Anda di halaman 1dari 52

48

Selepas kemerdekaan Negara Indonesia masih belum memikirkan untuk

mendirikan yang mengurusi masalah ketenagakerjaan, masalah tenaga kerja dan

buruh diserahkan sepenuhnya kepada Departemen Sosial. Setelah terbinya PP

Nomor 3 Tahun 1947 menetapkan bahwa tugas pokok mentri Perburuhan salah

satunya adalah menagani masalah buruh dan ketenagakerjaan. Pada masa transisi

Orde Lama ke Orde Baru sekitar tahun 1966-1969, terjadi perombakan pada nama

institusi yakni dari departemen perburuhan menjadi Departemen Tenaga Kerja.

Begitu juga di pemerintah Kabupaten Situbondo, setelah pemerintah pusat

menerapkan Dinas Tenaga Kerja di seluruh Propinsi dan Kabupaten di seluruh

Indonesia, maka Kabupaten Situbondo-pun melaksanakan/mengimplementasikan

regulasi tersebut, artinya memberikan ruang kelembagaan yang bernama Dinas

Tenaga Kerja, yang mengurusi masalah ketenagakerjaan, lapangan kerja dan

masalah pengangguran. Masalah lembaga ini dimulai pada tanggal 23 April 183

diresmikan kantor Direktorat Jendral Transmigrasi (yang waktu itu belum

tergabung ketenagakerjaan), pada tahun 2001 maka ketenagakerjaan tergabung

pada Dinas Kependudukan Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sesuai dengan

kebutuhan dan otonomi daerah, maka tahun 2003, institusi berubah menjadi Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Pemerintah Kabupaten Situbondo

hingga sekarang, adapun alamat Kantor Disnakertrans di Jalan PB. Sudirman

Karangasem Situbondo.

4.1.2 Visi dan Misi Organisasi

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Situbondo serta sejalan dengan Visi dari Pemerintah


49

Kabupaten Situbondo, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Situbondo menetapkan visi :

”Terujudnya Tenaga Kerja yang Berkualitas, Produktif dan Sejahtra”

Adapun makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tenaga kerja yang berkualitas : dimaksudkan bahwa tenaga kerja memiliki

ketrampilan dan pengetahuan serta selalu meningkatkan potensi diri sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Tenaga kerja yang produktif : dimaksudkan bahwa tenaga kerja memiliki

etos kerja dan produktivitas yang tinggi.

3. Sejahtra : dimaksudkan bahwa tenaga kerja dan keluarganya berhak dan

ats kehidupan yang layak sesuai dengan hasil kerjanya.

Sedangkan dalam oprasionalnya dengan mengacu pada visi tersebut diatas,

maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo menetapkan

misi sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembinaan aparatur dalam rangka peningkatan pelayanan.

2. Melaksanakan pelatihan ketrampilan dan memperluas lapangan kerja bagi

penganggur dan setengah penganggur.

3. Melaksanakan penempatan tenaga kerja baik dalam dan luar negeri serta

penyebarluasan Informasi pasar kerja.

4. Meningkatkan pengawasan dan perlindungan norma ketenagakerjaan di

perusahaan.

5. Melaksanakan kerja sama antar wilayah dan memfasilitasi masyarakat

terhadap program transmigrasi dalam rangka pemenuhan SDM.


50

4.1.3. Tujuan, Strtegi Dan Kebijakan

Dalam rangka mencapai misi-misi tersebut diatas maka ditetapkan tujuan

sebagai pelaksanaan misi tersebut antara lain :

A. Misi ke 1(satu) dengan tujuan :

Meningkatnya kualitas aparatur serta sarana dan prasarana dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan. Adapun sasaran yang dicapai ialah :

- Meningkatnya pelayanan administrsi perkantoran

- Meningkatnya jumlah dan nilai sarana dan prasarana perkantoran

- Meningkatnya disiplin aparatur

- Terlaksananya tertib penyusunan laporan.

B. Misi ke 2 (dua) dengan tujuan :

Meningkatnya ketrampilan dan pruduktivitas tenaga kerja guna

pemenuhan kesempatan kerja. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :

- Meningkatnya kualitas tenaga kerja dan kesempatan kerja

C. Misi ke 3 (tiga) dengan tujuan :

Meningkatkan penyediaan dan penyerapan tenaga kerja siap pakai,

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :

- Terlaksananya pendataan dan pemenuhan kesempatan kerja

D. Misi ke 4 (empat) dengan tujuan :

Meningkatnya perlindungan tenaga kerja dan hubungan industrial yang

harmonis antara pelaku produksi, adapun sasaran yang ingin dicapai

adalah :

- Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja


51

E. Misi ke 5 (lima) dengan tujuan :

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui transmigrasi. Adapun

sasaran yang ingin dicapai adalah :

- Tersedianya calon transmigran yang siap diberangkatkan ke tempat

tujuan

4.1.4. Struktur Organisasi

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi merupakan salah satu unit kerja di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo. Hal ini tertuang dalam peraturan

pemerintah daerah Kabupaten Situbondo Nomor 03 tahun 2011 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja pemerintahan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Situbondo, dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Struktur Organisasi Disnakertrans Kabupaten Situbondo


KEPALA DINAS

Sekretaris
Kelompok Jabatan
Fungsioanal

Sub Bagian Sub Bagian Sub Bagian


Umum Keuangan Perc. Eva &
Pel.

Bid. Pelatihan dan Bid. Perlindungan Bid.


Penempatan TK Pengeawasan TK Transmigrasi

Seksi Pelatihan dan Seksi HI dan Seksi


Produktifitas Syaker Penyiapan dan
Pelayanan
Transmigrasi
Seksi Penempatan Seksi Pengawasan
dan Perluasan Tenag Kerja Seksi Pemeberdayaan
Transmigrasi dan
Perpindahan Penduduk
Seksi Pengemb.
TKM UPTD

Gambar 4.1:Struktur Organisasi Disnakertrans Pemkab. Situbondo


52

4.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi Disnakertrans Pemerintah Kabupaten Situbondo

Berdasarkan peraturan Bupati Situbondo No 50 Tahun 210, maka masing-

masing pejabat sesuai dengan skema atau struktur organisasi mempunyai tugas

dan fungsi untuk melaksanakan atau mengimplentasikan tugas, yakni antara lain:

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi dan

pengendalian dalam meyelenggarakan kegiatan dibidang tenaga kerja dan

transmigrasi.

b. Skretariat

Skretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pengoordinasian,

penyusunan program dan pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan tugas-tugas

bidang secara terpadu dan tugas pelayanan administrasi kepala seluruh satuan

organisasi dalam lingkungan Dinas.

Adapun fungsinya adalah:

- Pelaksanaan tata usaha kantor, perlengkapan, urusan rumah tangga Dinas,

administrasi dilingkungan Dinas

- Penyusunan rencana kegiatan tahunan Dinas

- Pengoordinasian penysusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas

bidang secara terpadu

- penyiapan bahan evaluasi tugas-tugas bidang terpadu

- Pelaksanaan urusan keuangan

- Pelaksanaan urusan umum

- Pelaksanaan urusan kepegawaian


53

- Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan

- Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dan

- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

c. Sub Bagian Umum

- Sub Bagian Umum, mempunyai tugas melaksanaan ketatausahaa dan tata

usaha kepegawaian

- Dalam melaksanankan tugas, Sub Bagian Umum fungsi:

a. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan protokol Dinas

b. Pelaksanaan pengadaan kebutuhan barang dan pengadministrasian

barang-barang keperluan Dinas dan perbekalan lain

c. Pelaksanaan urusan surat menyurat

d. Pencatatan dan pelaporan barang inventaris

e. Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan

f. Pembuatan laporan inventaris barang (asset) Dinas

g. Penyelenggaraan tugas kepegawaian Dinas yang meliputi

pengumpulan data kepegawaian, pembuatan daftar urut kepangkatan,

mempersiapkan ususlan-usulan yang menyangkut kenaikan gaji

berkala,kenaikan pangkat,mutasi pegawai, pengangkatan dan

pemberhentian pegawai

h. Penyelengggaraan kesejahteraan pegawai

i. Penyusunan laporan kepegawaian

j. Pelaksanaan ketatausahaan

k. Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada skeretaris, dan


54

l. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai

dengan tugas dan fungsinya

d. Sub Bagian Keuangan

- Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan dan

tatausaha keuangan

- Dalam melaksanakan tugas, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan

fungsi

a) Penyusunan dokumen rencana kegiatan dan anggaran serta dokumen

pelaksanaan anggaran

b) Peyiapan rencana pelaksanaan anggaran Dinas

c) Pelaksanaan administrasi keuangan Dinas yang meliput pembukaan,

realisasi angggaran pendapatan dan belanja Dinsa serta pembayaran

gaji pegawai

d) Penyiapan laporan peranggung jawaban keuangan Dinas

e) Pengurusan penyelesaian tuntutan ganti rugi dan biaya pengeluaran

Dinas pembuatan laporan bulanan realisasi fisik dan keuangan

f) Pelaksanaan ketatausahaan

g) Pelaporan hasil pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh

sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya

e. Sub Bagian Perencanaan, Evakuasi dan Pelaporan

- Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas

perencanaan kegiatan, evaluasi dan pelaporan


55

- Dalam melaksananakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Sub Bagian

Perencanaan, evaluasi, pelaporan menyelengggarakan fungsi:

a) Renstra dan Renja Dinas

b) Penyusunan RKA dan DPA Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan

Dinas

c) Penyusuna Budaya Kerja Dinas

d) Penyusunan LAKIP Dinas

e) Penyusunan evaluasi kegiatan Dinas

f) Pelaksanaan Pengawasan Melekat (WASKAT) dilingkungan Dinas

g) Penyusunan Laporan Penyelengggaraan Pemerintah Daerah(LPPD)

h) Pelaksanaan ketatausahaan

i) Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Sekretaris dan

j) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Sekretaris

sesuai dengan tugas dan fungsinya

f. Sub Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja

- Bidang Pelatihan dan Tenaga Kerja mempunyai tugas membantu Kepala

Dinas dalam melaksakan tugas Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi

dibidang pelatihan dan penempatan tenaga kerja.

- Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga

Kerja menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana dan Program Bidang Pelatihan dan Penempatan

Tenaga Kerja
56

b. Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, evaluasi dan program

bidang pelatihan dan Penempaan Tenaga Kerja

c. Pelaksanaan pembinaan diBidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga

Kerja

d. Pelaksanaan bimbingan usaha mandiri

e. Pelaksanaan fasilitas penempatan tenaga kerja

f. Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dalam rangka pengembangan

pelatihan ketrampilan dan prokdutifitas keatausahaan

g. Pelaksanaan kegiatan keatatausahaan

h. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

g. Seksi Pelatihan dan Prokdutivitas

- Seksi pelatihan dan prokdutivitas, mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Tenaga Kerja di Bidang dibidang

Pelatihan dan Prokdutivitas

- Dalam melaksanakan tugas, seksi Pelatihan dan Produktivitas

menyelenggaraka fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program seksi pelatihan dan prokduktivitas

b) Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi prgoram

seksi Pelatihan dan Produktivitas

c) Penyelengaraan pelatihan dan ketrampilan dan pemagangan

d) Pelaksanaan bimbingan terhadap Lembaga Latihan Swasta(LLS)

e) Pemberian rekomendasi ijin pendirian Lembaga Latihan Swasta(LLS)

f) Pemfasilitasi penyelenggaraan uji keterampilan


57

h. Seksi pelatihan dan Prokdutivitas

- Seksi pelatihan Produktivitas mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas bidang pelatihan dan penempatan tenaga kerja dibidang pelatihan

dan prodktivitas

- Dalam melaksanakan tugas, seksi Pelatihan dan Prokdutivitas

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program seksi Pelatihan dan Prokdutivitas

b. Pengoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi program

seksi Pelatihan dan Prokdutivitas

c. Penyelenggara pelatihan dan ketrampilan dan pemagangan

d. Pelaksanaan bimbingan terhadap Lembaga Latihan Swasta(LLS)

e. Pemberian reomendasi ijin pendirian Lembaga Latihan Swasta(LLS)

f. Pemfasilitasi penyelenggaraan uji ketrapilan

g. Mengadaan sosialisasi kegiatan pelatihan ketrapilan

h. Pelaksanaan pemungutan dan penyetoran iuran Wajib Pelatihan Tenaga

Kerja (IWLTKP)

i. Pelaksanaan ketatausahaan

j. Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Keala Bidang Pelatihan

dan Penempatan Tenaga Kerja dan

k. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang dengan diberikan oleh Kepala

Bidang Pelatihan dan Penempatan dan Tenaga Kerja dengan tugas dan

fungsinya

i. Seksi penempatan dan Perluasan Kerja


58

- Seksi Penempatan dan peluasan kerja mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pelatihan dan penempatan tenaga kerja dibidang

penempatan dan perluasan kerja

- Dalam melaksanakan tugas, seksi penempatan dan perluasan kerja

menyelenggara fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program seksi penempatan dan perluasan

kerja

b. Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi program

seksi penempatan dan perluasan kerja

c. Pelaksanaan pendaftaran kerja(AK.1)

d. Penyusunan dan penyebarluasan informasi pasar kerja(IPK)

e. Pelaksanaan pengawasan Bursa Kerja dan Unit Pelayanan,

pendaftaran dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia(UP3TKI)

f. Pelaksanaan penempatan melalui mekanisme antar kerja

g. Pemberian rekomendasi perpanjangan ijin penggunaan Tenag Kerja

Warga Negara Asing

h. Pelaksanaan Ketatausahaan

i. Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Bidang

Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja dan

j. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oelh Kepala Bidang

Oelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja dengan tugas dan fungsinya

j. Seksi Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri


59

- Seksi pengembangan Tenag Kerja Mandiri mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga

Kerja diBidang Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri

- Dalam melaksanakan tugasnya, seksi Pengembangan Tenaga Kerja

Mandiri menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program seksi Pengembangan Tenaga Kerja

Mandiri

b. Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi program

Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri

c. Pengumpulan dan pengelolaan data SDA dan SDM dalam rangka

Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri

d. Penyelenggara pembentukan dan pemberdayaan usaha mandiri

e. Pemfasilitasi kerjasama dengan pengusaha sebagai bapak angkat

f. Pelaksanaan ketatausahaan

g. Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Bidang

Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja dan

h. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepal Bidang

Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja sesuai dengan tugas dan

fungsinya

i. Bidang perlindungan dan Pengawasan

- Bidang Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja mempunyai

tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas Dinas

Tenaga Kerja dan Transmmigrasi dibidanga perlindungan dan


60

Pengawasan Tenaga Kerja . dalam melaksanak tugas bidang

Perlindunga dan Pengawasan Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun rencan program bidang perlindungan dan Pengawasa Tenaga

Kerja

b. Pengkoordinasian, pengendalian, Pengawasan dan evaluasi bidang

perlindungan Pengawasan Tenaga Kerja

c. Pembinaan hubungan industrial dan syarat kerja

d. Pembinaan Norma Kerja dan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K.3)

e. Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dalam rangka pengembangan

perlindungan dan pengawasan tenaga kerja

f. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan

g. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dan

h. Pelaksanaan tugas Dinas lain yang diberika oleh Kepala Dinas

j. Seksi Hubungan Industrial dan syarat Tenaga Kerja

- Seksi Hubungan Industrial dan Syaratt Kerja mempunyai tugas

melaksnakan sebagian tugas bidang Perlindungan dan Pengawasan

Tenaga Kerja dibidang hubungan industrial dan syarat kerja

- Dalam melaksanakan tugas, seksi hubungan industrial dan syarat

kerja menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program seksi Hubungan Industri

dan syarat Kerja


61

b. Pengkoordinasian, Pengendalian, Pengwasan dan Evaluasi

seksi Hubungan Industrial dan Syarat

c. Pembinaan hubungan industrial

d. Pemfasilitasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial(PHI)

e. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian serta pemberian

pengesahan terhadap pemakain peralatan listrik dalam rangka

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

f. Pelaksanaan Ketatausahaan

g. Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepla Bidang

Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja dan

h. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberika oleh Kepala

BIdang Perlindungan dan Pengawsa Tenag Kerja sesuia

dengan tugas dan fungsinya

i. Bidang Transmigrasi

Bidang Transmigrasi mempunyai tugas membantu Kepala

Dinas dalam melaksanakan tugas Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi. Dalam melaksanakan tugas bidang

Transmigrasi menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun rencana program bidang Transmigrasi

b. Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi bidang

Transmigrasi
62

c. Penyelenggaraan pembemberdayaan transmigran dan perpindahan

penduduk

d. Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dalam rangka

pengembangan ketransmigrasian

e. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan

f. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dan

g. Pelaksanaan tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

k. Seksi penyiapan dan pelayanan Transmigrasi

- Seksi penyiapan dan pelayan transmigrasi, mempunyai tugas melaksanakn

sebagian tugas bidang transmigrasi dibidang penyiapan dan pelayanan

transmigrasi

- Dalam melaksanakan tugas, seksi penyiapan dan pelayanan trnsmigrasi

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program seksi penyiapan dan pelayanan

transmigrasi

b. Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi program

seksi penyiapan dan pelayanan transmigrasi

c. Pengumpulan, pengolahan dan penganalisa data dalam rangka

penyiapan dan pelayanan transmigrasi

d. Pembinaan dan koordinasi dalam rangka penyiapan dan pelayanan

transmigrasi pembinaan terhadap petugas Pos Pelayanan Transmigrasi

e. Pembinaan terhadap petugas Pos Pos Pelayanan Transmigrasi

f. Pelaksanaan ketatausahaan
63

g. Pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Bidang

Transmigrasi dan

h. Pelaksnaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala

Bidang Transmigrasi sesuai dengan tugas dan fungsinya

l. Seksi Pemberdayaan Transmigrsai dan Perpindahan Penduduk

- Seksi Pemeberdayaan Transmigrasi dan Perpindahan Penduduk, memounyai

tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Transmigrasi dibidang

Pemebrdayaan Transmigrasi dan Perpindahan Penduduk

- Dalam melaksanakan tugas, seksi Pemebrdayaan Transmigrasi dan

Perpindahan Penduduk menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program seski Pemberdayaan Transmigrasi

dan Perpindahan Penduduk

b. Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi program

seksi Pemebrdayaan transmirgrasi dan Perpindahan Penduduk

c. Pengumpulan, pengolahan dan penganalisa data dalam rangka

pembinaan dan pemberdayaan transmigrasi

d. Pembinaan dan koordinasi dalam rangka pemberdayaan warga

resettlement dan calon transmigran

e. Pembinaan terhadap petugas Pos Pelayanan Transmigrasi

f. Pemonitor perkembangan transmigran ke lokasi transmigransi

g. Pelaksanaan ketatausahaan

h. Pelaporan hasil pelaksanaan tugsanya kepada Kepala Bidang

Transmigrasi
64

4.2 Kinerja Birokrasi dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kartu

PencariKerja Online (AK.1)

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo dalam

penyelenggaraan pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) berfunsi sebatas

melakukan varifikasi dan validasi terhadap data pencari kerja yang masuk dan

penerbitan rekomendasi berdasarkan permohonan pengurusan administrasi

ketenagakerjaan. Kewenangan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai

peraturan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Kepmen Tenaga Kerja Nomor

203 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan pendaftaran Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1).

Dalam penyelenggaraan penerbitan produk dari pelayanan bidang Penta

dan Pelatihan Kerja yaitu Kartu Pencari Kerja Online (AK.1). Ada beberapa

bentuk Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) pertama dilakukan secara

kolektif yaitu Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang dilakukan oleh

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan merekomendasi kepda pihak kedua

yaitu lembaga yang sudah mendapatkan ijin oprasional dari Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi untuk yang disebut pelayanan Bursa Kerja Khusus (BKK).

Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dari peroses Bursa Kerja Khusus (BKK) tidak

boleh dipakai persyaratan CPNS. Setelah proses administrasi selesai, penerbitan

Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang membutuhkan waktu hanya 30 menit

harus dilegalisir di Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo.

Bentuk proses pembuatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang kedua

dilakukan secara regular dengan ketentuan sebagai berikut :


65

1. Pencari kerja harus datang sendiri ke Disnakertrans dan berpakaian

rapi bersepatuh;

2. Membawa potoh copy KTP;

3. Membawa Ijaza muali dari SD sampai dengan Ijaza terakhir;

4. Membawa pas potoh warna dua lembar, bagi perempuan potoh

tidak memakai tutup telinga.

Setelah pengisian registrasi para pencari kerja dan penerbitan Kartu

Pencari Kerja Online (AK.1) oleh petugas pencatat Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1). untuk melakukan pengecekan bagi pencari kerja diharuskan setiap 6

(enam) bulan para pencari kerja menyerahkan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)

untuk di absen dan dilegalisir oleh petugas regestrasi Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sampai 2 (dua) tahun

perpanjangan.

Dari Bulan Januari saipai Desember 2010 – 2011 jumlah pencari kerja

yang membuat Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dan angkatan kerja yang sudah

ditempakan seperti tabel dibawa ini :

Tabel 4.1. daftar penerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dari Bulan Januari

s.d Desember 2011.

No Bulan Pencari Kerja Penempatan / Bekerja


L P Umum Khusus
1. Jan - Des 11295 8172 157 201

Jumlah 11295 8172 157 201


Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo 2011

Tabel 4.2. Daftar angkatan kerja dan penganggur terbuka dari Bulan Januari s.d

Desember Tahun 2010 – 2011.


66

No Bulan Angkatan Kerja Penganggur Terbuka


Umum Umum
1. Jan - Des 360595 11289
2. Jan - Des - -
Jumlah 260595 11289
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo 2011

4.2.1. Efiesensi

Efiesensi palayanan adalah mengukur kinerja yang menunjukkan pada

besar kecilnya biaya dan waktu dalam pelayanan. Data yang digunakan untuk

menganalisis adalah biaya dan waktu pelayanan sesuai dengan peraturan yang

berlaku dan pelaksanaanya.

A. Waktu Pelayanan

Waktu menyelesaikan 1 (satu) buah Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo, hanya butuh waktu

30 menit sejak pendaftaran yang diajukan pemohon. Kenyataannya dilapangan

prosedur yang harus dilalui oleh masyarakat pencari kerja tidak harus menunggu

60 menit akan tetapi hanya butuh waktu 30 menit Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1) langsung bisa dilegalisir.

Melihat tahapan waktu yang dilewati pemohon sudah tentu waktu yang

sudah dijanjikan sesuai peraturan yang berlaku, dengan waktu 30 menit pelayanan

bisa diselesaikan dengan baik. Hal ini memberi kepuasan pada masyarakat pencari

kerja karena waktu yang diperlukan dalam peruses penerbitan Kartu Pencari Kerja

Online (AK.1) tidak butuh waktu lama, sebagaimana hasil wawancara dengan

Rawit, pencari kerja dari Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang yang kebetulan

mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di acara nyabbe Desa bersama

Bapak Bupati di Desa Tlogosari Sumbermalang :


67

“pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang tujuannya untuk


mempermuda masyarakat di Desa Tlogosari, dengan prosedur yang cukup
baik sangat cepat dan tepat. Untuk mengurus Kartu Pencari Kerja Online
(AK.1) bisa ditempu cukup hanya 30 menit dan bisa laungsung
dilegalisir”. (10 September 2011)

Hal senada juga disampaikan warga sumberkolak Ismiga Dewi, bahwa :

“Menurut PERDA pelayanan publik sesuai dengan prinsip pelayanan yang


prima, cepat, tepat dan transparan. Pemerintah dalam pemberian pelayanan
publik memang seharusnya jemput bola terhadap kepentingan yang
bersifat publik”. (21 September 2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang, S.Pd, salah sorang guru

MTsN Situbondo, Panji sebagai berikut :

“Kalau pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sangat cepat dengan
waktu 15 menit udah selesai dan bisa dilegalisir, jadi tidak lama. Demikian
juga pelayanan administrasi legalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
sangat cepat tampa di pungut biaya administrasi”. 22 September 2011)

Hal senada juga disampaikan Feliy Hartono warga Patokan Situbondo bahwa :
“Pelayanan publik sesuai dengan prinsip pelayanan yang prima, cepat,
tepat dan transparan. Pemerintah dalam pemberian pelayanan publik
memang seharusnya jemput bola terhadap kepentingan yang bersifat
publik”. (21 September 2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh Anita Kuswailiyah, salah sorang warga

Sumberanyar sebagai berikut :

“Kalau pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sangat cepat dengan
waktu 30 menit udah selesai dan bisa dilegalisir, jadi tidak lama. Demikian
juga pelayanan administrasi legalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
sangat cepat tampa biaya”. 22 September 2011)
68

Hal ini juga penulis konfirmasikan kepada pihak struktural

Ketenagakerjaan apakah persediaan blangku menjadi kendala untuk pelayanan

Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) ini. Dari apa yang dikatakan oleh pak Yogi

Sudhrma, S.Sos M.Si selaku Kasi. Penta Kerja dan Perluasan Kerja :

“Kalau tidak ada belangku isian data bagaimana mungkin masyarakat


mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1). padahal seharusnya blangku
isian tersebut disediakan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Situbondo”. (23 September 2011)

Selain hal tersebu diatas pelayanan penerbitan Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1) oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah efiesien dikarnakan

sarana dan perasarana serta kemampuan staf yang dimiliki cukup memadai

sehingga proses pembuatan dan penerbinatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)

tidak terlalu lama cukup waktu hanya 30 menit penerbitan suadah selesai

sebagaimana yang disampaikan staf Penta Kerja Eksan Jayadi :

“Penerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sangat efiesien


dikernakan? Dikernakan fasilitas yang cukup seperti sarana computer yang
lengkap dan bisa online. Ada tiga fasilitas computer yang digunakan untuk
penerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu semua bantuan dari
pemerintah Propinsi khusus untuk pelayanan masyarakat pencari kerja dia
Kabupaten Situbondo”. (23 September 2011)

Dari hal diatas dapat disimpulkan pelayanan Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1) dari segi efiesiensi waktu sudah terpenuhi. Dengan tersedianya blangku

Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dan beberapa fasilitas komputer yang

langsung online, maka masyarakat pencari kerja dapat dilayani dengan cepat,
69

tepat dan efiesien sesuai dengan aturan yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Situbondo.

