Anda di halaman 1dari 6

Tugas : Etika dan Perundang-undangan

Dosen : Nahira, SST., M.Keb

MALPRAKTEK DALAM KEBIDANAN

(Diduga Malpraktek, Bidan melahirkan Bayi dalam Kondisi Leher Patah)

OLEH :

FARIDA ALI
173145301140

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2018
Diduga Malpraktek, Bidan melahirkan Bayi dalam Kondisi Leher

Patah

Bersiap menyambut kelahiran anak keduanya, Irwansyah (35) dan

istrinya Rusmiati (34) malah harus menahan duka.

Rusmiati melahirkan bayi yang dikandungnya selama sembilan tersebut

sudah dalam keadaan tak bernyawa, usai menjalani persalinan di

Praktek Bidan Indayanti yang berada di Jalan KH Azhari Kelurahan 13

Ulu Kecamatan Seberang Ulu (SU) II, Kamis (17/3/2016) siang.

Irwansyahpun harus bertambah sakit hatinya, karena melihat bayi laki-

laki tersebut, harus lahir dalam keadaan leher yang patah, sekujur

tubuh yang mengalami luka, dan tali pusar yang telah terlepas.

Melihat apa yang dialami putranya tersebut, membuat Irwansyah tak

terima, dan menduga bidan Indayanti telah melakukan malpraktek.

"Tadi siang istri saya sudah kesakitan, jadi saya memutuskan untuk

membawa istri saya untuk menjalani proses persalinan di bidan

tersebut. Kata bidan itu anak kami lahir sungsang, namun saat keluar

bayi kami sudah dalam keadaan tak bernyawa," ujar warga Lorong

Beringin Jaya Kelurahan 13 Ulu Kecamatan SU II saat dibincangi

Tribunsumsel.
Irwansyahpun menduga ada kesalahan dalam proses persalinan yang

dilakukan.

Irwasnyah juga tidak bisa terima dengan alasan bidan, yang

mengatakan, jika bayinya memang sudah meninggal sebelum dilahirkan.

"Kata bidan itu, anak kami sudah meninggal tiga hari di dalam

kandungan. Kalau memang demikian, kenapa istri saya masih merasakan

kesakitan sebelum melahirkan. Bayi kami juga lahirnya mengenaskan

pak," ungkapnya.

Sanksi pelanggaran kode etik.

Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam. Seperti pemberian

pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur

dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaran Praktik Bidan.

Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah

penangan kasus kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus

patologis dan yang lainnya. Untuk kasus kelahiran sungsang jika bidan

melakukan pertolongan sendiri maka bertentangan dengan


a. Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang menyatakan

bahwa ) “Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman

b. PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Pada Pasal 10 point (d) disebutkan bahwa “Pelayanan kebidanan kepada

ibu meliputi pertolongan persalinan normal.

UU terkait Malpraktik

Undang-undang republic Indonesia nomor 36 tahun 2009 BAB VII

Tentang Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Remaja, Lanjut Usia, dan

Penyandang Cacat Bagian ke satu : kesehatan ibu, bayi dan anak

Pasal 126

(1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan

ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas

serta mengurangi angka kematian ibu.

(2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.


(3) Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu

dan terjangkau.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur

dengan peraturan pemerintah.

Tidak ada satu pun peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

secara langsung menggunakan istilah malpraktek. Begitu juga dalam

hukum kesehatan Indonesia yang berupa UU No.23 Tahun 1992

tentang Kesehatan tidak menyebutkan secara resmi istilah malpraktek.

Tetapi hanya menyebutkan kesalahan atau kelalaian dalam

melaksanakan profesi yaitu yang tercantum dalam Pasal 54 dan 55 UU

Kesehatan.

Pasal 54:

(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau

kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan

disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga

Kesehatan.

(3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi dan tata kerja

Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan

Presiden.

Pasal 55:

(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau

kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai