Anda di halaman 1dari 7

Undang-Undang dasar dari suatu negara hanyalah merupakan sebagian saja dari Hukum

dasar negara itu dan bukanlah merupakan satu-satunya sumber hukum.

UUD 1945 menghendaki bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahannya republik
(pasal 1 ayat 1 UUD 1945) sedangkan sistem pemerintahannya presidensial hal ini dapat
dijumpai pada pasal 4 ayat 1 yang menyatakan “Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”. Sedangkan pada pasal 5 ayat 2
menyatakan “Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya”. Pada pasal 17 ayat 1 menyatakan Presiden dibantu oleh menteri-
menteri negara. Pasal 17 ayat 2 menyebutkan: Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.

UUS 1945 pada periode pertama ini, kita dapat jumpai adanya lima lembaga negara seperti
Presiden (eksekutif), DPR (Legislatif), DPA (konsulatif), BPK (eksaminatif) dan MA
(yudikatif) dan satu lembaga tertinggi negara yaitu MPR (lembaga pelaksana kedaulatan
rakyat). Namun, pembagian kekuasaan pada masa kurun waktu 18 Agustus 1945 – 27
Desember 1949 belumlah berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan belum
terbentuknya lembaga-lembaga negara seperti yang dimaksudkan dalam UUD 1945.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri
untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Adapun bentuk uud ris adalah sebagai berikut
Berikut adalah sebagian tentang isi dari UUD RIS dimana pada bab I terdiri dari 41 pasal
diantaranya
KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

(Keputusan Pres. RIS 31 Djan. 1950 Nr. 48.(c) LN 50–3) (du. 6 Peb. ’50)

BAB I NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT


Bagian 1 Bentuk Negara dan Kedaulatan.

Pasal 1
(1) Republik Indonesia Serikat jang merdeka dan berdaulat jalah suatu negara-hukum jang
demokrasi dan berbentuk federasi.
(2) Kekuasaan berkedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh Pemerintah
bersamasama dengan Dewan Perwakilan Rakjat dan Senat.

Bagian 2 Daerah Negara.

Pasal 2
Republik Indonesia Serikat meliputi seluruh daerah Indonesia, jaitu daerah bersama:
a. Negara Republik Indonesia, dengan daerah menurut status quo seperti tersebut dalam
persetudjuan Renville tanggal 17 Djanuari tahun 1948; Negara Indonesia Timur; Negara
Pasundan, termasuk Distrik Federal Djakarta; Negara Djawa Timur; Negara Madura; Negara
Sumatera Timur, dengan pengertian, bahwa status quo Asahan Selatan dan Labuhan Batu
berhubungan dengan Negara Sumatera Timur tetap berlaku; Negara Sumatera Selatan;
b. Satuan2 kenegaraan jang tegak sendiri; Djawa Tengah; Bangka; Belitung; Riau;
Kalimantan Barat (Daerah istimewa); Dajak Besar; Daerah Bandjar; Kalimantan Tenggara;
dan Kalimantan Timur;
a. dan b. jalah daerah bagian jang dengan kemerdekaan menentukan nasib sendiri bersatu
dalam ikatan federasi Republik Indonesia Serikat, berdasarkan jang ditetapkan dalam
Konstitusi ini dan lagi c. daerah Indonesia selebihnja jang bukan daerah2-bagian.

BAB II REPUBLIK INDONESIA SERIKAT DAN DAERAH2-BAGIAN


Bab 2 berisi 25 pasal, berikut sebagian dari isi pasal 42 – 67 UUD RIS
Bagian 1 Daerah2-Bagian

Babakan 1 Ketentuan umum

Pasal 42
Sambil menunggu penjelesaian susunan Republik Indonesia Serikat sebagai federasi antara
negara2-bagian jang saling sama-martabat dan saling sama-hak, maka daerah2 bagian jang
tersebut dalam pasal 2 adalah saling sama-hak.
Pasal 43
Dalam penjelesaian susunan federasi Republik Indonesia Serikat maka berlakulah asas-
pedoman, bahwa kehendak Rakjatlah didaerah-daerah bersangkutan jang dinjatakan dengan
merdeka menurut djalan demokrasi, memutuskan status jang kesudahannja akan diduduki
oleh daerah2 bahwa kehendak merdeka tersebut dalam federasi.
sekadar hal itu mengenai masuk atau menggabungkan diri, dengan persetudjuan daerah-
bagian jang bersangkutan.

