Anda di halaman 1dari 16

KODE ETIK GURU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan

Dosen Pengampu :

Idis Kudsi, S.Ag., M.Si., M.Pd., M.T

Disusun Oleh : Kelompok V


1. Ade Fitriyani (2119160043)
2. Erlin Lestrari Putri (21191645)
3. Risca Amelia Fransiska (21191650)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

Kampus: Jl. R.E Martadinata No. 150 Tlp/Fax (0265) 776787 Ciamis 46251
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunianya kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Profesi
Guru dengan pokok bahasan “Kode Etik Guru” tepat pada waktunya.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Etika Profesi Guru. Selain itu, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai Kode Etik Guru.
Penyusun telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan
semaksimal mungkin, namun masih banyak terdapat kekurangan. Semoga dengan
dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru
mahasiswa mengenai Kode Etik Guru.

Penyusun,
Ciamis, 30 Mei 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kode Etik Guru ..................................................................... 3
2.2. Isi/Teks Kode Etik Guru ......................................................................... 4
2.3. Hakikat Kode Etik Guru ......................................................................... 6
2.4. Fungsi Kode Etik Guru ........................................................................... 7
2.5. Tujuan Kode Etik Guru ........................................................................... 7
2.6. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Kode Etik Guru ............................... 8
2.7. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru ....................................................... 9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2. Saran ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai dibicarakan.

Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru. Pada saat

ini profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh

kebanyakan siswa dan siswi, hal tersebut karena guru merupakan profesi yang

dapat menentukan masa depan bangsa ini, guru yang baik dan berkualitas dapat

menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkualitas juga, begitu pun

sebaliknya, seorang guru yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini

menjadi bangsa yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah

lagi, selain itu saat ini profesi guru dijamin kesejahteraan hidupnya. Oleh karena

itu, orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi

seorang guru bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

antara lain adalah syarat admistrasi, teknis, psikis, dan fisik, selain itu seorang

guru juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan

profesional.

Namun,kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam

menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun

pelanggaran terhadap norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah

menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di

Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”. Dengan adanya Kode Etik

1
Guru ini, diharapkan para guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik

sebagaimana telah ditetapkan dalam Kode Etik Guru tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian kode etik guru?
1.2.2. Bagaimana isi/teks kode etik guru?
1.2.3. Apa hakikat kode etik guru?
1.2.4. Apa fungsi kode etik guru?
1.2.5. Apa tujuan kode etik guru?
1.2.6. Bagaimana upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik guru?
1.2.7. Bagaimana sanksi pelanggaran kode etik guru?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian kode etik guru.
1.3.2. Untuk mengetahui isi/teks kode etik guru.
1.3.3. Untuk mengetahui hakikat kode etik guru.
1.3.4. Untuk mengetahui fungsi kode etik guru.
1.3.5. Untuk mengetahui tujuan kode etik guru.
1.3.6. Untuk mengetahui upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik guru.
1.3.7. Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode etik guru.
1.4. Manfaat
1.4.1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian kode etik guru.
1.4.2. Memberikan pengetahuan tentang isi/teks kode etik guru.
1.4.3. Memberikan pengetahuan tentang hakikat kode etik guru.
1.4.4. Memberikan pengetahuan tentang fungsi kode etik guru.
1.4.5. Memberikan pengetahuan tentang tujuan kode etik guru.
1.4.6. Memberikan pengetahuan tentang upaya meningkatkan pelaksanaan
kode etik guru.
1.4.7. Memberikan pengetahuan tentang sanksi pelanggaran kode etik
guru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kode Etik Guru


Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan
“etik” berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Sedangkan “kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika artinya tata susila
(etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
Jadi, seorang guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik
guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama
dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua
sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral
berarti guru telah melanggar “kode etik guru”. Sebab, kode etik guru ini sebagai
salah satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau
tata cara sebagai pedoman berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau
aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam
standar perilaku anggotanya. Nilai profesional paling utama adalah keinginan
untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat. Kode Etika Profesi Guru di
Indonesia ditetapkan dalam Kongres PGRI ke XIII di Jakarta 1973, Basuni
sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam
melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai guru. Dari pendapat ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua
unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman tingkah
laku.
Dengan demikian, kode etik guru dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-
nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam

3
suatu sistem yang utuh. Itu berarti kode etik guru merupakan pedoman penting
untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
2.2. Isi/Teks Kode Etik Guru
Rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI
XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI
XVI tahun 1989 di Jakarta. Adapun isi/teks dari kode etik guru Indonesia yaitu :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Artinya, guru harus
mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan
anak didiknya seutuhnya baik jasmani maupun rohani, fisik maupun
mental, agar bisa menjadi generasi pembangunan yang menghayati dan
mengamalkan serta melaksanakan segala perbuatannya yang
berlandaskan pada sila-sila Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. Artinya, guru
harus mendesain program pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan setiap peserta didik. Dan juga guru harus mampu menerapkan
kurikulum dengan benar, sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Apabila
ini dilanggar, maka Ia sudah melanggar kejujuran profesionalnya.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. Artinya guru harus
mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan peserta didik. Hal
ini penting agar guru mendapatkan informasi secara lengkap mengenai
karakteristik setiappeserta didiknya. Dengan mengetahui karakteristik
dan keadaan peserta didik, maka akan sangat membantu bagi guru dan
siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang optimal.
4. Guru menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Artinya, guru harus
mampu menciptakan suasana sekolah yang nyaman sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan optimal.

4
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan. Artinya, keberhasilan suatu
pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari sekolah/madrasah karena
pada hakikatnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
sekolah (lembaga pendidikan), masyarakat, dan keluarga. Oleh karena
itu, guru harus memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat untuk memikul tanggung jawab bersama-sama terhadap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Artinya, dalam
menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat, guru diharapkan
senantiasa mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya, baik secara pribadi maupun bersama-sama. Pengembangan
dan peningkatan mutu mengacu pada peningkatan kualitas profesional,
yaitu peningkatan keterampilan-keterampilan profesional dalam bidang
kependidikan. Sedangkan peningkatan dan pengembangan martabat
profesi menunjukkan pada upaya untuk menempatkan profesi keguruan
yang ada di hati masyarakat.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluagaan, dan
kesetiakawanan sosial. Artinya, di dalam masyarakat guru memelihara
hubungan seprofesi. Artinya, ia mengadakan dan memelihara hubungan
dengan guru lainnya baik dengan guru yang berlatar keahlian sama
maupun berbeda. Dengan pemeliharaan hubungan tersebut diharapkan
antara sesama guru dimasyarakat terjadi persatuan dan kesatuan yang
kokoh dan berakar serta muncul rasa senasib sepenanggungan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Artinya,
dalam memelihara dan meningkatkan mutu kinerja organisasi masyarakat
paling tidak guru harus berupaya untuk menerapkan misi dari PGRI,
yaitu : misi profesi, misi kemasyarakatan, dan misi kesejahteraan. Dalam

5
menerapkan misi profesi dimasyarakat guru berupaya merealisasikan
layanannya kepada masyarakat. Yakni layanan yang bersifat sosial-
profesional yang mana dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai layanan
sosial dan tanpa pamrih. Penanaman misi kemasyarakatan PGRI terhadap
masyarakat mencakup penanaman semangat persatuan dan kesatuan.
Penanaman misi kesejahteraan bertujuan untuk menciptakan masyarakat
adil, sejahtera lahir batin.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan. Artinya, Sebagai warga Negara yang baik, guru senantiasa
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
dimasyarakat, sepanjang itu berhubungan dengan kemaslahatan
masyarakat, misalnya kebijakan pemerintah tentang guru dan berupaya
membantu pemerintah dalam merealisasikan wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun.
2.3. Hakikat Kode Etik Guru
Pada dasarnya guru adalah tenaga profesional di bidang kependidikan yang
memiliki tugas mengajar, mendidik, dan membimbing peserta didik agar menjadi
manusia yang berkepribadian pancasila. Dengan demikian, guru memiliki
kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam
menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Jika boleh dikatakan
sedikit secara ideal, baik atau buruknya suatu bangsa di masa mendatang banyak
terletak di tangan guru.
Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga profesional memerlukan
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan.
Kode etik menjadi pedoman baginya untuk tetap profesional (sesuai dengan
tuntutan dan persyaratan profesi). Setiap guru yang memegang
keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang epada kode etik guru.
Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu
sendiri.
Kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat
diperlukan. Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan

6
akan terus bertambah baik. Ia akan terus menerus memperhatikan dan
mengembangkan profesi keguruannya. Jika kode etik yang merupakan pedoman
atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan kehilangan pola umum sebagai
guru. Jadi postur kepribadian guru akan dapat dilihat bagaimana pemanfaatan dan
pelaksanaan dari kode etik yang sudah disepakati bersama tersebut. Dalam
hubungan ini jabatan guru selalu dituntut adanya kejujuran profesional. Sebab jika
tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai guru atau boleh dikatakan hidup diluar
lingkup keguruan.
2.4. Fungsi Kode Etik Guru
Pada dasarnya kode etik guru berfungsi sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya
sebagai guru baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat.
Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
 Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang
telah ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
 Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para
pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal
dan eksternal pekerjaan.
 Melindungi guru di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
 Melindungi anggota masyarakat dari praktik-praktik yang menyimpang
dari ketentuan yang berlaku dalam profesi tersebut.
2.5. Tujuan Kode Etik Guru
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut :
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi , dalam hal ini kode etik dapat
menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar
mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi
yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu profesi akan

7
melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi
yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari
segi ini kode etik juga seringkali disebut kode kehormatan.
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, yang
dimaksud kesejahteraan disini meliputi kesejahteraan lahir (material)
maupun kesejahteraan batin (spriritual atau mental). Dalam hal
kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik pada umumnya
memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya.
Sedangkan dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik
pada umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada para anggotanya
untuk melakukan profesinya.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi, bagi para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota
profesi dalam menjalankan tugasnya.
 Untuk meningkatkan mutu profesi, untuk meningkatkan mutu profesi
kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara
aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-
kegiatan yang dirancang organisasi.
2.6. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Kode Etik Guru
Upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik guru tersebut dalam garis
besarnya dapat dilakukan sebagai berikut :
 Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya,selama mereka mampu,
untuk studi lebih lanjut. Dengan menimba ilmu lebih banyak serta
meningkatkan sikap dan pribadinya sebagai pendidik, diharapkan kode

8
etik pendidik itu lebih disadari keharusannya untuk ditaati dan
dilaksanakan.
 Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
 Kerja sama lembaga pendidikan dengan orang tua dan dengan tokoh-
tokoh masyarakat perlu ditingkatkan.
 Fungsi DP3 perlu di benahi dan ditingkatkan.
 Pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan
mengintensifkan pengawasan.
 Jika pendidik melanggar kode etik pendidik tidak mempan dinasehati
atau dihimbau oleh pemimpin lembaga, maka para pemimpin itu dapat
mengenakan sanksi kepada mereka sesuai dengan aturan yang berlaku
atau sesuai dengan peraturan lembaga bersangkutan yang sudah
disepakati bersama.
2.7. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru
Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkatkan menjadi peraturan hukum atau undang-undang.
Apabila demikian, aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum
yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Contoh kasus pelanggaran, diantaranya sebagai berikut:
 Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan
mengancam murid apabila melanggar peraturan atau tidak mengikuti
kehendak guru.
 Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak
didiknya.
 Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga
membentuk prilaku yang menyimpang.
Adapun sanksi yang dikenakan kode etik guru tersebut adalah guru dapat
diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru, karena :
 Melanggar sumpah dan janji jabatan.

9
 Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
 Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau
lebih secara terus menerus.
Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :
 Teguran .
 Peringatan tertulis
 Penundaan pemberian hak guru.
 Penurunan Pangkat.
 Pemberhentian dengan hormat.
 Pemberhentian tidak dengan hormat.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan
“etik” berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Sedangkan “kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika artinya tata susila
(etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah); guru
dan sesama guru; guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya.
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya
setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai
pendidik.
Maksud kode etik guru adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah); guru
dan sesama guru; guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya.
Pada dasarnya kode etik guru berfungsi sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya
sebagai guru baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk meningkatkan mutu profesi
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Apabila kode etik ini dilanggar, maka pelaku akan mendapat sanksi-sanksi
hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.

11
3.2. Saran
Sebaiknya sebagai seorang guru yang professional harus mematuhi kode
etik guru. Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari kode etik guru. Dalam
melaksanakan profesi keguruannya, sebagai seorang orang guru harus sesuai
dengan kode etik guru yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Manpan., dan Effendi, Ridwan. 2014. Etika Profesi Guru. Bandung :
Alfabeta.

http://fitrianahadi.blogspot.co.id/2015/12/makalah-kode-etik-guru.html/. Diakses :
29 Mei 2018 : 13.30 WIB

http://syafiin28.blogspot.co.id/2017/03/makalah-kode-etik-guru.html/. Diakses :
29 Mei l 2018 : 13.00 WIB

http://cerdassosiologi.blogspot.co.id/2016/12/penetapan-kode-etik-guru.html/.
Diakses : 29 Mei l 2018 : 13.35 WIB

Anda mungkin juga menyukai