B. Biaya Pelayanan

Suatu hal yangmenjadi perbincangan dan openi bagi masyarakat pencari

kerja akhir-akhir ini adalah berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan oleh

instansi pemerintah terutama yang berkaitan dengan pugutan biaya, walaupun

biaya yang dikeluarkan gratis pemerintah dituntut dapat memuaskan masyarakat

dalam urusan pelayanan dan efiesien dalam biaya.

Dalam penyelenggaraan pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat dikatakan cukup efiesien dalam

pemberian pelayanan kepada masyarakat pencari kerja, biaya yang dibebankan

sesuai dengan yang ditentukan oleh pemerinta Kabupaten bahwa dalam penerbitan

Kartu Pencari Kerja Online di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pelayanan

tidak disertai dengan adanya biaya ektra seperti suap, sumbangan sukarela dan

lain-lain.

Tidak adanya biaya yang dibebankan kepada masyarakat pencari kerja

dalam penerbitan Kartu Pencari Kerja Online di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi. Hal ini dapat diketahui dari wawancara dengan Eko Kuswanto

warga Tlogosari Sumbermalang :

“Biaya pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu sudah ditetapkan
gratis, tetapi biaya legalisir sperti potoh copy kita biaya sendiri itupun
sesuai dengan kebutuhan kita mau legalisir berapa banyak yang
dibutuhkan. Legalisir biasanya cukup 5 (lima) lembar”. (22 September
2011)
70

Hal senada juga disampaikan oleh masyarakat Panji Kidul Bapak


Sukaryono berikut ini :
“Besarnya biaya pembuatan satu buah Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
itu sepengatahuan saya ditetapkan oleh pemarintah geratis, tapi untuk
Dinas Tenaga Kerja da Transmigrasi berlaku setiap masyarakat yang
datang untuk melegalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) biaya untuk
administrasi berdasarkan kerelaan dari para pencari kerja sendiri”. (23
September 2011)

Dimikian pula seperti yang diutarakan oleh Suhalis asal Desa Curah Kalak

Jangkar yang sedang mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di Dins

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo :

“Tidak adanya biaya penerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu
setahu kami, tapi kami yang member petugas yang membantu melegalisir
Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) untuk syarat mencari pekerjaan di
swasta maupun CPNS”. (23 September 2011)

Hal senada juga disampaikan oleh warga Kendit Agus Tolak dibawa ini :

“Seperti yang diberitakan selama ini, yang mengurus Kartu Pencari Kerja
Online (AK.1). Bahkan meski tidak ada biaya, proses pembuatan sangat
cepat, karena menurut sejumlah staf Disnakertrans sarana dan perasarana
untuk mencetak blangku Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) tersebut
sudah dibantu Disnakertransduk Propinsi”. (24 September 2011)

Dimikian pula seperti yang diutarakan oleh Rahmanda Kharismatika

warga Desa Paowan yang sudah membuat Kartu AK.1 seperti dibawaini :

“Ppenerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu tidak ada biaya, tapi
kami yang memberi petugas yang membantu melegalisir Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1) untuk syarat mencari pekerjaan di swasta”. (24
September 2011)
71

Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa pelayanan Kartu Pencari

Kerja Online (AK.1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Situbondo dari biaya sudah terpenuhi. Mengingat waktu yang tidak banyak yang

dihabiskan masyarakat pencari kerja untuk mengurus 1 (satu) buah Kartu Pencari

Kerja Online (AK.1) masyarakat pencari kerja sangat tertarik. Namun demikian

ada juga yang masyarakat pencari kerja yang tidak mengerti masih menggunakan

orang lain untuk mengurusnya sehingga pihak petugas pelayanan kesuliatan

mendata persyaratan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) seperti yang disampaikan

staf bagian Penta Imam Suprapto dibawa ini :

“Pelayanan sudah maksimal dan transfaran, kami kami harus banyak


member informasi kepada para pencari kerja. Sampai-sampai kami idak
bisa malaksanakan tugas ketenagakerjaan yang lain, kami cukup hanya
mengisi data isian dengan catatan harus lengkap sesuai aturan yang ada”.
(25 September 2011)

Demikian hal senada seperti yang diungkapkan mengenai biaya transport

bagi pencari kerja Situbondo yang daerahnya jauh dari kota Kartika seperti

dibawa ini :

“Untuk melegalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) kami tidak datang
sendiri cukup dititipkan kepada teman atau masyarakat pencari kerja yang
kebetulan mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo”. (25 September 2011)

Hasil dari analisis mengenai efiesiensi pelayanan Kartu Pencari Kerja

Online (AK.1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmgrasi Kabupaten Situbondo dari

segi waktu dan biaya palayanan dapat disimpulkan sudah efiesien hal ini
72

dikernakan proses penyeselesaian pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)

sesuai dengan standar waktu pelayanan dan disamping itu karena prosedur

pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang cepat. Sedangkan dalam hal

biaya dari hasil penelitian dapat diketehui maskipun tidak ada biaya penerbitan

kenyataannya masih ada sebagian masyarakat pencari kerja memberi dengan

alasan kerelaan biaya legalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1).

Dengan demikian pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang

telah ditetapakan suada tercapai sesuai peraturan yang ditetapakan, sehingga tidak

memberatkan masyarakat pencari kerja, selain dari waktu dan biaya birokrasi

dalam pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) tidak berbelit-belit.

4.2.2. Akuntabilitas

Akuntabilitas pelayanan adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberap

besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilan-nilai atau

norma-norma yang ada di masyarakat. Indikator dari akuntabilitas public yang

dipergunkan dalam penalitian ini meliputi:(1) acuan pelayanan yang di

pergunakan dalam aparat birokrasi dalam proses penyelenggaraan pelayanan

publik, (2) tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat

masyarakat pengguna jasa yng tidak memenuhian persyaratan yang telah

ditentukan, (3) dalam menjalankan tugs pelayanan, seberpa jahuh kepentingan

pengguna jasa memperoleh preoritas dari aparat birokrasi.

A. Acuan Pelayanan
73

Pelayanan publik akan mempunyai akuntablitas yang tinggi, apabila acuan

utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik tersebut selalu berorientasi

kepada masyarakat pengguna jasa. Untuk itu acuan penyelenggaraan pelayanan

publik yang dibuat oleh birokrasi harus memperhatiakan kondisi masyarakat

setempat. Pada penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa acuan

penyelenggaraan pelayanan publik di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Situbondo adalah sebagai aturan dan ketentuan formal yang telah

ditetapkan oleh pemerintah daerah ya itu Kabupaten Situbondo Nomor 50 Tahun

2010 tentang tugas pokok dan fungsi organisasi Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Situbondo. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Bapak

Ir. H. Moch. Hasan, MM selaku Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kerja :

“dalam penyelenggaraan pelayanan publik di Dinas Tenaga Kerja dan


Transmigrasi ini, terutama untuk Kartu Pencari Krja Online (AK.1), kami
harus berpedoman kepada aturan yang telah ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Keja Nomor 13 Tahun 2003 tentang penyelenggaraan Kartu
Pencari Krja Online (AK.1)”. 25 September 2011)

Dalam pelaksanaannya ternyata peraturan tersebut belum sesuai dengan

kondisi sebagian masyarakat setempat. Hal ini dapat dilihat dari wawancara

dengan masyarakat terhadap kesesuaian acuan pelayanan dengan kondisi

masyarakat setempat.

Menurut warga, ketidak sesuaian acuan pelayanan tersebut meliputi

persyaratan Kartu Pencari Krja Online (AK.1) seperti potoh untuk perempuan

harus tampa kerudung/Telinga tidak tertutup. Hal ini dapat dimaklumi, karena

sebagian masyarakat pencari kerja mayoritas muslimah, karena dilihst lebih jauh
74

mengenai acuan pelayanan yang digunakan tersebut tidak pernah disosialisasikan

kepada masyarakat dan tidak pernah ditempatkan di papan informasi umum

bagaimana tatacara pengurusan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) baik

menyangkut masalah waktu maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk proses

pembuatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1).

