PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan masih tetap
merupakan masalah bagi pasien, keluarga, dan bahkan para klinisi dan peneliti
asma. Mengacu pada data epidemiologi Amerika Serikat pada saat ini
diperkirakan terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari seluruh populasi asma. Selain
karena jumlahnya yang banyak, pasien asma anak dapat terdiri dari bayi , anak,
dan remaja, serta mempunyai permasalahan masing-masing dengan implikasi
khusus pada penatalaksanaannya.1
Saat ini, penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.
Berdasarkan riskesdas 2007, terdapat peningkatan prevalensi asma seiring
bertambahnya usia, dimana umur < 1 tahun prevalensinya sebesar 1,1% dan umur
75% prevalensinya sebesar 12,3%.2
Serangan asma bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan mengancam
kehidupan. Berbagai faktor dapat menjadi pencetus timbulnya serangan asma,
antara lain adala olahraga, alergen, infeksi, perubahan suhu udara yang mendadak
atau pajanan terhadap iritan respiratorik seperti asap rokok, dan lain-lain. Selain
itu, berbagai faktor turut mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi asma di suatu
tempat, misalnya usia, jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengauhi prevalens asma , derajat penyakit
asma, terjadinya serangan asma, berat ringannya serangan dan kematian akibat
penyakit asma.3
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : BS
No RM :
Tanggal Lahir : 27-11-2014
Umur : 1 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
Agama : Islam
Ruangan :
C. ANAMNESIS
2
tidak disertai menggigil, kejang ataupun
keringat dingin. Tidak ada keluhan berupa
mual, muntah ataupun nyeri perut. BAB biasa,
BAK lancar.
Nafsu makan pasien berkurang tetapi kuat
minum.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
K.U : Sakit Sedang/ Composmentis/Gizi Baik
BB : 11 kg
PB : 82 cm
3
2. Tanda Vital
Tekanan Darah :-
Suhu : 36,20C
Nadi : 132x/menit
Pernapasan : 38x/menit
3. Status Generalis
Pucat (-) Telinga : Othorea (-)
Cyanosis (-) Mata : Cekung (+), Konjungtivitis (-)
Tonus : Normal Hidung : Rhinorea (+)
Ikterus (-) Bibir : Kering (+)
Turgor : Baik Lidah : Kotor (-)
Busung (-) Sel. Mulut : Stomatitis (-)
Kepala : Kesan Normal Leher : Kaku kuduk (-)
Muka : Simetris kiri dan kanan Kulit : Tidak ada kelainan
Rambut : Hitam halus, tidak mudah Tenggorok : Hiperemis (-)
dicabut Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Ubun ubun besar: Menutup (+)
Thorax Jantung
Inspeksi : Inspeksi:
Simetris kiri dan kanan Ictus cordis tidak tampak
Retraksi dinding dada (+) Palpasi :
Perkusi: Ictus cordis tidak teraba
Sonor kiri dan kanan Perkusi :
Auskultasi Batas kiri :
Bunyi Pernapasan : Linea midclavicularis sinistra
bronkovesikuler Batas kanan :
Bunyi tambahan: Rh +/+ Wh +/+ Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS III sinistra
Auskultasi :
Bunyi Jantung I dan II regular,
bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Alat kelamin :
Perut datar, ikut gerak napas - Dalam batas normal
Massa tumor (-) Anggota gerak :
Palpasi : - Dalam batas normal
Limpa : tidak teraba Tasbeh (-)
4
Hati : tidak teraba Col. Vertebralis : Skoliosis (-)
Nyeri tekan (-) KPR : +/+ kesan normal
Perkusi : APR : +/+ kesan normal
- Tympani (+)
Auskultasi
- Peristaltik (+)
E. FOLLOW UP PASIEN
5
06/10/2016 S: Batuk (+), lendir (+), darah (-), flu (-), - O2 1 – 2 lpm
sesak (+). Demam (-), mual (-), muntah (- - IVFD Dextrose 5% 20
). BAB biasa, BAK lancer. tpm mikro
Nafsu makan baik, anak kuat minum - Cefotaxime 2 x 400 mg
O: KU: lemas - Gentamisin 2 x 25 mg
TD: - P : 48 x/m - Dexametasone 2 x 4 mg
N : 120 x/m S : 30,6°C - Paracetamol syr 3 x 1 cth
Thoraks : Retraksi (+) - Nebulizer P/S
Paru :Rh+/+, Wh+/+ - Rawat RPI
CV : BJ I/II murni regular, bising (-) - Foto thoraks
A: Asma + Bronkopneumonia
07/10/2016 S: Batuk (+), lendir (+), darah (-), flu (-), - O2 ½ – 1 lpm
sesak (+). Demam (-), mual (-), muntah (-
- IVFD Dextrose 5% 16
). BAB biasa, BAK lancer.
