pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang dalam interaksi
langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan
Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara atau hasil kerja melayani.
Kemudian istilah publik berasal dari Bahasa Inggris (public) yang berarti
Indonesia baku yang menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai.
Padanan kata yang tepat digunakan adalah praja yang berarti pemerintah yang
sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang
merasa memiliki. Jadi pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
meskipun hasilnya tiadak terikat pada suatu produk secara fisik. Negara terdiri
dari kumpulan individu yang memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang
apabila Negara memiliki suatu Pemerintah dan Pemerintahan yang dibentuk dan
(Sinambela, 2008:6)
yang pada umumnya didasarkan pada prinsip fungsionalisasi. Dari segi pemberian
fungsi tertentu dan perlu bekerja secara koordinasi dengan instansi lain. Setiap
dan jangka pendek. Aparat birokrasi Pemerintah harus menciptakan iklim yang
yang handal, tangguh dan propessional cirri-ciri tersebut berlaku bagi seluruh
model managemen Publik baru (new public managemen), dan akhirnya menujiu
model Pelayanan Publik baru (new public service) Denhardt and Denhart, 2000,
dalam model new public service, pelayanan publik berlandaskan teori demokrasi
yang mengajarkan adanya egaliter dan persaman hak diantara warga Negara.
Dasar teoritis Pelayanan Publik yang ideal menurut paradigm new public
dengan demikian karakter dan nilai yang terkandung di dalam pelayanan publik
tersebut harus berisi referensi nilai-nilai yang ada didalam masyarakat karena
masyarakat bersifat dinamis, maka karakter pelayanan publik juga harus selalu
Hal tersebut antara lain mengenai ketentuan umum pembuatan Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1), Register administrasi Kartu Pencari Kerja Online (AK.1),
pendaftaran Kartu Pencari Kerja Online (AK.1), blangko dokumen Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1), dan laporan IPK. Dengan berdasarkan instansi kebijakan
langsung masyarakat pencari kerja dan pengguna tenaga kerja, dari beberapa
kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu
definisi tersebut ada empat hal yang bias dilihat, pertama, hasil kerja secara
individual atau secara institusi yang berarti kinerja tersebut adalah hasil akhir
tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan tanggungjawab. Di sini orang
pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik, namun orang tersebut harus tetap
14
dalam kendali dimana orang atau lembaga tersebut harus memberikan laporan
ketiga, pekerjaan harus dilakukan dengan legal, artinya orang atau lembaga dalam
atau dirumuskan. Meski demikian, dari kedua pendekatan tersebut, dapat ditarik
suatu garis yang dapat menandai batasan konsp kinerja organisasi Publik. Batasan
peelayanan. Kinerja Pelayanan Publik yang baik dapat dilihat melalui berbagai
pelayanan berupa televesi, ruang tunggu yang nyaman, penampilan aparat yang
menarik dimata pengguna jasa, seperti seragam dan aksesoris serta berbagai
akan selalu dikaitkan dengan pemimpin dari organisasi dimaksud. Dengan kata
yang dikemukakan para ahli, beberapa diantaranya adalah Ordway Tead (dalam
orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan
dari suatu persoalan bersama. Dan yang terakhir Prof. Kimball Young (dalam
kemauan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain unuk
Kinerja organissi Publik tidak hanya dilihat ukuran internal tetapi lebih
penting dari pada itu sebagai agen pembangunan sudah selayaknya apabila
yang berasal dari rakyat. Beberapa pendapat diatas tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja pada sektor organisasi Publik dalam ini organisasi
organisasi yang ada berjalan sesuai arah atau menyempang dari tujuan yang telah
Pelayanan Publik sangat bervariasi. Secara garis besar berbagai parameter yang
digunakan untuk melihat kinerja dapat dilihat dari 2 (dua) pendekatan yaitu :
Pemerintah Kabupaten. Dalam penelitian terhadap kinerja Dinas Tenaga Kerja dan
dan orentasi terhadap pelayanan tidak digunakan dalam pengukuran kinerja Dinas
sebagai berikut :
mengacu pada tugas pokok dan fungsi serta kewenangan yang dimiliki. Efiesensi
digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja Dinas Tenaga Kerja dan
penilaian terhadap hasil kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
mengukur sejauh mana kebijakan dan kegiatan Dinas Tenaga Kerja dan
pelayanan yaitu sejauh mana Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Untuk lebih jelasnya maka ketiga indikator tersebut dapat dilihat pada
penjelasan berikutnya :
18
2.2.1 Efiesensi
memperoleh input dan output. Efiesensi terkait dengan hubungan antara output
berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang
merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain
output per unit input. Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien
(Mahmudi, 2010:85).
pelayanan dapat menyediakan input pelayanan, seperti biaya dan waktu pelayanan
yang meringankan masyarakat pengguna jasa. Demikian pula pada sisi output
pelayanan adalah besarnya biaya pelayanan dan rentan waktu dalam pelayanan.
