Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 8 PKN

Tanggapan saya terhadap wacana yang diekluarkan oleh pemerintah tersebut seharusnya
tidak benar-benar dilaksanakan . Jika anggota TNI melakukan menduduki jabatan structural
instansi sipil hal itu dapat melangar peraturan perundangundangan yang berlaku.

Jika seirang prajurit TNI yang ingin menduduki jabatan sipil maka tidak dalam menjalankan
tugas atau bisa disebut mengundurkan diri atau pensiun dari dinak aktif keprajuritan. Seperti
yang dijelaskan pada pasal UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Pasal 47 ayat (1) menjelaskan : “Prajurit hanya dapat menduduki jabatan sipil setelah
mengundurkan diri atau pensiun dari dinas aktif keprajuritan”.

Namun demikian, dalam pasal yang sama, Undang-Undang tersebut memberikan


kemungkinan bagi anggota TNI untuk menduduki jabatan struktural di 10 (sepuluh) instansi
sipil, yaitu:

1. Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan;

2. Kementerian Pertahanan;

3. Sekretariat Militer Presiden;

4. Badan Intelijen Negara;

5. Lembaga Sandi Negara;

6. Lembaga Ketahanan Nasional;

7. Dewan Ketahanan Nasional;

8. Badan Search and Rescue Nasional;

9. Badan Narkotika Nasional; dan

10. Mahkamah Agung.


Anggota TNI/Polri yang menduduki jabatan struktural di instansi tersebut tidak dialihkan
statusnya menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN)/Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tidak hilang
statusnya sebagai anggota TNI/Polri.

apabila pengisian jabatan struktural di instansi sipil tertentu oleh TNI/Polri tanpa pengalihan
status akan dijadikan kebijakan pemerintah, maka peraturan perundangundangan yang
mengatur, terutama UU TNI, harus diubah terlebih dahulu dengan menambahinstansi yang
diinginkan pada daftar kementerian/lembaga dalam Undang-Undang tersebut.

Sumber Referensi :

https://setkab.go.id/pengisian-jabatan-struktural-instansi-sipil-tnipolri/

Anda mungkin juga menyukai