tpm mikro
Nafsu makan baik, anak kuat minum
- Cefotaxime 2 x 400 mg
O: KU: lemas
- Gentamisin 2 x 25 mg
TD: - P : 32 x/m
- Dexametasone 2 x 4 mg
N : 128 x/m S : 36,4°C
- Paracetamol syr 3 x 1 cth :
Thoraks : Retraksi (+) berkurang
stop
Paru :Rh+/+, Wh-/-
- Nebulizer 1x
CV : BJ I/II murni regular, bising (-)
- Rawat RPI
A: Asma + Bronkopneumonia
6
08/10/2016 S: Batuk (+), lendir (+), darah (-), flu (-), - O2 / kp
sesak (-). Demam (-), mual (-), muntah (- - IVFD Dextrose 5% 16
). BAB biasa, BAK lancar. tpm mikro
Nafsu makan baik, anak kuat minum - Cefotaxime 2 x 400 mg
Luka karena popok (+) - Gentamisin 2 x 25 mg
O: KU: lemas - Dexametasone 2 x 4 mg
TD: - P : 32 x/m - Nebulizer 1x
N : 124 x/m S : 36,4°C - Gentamisin salep
Thoraks : Retraksi (-) - Pindah ruangan
Paru :Rh+/+, Wh-/-
CV : BJ I/II murni regular, bising (-)
A: Asma + Bronkopneumonia
09/10/2016 S: Batuk (+), lendir (+), darah (-), flu (-), - O2 / kp
sesak (-). Demam (-), mual (-), muntah (- - IVFD Dextrose 5% 16
). BAB biasa, BAK lancar. tpm mikro
Nafsu makan baik, anak kuat minum - Cefotaxime 2 x 400 mg
Luka karena popok (+) - Gentamisin 2 x 25 mg
O: KU: Membaik - Dexametasone 2 x 4 mg
TD: - P : 28 x/m - Nebulizer 1x
N : 120 x/m S : 36,5°C - Gentamisin salep
Thoraks : Retraksi (-)
Paru :Rh-/-, Wh-/-
CV : BJ I/II murni regular, bising (-)
A: Asma + Bronkopneumonia
7
10/08/2016 S: Batuk (+), lendir (+) sesekali, darah (-), - Puyer batuk
flu (-), sesak (-). Demam (-), mual (-),
muntah (-). BAB biasa, BAK lancar.
Nafsu makan baik, anak kuat minum
Luka karena popok (+)
O: KU: Membaik
TD: - P : 28 x/m
N : 112 x/m S : 36,2°C
Thoraks : Retraksi (-)
Paru :Rh-/-, Wh-/-
CV : BJ I/II murni regular, bising (-)
A: Asma + Bronkopneumonia
Infus stop, obat ganti oral, rawat jalan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin
Tanggal
Pemeriksaan RBC HGB HCT PLT WBC LED
10.2
05/10/2016 5.16 106/mm3 33.7% 371 103/mm3 9.61 103/mm3 32 mm / jam
g/dL
8
Kesan : Bronchopneumonia
G. DIAGNOSIS KERJA
H. PENATALAKSANAAN
1. O2 1 – 2 lpm
2. IVFD Dextrose 5% 20 tpm mikro
3. Cefotaxime 2 x 400 mg
4. Gentamisin 2 x 25 mg
5. Dexametasone 2 x 4 mg
6. Paracetamol syr 3 x 1 cth
7. Nebulizer P/S
8. Gentamisin selep
I. RESUME MEDIS
Nama : BS
Usia : 1 tahun 11 bulan
BB : 13 kg
PB : 82 cm
SG : Gizi Baik
Tanggal Masuk : 05/10/2016
Tanggal keluar : 10/10/2016
9
pasien demam. Demam tidak disertai menggigil, kejang ataupun keringat
dingin. Tidak ada keluhan berupa mual, muntah ataupun nyeri perut. BAB
biasa, BAK lancar. Nafsu makan pasien berkurang tetapi kuat minum. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang dengan status gizi
baik, tanda vital di dapatkan nadi 132x/menit, bunyi pernafasan
bronkovesikuler dengan bunyi tambahan pernapasan Rh +/+, Wh +/+, frekuensi
nafas 32x/menit, dan suhu 36,2ºC. Tampak retraksi pada dinding dada. Pada
hasil foto thoraks, kesan: Bronchopneumonia.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. ASMA
11
B. BRONKOPNEUMONIA
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik juga diperoleh data bahwa
pasien menderita bronkopneumonia. Pada anamnesis, ditemukan 2 keluhan yang
merupakan gejala bronkopneumonia yaitu demam dan batuk. Temuan pada
anamnesis ini juga didukung dengan hasil pemeriksaan radiologi foto toraks
dimana kedua paru ditemukan adanya bercak infiltrat.
Bronkopneumonia atau pneumonia lobularis merupakan bagian dari
pneumonia, yang merupakan suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang
mengenai parenkim paru, yang dapat disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur
maupun benda asing lainnya. Pneumonia merupakan sindrom klinis, sehingga
didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya.
Salah satu definisi klinis klasik menyatakan pneumonia adalah penyakit
respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak napas, demam, ronki basah, dengan
gambaran infiltrat pada foto rontgen toraks.5,6,7
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
virus, jamur, dan bakteri. S. pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia
bakterial pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak
kurang dari 5 tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus
penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda,
adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma
pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae lebih sering ditemukan pada anak-anak,
dan biasanya merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada anak lebih dari
10 tahun.5,7
Sebagian besar gambaran klinis bronkopneumonia pada anak berkisar
antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian
kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi
sehingga memerlukan perawatan di RS. Pada anamnesis, gejala klinis yang bisa
didapatkan antara lain gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah,
malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal (mual, muntah, diare)
dan juga gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
pernafasan cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis.5
12
Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan
pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan
anak gelisah atau rewel. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran
dan kemampuan makan/minum. Tampak pula gejala distress pernapasan seperti
takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi, dan penurunan suara paru. Selain itu,
tampak pula gejala demam dan sianosis. Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak
menunjukkan gejala pneumonia yang klasik.7
Klasifikasi WHO menggunakan kriteria klinis berikut untuk mendiagnosis
pneumonia pada daerah dengan keterbatasan sarana :5,7
a. Bayi berusia < 2 bulan
Bronkopneumonia berat: napas cepat ( > 60 x/menit) atau retraksi yang
berat;
Bronkopneumonia sangat berat: tidak mau menetek/minum, kejang,
letargis, demam atau hipotermia, bradipnea, atau pernapasan ireguler.
b. Anak umur 2 bulan – 5 tahun
Bronkopneumonia ringan: napas cepat (> 50 x/menit pada usia 2 bulan
hingga 1 tahun dan > 40 x/menit pada usia > 1-5 tahun)
Bronkopneumonia berat: retraksi
Bronkopneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang,
letargis, malnutrisi.
Sedangkan kriteria rawat inap adalah sebagai berikut: 5,7
a. Bayi
Saturasi oksigen ≤92%, sianosis
Frekuensi napas >60x/menit
Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum/menetek
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
b. Anak
Saturasi oksigen ≤92%
Frekuensi napas >50x/menit
13
Distress pernapasan
Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Pemeriksaan foto toraks tidak direkomendasikan secara rutin pada anak
dengan infeksi saluran napas bawah akut ringan tanpa komplikasi. Pemeriksaan
foto toraks direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat inap atau
bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan, tetapi pemeriksaan foto toraks
tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab infeksi. Pemeriksaan foto toraks
follow up hanya dilakukan bila didapatkan adanya kolaps lobus, kecurigaan
terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk,
atau tidak respons terhadap antibiotik.7
Pada kasus ini, hasil foto toraks menunjukkan adanya bercak infiltrat
pada kedua paru sehingga memberi kesan adanya bronchopneumonia. Namun,
tidak tampak adanya kolaps lobus, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan foto
thoraks follow up.
E. PENATALAKSANAAN
1. ASMA
Pada masa anak terjadi proses tumbuh- kembang fisis, faal, imunologi, dan
perilaku yang memberi peluang sangat besar bagi kita untuk melakukan upaya
pencegahan, kontrol, self-management, dan pengobatan asma. Walaupun
medikamentosa selalu merupakan unsur penting pengobatan asma anak, harus
tetap diingat bahwa hal tersebut hanyalah merupakan salah satu dari berbagai
komponen utama penatalaksanaan asma. Penatalaksanaan asma yang baik harus
disokong oleh pengertian tentang peran genetik, alergen, polutan, infeksi virus,
serta lingkungan sosioekonomi dan psikologis pasien beserta keluarga.akib
Berdasarkan Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak FK-Unhas, terapi
pada pasien asma, meliputi:
14
a. Medikamentosa
o Pada serangan asma ringan, diberikan obat pereda (reliever) berupa ß
agonis secara inhalasi/oral, atau adrenalin 1/1000 subkutan 0,01
ml/kgBB/kali dengan dosis maksimal 0,3 ml/kali.
o Pada serangan sedang diberikan obat seperti di atas ditambah dengan
pemberian oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral dan dirawat di odc
(one day care = ruang rawat sehari).
o Pada serangan berat, selain obat di atas, dilakukan pemberian aminofilin
secara inhalasi dan rumatan. Kortikosteroid dapat diberikan secara
intravena. Steroid oral dengan dosis 1- mg/kgBB/hari dibagi 3 diberikan
selama 3-5 hari. Steroid yang dianjurkan adalah prednison dan
prednisolon.
b. Bedah
Pada serangan asma biasanya tindakan bedah tidak diperlukan kecuali jika
timbul komplikasi berupa pneumtoraks. Pada keadaan pneumotoraks diperlukan
tindakan pungsi dan bila diperlukan dilakukan pemasangan WSD (Water-Sealed
Drainage) untuk mengeluarkan udara dari pleura.
c. Suportif
Pengobatan suportif pada serangan asma diperlukan. Pada keadaan
tertentu, misalnya terjadi komplikasi berupa dehidrasi, asidosis metabolik, atau
atelektasis, diperlukan tindakan untuk mengatasinya. Pada keadaan khusus, yaitu
adanya gangguan secara psikologis, maka peran psikolog ataupun psikiater anak
sangat diperlukan karena stress merupakan salah satu faktor pencetus serangan
asma.
2. Bronkopneumoni
Penanganan umum Bronkopneumoni, yaitu :7
a. Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%
b. Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
15
c. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien
dan mengontrol batuk
d. Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
e. Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap
4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
Pemberian antibiotik untuk community acquired pneumonia, yaitu:
a. Neonatus - 2 bulan: Ampisilin + Gentamisin
b. > 2 bulan :
o Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol.
o Lini kedua Ceftriakson
Bila klinis mengalami perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti
preparat oral dengan antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena
sebelumnya.7
Pada pasien bronkopneumonia, kriteria pemulangannya adalah : 5,7
a. Gejala dan tanda bronpneumonia menghilang
b. Asupan per oral adekuat
c. Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
d. Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana control
e. Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
Prognosis bronkopneumoni pasien ini baik, umumnya penderita bahkan
dapat sembuh spontan dalam 2-3 minggu dengan pemberian antibiotika yang
adekuat. Pada pasien, berdasarkan gambaran klinis selama perawatan mulai
membaik. Keluhan juga telah berkurang secara berangsur-angsur. Hal ini ditandai
dengan batuk yang sudah mulai menghilang, demikian pula dengan retraksi yang
juga sudah mulai menghilang.
16
DAFTAR PUSTAKA
17