Dalam peraturan daerah Kabupaten Situbondo Nomor 50 Tahun 2010

tentang penyelenggaraan administrasi ketenegakerjaan, tidak ada biaya resmi yang

harus dibayar oleh masyarakat untuk pembuatan Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1) berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak ada biaya untuk

pembuatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) akan tetapi masyarakat pencari

kerja member kepada sebagian petugas yang membantu melegalisir Kartu Pencari

Kerja Online (AK.1), mulai dari Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-. Hal ini tentu

tidak memberatkan masyarakat pengguna jasa dan para pencari kerja dan malah

sebaliknya banyak masyarakat merasa senang telah dibantu, salah seorang warga

Talkandang yang bernama Farah Ulfa Riandina yang kebetulan sedang mengurus

Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) seperti di bawah ini :

“Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang tujuannya untk


mempermudah masyarakat pencari kerja, dengan prosedur yang cukup
baik tanpa biaya yang harus dikeluarkan, akan tetapi kami sebagai pencari
kerja memberi uang legalisir kepada petugas pelayanan Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1)”. (25 September 2011)

Dari faktor tersebut terlihat aparat menggunakan standart atau aturan

secara konsisten dalam menyelenggarakan pelayanan Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1), yaitu berpegang teguh pada aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
75

tidak memakai aturan yang kurang menguntungkan masyarakat pencari kerja.

salah seorang warga Olean Situbondo yang bernama Listrati Anggraeni yang

sedang mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di bawah ini :

“Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di Disnakertrans sangat


mempermudah masyarakat pencari kerja, dengan prosedur yang cukup
baik tanpa biaya yang harus dikeluarkan, kami sebagai pencari kerja setiap
melegalisir kepada petugas pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
kami selalu dilayani dengan baik cepat dan tepat”. (25 September 2011)

Menurut salah seorang warga Besuki Ivan Adi Sofyan yang kebetulan

sedang mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) seperti di bawah ini :

“Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang tujuannya untk


mempermudah masyarakat pencari kerja, dengan prosedur yang cukup
baik tanpa biaya yang harus dikeluarkan, akan tetapi legalisir di setiap
instansi kan biasa pakai uang, jadi gak enak sendiri”. (25 September 2011)

Hal ini menggambarkan aparat birokrasi sangat membantu kepentingan

masyarakat pencari kerja. Kenyataan ini menunjukkan adanya akuntabilitas aparat

birokrasi dalam pemberian pelayanan public, birokrasi menyelanggarakan dengan

aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Situbondo dengan

memperhatikan kebutuhan dan kebutuhan masyarakat. Lebih lanjut mengenai

prosedur pelayanan, daril wawancara yang dilakukan ternyata hamper setiap

masyarakat yang datang dengan urusan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online

(AK.1) menjawab prosedur yang ada sekarang sangat memudahkan masyarakat

dalam urusan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) hanya sebagian yang

menjawab kurang efiesien dikarenakan tidak tahu akan semua informasi dan

syarat-syarat pembuatan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1).


76

Berdasarkan wawancara dilapangan mereka mengatakan bahwa prosedur

pelayanan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) hanya butuh waktu 30

menit, apabila pada hari itu semua bahan yang dibutuhkan seperti blangku dan

data registrasi serta orang-orang yang berkompeten menandatangi ada ditempat

seperti petugas pengantar kerja. Maka hal tersebut tidak terpenuhi,pemohon akan

kembali lagi menemui petugas tersebut untuk menandatangani serta menyatakan

apakah Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sudah ditandatangani oleh petugas

pengantar kerja. Kondisi ini tidak tidak mengganggu masyarakat baik kegiatan

mencari nafkah hidup mereka, maupun kegiatan lainnya. Untuk itu diharapkan

kepada pemerintah agar lebih mempermudah dan meningkatkan pelayanan,

sehingga dalam urusan pelayanan tamba efektif dan efiesien.

B. Solusi Pelayanan

Berbagai keterbatasan yang ada pada masyarakat saat ini menjadi

hambatan bagi mereka dalam mencari pelayanan public yang diselenggarakan

oleh pemerintah. Hambatan tersebut bisa saja dalam bentuk memahami aturan-

aturan yang telah ditetapkan atau prosedur pelayanan.

Penyelenggaraan publik yang akuntabel adalah pelayanan yang

memberikan solusi atau jalan keluar bagi masyarakat apabila masyarakat tersebut

mengalam kesulitan dalam memahami aturan-aturan atau prosedur pelayanan

yang ditetapakan. Solusi diberikan adalahdan bukan solusi terbaik bagi

masyarakat pengguna jas yang dilakukan tampa syarat bukan sebaliknya bersyarat

sehingga pelayanan menjadi konpleks dan ruwet. Birokrasi pada dasarnya adalah

pelayan masyarakat, sehingga sudah menjadi kewajiban bagi petugas pelayanan


77

untuk melayani dan membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan yang

dihadapi masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, dapat diketahui proses

pelayanan itu sudah sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat. Dari hasil

wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa petugas yang ada selalu

memberikan informasi dan petunjuk kepada setiap masyarakat yang datang

berurusan dan merasa kesulitan, dan sebagian memberi jawaban bahwa jika

mereka ada kesulitan maka petugas meminta untuk supaya menunggu untuk

meminta petunjuk kepada pimpinan. Hal seperti ini menandakan petugas

memberikan solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan berurusan dengan

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam hal pelayanan, terutama menyangkut

masalah persyaratan yang telah ditetapkan, tetapi lebih mengarahkan supaya

melengkapi persyaratan yang kurang.

Dari hasil wawancara terhadap petugas dipelayanan di Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi dapat diketahui adanya perbedaan tindakan petugas

terhadap masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan Kartu Pencari Kerja tidak

lengkap akan tetapi persyaratan menyusul, sehingga urusan tersebut cepat selesai,

adapula petugas yang tidak memproses dikarenakan persyaratan yang kurang,

adapula petugas tetap memprosesnya tapi Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1)

ditahan sambil menunggu persyaratan lengkap sehingga urusannya akan selesai

setelah persyaratan yang kurang tersebut diselesaikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa solusi yang diberikan aparatur

birokrasi di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo sudah


78

aparatur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat memberikan solusi kepada

masyarakat yang kesulitan ketika berurusan dengan pelayanan, bahkan aparat

dalam memberikan pelayanan selalu berpedoman pada ketentuan pelayanan

birokrasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo.

C. Prioritas Terhadap Kepentingan Publik

Pelayanan publik akuntabel adalah pelayanan yang menempatkan

gpenyelenggaraan pelayanan publik. Dalam pemberian pelayanan Kartu Pencari

Kerja Online (AK. 1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi terlihat bahwa

orientasi pelayanan bersandar pada kepuasan masyarakat, tidak menempatkan

pimpinan dan aturan sebagai sentral pelayanan. Aparat pelayanan bertindak atas

dasar prinsip aturan sehingga menjadi tidak kaku dan mendorong lahirnya

kreatifitas dalam pemberian pelayanan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan

Bapak Ir. H. Moch Hasan, MM selaku kepala Bidang Penempatan dan perluasan

Tenaga Kerja:

“kalau dalam hal rekomendasi Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) saya
lebih berhati-hati, soalnya masalah dalam penerbitannya di Disnakertrans
diharuskan melengkapi persyaratan terlebih dahulu. Jadi kalau kita
member pelayanan kita sendiri yang kena resikonya, bukan berarti kita
mempersulit masyarakat, tapi untuk masalah pelayanan ini memang saya
sendiri bertindak sesuai aturan yang berlaku saja”. (25 September 2011)

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang petugas pelayanan Bima

Prihantoro staf Penta dan Perluasan Kerja yaitu sebagai berikut:

“masalah Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) itu sudah ada aturannya dan
sudah jelas persyaratannya, jadi tidak ada kata kompromi karena itu paling
penting, dan juga kami mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh
79

Disnakertrans sesuai dengan Kepmen Nomor 13 Tahun 2003”. (26


September 2011)

Dari kenyataan tersebut dapat diketahui aparat birokrasi dalam

memberikan pelayanan selalu menempatkan masyarakat sebagai objek pelayanan

dan bukan subjek, sehingga slogan birokrasi sebagai abdi masyarakat ternyata

tidak hanya retorika belaka. Hal ini terlihat dari pola pelayanan yang diberikan

birokrasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kepada masyarakat, dalam

pemberian pelayanan kepada masyarakat masih menjadikan aturan dan juklak

sebagai acuan utama. Pelaksanan pelayanan yang bertitik tolak dengan visi dan

misi pelayanan, sehingga pelyanan dapat mengakomodasi kepentingan

masyarakat.

4.2.3. Responsivitas

Resposivitas dalam menjalannya tugas pelayanan menunjukkan seberapa

jauh daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta tuntunan

pelayan jasa. Hal tersebut dapat diketahui dari kemampuan organisasi Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo untuk mengeli kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan preoritas pelayanan serta program pelayanan

publik sesuai dengan kebutuhan, aspirasi masyarakat dan indikator yang

dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: (1) tingkat kepekaan

terhadap keluhan masyarakat; (2) tingkat keselarasan antara pelayanan dan

kebutuhan masyarakat.