BAB III PERLENGKAPAN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT


(BERISI 48 PASAL YANG MENJELASKAN TENTANG PERLENGKAPAN RIS
BERIKUT SEBAGIAN ISI PASAL )
Ketentuan Umum Alat2-perlengkapan federal Republik Indonesia Serikat jalah:
a. Presiden; b. Menteri2; c. Senat; d. Dewan Perwakilan Rakjat; e. Mahkamah Agung
Indonesia; f. Dewan Pengawas Keuangan.

Bagian 1 Pemerintah

Pasal 68
(1) Presiden dan Menteri2 bersama-sama merupakan Pemerintah.
(2) Dimana-mana dalam Konstitusi ini disebut Pemerintah, maka jang dimaksud jalah
Presiden dengan seorang atau beberapa atau para menteri, jakni menurut tanggung-djawab
chusus atau tanggung-djawab umum mereka itu.
(3) Pemerintah berkedudukan diibu-kota Djakarta, ketjuali djika dalam hal darurat
Pemerintah menentukan tempat jang lain.
Pasal 69
(1) Presiden jalah Kepala Negara.
(2) Beliau dipilih oleh orang2 jang dikuasakan oleh pemerintah daerah2-bagian jang tersebut
dalam pasal 2. Dalam memilih Presiden, orang2 jang dikuasakan itu berusaha mentjapai kata-
sepakat.
(3) Presiden harus orang Indonesia jang telah berusia 30 tahun; Beliau tidak boleh orang jang
tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun orang jang telah
ditjabut haknja untuk dipilih.
BAB IV PEMERINTAHAN
PADA BAB INI BERISI 68 PASAL YANG MENGATUR TENTANG PEMERINTAHAN
RIS BERIKUT SEBAGIAN ISI PASAL
Bagian 1 Ketentuan2 Umum

Pasal 117
(1) Pemerintahan federal atas Indonesia–sekadar tidak diwadjibkan kepada alat2-
perlengkapan jang lain–didjalankan oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat.
(2) Pemerintah menjelenggarakan kesedjahteraan Indonesia dan teristimewa mengurus,
supaja Konstitusi, undang-undang federal dan peraturan2 lain jang berlaku untuk Republik
Indonesia Serikat, didjalankan.
Pasal 118
(1) Presiden tidak dapat diganggu-gugat.
(2) Menteri2 bertanggung-djawab atas seluruh kebidjaksanaan Pemerintah, baik bersama-
sama untuk seluruhnja, maupun masing2 untuk bagiannja sendiri2 dalam hal itu.

BAB V KONSTITUANTE
BERISI 4 PASAL DIANTARANYA SEBAGI BERIKUT
Pasal 186
Konstituante (Sidang Pembuat Konstitusi), bersama-sama dengan Pemerintah selekas-
lekasnja menetapkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat jang akan menggantikan
Konstitusi sementara ini.

BAB VI PERUBAHAN, KETENTUAN2 PERALIHAN DAN KETENTUAN2 PENUTUP


Bagian 1 Perubahan

Pasal 190
(1) Dengan tidak mengurangi jang ditetapkan dalam pasal 51, ajat kedua, maka Konstitusi ini
hanja dapat diubah dengan undang-undang federal dan menjimpang dari ketentuan2nja hanja
diperkenankan atas kuasa undang-undang federal; baik Dewan Perwakilan Rakjat maupun
Senat tidak boleh bermupakat ataupun mengambil keputusan tentang usul untuk itu, djika
tidak sekurang-kurangnja dua-pertiga dari djumlah anggota-sidang menghadiri rapat.
(2) Undang-undang sebagai dimaksud dalam ajat pertama, dirundingkan pula oleh Senat
menurut ketentuan2 Bagian 2 Bab IV.
(3) Usul undang-undang untuk mengubah Konstitusi ini atau menjimpang dari ketentuan2nja
hanja dapat diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat ataupun oleh Senat dengan
sekurangkurangnja dua-pertiga djumlah suara anggota jang hadir. Djika usul itu dirundingkan
lagi menurut jang ditetapkan dalam pasal 132, maka Dewan Perwakilan Rakjat hanja dapat
menerimanja dengan sekurang-kurangnja tiga-perempat dari djumlah suara anggota jang
hadir.

