Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang
merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak
dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi
penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah
hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah
adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang
waspada terhadap anak yang mengalami diare. Sehingga mungkin
saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan
World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada
bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan
bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS,
malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara
berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan
penanganan serius.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan.
Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang
memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya.
Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly ,
Feces, danFinger.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari diare.


2. Bagaimana etiologi dari diare.
3. Bagaimana patofisiologi dari diare.
4. Bagaimana tanda dan gejala dar diare
5. Bagaiman pemeriksaan penunjang pada diare.
6. Bagaimana komplikasi pada diare.
7. Bagaimana manifestasi klinis dari diare
.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari diare.
2. Untuk mengetahui etiologi dari diare.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari diare.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diare.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada diare.
6. Untuk mengetahui komplikasi pada diare.
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada diare.

D. Manfaat
1. Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan
dan paham akan perawatan Diare.
2. Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat
mengetahui dan memahami secara spesifik tentang Diare.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah
(Ngastiyah, 1997).

B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. nfeksi enteral ; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral ; merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti : otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya
c.

2. Faktor Malabsorbsi

3
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosadan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas), jarang terjadi tetapidapat ditemukan pada anak yang
lebih besar.

4
C. Patofisiologi

Masukan makanan/minuman yang terkontaminasi

Infeksi pada mukosa usus

Makanan/zat Menimbulkan Menimbulkan


yang tidak dapat rangsangan tertentu mekanisme tubuh
diserap yaitu : menimbulkan untuk mengeluarkan
mekanisme tubuh toksin
untuk mengeluarkan
Tekanan toksin
osmotic dalam
Peningkatan
rongga usus
gerakan usus
meninggi
Peningkatan sekresi (peristsltik)
Terjadi air dan elektrolit ke
pergeseran air dalam rongga usus
dan elektrolit ke
Berkurangnya
dalam rongga
kecepatan usus
usus
menyerap makan

Isi rongga usus


yang berlebihan
akan merangsang
usus untuk
mengeluarkannya

DIARE

Resiko kekurangan Gangguan rasa nyaman


cairan dan elektrolit

D. Tanda dan gejala

5
1. Tanda
Cengeng,Anus dan daerah sekitar lecet, BB menurun,Turgor
berkurang,Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung
(pada bayi), Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, Nadi cupat dan kecil, Denyut jantung jadi cepat,TD
menurun Kesadaran menurun, Pucat, nafas cepat, Buang air
besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau
dewasa, Suhunya tinggi
2. Gejala
Tidak nafsu makan, Lemas, Dehidrasi, Cengeng, Oliguria,
Anuria Rasa haus

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada
diare adalah:
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan
tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten.
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas
darah.
3. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad
renik atau parasit.

F. Komplikasi

6
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.

7
E. Manifestasi klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
napsu makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang
asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama
diare.Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian
yang memadai, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu: berat badan
menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung
(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.Bila
dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah
bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah
dengankesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik
klienakan tampak pucat, pernapasan cepat dan dalam (pernapasan
Kussmaul).

8
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Sistem Neurologi
a. Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang
b. Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama
kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah
berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. KeSadaran
diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor
dan koma.
c. Palpasi, adakah parese, anestesia.
d. Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

2. Sistem Penginderaan
a. Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang.
b. Inspeksi :Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-),
caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi
kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar
tampak cekung.

Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah


icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor,
miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut
atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.

Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat


menimbulkan asidosis metabolik sehingga kompensasinya
adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan
mengambil O2, nampak adanya pernafasan cuping hidung.

9
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh
pada kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya
menyebabkanterjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984).

c. Palpasi
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering,
sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah
menutup maximal umur 2 tahun.

Mata,tekanan bola mata dapat menurun.

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.

