Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa
sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Dalam kasus
yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Beberapa
pasien juga mengalami infeksi kulit. Bakteri penyebab penyakit ini menghasilkan racun yang
berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh lain.
Penyebab
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui
partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi.
Jika Anda menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, Anda dapat
terkena difteri. Cara ini sangat efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama pada tempat yang
ramai.
Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi. Anda dapat
terkena difteri dengan memegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas yang belum
dicuci, atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri. Pada kasus yang
langka, difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan bersama, seperti handuk
atau mainan.
Menyentuh luka yang terinfeksi juga dapat membuat Anda terekspos bakteri yang menyebabkan
difteri.
Faktor pemicu
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena difteri, yaitu:
Pengobatan
Untuk mendiagnosis penyakit, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa
adanya pembengkakan pada kelenjar limfa. Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada
tenggorokan dan amandel Anda, dokter dapat menduga Anda memiliki difteri. Dokter juga dapat
menanyakan sejarah medis serta gejala yang Anda alami.
Namun, metode paling aman untuk mendiagnosis difteri adalah dengan biopsi. Sampel jaringan
yang terpengaruh akan diambil dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa, apakah
Anda memiliki bakteri difteri atau tidak.
Dokter akan segera menangani penyakit ini, karena difteri adalah kondisi yang sangat serius.
Pertama, dokter akan memberi suntikan antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh
bakteri. Jika alergi terhadap antitoksin, Anda perlu memberi tahu dokter agar dokter dapat
menyesuaikan pengobatan.
Pada pasien dengan alergi, biasanya dokter akan memberi dosis antitoksin yang rendah dan
meningkatkan kadar secara bertahap. Setelah itu, dokter akan memberikan antibiotik untuk
membantu mengatasi infeksi. Setelah diberikan obat-obatan tersebut, dokter dapat
merekomendasi dosis pendorong vaksin difteri setelah sehat, untuk membangun pertahanan
terhadap bakteri difteri.
Normal apabila dokter meminta pasien untuk tinggal di rumah sakit untuk mengawasi reaksi
terhadap pengobatan dan mencegah penyebaran penyakit. Jika Anda atau anak Anda melakukan
kontak dengan seseorang dengan penyakit difteri, Anda harus segera mengunjungi dokter untuk
melakukan tes dan kemungkinan perawatan.
Pengobatan di rumah
Berikut adalah yang perlu Anda lakukan saat terkena difteri:
Banyak bed rest alias istirahat di tempat tidur. Batasi aktivitas fisik apabila jantung Anda
terpengaruh. Anda mungkin memerlukan istirahat di tempat tidur selama beberapa minggu
atau sampai Anda telah pulih total.
Isolasi ketat. Anda sebaiknya menghindari penyebaran penyakit pada orang lain apabila
Anda terinfeksi.
Komplikasi
Jika tidak diobati dengan tepat, difteri dapat mengakibatkan komplikasi yang berbahaya, dan
bahkan bisa berujung dengan kematian. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
Bagi beberapa orang, difteri bisa merenggut nyawa. Bahkan setelah diobati pun, 1 dari 10
penderita difteri biasanya meninggal dunia. Namun, jika tidak diobati, jumlah kematian bisa
meningkat menjadi 1:2. Oleh karena itu, lakukan tindak pencegahan dan segera periksakan ke
dokter saat gejala muncul.
Pencegahan
Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya
diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi
berusia 2 bulan.
Menurut infoimunisasi, anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan,
4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.
Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan
melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini juga
termasuk untuk orang dewasa.
MAKANAN ORANG SAKIT DIFTERI
1. Brokoli
Kandungan vitamin C yang dimiliki brokoli merupakan sumber gizi yang membantu
menguatkan daya tahan tubuh yang bertujuan untuk menguatkan sistem kekebalan untuk
2. Alpukat
Vitamin B12, dan vitamin C dapat membantu melawan infeksi bakteri penyebab difteri.
Konsumsi alpukat secara rutin dapat menghindari risiko difteri dan meningkatkan sistem
imun tubuh.
3. Bawang putih
Para ahli merekomendasikan makanan berbahan bawang putih untuk dikonsumsi oleh
penderita difteri karena bawang putih memiliki zat alicin yang berperan untuk
menguatkan sistem kekebalan tubuh serta membantu melawan infeksi bakteri difteri.
1. Menghindari makanan yang asam, makanan asam jika di konsumsi dapat menimbulkan
rasa perih
2. Makanahn pedas
3. Gorengan
6. Junkfood/fastfood
7. Minuman ringan/bersoda