DIATAS ADALAH BUTIR BUTIR PASAL DARI KONSTITUSI RIS YANG BERLAKU
PADA MASA (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)
sekali lagi diatas adalah beberapa pasal saja yang dimuat ini untuk memperkecil data untuk
lebih sobat bisa browsing di mbah google thank
2.3 Tata Pemerintahan Berdasarkan UUDS 1950
Masa republik ketiga adalah periode diberlakukannya konstitusi sementara yang kelak kemudian
disebut dengan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Konstitusi ini sebenarnya
merupakan perubahan konstitusi federal. Dari segi materi, konstitusi negara kesatuan Republik
Indonesia ini merupakan perpaduan antara konstitusi federal milik negara federasi Republik
Indonesia Serikat dengan konstitusi yang disahkan oleh PPKI milik Republik Indonesia, sebagai hasil
persetujuan RIS dan RI tanggal 19 Mei 1950. Secara tepatnya periode ini berlangsung antara 17
Agustus 1950 – 5 Juli 1959. Setelah konstitusi Ris, pada tanggal 17 agustus 1950 indonesia resmi
menjadi negara kesatuan republic Indonesia, walaupun sebenarnya masih ada unsure federal pada
masa ini.
Walaupun masih menggunakan Undang-undang dasar sementara(UUDS) tahun 1950, dan sistem
pemerintahan waktu itu masih menggunakan sistem parlementer, yaitu mentri-mentri( kabinet)
bertanggungjawab kepada parlemen. Parlemen dapat menjatuhkan cabinet dengan mosi tidak
percaya, sedangkan posisi presiden disini hanya sebagai kepala negara bukan sebagai kepala
pemerintahan sehingga tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen. Cabinet dipimpin oleh perdana
mentri. Dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 menyatakan bahwa Negara republic indonseia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republic. Sedangkan untuk melaksanakan kepanjangan tangan dari
pemerintah pusat serta pendelegasian wewenang diselenggarakan desentralisasi atau otonomi
daerah. Kemudian di jelaskan pada pasal 131 disebutkan yaitu pembagian wilayah Indonesia atas
daerah besar kecil yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri (otonom), dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan oleh undang-undang.
Indonesia seperti yang di ketahui baru memulai pemilu pada tahun 1955. Sehingga sebelumnya
tugas DPR dilaksanakan oleh Komite Nasional Indonesia pusat. UUDS 1950 menganut sistem
pemerintahan demokrasi barat dengan sistem kabinet parlementer. Di pemilu di tahin 1955 (pemilu
yang pertama) timbul lembaga negara yaitu konstituante aatu di DPR dari hasil pemilu yang pertama
ini. Lembaga-lembaga negara yang ada pada masa berlakunya UUDS yaitu pada periode 17 Agustus
1950- 5 Juli 1959 menurut UUDS pasal 44 lembaga negara yang ada yaitu:
1. Presiden dan Wakil Presiden
2. Menteri-menteri
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Mahkamah Agung
5. Dewan Pengawas Keuangan.
Dari penjelasan diatas kita bisa mengetahui bahwa sudah ada pembagian kekuasaan yang jelas
antara eksekutif, legeslatif, dan yudikatif. Presiden yang berkedudukan sebagai kepala negara
dibantu oleh wakil presiden, sedangkan mentri sebagai eksekutif/ pelaksana pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 51 UUDS 1950 ”Presiden menunjuk seorang atau beberapa orang pembentuk
kabinet setelah itu sesuai dengan anjuran pembentuk kabinet presiden mengangkat seorang
menjadi perdana mentri dan mengangkat mentri-mentri yang lain. Mentri-mentri
beratanggungjawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
Sebagai kepala negara berdasarkan pasal 84 presiden berhak untuk membubarkan DPR. ”Kekuasaan
legeslatif dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat mewakili seluruh
rakyat Indonesia dan terdiri sejumlah anggota yang besarnya ditetapkan berdasarkan atas
perhitungan setiap 300.000 jiwa penduduk WNI mempunyai seorang wakil (Pasal 56 UUDS 1950).
Dewan Perwakilan Rakyat dipilih untuk masa 4 tahun. Dan keanggotan DPR tidak dapat dirangkap
oleh lembaga lainnya, hal ini agar tidak tumpang tindih dalam pembagian kekuasaan. Seorang
anggota DPR yang merangkap dalam lembaga lainnya tidak boleh mempergunakan hak dan
kewajiban sebagai anggota badan tersebut selama ia memangku jabatan ganda. Dalam
wewenangnya DPR berhak untuk mengajukan usul Undang-undang kepada pemerintah dan berhak
mengadakan perubahan-perubahan dalam usul Undang-undang yang diajukan oleh pemerintah
kepada DPR. Apabila akan mengusulkan Undang-undang maka mengirimkan usul itu untuk disahkan
oleh pemerintah kepada presiden.
Menurut konstitusi sementara, lembaga kepresidenan yang bersifat personal terdiri atas seorang
presiden dan seorang wakil presiden [Pasal 44, 45, 46 (1), 47, dan 48]. Presiden dan wakil presiden
dipilih menurut UU dengan syarat tertentu [pasal 45 (3) dan (5)]. Tidak ada masa jabatan yang jelas
bagi lembaga ini, namun dari sifat konstitusi sementara [pasal 134 dan penjelasan konstitusi],
jabatan ini dipertahankan hingga ada lembaga baru menurut konstitusi tetap yang disusun oleh
Konstituante. Sebelum menjalankan tugasnya presiden dan wakil presiden bersumpah dihadapan
DPR [pasal 47].
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan Dewan Pengawas Keuangan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan negara tertinggi (Pasal 105 Ayat 1 UUDS 1950). Sebagai lembaga yudikatif
atau pengawas dari pelaksanaan UUDS, pengangkatan Mahkamah Agung adalah untuk seumur
hidup. Mahkamah Agung dapat dipecat atau diberhentikan menurut cara dan ditentukan oleh
undang-undang (Pasal 79 Ayat 3 UUDS 1950), selain itu diatur pada pasal yang sama ayat berbeda
yaitu ayat 4 disebutkan bahwa ” Mahkamah Agung dapat diberhentikan oleh Presiden atas
permintaan sendiri”. Selain sebagai pengawas atas perbuatan pengadilan-pengadilan yang lain,
Mahkamah Agung juga memberi nasehat kepada Presiden dalam pemutusan pemberian hak grasi
oleh presiden.
Sama seperti konstitusi federal, konstitusi sementara mengatur kedudukan dan kekuasaan, tugas
dan kewenangan, serta hak dan kewajiban lembaga kepresidenan secara lebih rinci. Dalam
sistematika konstitusi sementara hal-hal yang mengatur tentang lembaga kepresidenan tidak
terletak dalam satu bab khusus melainkan tersebar di berbagai pasal dalam konstitusi. Menurut
konstitusi sementara (secara khusus[4]):
1. Presiden dan wakil presiden adalah alat perlengkapan negara [pasal 44];
2. Presiden dan wakil presiden berkedudukan di tempat kedudukan pemerintah [pasal 46 (1)];
3. Presiden berkedudukan sebagai Kepala Negara [pasal 45 (1)];
4. Wakil presiden membantu presiden dalam melaksanakan kewajibannya [pasal 45 (2)];
5. Wakil presiden menggantikan presiden jika presiden tidak mampu melaksanakan kewajibannya
[pasal 48];
6. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu-gugat dan seluruh pertanggung jawaban berada
di tangan kabinet [pasal 83 dan 85];
7. Presiden dan wakil presiden dilarang: (a). rangkap jabatan dengan jabatan apapun baik di dalam
ataupun di luar negara, (b). turut serta atau menjadi penanggung perusahaan yang diadakan negara
maupun daerah otonom, (c). dan mempunyai piutang atas tanggungan negara [pasal 55 (1), (2), dan
(3)]. Larangan (b) dan (c) tetap berlaku selama tiga tahun setelah presiden meletakkan jabatannya
[pasal 55 (4)];
8. Presiden dan wakil presiden maupun mantan presiden dan mantan wakil presiden diadili oleh
Mahkamah Agung atas pelanggaran jabatan atau pelanggaran lainnya yang dilakukan dalam masa
jabatannya [pasal 106 (1)];
9. Hal keuangan presiden dan wakil presiden diatur dengan UU [pasal 54];
10. Presiden membentuk kabinet [pasal 50 dan 51];
11. Presiden menyaksikan pelantikan kabinet [pasal 53];
12. Presiden dan wakil presiden menerima pemberitahuan kabinet mengenai urusan penting [pasal
52 (2)];
13. Presiden menyaksikan pelantikan anggota DPR [pasal 63];
14. Presiden mengesahkan pemilihan Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPR [pasal 62 (1)];
15. Presiden bertindak secara administratif/protokoler dalam urusan legislatif [pasal 90 (1), 92, 93,
dan 94 (3)];
16. Presiden berhak membubarkan DPR dan memerintahkan pembentukan DPR baru [pasal 84];
17. Presiden menyaksikan pelantikan anggota Konstituante, dan mengesahkan pemilihan Ketua dan
Wakil-wakil ketua Konstituante [pasal 136];
18. Presiden bertindak secara administratif/protokoler dalam urusan konstitutif [pasal 140 (2)];
19. Presiden memberhentikan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-anggota Mahkamah Agung atas
permintaan sendiri [pasal 79 (4)];
20. Presiden memberi grasi, amnesti, dan abolisi dengan pertimbangan Mahkamah Agung [pasal
107];
21. Presiden memberhentikan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-anggota Dewan Pengawas
Keuangan atas permintaan sendiri [pasal 81 (4)];
22. Presiden memberi tanda kehormatan menurut UU [pasal 87];
23. Presiden mengangkat dan menerima misi diplomatik [pasal 123];
24. Presiden mengadakan dan mengesahkan perjanjian internasional atas kuasa UU [pasal 120];
25. Presiden memegang kekuasaan militer [pasal 127];
26. Presiden menyatakan perang dengan persetujuan DPR [pasal 128];
27. Presiden menyatakan keadaan bahaya [pasal 129 (1)].
Selain bertindak secara khusus, sebagai bagian dari pemerintahan dalam fungsi
administratif/protokoler[5], presiden (dan wakil presiden), menurut konstitusi, antara lain:
1. Menjalankan pemerintahan [pasal 82];
2. Mengesahkan atau memveto UU yang telah disetujui oleh DPR [pasal 94 (2) dan 95 (1)];
3. Mengeluarkan peraturan darurat (UU Darurat) dalam keadaan mendesak [pasal 96 (1)];
4. Mengeluarkan peraturan pemerintah [pasal 98 (1)];
5. Memegang urusan umum keuangan [pasal 111 (1)].
Lembaga kepresidenan dalam masa republik ketiga tergolong unik. Tokoh yang memangku jabatan
presiden pada periode ini merupakan hasil persetujuan dari RIS dan RI pada 19 Mei 1950 [penjelasan
konstitusi]. Sedangkan tokoh wakil presiden untuk pertama kalinya diangkat oleh presiden dari
tokoh yang diajukan oleh DPR [pasal 45 (4)]. Dari hal-hal tersebut jelas bahwa lembaga kepresidenan
(presiden dan wakil presiden) hanya bersifat sementara seiring pemberlakuan konstitusi sementara
dan akan berakhir dengan lembaga kepresidenan menurut konstitusi tetap yang akan dibuat.
Dalam perjalanannya jabatan wakil presiden mengalami kekosongan per 1 Desember 1956 karena
wakil presiden mengundurkan diri. Aturan pasal 45 (4) tidak lagi dapat digunakan untuk mengisi
lowongan tersebut sedangkan konstitusi tetap maupun UU pemilihan presiden dan wakil presiden
belum ada. Pada 1958 presiden sempat berhalangan dan digantikan oleh pejabat presiden.
Kekuasaan lembaga kepresidenan ini otomatis berakhir seiring munculnya dekrit presiden 5 Juli 1959
dan digantikan dengan lembaga kepresidenan menurut UUD 1945 yang diberlakukan kembali.
Pustaka
Inu Kencana Safeii, Drs, DKK. Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta 1994
Khanifsalsabila 2010, Lembaga-lembaga Negara dengan Tinjauan Yuridis UUDS 1950 ...dalam Http//
khanifsalsabila.wordpress.com. diakses pada tanggal 13 septeSejarah lembaga kepresidenan
Indonesia dalam Http// id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 13 september 2011

Anda mungkin juga menyukai

  • Hukum Kontrak
    Hukum Kontrak
    Dokumen8 halaman
    Hukum Kontrak
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Sewa Menyewa Dalam Perpekstif Hukum
    Sewa Menyewa Dalam Perpekstif Hukum
    Dokumen38 halaman
    Sewa Menyewa Dalam Perpekstif Hukum
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • KONTRAK NOMINAAT
    KONTRAK NOMINAAT
    Dokumen6 halaman
    KONTRAK NOMINAAT
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Contoh Lamaran Kerja Umum
    Contoh Lamaran Kerja Umum
    Dokumen2 halaman
    Contoh Lamaran Kerja Umum
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Sewamenyewa
    Sewamenyewa
    Dokumen7 halaman
    Sewamenyewa
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen1 halaman
    Bab IV
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab I Lanjutan
    Bab I Lanjutan
    Dokumen7 halaman
    Bab I Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Print 1
    Print 1
    Dokumen1 halaman
    Print 1
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lanjutan
    Bab 3 Lanjutan
    Dokumen10 halaman
    Bab 3 Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isian Analisis Jabatan
    Daftar Isian Analisis Jabatan
    Dokumen11 halaman
    Daftar Isian Analisis Jabatan
    Devin Hulu
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lanjutan
    Bab 3 Lanjutan
    Dokumen10 halaman
    Bab 3 Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Lanjutan
    BAB IV Lanjutan
    Dokumen52 halaman
    BAB IV Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Honorarium 01
    Honorarium 01
    Dokumen1 halaman
    Honorarium 01
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab II Print
    Bab II Print
    Dokumen26 halaman
    Bab II Print
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Contoh Surat Jawaban Rekonpensi Contohpedi.c0m
    Contoh Surat Jawaban Rekonpensi Contohpedi.c0m
    Dokumen3 halaman
    Contoh Surat Jawaban Rekonpensi Contohpedi.c0m
    Lika Liyakil Hasanah
    100% (2)
  • Rumusan Masala1
    Rumusan Masala1
    Dokumen1 halaman
    Rumusan Masala1
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Dak Waan
    Dak Waan
    Dokumen2 halaman
    Dak Waan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • 20 Februari 2014
    20 Februari 2014
    Dokumen1 halaman
    20 Februari 2014
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • 3 Elektro
    3 Elektro
    Dokumen1 halaman
    3 Elektro
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Non Pns
    Non Pns
    Dokumen1 halaman
    Non Pns
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bronkitis Kronis
    Bronkitis Kronis
    Dokumen2 halaman
    Bronkitis Kronis
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Rapat Batik
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • 1las Listrik
    1las Listrik
    Dokumen1 halaman
    1las Listrik
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Agenda Surat
    Agenda Surat
    Dokumen2 halaman
    Agenda Surat
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Agenda Surat
    Agenda Surat
    Dokumen2 halaman
    Agenda Surat
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Kwitansi Ipk
    Kwitansi Ipk
    Dokumen5 halaman
    Kwitansi Ipk
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Formulir PK 2
    Formulir PK 2
    Dokumen6 halaman
    Formulir PK 2
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • CONTOH Proposal Pelatihan 2013
    CONTOH Proposal Pelatihan 2013
    Dokumen5 halaman
    CONTOH Proposal Pelatihan 2013
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Rapat Batik
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat