Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pesawat Sinar-X

Pesawat sinar-X merupakan pesawat yang menghasilkan gelobang


elektromagnetik berfrekuensi tinggu yang dapat digunakan dalam diagnostic atau terapi.
Pesawat sinar –X diagnostic digunakan untuk melihat organ dalam seperti tulang
(Bushong,2014).

Dalam proses terbentuknya sinar-X diperlukan tabung hampa udara yang


didalamnya terdapat katoda sebagai sumber penghasil electron dan anoda sebagai target
yang ditumbuk oleh electron. Proses terjadinya sinar –X karena adanya beda potensial di
dalam tabung yang tinggi sehingga electron yang dihasilkan oleh filament katoda
bergerak dan menumbuk anoda. Electron yang bergerak tersebut disebut dengan electron
proyektil. Dari proses tersebut energy electron dibubah menjadi panas sebesar 99% dan
sebagian kecil diubah menjadi sinar –X sebesar 1% ( Rahman 2009).

2.1.2 Faktor Eksposi

Factor eksposi merupakan factor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
keluaran sinar –X dan dapat diatur pada panel control pesawat sinar-X.

2.1.2.1 Pengaruh Kualitas Sinar-X

Kilovolt (kV) dapat mempengaruhi kualitas sinar-X. kV menunjukkan


kecepatan electron yang bergerak dalam tabung. Semakin besar kV yang
digunakan maka tegangan tabung akan meningkat, sehingga kecepatan electron
bergerak dari katoda ke anoda juga semakin cepat. Kualitas atau energy dari sinar
–X menunjukkan kemampuan daya tembus suatu berkas sinar-X ( Fauber,2004).
2.1.2.2 Pengaturan Kuantitas Sinar-X

Miliampere (mA)merupakan suatu yang digunakan untuk menunjukan


arus tabung. Arus tabung menunjukan jumlah electron yang bergerak dari katoda
menuju anoda per satuan waktu. Semakin banyak electron pada arus tabung ,
maka intensitas sinar-X yang dihasilkan akan semakin banyak ( Fauber,2014).

2.1.2.3 Waktu Eksposi (s)

Waktu eksposi (s) menentukan lamanya dilakukan eksposi. Semakin lama


waktu eksposi diakukan berarti menambah jumlah radiasi yang mencapai film.
Kuantitas electron yang mengalir dari katoda ke anoda dan produksi sinar –X
sebanding dengan waktu paparan. (Fauber,2014)

2.1.3 Nilai Eksposure Indeks

Ekposure Indeks merupukan nilai median pixel yang mempresentasikan level


noise pada gambar. Apabila nilai median pixel terlalu rendah, berarti terlalu banyak noise
pada gambar, sedangkan jika nilai median pixel tinggi berarti expesi pada pasien terlalu
berlebihan. Eksposure Indeks bukan merupakan level radiasi yang diterima pasien,tapi
level radiasi yang mencapai permukaan detector. Level radiasi yang tinggi pada detector
dapat diindikasikan sebagai radiasi yang tinggi pula pada pasien, sehingga dapat
dijadikan acuan bagi radiografer apakah factor eksposi yang digunakan terlalu tinggi atau
rendah ( Seeram& Brennan,2016).

Eksposure indeks (EI) merupakan ukuran dari jumlah paparan yang diterima oleh
image reseptor (IR). EI di radiografi digital daopat dibandingkan dengan kecepatan film
dan penghitaman dalam film layar. Ketika film digunakan, keakuratan paparan jelas
berdasarkan penampilan gambar sistem digital gambar pasca proses dan display yang
memadai kontras dan kecerahan pada kisran yang lebih luas. Maka eksposure yang
memadai hanya dapat dinilai melalui noise.
2.1.4 Metode Variasi Penggunaan Tegangan (kV)

2.1.4.1 Teknik kV Standar

Teknik kV standar merupakan nilai kV yang sering digunakan dalam


pemeriksaan radiologi dan telah ditentukan oleh instalasi radiologi rumah sakit
tertentu. Tujuannya untuk dapat menghasilkan suatu radiograf dan mampu
menegakkan diagnose.

2.1.4.2 Teknik kV Tinggi

Teknnik kV tinggi merupakan teknik radiografi yang menggunakan factor


eksposi dengan kV tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga densitas antar tulang,
jaringan, dan udara menjadi relatif homogen (Bushong,1988). Teknik kV tinggi
merupakan teknik yang sangat mengutamakan waktu eksposi yang sangat rendah.
Teknik kV tinggi sangat efektif untuk mengontrol ketidaktajaman karena
pergerakan objek yang tidak disengaja yang mengakibatkan gambaran kabur.
Teknik kV tinggi dapat dilakukan pada pemeriksaan angoigrafi karena
memerlukan waktu yang sanngat singkat dan juga pada teknik pemeriksaan tulang
(Clark 1974). Aturan untuk kV tinggi ada dua, yang pertama aturan kenaikan 15%
kV diikuti dengan penurunan setengah dari mAs semula. Aturan kedua yaitu
kenaikan 10kV diikuti dengan penurunan nilai mAs setengah dari semula.