3. Sistem Integumen.
a. Subyektif,kulit kering.
b. Inspeksi, kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering.
c. Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit
kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik =
dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA
FKUI, 1988)
4. Sistem Kardiovaskuler.
a. Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki
terasa dingin.
b. Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi
ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh
meningkat.
c. Palpasi,suhu akral dingin karena perfusi jaringan
menurun,heart ratemeningkat karena vasodilatasi pembuluh
darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiacoutput
meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
d. Perkusi,normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara
kasar pada kausus diare akut masih dalam batas normal

10
(batas kiriumumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri
dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
e. Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguan
sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau
bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
5. Sistem Pernafasan.
a. Subyektif, sesak atau tidak.
b. Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau
subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman
pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas
inspirasi atau ekspirasi.
c. Palpasi, adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi,
tacti vremitus (-).
d. Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi,
wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti
broncho pnemonia atau infeksi lainnya.

6. Sistem Pencernaan.
a. Subyektif, Kelaparan, haus.
b. Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi
lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau
darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan
kesemitrisan abdomen.
c. Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma
stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik
dengan durasi 1 detik.
d. Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar
dan lien tidak membesar suara tymphani.
e. Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah,
massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.

11
7. Sistem Perkemihan.
a. Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya.
b. Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio
mayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-),
rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara
pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat.
Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
c. Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau
femosis.
8. Sistem Muskuloskletal.
a. Subyektif, lemah.
b. Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun.
c. Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan,
kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi
bakteri ditandai dengan seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari
dan feses dalam keadaan cair.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik, kramabdomen, diare dan iritasi jaringan ditandai
dengan pasien mengatakan sakit perut dan wajah meringis
sambil memegangi area yang sakit.
3. Kurangnya volume cairantubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik, pemasukan terbatas dan pengeluaran yang
berlebihan melalui feses.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh berhubungan
dengan menurunnya intake dan absorbsi makanan serta cairan.

12
C. Intervensi / perencanaan
Dx ;
Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi
bakteri ditandai dengan seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari dan
feses dalam keadaan cair.Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diare dapat teratasi, dengan
Tujuan ;
1. Fungsi usus stabil.
2. BAB anak berkurang dan konsistensi normal.
3. Tanda-tanda vital normal.

Intervensi ;

1. Kaji tanda-tanda vital klien.Mengetahui keadaan umum


pasien.
2. Observasi adanya demam, takikardi, ansietas dan kelemahan.
Mengetahui tanda terjadinya perforasi atau toksik megakolon.
3. Catat frekuensi BAB, karakteristik, jumlahdan faktor pencetus
Mengetahui keadaan klien dan membantu mengkaji keparahan
penyakit
4. Berikan intake makanan dan cairan per oral secara bertahap
Pemberian secara bertahap dapat menjaga periode istirahat
pada kolon, sedangkan pemasukan kembali mencegah dan
diare.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian
antibiotik (sesuai indikasi). Mengobati infeksi supuratif lokal.

13
Dx ;
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik,
kram abdomen, diare dan iritasi jaringan ditandai dengan pasien
mengatakan sakit perut dan wajah meringis sambil memegangi
area yang sakit.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
nyeri pada klien teratasi
Tujuan ;
1. Rasa nyaman terpenuhi.
2. Klien tidak meringis kesakitan dan memegangi perutnya
yang sakit.
3. Wajah rileks.

Intervensi ;

1. Kaji keluhan nyeri klien dan catat area nyeri, durasi, karakteristik
serta intensitasnya menggunakan skala nyeriKeluhan nyeri klien
dapat menunjukkan penyebaran penyakit atau terjadinya
komplikasi, misalnya perforasi dan toksik megakolon.
2. Berikan posisi nyaman pada klien misalnya lutut
fleksi.Menurunkan tegangan abdomen dan mendukung
pengurangan nyeri.
3. Observasi adanya isiorektal dan fistula perianal.Fistula dapat
terjadi karena adanya erosi dan kelemahan dinding usus.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait modifikasi diet yang
sesuai indikasi.Pemberian periode istirahat pada usus dapat
menurunkan nyeri dan kram abdomen.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian
analgesik dan obat lainnya sesuai indikasi.Pemberian analgesik
dapat mengurangi nyeri.