Dalam pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) di Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo adanya keluhan dari masyarakat


80

berupa keterlambatan pelayanan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Heni Resti

Dianita warga Mimbaan Panji Situbondo :

“Ketika saya mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) di Dinas


Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sangat memperihatinkan karena
menurutnya persyaratan yang saya bawa masih kurang sehingga saya
harus kembali dan melengkapi persyaratan Kartu Pencari Kerja Online
(AK. 1)”. (26 September 2011)

Hal senada adanya keluhan dari masyarakat berupa keterlambatan

pelayanan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Evi Resti Dianita

warga Mimbaan Panji Situbondo :

“Ketika kami mengurus untuk memperpanjang Kartu Pencari Kerja Online


(AK. 1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sangat memperihatinkan
karena menurutnya persyaratan yang saya bawa masih kurang sehingga
sya harus kembali dan melengkapi persyaratan perpanjangan Kartu
Pencari Kerja Online (AK. 1)”. (26 September 2011)

Hal senada adanya keluhan dari masyarakat. Seperti apa yang

diungkapkan oleh Rina Ainurrahma warga Besuki sebagai berikut:

“Ketika memperpanjang Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) di


Disnakertrans, ada saja hambatan karena persyaratan yang saya bawa
masih kurang sehingga saya harus kembali dan melengkapi persyaratan
perpanjangan Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1)”. (27 September 2011)
Banyaknya kasus Birokrasi, menurut salah seorang petugas pelayanan

Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu

bukan disebabkan kesalahan dari pihak birokrasi Dinas Tenaga Kerja dan
81

Transmigrasi, tetapi justru datang dari pihak masyarakat itu sendiri sebagainama

yang diutarakan oleh Bapak Yogi Sudharma, S.Sos M.Si dibawa ini:

“Keluhan dari masyarakat menyangkut waktu pelayanan biasanya


disebabkan bukan dari pihak kami (Disnakertrans), tapi justru dari
masyarakat itu sendiri yang datang kekantor dengan membawa berkas
persyaratannya kurang lenkap dengan alasan informasi kurang dipahami”.
(26 September)

Berdasarkan penganmatan dilapanga, kurangnya responsivitas aparat

birokrasi tersebut terlihat dari kurangnya petugas informasi dalam memberikan

informasi pelayanan secara actual kepada masyarakat pengguna jasa, manfaatnya

bisa membantu masyarakat yang mengalami kesuliatan, banyak sekali terlihat

adanya aparat birokrasi yang kurang berinisiatif untuk membuat atau sekedar

mananyakan kesulitannya, apalagi itu yang datang tidak dikenal oleh petugas yang

kebetulan ada di kantor. Pelayanan itu sering dilakuakan oleh aparat birokrasi

kepada masyarakat yang datang dengan urusan membuat Kartu Pencari Kerja

Online (AK.1) dengan pesyaratan yang dibawa pengguna jasa yang sesuai dangan

prsyaratan pelayanan yang telah ditetapkan.

Tingginya tingkat penulakan pelayanan yang dilakukan aparat birokrasi

memperlihatkan system pelayanan birorasi menggunakan desain pelayan yang

berdasarkan kepentingan masyarakat tetapi terkesan menerapkan pelayanan yang

semata-mata berdasarkan aturan formal. Responsivitas di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Situbondo kurang bagus salah satunya disebabkan

kurang adanya komunikasi eksternal secara nyata oleh birokrasi pelayanan yang

ada. Kecilnya responsivitas pelayanan yang terjadi merupakan presepsi antara


82

harapan pengguna jasa dengan pemberi layanan terhadap pelayanan public

merupakan indikasi belum adanya pengembangan komunikasi eksternal

dilingkungan aparat birokrasi dengan masyarakat.

Masalah tersebut memberikan gambaran di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Situbondo kurangnya akses informasi pelayanan yang

dibutuhkan, sehingga sulit mewujudkan responsivitas aparat birokrasi dalm

penyelenggaraan palayanan masyarakat.

4.3 Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja Birokrasi dalam

pelayanan Publik

4.3.1. Diskresi

Untuk melihat masalah diskresi dalam konteks penelitian ini menggunakan

indikator sebagai berikut: (1) tinadakan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan

ketiaka pimpinan tidak berada ditempat kerja; (2) tindakan atau langakah yang

dilakukan ketika menemui kesulitan dalam menjalankantugas; (3) pernah tidakny

menerapkan prosedur pelayanan yang berabah dengan juklak.

Hasil penelitian dilapangan dapat dikatakan kecendrungan yang terjadi

pada birokrasi Disnakertrans dalam pelayanan public yang bersentuhan langsung

dengan masyarakat yakni Kartu Pencari Kerja Online (AK.1), sering

menggunakan makanisme administrative yang sangat birokratis dan yang terjadi

kemudian adalah inefisiensi, padahal inovasi dan kreativitas aparat sangat

diperlukan dalam rangka meujudkan visi dan misi organisasi.


83

Pemberian kesempatan untuk melakukan diskresi kepada staf salah satu

dari sekian banyak alternativ untuk memecahka masalah yang dihadapi.

Ketergantungan terhadap peraturan dan perintah atasan membuat aktivitas

padanya, tetapi juga bidang tugas yang lain. Hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi penundaan penyelenggaraan pelayanan disaat pimpinan atau staf yang

dibutuhkan oleh pengguna tidak berada di tempat.

Aparat hendaknya lebih fleksibel dalam memahami sebuah peraturan atau

kebijakan terutama yang berkaitan dengan public service, karena dalam

melaksanakan fungsi-fungsinya yang melekat pada organisasi, aparat pasti akan

bertemu dengan berbagai macam karakter pengguna jasa. Pada saat demikian

dituntut kelenturan aparat terhadap peraturan yang berlaku, hal tersebut

bermaksud, aparat harus sadar bahwa seringkali suatu peraturan yang diterapkan

pada suatu sisi sebagai upaya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak baik.

Kelonggaran diberikan kepada pengguna jasa adalah dalam rangka percepatan

pemberian pelayanan. Hal di atas sebagaimana wawancara dengan Bapak Ir. H.

Moch. Hasan, MM selaku Kabid. Penta Kerja dan Pelatihan sebagai berikut :

“Saya seringkali mengatakan pada waktu rapat internal bidang Penta Kerja
dan Pelatihan, kepada semua staf-staf di seksi masing-masing agar
senantiasa melayani masyarakat yang telah memenuhi semua persyaratan
yang telah ditentukan, karena sudah diatur oleh Perda dan disamping itu
juga untuk tertib administrasi”. (5 Oktober 2011)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh salah seorang staf Disnakertrans

Bapak Imam Suprapto sebagai berikut:


84

“Kalau seandainya dalam pelayanan saya memberikan semacam


kemudahan atau kelonggaran kepada masyarakat dengan cara
menyimpang dari aturan yang sudah ada maka saya juga nanti yang akan
kena akibatnya dari pimpinan saya”. (5 Oktober 2011)
Salah seorang warga Kilensari yang bernama Jasuli yang berhasil penulis

wawancara yang pernah mengurus AK. 1 mengatakan sebagai berikut:

“Sudah berapa kali saya bolak- balik ke kantor ini, persyaratan magang
Jepang dan kami dibantu dengan persyaratan yang sudah ditentukan oleh
Disnakertrans Kabupaten Situbondo”. (5 Oktober 2011)
Dari hasil wawancara tersebut sebagaimana di atas dapat dipahami dalam

penyelenggaraan pelayanan aparat birokrasi Disnakertrans Kabupaten Situbondo

mengacu pada peraturan atau juklak. Masyarakat pengguna jasa dijadikan sebagai

objek pelayanan yang bersifat captive (pengguna jasa tidak mempunyai alternative

terhadap pelayanan yang diberikan). Kondisi tersebut mengindikasikan

responsivitas dari aparat terhadap pelayanan yang diberikan masih rendah.

Sebagaimana penulis jelaskan bahwa masyarakat pengguna jasa yang

ditemukan di lapangan pada waktu penelitian mempunyai karakter dan

kepentingsn yang berbeda, sehingga petugas menemukan banyak permasalahan

dan hambatan. Dalam kondisi seperti ini koordinasi antara petugas yang satu

dengan petugas yang lain sangat diperlukan, apalagi apabila pimpinan tidak

berada di tempat kerja.

Ketanggapan dan kecepatan dalam mengambil keputusan dari staf sangat

dituntut oleh masyarakat sebagaimana penjelasan oleh Bapak Yogi Sudharma, S.

