PENDAHULUAN
Secara umum komunikasi antar pribadi (KAP) dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara
tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam pengertian tersebut mengandung 3
aspek:
a) Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus
menerus.
b) KAP merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan
secara timbal balik.
Dari ketiga aspek tersebut maka KAP menurut Judy C. Pearson memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- KAP dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut
pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan
kita.
- KAP bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi
secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.
- KAP mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan
dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.
- KAP tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada
pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau
menghapus yang sudah dikatakan.
- KAP berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan
antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis.
Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi
terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.
Dalam lokus psikologis, komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang melibatkan dua
orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri atau proses psikologis tertentu.
Katakanlah Ani berkomunikasi dengan Budi maka proses psikologis Ani harus memiliki
kesamaan tertentu dengan proses psikologis Budi. Ketika Ani dan Budi berkomunikasi,
mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi masing-masing ke dalam
tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan atau dengan kata lain melalui
proses psikologis mereka. Proses ini akan berlangsung terus sepanjang keduanya masih
terlibat dalam tindak komunikasi.
Memahami Diri Pribadi dalam Komunikasi iri pribadi adalah suatu ukuran/kualitas yang
memungkinkan sesorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan
individu lainnya.
2. Adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud disini adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki
B. SIFAT-SIFAT PERSEPSI
Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki
dasar/basis untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman
masa lalu kita dengan orang, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang
menyerupainya
Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi
secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan
atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah
melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat
ditangkap oleh indra kita
Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan
pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk
memberi makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis
yang ada di dalam diri kita maka bersifat subyektif. Fisher (1987 : 125) bahkan
mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses intrapribadi, tetapi juga
sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak terhindarkannya keterlibatan pribadi dalam tindak
persepsi menyebabkan persepsi sangat subjektif.
- Objek persepsi
- Suatu interpretasi atau makna yang merupakan hasil dari tindakakn persepsi
1. Elemen Pertama adalah sensasi pengindraan dan interpretasi. Ketika orang menangkap
sesuatu melalui indranya (melihat, mendengar, mencicip, membau, atau meraba) maka secara
simultan dia akan menginterpretasikan makna dari hasil pengindraanya
2. Elemen Kedua adalah Harapan. Harapan dapat menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam
mengarahkan persepsi, meskipun adakalanya bertentangan dari rasio. Harapan mempengaruhi
persepsi terhadap diri pribadi seperti persepsi terhadap objek lainnya. Kita berharap untuk
mendapat simpati dari orang yang baru kita kenal, dan kita biasanya akan merasa senang bila
orang tersebut memang bersimpati kepada kita
3. Elemen Ketiga adalah bentuk dan latar belakang (figure & background). Salah satu cara
untuk memahami proses persepsi terletak pada kemampuannya untuk membeda-bedakan
antara berbagagi jenis informasi. Orang yang mempersepsi, membedakan antara yang baik
dan yang buruk, yang penting dari yang tidak penting, yang relevean dari yang tidak relevan
4. Perbandingan merupakan elemen keempat dari persepsi, jika makna yang dipersepsikan
konsisten atau mirip dengan criteria yang digunakan sebagai pembanding (pengalaman masa
lalu kita akan menganggapnya valid. Ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak sesuai
dengan criteria pembanding maka kita akan mengalami ketidaksesuaian kognitif atau
inkonsistensi kognitif. Sehingga kita merasa perlu untuk menyingkirkan inkonsistensi tadi
sebagai upaya untuk mengatasi ketidaksesuaian psikologis kita
5. Konteks merupakan elemen kelima dari persepsi, mungkin yang paling potensial. Bukan
berarti bahwa system kognitif kita seperti nilai, sikap, dan keyakinan, atau harapan kita, tidak
cukup berpengaruh. Tetapi konteks di mana kita mempersepsikan suatu objek, sangat kuat
pengaruhnya. Sehingga cenderung mengarahkan struktur kognitif dan harapan kit, dan pada
gilirannya persepsi kita
Langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui/menyadari diri kita sendiri, yaitu
mengungkap siapa dan apa kita ini. Dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga
persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri kita secara simultan kita juga telah
mempersepsikan diri kita sendiri. Fisher (1987:134) menyebutkan ada beberapa elemen dari
kesadaran diri, yaitu konsep diri (self esteem dan multiple selves). Pemahaman terhadap
konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Pada umumnya orang
cenderung menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga kategori, yaitu :
3. Peran social
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita
mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki, perempuan, tinggi,
rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya) atau kemampuan tertentu (pandai, pendiam,
cakap, dungu, terpelajar, dan sebagainya). Karakteristik social menunjukkan sifa-sifat yang
kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Antara lain, ramah atau ketus,
ekstovert, atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli, dan
sebagainya. Peran social, mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam suatu masyarakat
tertentu.