14
Dx ;
Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik,pemasukan terbatas dan pengeluaran yang
berlebihan melalui feses Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam klien akan memperlihatkan tanda-tanda dan
mempertahankan hidrasi yang adekuat
Tujuan ;
1. Turgor kulit kembali normal.
2. Membran mukosa lembab.
3. Intake output seimbang

Intervensi ;

1. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti kulit dan membran


mukosa kering.
2. Observasi masukan dan haluaran.
3. Anjurkan klien untuk banyak minum.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian obat
diare sesuai indikasi

15
Dx ;
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya intake dan absorbsi makanan serta
cairan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien
mengkonsumsi nutrisi yang adekuat sehingga dapat
mempertahankan berat badannya
Tujuan ;
1. Klien akan toleran dengan diet yang sesuai dengan peningkatan
berat badan dalam batas normal sesuai berat badan ideal
2. Klien tidak mual, tidak muntah
3. Nafsu makan meningkat
4. Kalori sesuai dengan berat badan

Intervensi ;

1. Nilai status nutrisi klien dilihat dari sebelum sakit dan berat
badan sekarang
2. Kaji keluhan rasa mual klien
3. Berikan makanan dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
4. Anjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan teknik
persi kecil tapi sering.

16
D. Implementasi / pelaksanaan
1. Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi
bakteri ditandai dengan seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari
dan feses dalam keadaan cair.
a. Mengkaji tanda-tanda vital klien.
b. Mengobservasi adanya demam, takikardi, ansietas dan
kelemahan.
c. Mencatat frekuensi BAB, karakteristik, jumlah dan faktor
pencetus.
d. Memberikan masukan makanan dan cairan per oral secara
bertahape. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lain terkait pemberianantibiotik (sesuai indikasi).
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik, kram abdomen, diare dan iritasi jaringan
ditandaidengan pasien mengatakan sakit perut dan wajah
meringis sambil memegangi area yang sakit.
a. Mengkaji keluhan nyeri klien dan catat lokasinya, lamanya,
karakteristik serta intensitasnya menggunakan skala nyeri.
b. Memberikan posisi nyaman pada klien misalnya lutut fleksi.
c. Mengobservasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
d. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait
modifikasi diet yang sesuai indikasi.
e. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait
pemberian analgesik dan obat lainnya sesuai indikasi.
3. Kurangnya volume cairantubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik, pemasukan terbatas dan pengeluaran yang
berlebihan melalui feses.
a. Mengkaji tanda kekurangan cairan, seperti kulit dan
membran mukosa kering.
b. Mengobservasi masukan dan haluaran,

17
c. Menganjurkan klien untuk banyak minum.
d. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait
pemberian obat diaresesuai indikasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya intake dan absorbsi makanan serta cairan.
a. Menilai status nutrisi klien dilihat dari sebelum sakit dan
berat badan sekarang
b. Mengkaji keluhan rasa mual klien
c. Memberikan makanan dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
d. Menganjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan
teknik persi kecil tapi sering.

E. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut


pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akan menunjukan
apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum,
masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Evaluasi yang
diharapkan dari kasus ini adalah:

1. Klien tidak diare.


2. Konsistensi veses berbentuk dan tidak cair
3. Klien tidak merasa mual dan nyeri
4. Menunjukan pemenuhan cairan yang adekuat di tandai
dengan tanda-tanda vital normal, turgo kulit baik, ubun-
ubun tidak cekung, membrane mukosa lembab dan mata
tidak cekung.
5. Nutrisi klien adekuat yang di tandai dengan peningkatan
berat badan sesuai dengan usianya.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.

B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Diare ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa
memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic


Noc edisi revisi Jilid 1 tahun 2013.
4. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda
Nic Noc edisi revisi Jilid 2 tahun 2013.
5. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi tahun 2012-1014.
6. Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinson
dan Nancy R. Ahern.

http://hamsahpk4.blogspot.com/2013/12/makalah-askep-diare.html

20

Anda mungkin juga menyukai