Sos M Si selaku Kasi Penempatan berikut ini:


85

“Hambatan yang sering kami temui di lapangan khusus menyangkut seksi


saya adalah masalah persyaratan administrasi, salah satu contoh saja
masyarakat sering datang ke Disnakertrans untuk urusan AK. 1, yang saya
lakukan adalah melakukan koordinasi dengan rekan-rekan yang berkaitan
dengan masalah pelayanan. Bila memang hal itu masih bisa diatasi dalam
arti tidak begitu prinsip, biasanya yang saya lakukan selama ini kalau
masalah itu menyangkut masalah yang sifatnya prinsip, kami harus
menunggu instruksi dari pimpinan”. (5 Oktober 2011)

Penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

hambatan atau masalah yang sering terjadi dalam pelayanan adalah menyangkut

masalah prosedur dan persyaratan administrasi. Sejauh ini, tindakan yang

dilakukan oleh aparat Disnakertrans terhadap kasus seperti ini bisa diselesaikan

melalui koordinasi dengan Kasi atau petugas pelayanan terkait dengan

permasalahan ini, hal ini dibuktikan dengan adanya keinginan dari aparat untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai pengguna jasa

untuk mengatasi hambatan atau permasalahan yang dihadapi dengan cara

melakukan koordinasi serta menjelaskan kepada pengguna jasa tentang maksud

dan tujuan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Menurut pengamatan penulis, menunjukkan bahwa aparat mengikuti

peraturan yang berlaku yakni dengan sangat kaku, hal ini dilihat dari

ketidakberanian dan keengganan aparat dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang belum/tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, juga budaya menunggu instruksi atasan, seperti yang dijelaskan

oleh pejabat struktural yang intinya menyebutkan staf hanya boleh memberikan

pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa yang melengkapi semua persyaratan,


86

kondisi tersebut tentu sudah akan menghambat atau bahkan mematikan kreatifitas

staf dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga staf menjadi takut

untuk berbuat di luar aturan yang berlaku sebagaiman pendapat seorang petugas

pelayanan Disnakertrans Bima Prihantoro di bawah ini:

“Kami-kami kan bawahan, kami harus loyal kepada pimpinan. Jadi semua
kegiatan pelayanan khususnya yang tidak sesui ketentuan harus kami
harus kami koordinasikan kepada Pimpinan. Kalau kami tidak mengikuti,
kami akan ditegur apalagi masalah urusan AK. 1 dan Penempatan Tenaga
Kerja. Kami mana mau ditegur, biarlah semua pimpinan yang
memutuskan”. (6 Oktober 2011)

Dari hal sebagaimana tersebut di atas, dapat dikatakan tingkat diskresi di

Disnakertrans masih rendah, aparat pelayanan dalam melaksanakan

tugasnyaselalu mengacu pada juklak yang berarti tidak mempunyai kemampuan

untuk menerapkan aturan sesuai dengan konteks pelayanan yang sedang mampu

berinisiatif dan menerjemahkan aturan sesuai dengan situasi dan kondisi

kebutuhan masyarakat, sehingga menyebabkan pelayanan kepada masyarakat

menjadi lamban dan tidak efisien. Untuk memastikan ketakutan mengambil

tindakan ini penulis melakukan wawancara dengan Kabid Penta Kerja yaitu

Bapak H. Ir. Moch Hasan, MM sebagaimana pendapat di bawah ini:

“Memang betul saya meminta kepada bawahan untuk bekerja secara


maksimal dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
masyarakat tapi harus sesuai dengan ketentuan baik juklak maupun juknis.
Apalagi untuk masalah data ketenagakerjaan. Data ketenagakerjaan sangat
rawan sehingga harus hati-hati dan bila ada yang meragukan harus tegas
dan harus mengkoordinasikannya dengan saya”. (6 Oktober 2011)
87

Hal diatas menunjukkan bahwa pimpinan juga harus menegaskan harus

mengikuti juklak dan juknis karena pimpinan takut bila ada kesalahan sehingga

pada akhirnya bawahanpun takut melangkahi pimpinan. Ketakutan mengambil

prakarsa ini karena kekhawatiran dianggap melangkahi atasan. Akibat hal tersebut

banyak pelayanan-pelayanan akhirnya tertunda menunggu petunjuk atasan

sehingga yang dikorbankan adalah pengguna layanan dan akibatnya pengguna

layanan harus berulang kali datang berurusan ke kantor Disnakertrans yang ada,

dan Kondisi ini menunjukkan bahwa diskresibelum dilakukan ditingkatan

birokrasi Disnakertrans Kabupaten Situbondo.

4.3.2 Budaya Paternalisme

Budaya paternalisme dalam kinerja pelayanan publik menunjuk pada

hubungan antara pimpinan, yang berhasil dan berkedudukan sebagai ayah, dengan

masyarakat, yang berkedudukan sebagai anak. Dalam konteks system pelayanan

publik, paternalism memiliki dua dimensi. Pertama, hubungan paternalism antara

aparat birokrasi dengan masyarakat pengguna. Kedua, hubungan paternalism yang

terjadi antara pimpinan institusi atau atasan dengan para aparat staf pelaksana atau

bawahan. Paternalism yang pertama lebih menunjuk pada hubungan yang bersifat

eksternal, sedangkan paternalism yang kedua mennjuk pada hubungan yang

bersifat internal, yakni di dalam organisasi birokrasi sendiri.

Hubungan budaya tertentu dalam biriokrasi pemerintahan menjadi sesuatu

yang alamiah. Pada setiap tingkatan, budaya atau tradisi yang dianut dan

dipertahankan oleh suatu etnik tertentu akan selalu bersinggungan dengan

birokrasi dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan. Terkait dengan hal ini,


88

Dwiyanto dkk (2008:91) menyatakan hubungan budaya dapat digambarkan

sebagai sebuah system atau seperangkat nilai yang memiliki symbol, orientasi

nilai, keyakinan, pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang terinternalisasi

dalam sikap, tingkah laku dan perubahan yang dilakukan oleh setiap aparat

birokrasi. Setiap aspek dalam kehidupan birokrasi selalu bersinggungan dengan

aspek budaya masyarakat setempat. Birokrasi sebagaimana organisasi lainnya,

dalam setiap dinamika yang terjadi di dalamnya, selalu memiliki korelasi dengan

lingkungan eksternal. Parometer yang digunakan untuk mengukur pelayanan

publik adalah: (1) symbol-simbol atau bahasa baik lisan maupun tertulis yang

digunakan birokrasi dalam kehidupannya sehari-hari, (2) persepsi masyarakat

terhadap birokrasi, terutama birokrasi yang merugikan pengguna jasa.

Pada dasarnya corak hubungan paternalism tersebut tidak dapat dilepaskan

dari adanya pengaruh feodalisme yaitu suatu sikap mental yang menentukan

bentuk-bentuk relasi dan interaksi antara anggota sesame kelompok. Pola interaksi

dalam organisasi biasanya dibangun berdasarkan hubungan yang asimetris, bukan

egalitarian, seperti adanya eksklusivisme dalam berinteraksi dengan seseorang

karena adanya perbedaan dalam hal usia, jabatan, peran, kedudukan, maupun

strata seseorang. Feodalisme dalam birokrasi muncul dan berkembang dalam

bentuk hubungan atau interaksi yang asimetris antara pejabat birokrasi dengan

masyarakat, arogansi birokrat, pembedaan pelayanan, maupun budaya suap dalam

birokrasi. Feodalisme dalam birokrasi lainnya adalah adanya budaya tabu dan

ketakutan dari aparat bawahan melakukan kritik terhadap sikap atau tindakan
89

pimpinan, perekrutan pejabat atas dasar hubungan pribadi, nepotisme atau tradisi

pemberian hadiah kepada pejabat (Dwiyanto, dkk: 2008:177).

Badaya paternalism dalam kehidupan birokrasi terlihat dari sikap dan

perilaku bawahan terhadap atasannya. Bawahan akan patuh dan taat pada perintah

pimpinan. Perintah pimpinan adalah segalanya bagi bawahan, meskipun harus

meninggalkan tugas pokok bawahan, dan bahkan tidak berani menolak tugas yang

diberikan pimpinan, meskipun tugas tersebut tidak sesuai dengan tugas pokoknya

atau bukan dalam pelaksanaan tugas organisasinya. Pimpinan juga dianggap

sebagai sumber pengetahuan dalam penentu kebijakan, sehingga bawahan

seringkali bahkan selalu harus meminta petunjuk kepada pimpinan dalam setiap

melaksanankan tugasnya. Hal ini tercermin dari setiap surat yang dibuat bawahan

kepada atasannya, selalu ada kata-kata meminta petunjuk pimpinan pada akhir

surat, seperti “Demikian surat ini disampaikan kepada Bapak, selanjutnya mohon

petujuk dan arahan Bapak”. Kalimat tersebut seakan-akan menjadi kalimat yang

wajib harus dalam setiap surat pada lingkungan birokrasi. Kemudian bawahan

takut untuk menegur pimpinan apabila pimpinan melakukan kesalahan, karena

apabila bawahan menegur pimpinan malah akan dikatakan tidak sopan dan

biasanya berakibat bawahan tidak diberikan tugas atau pekerjaan dan lebih

ekstrim akan dipindahkan ke seksi lain atau pindah dari kantor Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi. Hal ini seperti pendapat salah seorang petugas pelayanan

Bima Prihantoro di bawah ini:

