Anda di halaman 1dari 6

Tugas : Kasus

Mata Kuliah : Etika dan Hukum PerUU


Dosen : Nahira, S.ST., M.Keb.

Kasus Etika Profesi Kebidanan & Hukum PerUU

”Adopsi Anak Tanpa Identitas“

Oleh :

JUMRAH
173145301152

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
T.A 2017/2018
KASUS :

Masyarakat seringkali melakukan pengangkatan anak yang secara


langsung atau tidak melalui proses penetapan pengadilan. Pengangkatan anak
secara langsung dapat dilakukan oleh banyak masyarakat karena calon anak
angkat tersebut masih mempunyai hubungan keluarga dengan calon orang tua
angkat.

Tidak jarang terjadi kasus dimana dalam mengangkat anak orang tua
angkat berusaha menyembunyikan/merahasiakan identitas orang tua kandungnya.
Sehingga dikemudian hari menimbulkan problema tersendiri terutama bagi
kepentingan anak angkat, persoalan yang akan timbul adalah bagaimana jika anak
angkat tersebut berjenis kelamin perempuan dan beragama islam. Dalam hal ini
orang tua angkat tidak diperbolehkan menjadi wali nikah karena prosedur
pengangkatan anak secara hukum belum ditempuh yaitu dilakukan dengan
penetapan pengadilan.

Penculikan bayi diambil di Rumah Sakit atau Puskesmas terkait dengan


adopsi illegal baik didalam maupun diluar negeri, seringkali masalah tersebut
besentuhan dengan tenaga kesehatan khususnya berhubungan langsung dengan
proses kelahiran seperti bayi yang ditinggalkan begitu saja di rumah bersalin atau
rumah sakit, bahkan hanya diserahkan begitu saja tanpa proses hukum yang lebih
lanjut. Pada umumnya pengangkatan secara illegal banyak dilakukan oleh
pasangan asing. Pasangan campuran dan pasangan dari warga Negara Indonesia
keturunan Indonesia
Prosedur Penyelesaian Kasus Tersebut Menurut Hukum & UU

 Dasar Hukum
Undang-undang no.23 Tahun 2003 tentang perlindungan anak
ditegaskan bahwa orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak
angkatnya mengenai asal-usul orang tua kandungnya. Sedangkan undang –
undang no.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak disebutkan bahwa
pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak dengan
orang tuanya dan keluarga orang tuanya berdasarkan hukum yang berlaku
bagi anak yang bersangkutan
 Staatblaad 1917 No. 129
Staatblaad ini mengatur tentang pengangkatan anak bagi orang-
orang Tionghoa yang selain memungkinkan pengangkatan anak oleh Anda
yang terikat perkawinan, juga bagi yang pernah terikat perkawinan (duda
atau janda). Namun bagi janda yang suaminya telah meninggal dan sang
suami meninggalkan wasiat yang isinya tidak menghendaki pengangkatan
anak, maka janda tersebut tidak dapat melakukannya.
Pengangkatan anak menurut Staatblaad ini hanya dimungkinkan
untuk anak laki-laki dan hanya dapat dilakukan dengan Akte Notaris.
Namun Yurisprudensi ( Putusan Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta)
tertanggal 29 Mei 1963, telah membolehkan mengangkat anak perempuan.
 Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 Tahun 1983
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 tahun 1983 ini mengatur
tentang pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia (WNI). Isinya
selain menetapkan pengangkatan yang langsung dilakukan antara orang
tua kandung dan orang tua angkat (private adoption), juga tentang
pengangkatan anak yang dapat dilakukan oleh seorang warga negara
Indonesia yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah/belum menikah
(single parent adoption). Jadi, jika Anda belum menikah atau Anda
memutuskan untuk tidak menikah dan Anda ingin mengadopsi anak,
ketentuan ini sangat memungkinkan Anda untuk melakukannya.
Tinjauan Hukum
 Perwalian
Dalam hal perwalian, sejak putusan diucapkan oleh
pengadilan, maka orang tua angkat menjadi wali dari anak angkat
tersebut. Sejak saat itu pula, segala hak dan kewajiban orang tua
kandung beralih pada orang tua angkat. Kecuali bagi anak angkat
perempuan beragama Islam, bila dia akan menikah maka yang bisa
menjadi wali nikahnya hanyalah orangtua kandungnya atau saudara
sedarahnya.
 Waris
Khazanah hukum kita, baik hukum adat, hukum Islam maupun
hukum nasional, memiliki ketentuan mengenai hak waris.
Ketiganya memiliki kekuatan yang sama, artinya seseorang bisa
memilih hukum mana yang akan dipakai untuk menentukan
pewarisan bagi anak angkat.
 Hukum Adat
Bila menggunakan lembaga adat, penentuan waris bagi anak angkat
tergantung kepada hukum adat yang berlaku. Bagi keluarga yang
parental, Jawa misalnya, pengangkatan anak tidak otomatis
memutuskan tali keluarga antara anak itu dengan orangtua
kandungnya. Oleh karenanya, selain mendapatkan hak waris dari
orangtua angkatnya, dia juga tetap berhak atas waris dari orang tua
kandungnya.
Berbeda dengan di Bali, pengangkatan anak merupakan
kewajiban hukum yang melepaskan anak tersebut dari keluarga
asalnya ke dalam keluarga angkatnya. Anak tersebut menjadi anak
kandung dari yang mengangkatnya dan meneruskan kedudukan dari
bapak angkatnya (M. Buddiarto, S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau
Dari Segi Hukum, AKAPRESS, 1991).
Hukum Islam

Dalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat


hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan
hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi
ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai
nama dari ayah kandungnya (M. Budiarto, S.H, Pengangkatan Anak
Ditinjau Dari Segi hukum, AKAPRESS, 1991)

Peraturan Per-Undang-undangan

Dalam Staatblaad 1917 No. 129, akibat hukum dari pengangkatan


anak adalah anak tersebut secara hukum memperoleh nama dari bapak
angkat, dijadikan sebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan orang
tua angkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat. Artinya, akibat
pengangkatan tersebut maka terputus segala hubungan perdata, yang
berpangkal pada keturunan karena kelahiran, yaitu antara orang tua
kandung dan anak tersebut.

Peran Bidan dalam mengatasi masalah

Dengan banyaknya kasus pengilegalan identitas bayi, seorang


bidan hendaknya mensiasati dengan cara meminta surat nikah dan
kartu keluarga supaya tidak terjadi pemalsuan Identitas Orang Tua dan
bayinya.Memberikan KIE kepada masyarakat umum tentang masalah
maraknya Pemalsuan Identitas bayi, beserta sanksi yang didapat sesuai
dengan hokum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Mengikutsertakan masyarakat untuk Pro-aktif dalam pencegahan


Terjadinya Pemalsuan Identitas bayi AdopsiBidan dalam Melakukan
Tugas sesuai dengan kewenangannya.Bidan Taat Hukum serta bekerja
sesuai dengan etika dan kode etik kebidanan
 Kesimpulan

Masalah Adopsi anak sudah diatur dengan jelas dalam undang-


undang.Terdapat perbedaan antara Peraturan Perundang – undangan,
Hukum Islam dan hukum Adat yang ada di Masyarakat. Kejadian yang ada
dimasyarakat berhubungan dengan adopsi anak masih banyak terjadi
penyimpangan dari Hukum yang berlaku.Peran Bidan dan segenap
Anggota masyarakat yang berpartisipasi aktif sangat diperlukan dalam
menangani masalah Adopsi Ilegal dan pemalsuan identitas anak.

Anda mungkin juga menyukai