2.2.2. Akuntabilitas
berkaitan dengan sumber daya publik kepada pihak pemberi mandat (principal)”.
untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang
kewajiban dari institusi atau aparat yang bekerja didalamnya untuk membuat
kebijakan atau melakukan tindakan yang sesuai dengan nilai yang berlaku
masyarakat atau yang dimiliki olah stake holders. Nilai dan norma pelayanan yang
20
publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan organisasi
publik atau Pemerintah seperti pencapaian target tetapi harus dinilai dari ukuran
eksternal yakni nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat (Dwiyanto,
dan berkembang dalam masyarakat. Jadi penilaian akuntabilitas ini lebih legitimit
ditentukan.
21
pelayanan publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat
tersebut meliputi: (1) acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi dalam
aparat birokrasi apabila terdapat masyarakat pengguna jasa yang tidak memenuhi
2.2.3. Responsivitas
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat (Dilulio, 1994 dalam
Dwiyanto, dkk 2006). Dari hal ini dapat dilihat adanya keselarasan program
tanggap dan menanggapi apa yang menjadi keluhan, masalah dan aspirasi Publik.
22
Birokrasi Publik yang baik adalah yang responsive (mempunyai daya tanggap
yang tinggi dan cepat menanggapi) terhadap apa yang menjadi keluhan, masalah
dan berusaha untuk mencari solusinya. Mereka tidak suka menunda-nunda waktu,
memiliki kinerja yang jelek pula (Osborne & Plastrik:1997 dalam Dwiyanto dkk,
menjadi beberapa indikator yang meliputi: (1) terdapat tidaknya keluhan dari
pengguna jasa selama satu tahun terakhir; (2) sikap aparat birokrasi dalam
merespon keluhan dari pengguna jasa; (3) penggunaan keluhan dari pengguna jasa
pelyanan kepada pengguna jasa; dan (5) penempatan pengguna jasa oleh aparat
keluhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pengguna jasa yang
kemudian direfleksikan dalam bentuk program dan kegiatan yang nyata dengan
berusaha untuk mewujudkan keinginan dari masyarakat itu sehingga akan tercapai
yang telah dikemukakan di atas maka dalam penelitian ini : (1) tingkat kepekaan
kebutuhan masyarakat.
mencoba mengacu kepada beberapa kerangka teori dan model yang digunakan
para ahli. Dengan mengacu kepada kerangka teori yang digunakan para ahli maka
dalam melihat fenomena yang terjadi dalam melihat kinerja Pelayanan Publik di
apapun tujuan yang dapat dicapai, selalu mengharapkan sasaran/target yang telah
mengacu pada teori yang dijelaskan tersebut dan jika dihubungkan dengan
kenyataan dan fenomena di lapangan, maka tidak semua fariabel obyek penelitian
diungkapkan dalam penulisan skripsi ini. Hanya fariabel yang dianggap penting
faktor tersebut karena suatu upaya dalam melaksanakan tugas bidang pelayanan
sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi eksternal dan kondisi internal. Faktor
seseorang untuk dapat berupaya lebih keras untuk sesuatu. Sedamgkam faktor
internal adalah segala sesuatu yang berasal dari diri sendiri yang dapat memberi
mencapai tujuan.
gambaran yang jelas dan kondisi yang sesungguhnya. Hal tersebut terkait dengan
tugas dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo
2.3.1. Diskresi
wewenang yang dilimpahkan dalam bentuk peraturan itu harus juga diberi
pada permasalahan yang harus segera diatasioleh petugas pelayanan, hal tersebut
kreativitas.