a. Self Esteem adalah Ungkapan yang digunakan untuk menyatakan persepsi evaluative
seseorang terhadap dirinya sendiri. Self esteem berpengaruh terhadap perilaku kita,
khususnya perilaku komunikasi kita. Orang yang self esteemnyatinggi biasanya lebih
mandiri, tegas, dan tidak mudah dipersuasi. Sementara kebalikan dari hal-hal tadi biasanya
ditemukan pada orang yang self esteemnya rendah.
b. Multiple selves adalah setiap orang memiliki identitas diri yang berbeda. Ketika kita
terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita yaitu
persepsi mengenai diri kita dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap diri kita
(metapersepsi). Cara lain untuk melihat multiple selves adalah melalui diri ideal kita.
Sebagian dari konsep diri mencakup siapa diri kita sebenarnya, sedangkan sebagian lain
mencakup kita ingin menjadi apa.
Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara kontinu dan tidak dapat kita hindari.
Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan
mendapat manfaatnya maka kita perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya. Proses perkembangan kesadaran diri diperoleh melalui
tiga konsep, yaitu reflexive, social self, dan becoming self.
1. Reflexive self adalah apabila kita memandang ke dalam cermin dan kita tidak hanya
melihat diri kita, tetapi melihat diri kita (yang dipantulkan oleh cermin) yang sedang
memandang kita. Jadi kesadaran diri dikatakan reflexive jika bersifat dua arah. Ketika kita
mempersepsikan diri kita, kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.
2. Social Self adalah menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita.
Pada hal ini, individu memperoleh konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Reaksi
orang lain ini membuat tindakan kita jauh lebih berarti, dan ini berarti bahwa sebenarnya
orang lain telah memberikan patokan di mana kita dapat mengukur konsep diri kita. Adapun
istilah lain :
- Looking Glass Self adalah yang menggambarkan bagaimana kita mengembangkan konsep
diri melalui interaksi
- Self Monitoring adalah suatu kemampuan di mana tingkatannya berbeda-beda pada setiap
orang. Kemampuan ini akan membuat kita menjadi lebih efektif dalam komunikasi
antarpribadi.
3. Becoming self, artinya konsep diri selalu dalam state of becoming atau proses menjadi
konsep diri. Pengertian becoming ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan konsep diri
tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan secara gradual melalui aktivitas sehari-
hari kita.
Upaya mengenali orang lain bukanlah persoalan sederhana. Upaya ini menyangkut proses
psikologis, yaitu persepsi, dan seperti telah kita ketahui, persepsi memiliki banyak kelemahan
sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan. Anatara lain persepsi tidak akurat, selektif,
subjektif, dan sebagainya. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan
untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun ada tiga jenis informasi terpenting
yang perlu kita katahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan
kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang memiliki beberapa
arti bagi kita :
a. Pertama adalah sebagai mekanisme proteksi, yaitu kita ingin mengetahui apa yang
diharapakannya dari kita melalui komunikasi yang dia lakukan
b. Melalui pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau
akurasi dari penampilannya. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa kita menganggap
sebagian besar perilaku memiliki tujuan tertentu, dan kita menggunakan persepsi untuk
mengenali secara cermat apa tujuan orang lain.
Setelah kita memperoleh informasi tentang orang lain yang dibutuhkan, apa yang harus
dilakukan dengan informasi tersebut. Dalam komunikasi antarpribadi, setiap partisipasi perlu
mengenali partisipan lainnya dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi
ketidakpastian (uncertainly reduction) dan perbandingan sosial (social comparison). Jadi,
dalam tahap awal komunikasi antarpribadi, kita akan berusaha mengurangi jumlah ketidak
pastian yang kita rasakan mengenai apa yang harus kita lakukan.
Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang lain. Mengutip
Leon Festinger, Fisher (1987:160) yang mengemukakan bahwa orang biasanya melakukan
evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri kita sendiri (konsep diri). Selain itu kita
juga ingin mengetahui bagaimana menilai diri kita (self esteem).
Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk melakukan dengan orang lain
yang setara. Misalnya, status sosial ekonomi kita dengan orang lain yang statusnya hampir
sama. Jadi, perbandingan sosial bukanlah upaya untuk melakukan evaluasi diri secara
objektif. Meskipun demikian ini adalah cara yang sehat untuk menjaga kestabilan konsep diri
dan self esteem, karena jika kita membandingkan diri dengan ukuran yang tidak setara maka
resikonya adalah merosotnya self esteem dan meningkatnya gangguan psikologis.
Stave Duck (1977) mengemukakan bahwa perilaku orang akan membantu dalam tiga hal :
- Perilaku tersebut mungkin akan terasa menyenangkan bagi kita karena kita akan selalu
merasa senang jika mendapat senyuman atau pujian misalnya
- Perilaku tersebut memberikan informasi yang dapat kita gunakan untuk membentuk
semacam kesan mengenai kondisi internal sesorang (kepribadian, sikap, keyakinan, nilai)
- Perilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai mengenai kelanjutan hubungan
di kemudian hari
Pada kenyataannya, persepsi kita terhadap orang lain memang tidak bisa lebih dari
tebakan/perkiraan. Hanya dengan informasi yang lebih banyak yang kita peroleh seiring
dengan berlangsungnya komunikasi atau berlanjutnya hubungan maka kita dapat menebak
dengan lebih baik/akurat. Bahasan berikut akan meguraikan tiga proses kognitif yang terjadi
dalam mempersiapkan orang lain, ketiganya adalah implicit personality theory, proses
atribusi, dan response sets
1. Implicit personality theory adalah pengalaman interaksi di masa lalu, kita telah mengenal
berbagai ciri-ciri psikologis/kepribadian yang berbeda dari berbagai orang yang berbeda.
Maka, Menggunakan implicit personality berarti berusaha memahami individu tertentu
dengan menempatkan ciri-ciri individu tersebut ke dalam suatu kerangka pemahaman.
Menggunakan implicit personality theory, di mulai dengan individu dan mencoba
mengidentifikasikannya ke dalam klasifikasi sosial berdasarkan apa yang kita ketahui tentang
individu tersebut sebagai sosok yang spesifik/khas.
2. Proses atribusi adalah proses intrapribadi yang menempatkan penyebab atas suatu
peristiwa kepada seorang atau sesuatu. Sebagai suatu bentuk proteksi, kita biasanya
memandang diri kita sendiri dalam pengertian situasional yaitu kita cenderung menimpakan
perilaku kita yang tidak disukai kepada situasi, bukan kepada diri kita sendiri. Sebaliknya,
kita cenderung mempersepsikan orang lain dalam pengertian disposisional. Ketika
memperhatikan seseorang, kita cenderung menempatkannya pada proses intra pribadi, yaitu
sesuatu yang terjadi di dalam orang tersebut.
3. Response sets merupakan predisposisi tertentu yang dilakukan untuk menanggapi orang
lain. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi untuk mengenali
orang lain secara utuh maka kita menggunakan response sets sebagai jalan pintas. Oleh
karenanya, dalam proses ini kesalahan dalam mempersepsikan orang dapat mungkin terjadi.
Response sets yang sangat umum digunakan adalah ‟hallo effect‟, dan ‟leniency effect‟.
- Persoalan yang muncul dari ‟hallo effect‟ ini adalah bahwa kita mengabaikan situasi yang
dapat mempengaruhi tindakan orang. Kita melupakan kenyataan bahwa yang akan
berperilaku dan menampilkan peran yang berbeda dalam situasi yang berbeda dan kepada
orang yang berbeda.
- Leniency effect adalah response sets lain di mana kita membiarkan hubungan kita dengan
seseorang mempengaruhi persepsi kita terhadap orang tersebut. Sehingga dalam persepsi kita
dia hanya memiliki sedikit kekurangan dibanding begitu banyak kelebihannya.
Erving Goffman (1963) mengemukakan bagaimana setiap orang dalam kehidupan sehari-
harinya terlibat dalam ”memerankan” dirinya kepada orang lain. Tindakan ini bukanlah
upaya kepura-puraan/manipulatif, melainkan bagian yang wajar dalam interaksi sosial yang
disebut impression management.
- Orang yang rhetorcally sensitive dapat menerima kompleksitas pribadi, yaitu dapat
memahami bahwa setiap individu merupakan kesatuan dari banyak diri (multiple selves)
- Orang yang rhetorcally sensitive menghindari sifat kaku/keras dalam berkomunikasi dengan
orang lain
- Orang semacam ini akan mengimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang
lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi (interaction consciousness)
- Orang yang rhetorcally sensitive sadar kapan harus mengkomunikasikan atau tidak
mengkomunikasikan sesuatu dalam situasi yang berbeda
- Orang semacam ini menyadari bahwa suatu pesan dapat dikemukakan melalui berbagai
cara, dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaian pesan dalam situasi tertentu.
c. Attributional responsses merupakan cara lain penggunaan proses attribusi melalui prilaku
kita sebagai reaksi atas tindakan orang lain. Dalam hal ini kita menanggapi dengan suatu cara
yang secara jelas menunjukkan suatu makna tertentu terhadap prilaku orang lain. Dengan
kata lain, atribusi dapat di terapkan sebagai strategi percakapan seperti halnya para proses
persepsi, dan ketika kita menggunakannya sebagai strategi, atribusi akan mempengaruhi
keseluruhan alur percakapan.
Konfirmasi antarpribadi merupakan tanggapan atau reaksi atas perilaku orang lain. Konsep
ini masih berkaitan dengan impression management. Ketika kita berusaha untuk
mengarahkan kesan maka pada saat yang bersamaan orang lain pun melakukan hal yang
sama kepada kita. Dalam menanggapinya kita memiliki tiga alternatif, yaitu konfirmasi,
menolak, atau diskonfirmasi.
- Jika kita melakukan konfirmasi berarti kita menerima identifikasi diri orang lain seperti
yang ditampilkannya di hadapan kita.
- Menolak, kita mengakui keberadaan orang tersebut namun menyangkal definisi diri yang
dia tampilkan
- Sementara itu diskonfirmasi berarti lebih jauh dari sekedar penolakan. Ketika kita
mendiskonfirmasi penampilan orang lain, kita sepenuhnya mengabaikan pesan orang lain dan
menganggapnya tidak pernah di ucapkan.
Self Disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi focus penelitian dari
teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi
kita kepada orang lain dan sebaliknya. Joseph Luft (Reardon, 1987 : 163) mengemukakan
teori self disclosure yang disebut Johari Window
a. Kuadran 1 : Memiliki keterbukaan terhadap orang lain tentang informasi apa yang ada
didalam diri. Bisa juga disebut dengan daerah terbuka atau areal bebas.
b. Kuadran 2 : Maksud dari kata Buta atau Blind ialah apa yang diketahui oleh orang lain
tentang diri sendiri justru tidak kita ketahui atau sadari
c. Kuadran 3 : Meliki sifat tertutup terhadap orang lain tentang informasi apa yang ada
didalam diri kita sendiri
d. Kuadran 4 : Sesuatu yang tidak kita ketahui begitu pula dengan orang lain