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau
metatarsal, terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan
berbaris dalam jarak jauh.
3) Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit Paget).
4) Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau
oblik pendek, biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung,
salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung
akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda
motor adalah penyebab yang paling lazim.
c. Klasifikasi fraktur tibia fibula
2) Fraktur Diafisis
f. Diagnosis
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan Fisik
Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita
biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
⁻ Temperatur setempat yang meningkat
⁻ Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam
akibat fraktur pada tulang.
Move (pergerakan)
⁻ Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
⁻ Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak
pada sendinya.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Sinar –X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai
adanya fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis
diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta eksistensi
fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak
selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.
Untuk konfirmasi adanya fraktur.
Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan
konfigurasi fragmen serta pergerakannya.
Untuk mengetahui teknik pengobatan.
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau
ekstra-artikuler.
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada
tulang.
Untuk melihat adanya benda asing.
4) Penatalaksanaan Fraktur :
a) Non Operatif
Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan
kaki dengan tarikan atau traksi.
Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat
dirubah dengan gips dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4
minggu.
Pemeriksaan dalam masa penyembuhan
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan
pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8 minggu. Program
penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle,
memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat
mengembalikan ke fungsi normal
b) Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi,
yaitu:
Absolut
⁻ Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga
memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan
lukanya.
⁻ Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk
memperbaiki jalannya darah di tungkai.
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.