2.1.4.3 Teknik 10 kV

Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk


menghasilkan gambaran radigraf pada film. Pada objek yang lebih tebal
digunakan kV yang lebih tinggi agar sinar-X dapat menembus objek. Karena
digunakan kV yang lebih tinggi, maka untuk mengimbanginya digunakan mAs
yang lebih rendah (Rahman, 2009)

Pada kisaran 60-80 kV, terdapat kecendrungan semakin tinggi kV yang


digunakan akan semakin turun mAs nya. Hal ini didasarkan pada aturan 10 kV
Rule’s yang menyebutkan bahwa jika kV naik 10 kV, maka mAs akan turun
setengah dari semula dan jika kV turun 10 kV maka mAs akan naik dua kali lipat
dari semula (Rahman,2009)

2.1.5 Teknik Pemeriksaan Radiografi Abdomen AP

2.1.5.1 Anatomi Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan


meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian yaitu upper abdomen dan lower abdomen.
Abdomen merupakan bagian dari batang tubuh antara thorax dan pelvis. Bagian
ini merupakan tempat penyimpanan yang dinamis dan fleksibel dari sebagian
besar organ-organ sistem pencernaan dan bagian dari sistem urogenital. Batas
rongga abdomen adalah dibagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk
panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot abdominal, tulang
tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan
otot psoas dan quadratus lumborum.

Rongga abdomen dapat dibagi menjadi 4 bagian melalui garis khayal yang
membelah abdomen menjadi bagian atas bawah dan kiri kanan dengan titik pusat
di pusar. Organ-organ yang terdapat pada rongga abdomen juga dapat dilokalisasi
berdasarkan 4 bagian tersebut. Pada kuadran kanan atas terdapat organ hati bagian
kanan, kandung empedu, usus dua belas jari, pankreas, kelenjar suprarenal, ginjal
kanan, kolon asendens, kolon transversum. Pada kuadran kanan bawah terdapat
caecum, apendik, sebagian besar usus halus, kolon asendens, ovarium kanan,
ureter kanan, rahim (jika membesar), kandung kemih (jika terisi sangat penuh).
Pada kuadran kiri atas terdapat organ hati bagian kiri, limpa, lambung, usus halus
bagian atas dan jejunum, pankreas (bagian tubuh dan ekor), ginjal kiri, kelenjar
suprarenal kiri, kolon transversum, dan kolon desendens. Pada kuadran kiri
bawah terdapat kolon sigmoid, kolon desendens, ovarium kiri, ureter kiri, rahim
(jika membesar), kandung kemih (jika terisi sangat penuh).
2.1.5.2 Teknik Pemeriksaan Radiografi Abdomen

Teknik radiografi abdomen adalah pemeriksa radiologi yang mencakup


rongga perut untuk memperlihatkan struktur anatomi dan memperlihatkan
kelainan kelainan yang terjadi pada rongga perut yang bertujuan untuk membantu
menegakkan diagnose suatu penyakit.

1. Posisi Pasien

Paien tidur terlentang ( supune). Kedua tangan lurus disamping badan.

2. Posisi Objek

Atur pertengahan mid sagital plane (MSP) tubuh pada pertengahan kaset,

pastikan tidak ada rotasi objek.

3. Central Ray

Arah sinar vertical tegak lurus pada kaset.

4. Central Point

Central point pada MSP setinggi 5 cm superior crista iliaca.

5. FFD (focus film distance)

FFD yang digunakan 100 cm. ekspose dilakukan ketika pasien ekspirasi

lalu tahan nafas.

6. Kreteria Radigraf Abdomen AP

Tampak garis besar hati, limpa, ginjal, dan udara yang mengisi perut dan

usus serta lengkungan simpisis pubis untuk daerah kandung kemih.

2.1.6 Computed Radiography

CR (Computed Radiography) adalah jenis dari sistem pencitraan tidak langsung.


Reseptor yang digunakan dalam kaset CR disebut Imaging Plate pencitraan
photosimulable dan menyerap radiasi hasil atenuasi dari pasien. IP (imaging Plate)
terkena radiasi kemudian diproses dalam reader. Informasi pencitraan yang disimpan
dalam IP CR harus diproses sebelum dapat dilihat pada layar monitor computer CR. Data
gambar laten yang dihasilkan dikonversi dari analog ke digital. CR sistem sinar – X
dominan menggunakan sistem tabung sinar x konvensional.( CRCPD,2010). Komponen
yang terdapat pada CR adalah :

2.1.6.1 Kaset CR

Kaset terdiri dari aluminium yang terdiri dari aluminium atau baja. Bagian
depan kaset terdiri dari serat karbon dan bagian belakang kaset merupakan lapisan
tipis dari timah hitam untuk menyerap radiasi hambur. Kaset berfungsi sebagai
pelindung imaging (CRCPD,2010).

2.1.6.2 Imaging Plate (IP)

Imaging Plate(IP) merupakan lembaran yang berfungsi untuk menangkap


dan menyimpan sinar-X, yang terdiri dari lapisan fospor lan lapisan pendukung.
Dalam penggunaanya IP berada di dalam kaset dengan berbagai ukuran
(Ballinger, 2003)

2.1.6.3 Image Reader

Image Reader merupakan komponen penting lain dari control acusisi


gambar. Image Reader mengubah gambaran laten pada IP menjadi format digital.
Image Readerberfungsi sebagai alat pembaca dan pengolah gambar yang
diperoleh dari IP (CRCPD 2010).

2.1.6.4 Image Console

Image Console berfungsi sebagai media pengolahan data, berupa


computer khusus intuk medical imaging. Image Console dilengkapi oleh berbagai
macam menu yang menunjang proses editing dan pengolahan gambar sesuai
dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambaran tubuh, kondisi tulang, dan
kondisi sift tissue. Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik radiografi
yaitu mengatur densitas, kontras, ketajaman dan detail dari suatu gambaran
radiograf yang diperoleh (CRCPD,2010).

2.1.6.5 Imager (Printer)

Imager berfungsi sebagai pencetak gambar. Pada proses ni tidak lagi


diperlukan kamar dgelap dan cairan kimia (CRCPD,2010).

2.1.6.6 Proses Pembentukan Gambar.

Setelah Imaging Plate (IP) diekspose dengan sinar-X sehingga akan


menghasilkan gambaran laten pada IP. IP yang sudah diekspose dimasukkan ke
slot pada IP reader device yang akan memindahkan IP. IP kemudian discan
dengan sinar laser (emisi cahaya merah) sehingga Kristal pada IP menghasilkan
cahaya biru-violet . cahaya ini kemudian dideteksi oleh photodsessor dan dikirim
melalui analog digital converter(ADC) ke computer untuk diproses. Setelah
gambar diperoleh IP ditransfer ke bagian lain dari IP readir device untuk
menghapus sisa-sisa gambar agar IP dapat digunakan kembali.

2.1.6.7 Kelebihan dan Kekurangan Computed Radiography (CR)

Computed Radiography memiliki beberapa kelebihan dibandingkan


dengan radiografi konvensional, antara lain :

1. Tidak memerlukan kamar gelap.


2. Kualitas citra gambar dapat ditingkatkan
3. Pengulangan lebih rendah karena kesalahan teknis
4. Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hard copy maupun
penyimpanan elektronik.
Sedangkan kekurangan CR adalah :

1. Biaya yang tinggi untuk IP, unit CR reader, hardware, dan software untuk
workstation.
2. Pasien berpotensial menerima radiasi yang overexposed. CR dapat
mengkompensasi overexposed sehingga radiografer terkadang memberi
ekspose yang berlebihan.

2.1.7 Kualitas radiograf.

Kualitas Rradiograf pada computed radiography adalah kemampuan suatu


radiograf untuk menampakan suatu gambaran yang dapat memberikan informasi yang
jelas dalam upaya menegakkan diagnose. Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas
radiograf pada computed radiography, antara lain :

2.1.7.1 Signal to noise ratio (SNR)

Salah satu parameter kualitas dalam sebuah pengukuranadalah


signal to noise ratio (SNR). Parameter ini menggambarkan tingkat
perbedaaan antara sinyal yang diukur dengan noise yang juga masuk
dalam hasil pengukuran. Semakin besar nilai SNR, maka sinyal dan noise
semakin mudah dibedakan (Fahmi,2008).

2.1.7.2 Contrast to noise Ratio (CNR)

Kontras merupakan ukuran seberapa jauh sinyal dapat dibedakan


dengan latar, semakin besar nilai kontras maka semakin mudah dibedakan
dengn latar, berbeda dengan SNR nilai ratio kontras terhadap noise
merupakan nilai perbandingan antara jarak sinyal dari latar disekitar sinyal
dengan noise yang erada di daerah latar.
2.1.7.3 Spasial Resolusi

Spasial resolusi menjelaskan tingkat derajat efek kabur (bluring)


pada sebuah gambar pada scanner. Spasial resolusi adalah suatu ukuran
dari kemampuan untuk membeda bedakan objek tentang bermacam –
macam densitas suatu jarak yang kecil terpisah dari suatu latar belakang
yang seragam.

2.1.7.4 Noise

Noise merupakan suatu keburaman dari gambaran pada CR. Sering


terjadi gambaran radiografi menjadi berkabut, mungkin karena factor
ekposi. Ketika citra yang terlibat seperti kabut maka isi informasi anatomi
menjadi berkurang dan beberapa informasi akan berkurang.

2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topic penelitian


(Suryono2011) maka kerangka teori tang dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut :

Studi Kepustakaan

Input
Proses
1. Peswat Sinar-X
2. Factor Eksposi Pemeriksaan Foto Abdomen

Output

Nilai Eksposure Indeks

Anda mungkin juga menyukai