Disusun Oleh:
Oleh :
Wilda Al Aluf Riandini, S. Ked
J510170074
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim pembimbing stase Ilmu Penyakit Mata
Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Ida Nugrahani Sp. M (...............................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Ida Nugrahani Sp. M (...…........................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma adalah gangguan yang terjadi pada mata ditandai dengan
peningkatan tekanan itraokular yang tinggi dan mempengruhi kesehatan mata
yang menyebabkan terjadinya gangguan lapangan penglihatan. Mekanisme
peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh gangguan
aliran keluar humor aquos. Sedangkan glaukoma pimer sudut tertutup
merupakan glaukoma yang disebabkan adanya penutupan sudut oleh iris
perifer
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk
Amerika Serikat terkena glakoma dan diantara kasus tersebut, sekitar 50%
tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma.
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih
presentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma
sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat
glaukoma di China.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui fisiologi aliran aqueous humor
2. Untuk mengetahui penegakan diagnosis hingga penatalaksanaan serta
komplikasi dari Glaukoma Akut Sudut Tertutup Primer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Komplikasi
Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman
trabekular ( sinekia anterior ) sehingga menimbulkan oklusi sudut bilik mata
depan ireversible yang memerlukan tindakan bedah untuk
memperbaikinnya. Sering terjadi kerusakan nervus opticus.
1. Sinekia Anterior Perifer : Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan
menghambat aliran humour akueus
2. Katarak : Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak.
Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan
yang akan menambah hambatan pupil dan pada gilirannya
akan menambah derajat hambatan sudut.
3. Atrofi Retina dan Saraf Optik : Daya tahan unsur-unsur saraf mata
terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk. Terjadi
gaung glaukoma pada papil optik dan atrofi retina, terutama
pada lapisan sel-sel ganglion.
4. Glaukoma Absolut : Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak
terkendali adalah glaukoma absolut. Mata terasa seperti batu,
buta dan sering terasa sangat sakit. Keadaan semacam ini
memerlukan enukleasi atau suntikan alkohol retrobulbar.
J. Penatalaksanaan
Terapi pada awalnya ditunjukkan untuk menurunkan tekanan
intraokular. Asetazolamid intravena dan oral bersama obat topikal, seperti
penyekat beta dan apraclonidin dan jika perlu obat hiperosmotik biasanya
akan menurunkan tekanan intraokuler.
Pada Glaukoma primer sudut tertutup dengan gejala terdapat 2
terapi :
1. Medikamentosa
a. Alfa adrenergik antagonis agent ( pilokarpin 1-2%) tiap 10
menit/4 dosis
b. Beta adrenergic antagonis agent (timolol 0,5%) 2x 1 tetes
c. Hiperosmotik agent (glycerol 50% 1,5-3 ml/kgBB)
(Isosorbide 45%)
d. Intravenous: mannitol 20% (2,5 – 10 ml/kgBB)
e. Acetazolmid : (Damox) oral/IV 500mg
f. Glaukoma sudut tertutup dengan suatu reaksi radang hebat
dapat diberikan prednison 1% atau deksamethason 0,1%
pada awalnya sebelum dilakukan laser atau operasi.
g. Simptomatik : anti emetik
2. Operasi
Setelah TIO dapat dikontrol harus dilakukaniridotomi perifer
untuk membentuk hubungan permanen antara bilik mata depan dan
belakang sehingga kekambuhan iris bombe dapat dicegah. Ini paling
sering dilakukan dengan laser YAG:neodymium. Iridektomi perifer
secara bedah merupakan terapi konvensional bila terapi laser tidak
berhasil. Mata sebelahnya harus menjalani iridotomi laser profilaktik.
K. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila
tidak mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi
dalam waktu yang pendek sekali. Pengawasn dan pengamatan mata yang
tidak mendapat serangan diperlukan karma dapat memberikan keadaan yang
sama seperti mata yang dalam serangan.
BAB III
PENUTUP
Ilyas s. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI, 2008.212