pelayanan publik yang berkulitas, efisien, responsif dan akuntabel. Diskresi dalam
sejalan dengan visi dan misi organisasi. Diskresi adalah kebebasan mengambil
adalahadanya realitas bahwa suatu kebijakan dan peraturan tidak mungkin mampu
perumusan kebijakan peraturan itu. Chandler dan Plano, 1998 dan dalam
27
yang ada atas suatu kasus yang belum atau tidak diatur dalam suatu ketentuan
yang baku, yang berarti diskresi adalah merupakan suatu penyimpangan. Namun
prosedur tidak perlu dipermasalahkan sepanjang tindakan yang diambil tetap pada
koridor visi dan misi organisasi serta tetap dalam kerangka pencapaian tujuan
organisasi.
diskresi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dengan kemampuan responsivitas
masyarakat pengguna jasa masih bertindak atas dasar peraturan berupa petunjuk
lamban dalam merespon setiap perubahan dan aspirasi yang berkembang dalam
masyarakat, padahal dalam era globalisasi dan kompetisi, birokrasi dituntut untuk
aspirasi dan dinamika masyarakat yang berkembang. Diskresi dinilai baik apabila
aparat berusaha mencari solusi sendiri untuk mengatasi kesulitan tetapi tetap
berada pada jalur visi dan misi organisasi, aparat pelayanan masih berorientasi
pada juklak/juknis dinilai mempunyai tingkat diskresi yang rendah karena aparat
hanya memahami peraturan secara kaku sehingga tidak mampu berinisiatif dan
terhadap pengguna jasa menjadi lambat dan tidak efisien. Dari uraian tersebut
sesuai dengan visi dan misi organisasi. Berkaitan dengan kualitas pelayanan
publik, maka tingkat kewenangan diskresi sangat berperan penting dalam hal ikut
ada;
melaksanakan tugas;
pelaksanaan;
pegawai yang menggunakan inisiatif sangat kecil yang hanya 3% sehinga seorang
”ayah” dengan masyarakat yang berkedudukan sebagai ”anak”. Berarti selama ini
budaya birokrasi yang dikembangkan adalah budaya yang lebih menekankan pada
untuk memperoleh pelayanan yang terbaik dan kondisi ini sudah tentu
simbol-simbol dan nilai-nilai yang selama ini berkembang dalam birokrasi dan
pengguna jasa; (2) hubungan paternalisme yang terjadi antara pimpinan instansi
30
atau atasan dengan para staf pelaksana atau bawahan. Paternalisangme yang
paternalisme yang kedua menunjuk pada hubungan yang bersifat internal, yakni
antara atasan dan bawahan yang lazim disebut hubungan vertikal dan hubungan
feodalisme, yaitu suatu sikap mintal yang mentukan bentuk-bentuk relasi dan
adanya perbedaan dalam hal usia, jabatan, peran, kedudukan, maupun status
dalam birokrasi, fiodalisme dalam birokrasi lainnya adalah adanya budaya tabu
dan ketakutan dari aparat bawahan untuk mengkritik sikap atau tindakan
pimpinan, perekrutan dari aparat bawahan untuk mengkritik sikap atau tindakan
31
pimpinan, perekrutan pejabat atas dasar hubungan pribadi, nepotisme atau tradisi
yang alamiyah. Pada setip tingkatan, budaya atau tradisi yang dianut dan
budaya dapat digambarkan sebagai sistem atau seprangkat nilai yang memiliki
terinternalisasi dalam sikap, tinkah laku dan perbuatan yang dilakukan oleh setiap
lainnya, dalam setiap dinamika yang terjadi didalamnya, selalu memiliki korelasi
dan (2) persepsi masyarakat terhadap birokrasi, terutama terhadap birokrasi yang
(enam) faktor pendukung dalam suatu sitem pelayanan. Dua diantaranya adalah
pelayanan. Lebih lanjut Moenir mengatakan sarana pelayanan adalah segala jenis
waktu;
pelayanan publik yang paling menonjol dan paling cepat dirasakan oleh orang-
orang yang menerima layanan selain sarana pelayanan adalah keterampilan dan
dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang tersedia. Dengan
dapat dilakukan dengan baik, cepat dan memenuhi keinginan semua pihak baik
manusia, sarana prasarana dan teknologi yang digunakan organisasi dalam setiap
Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Situbondo yang digunakan meliputi: (1)
Pelayanan Publik yaitu Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sangat dipengaruhi
faktor ini saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan dan ikut
menentukan tinggi rendahnya serta baik buruknya budaya suatu pelayanan yang
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor diskresi, budaya paternalisme dan
semakin baik pula dan semakin dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna
hasil pelayanan. Sehingga kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten
Aspek yang diteliti dari penelitian ini antara lain; aspek efisiensi, aspek