“Mana mungkin kami berani menegur pimpinan. Dia pimpinan kami, bila
kami tegur kalau ada kesalahan justru kami dimarahi, tidak sopanlah, tidak
ada etikalah. Kami takut akibatnya, kami staf gak dikasi pekerjaan atau
90

bahkan dipindahkan dari kantor ini, ujung-ujungnya juga bila kami tegur
kami diberi nilai atau usul kenaikan pangkat akan dipersulit. Jadi serba
salah kami”. (6 Oktober 2011)

Secara eksternal, budaya paternalistic terlihat dari pandangan masyarakat

terhadap petugas apabila dirugikan dalam proses pelayanan. Sebagian besar

masyarakat lebih memilih melaporkan kepada pimpinan daripada harus menegur

langsung petugasnya, seperti hasil wawancara dengan seorang warga dari Panji

Situbondo yang bernama Cucuk Faisal sebagai berikut:

“Kalau saya ada kesulitan ketika sedang berurusan, seringnya saya itu
langsung menghadap pimpinannya supaya saya dapat langsung
mengetahui apa petunjuk yang diberikan pada saya, karena biasanya kalau
melalui staf itu tidak langsung mendapatkan petunjuk yang jelas, karena
pasti menunggu instruksi dari pimpinan”. (6 Oktober 2011)

Dari uraian tersebut menunjukkan masyarakat masih menganggap

pimpinan merupakan tempat meminta petunjuk dan perlindungan bagi aparat,

sehingga teguran akan lebih efektif apabila dilakukan oleh pimpinan daripada oleh

orang lain. Masyarakat enggan menegur langsung karena tidak akan

menyelesaikan masalah, malah akan membuat masalah baru bagi mereka seperti

yang disampaikan salah seorang warga Sumberkolak yang bernama M. Rusli

berikut ini:

“Menurut saya yang paling baik jika kita ada masalah atau kesulitan ketika
berurusan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebaiknya dilaporkan
saja pada pimpinannya, biar nanti pimpinannya yang akan menegur,
karena kalau nanti pimpinannya yang menegur langsung mungkin tidak
menyinggung perasaannya dan membuat hubungan yang kurang baik,
sehingga akan menimbulkan masalah baru antara kita dengan petugas
tersebut”. (12 Oktober 2011)
91

Berdasarkan data-data tersebut dapat digambarkan masyarakat masih

menganggap pimpinan merupakan segalanya bagi seorang petugas yang akan bisa

mengubah tingkah laku bawahannya karena pimpinanlah yang bertanggungjawab

terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan oleh kantor tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat terkait kepantasan aparat

birokrasi yang banyak memakai symbol-simbol atribut dan lambing yang

digunakan pada pakaian dinas mereka, dapat diketahui bahwa ketidakpantasan

aparat birokrasi memakai symbol-simbol atribut dan lambang yang digunakan

pada pakaian dinas mereka merasa kurang nyaman berhadapan dengan penguasa,

memberikan kesan sikap petugas yang berlebihan dan hanya

menghabiskan/pemborosan dana saja. Symbol-simbol atribut dan lambing yang

digunakan pada pakaian dinas aparat itu seperti: tanda jabatan, tanda pangkat, dan

lambing daerah. Tentang hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan salah

seorang warga Desa Buduan yang bernama Elinda Hadi Oktavia berikut ini:

“Waktu itu saya datang ke Disnakertrans mau cari tau mengenai informasi
pembuatan AK. 1, terus terang pada awalnya saya ada perasaan grogi
ketika akan berhadapan dengan para petugas yang berpakaian seragam,
karena terus terang yang ada di pikiran saya itu apa nanti mereka mau
membantu saya dan berapa biaya yang harus saya siapkan”. (12 Oktober
2011)

Atas dasar itulah masyarakat pengguna jasa dalam paternalisme ini

cenderung mengabaikan perilaku aparat dengan berbagai symbol/atribut yang

digunakan. Prinsip masyarakat adalah lebih baik diam tetapi urusannya cepat
92

selesai daripada banyak protes, yang mengakibatkan membuat urusan tidak

selesai.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, terjadi interaksi antara pihar

yang berbeda kepentingan, yaitu aparat birokrasi sebagai pihak penyedia

layanan/jasa dan masyarakat sebagai pihak pengguna layanan. Diantara keduanya

seringkali terjadi menuai perbedaan kepentingan yang mencolok. Birokrasi pada

dasarnya adalah abdi masyarakat yang berkewajiban memberikan pelayanan yang

sebaiknya kepada masyarakat. Persepsi ini ternyata belum dijiwai benar oleh

aparat birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa. Salah satu indikator yang

digunakan untuk mengetahui hal ini adalah adanya sapaan petugas terhadap

masyarakat pengguna jasa. Sapaan tersebut seperti: “Selamat pagi/siang, ada yang

bisa kami bantu?”, dan lain-lain. Sapaan tersebut seharusnya menjadi ucapan yang

wajib bagi aparat birokrasi dalam menyambut masyarakat pengguna jasa yang

baru datang. Sapaan yang disertai dengan senyuman dan sopan merupakan wujud

penghargaan dan penghormatan yang paling sederhana dari aparat birokrasi

kepada masyarakat pengguna jasa, karena hal tersebut bisa membangun citra yang

baik terhadap birokrasi. Pengamatan yang dilakukan di lapangan menunjukkan

masih ada keengganan aparat birokrasi dalam memberikan sapaan kepada

masyarakat pengguna jasa.

Keengganan petugas dalam memberikan sapaan terhadap masyarakat

pengguna jasa dapat dikatakan petugas tersebut belum menyadari

bahwamasyarakat yang membiayai kehidupan birokrasi. Dengan kata lain,

masyarakat pengguna jasa harus dilayani sebaik-baiknya. Dari hasil pengamatan,


93

petugas hanya memberikan sapaan kepada masyarakat pengguna jasa yang telah

mereka kenal dan kepada orang-orang yang mempunyai posisi terhormat dalam

masyarakat maupun birokrasi seperti tokoh masyarakat dan sebagainya. Malah

petugas lebih bersikap sopan dalam memberikan sapaan kepada mereka,

sedangkan kepada masyarakat pengguna jasa yang tidak mereka kenal, petugas

biasanya bersikap pasif atau apabila masyarakat pengguna jasa bertanya tentang

sesuatu yang akan mereka urus. Sikap petugas yang demikian menunjukkan

bahwa petugas pelayanan telah menjadi abdi birokrat bukan abdi masyarakat.

Hasil uraian di atas dapat diketahui bahwa masih ada kecenderungan terjadinya

diskriminasi oleh petugas dalam memberikan pelayanan.

4.3.3. Sumberdaya Organisasi

Sumberdaya organisasi dalam pelayanan menunjuk pada kondisi

sumberdaya organisasi pelayanan yang tersediah bagi aparatur dalam

melaksanakan tugas pelayanan sehari-hari pada masyarakat. Untuk melihat

sumberdaya organisasi dalam pelayanan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

digunakan parameter berikut: (1) ketersediaan sarana computer; (2) ketersediaan

blangko dan buku regestrasi Kartu AK.1; (3) tingkat kemampuan teknis yang

dimiliki pegawai/aparat birograsi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan untuk ketersediaan sarana computer

dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi sudah memadai. Data yang diperoleh untuk sarana computer yang

tersedia jumlahnya ada 3 (tiga) buah dan dalam keadaan baik serta dilengkapi

dengan printer masing-masing computer dan lainnya. Untuk blanko/formulir


94

pelayanan khusus untuk blanko isian data AK. 1 disediakan oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi. Sedangkan data yang dilegalisasi langsung

ditandatangani oleh petugas pengantar kerja. Sementara itu untuk kemampuan

teknis aparatur meliputi diklat teknis atau kursus-kursus yang pernah diikuti dan

kemampuan yang dimiliki oleh aparat dalam memberikan pelayanan sehari-hari

baik pelayanan maupun AK. 1 dapat diketahui bahwa petugas pelayanan pada

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang pernah mengikuti diklat teknis sudah

cukup. Hal ini disampaikan oleh staf Penta Kerja Eksan Jayadi :

“Secara formal kami mendapatkan diklat atau kursus dari Pemerintah


Kabupaten ataupun dari pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan
tetapi kami mendapatkan pendidikan kursus di lembaga-lembaga
bimbingan dan pelatihan.” (12 Oktober 2011)

Meskipun para petugas tidak memperoleh diklat/kursus dari pihak

Pemerintah Kabupaten maupun Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang

melaksanakan tugas sehari-harinya. Dari pengamatan penulis, petugas mampu

memberi pelayanan itu sebaik mungkin guna memuaskan masyarakat dalam

pengerjaan AK. 1. Meski demikian, dari kondisi sarana dan prasarana pelayanan

yang tersedia dirasakan oleh masyarakat masih kurang sempurna. Hal ini

sebagaimana yang dikatakan warga Desa Asembagus yang bernama Novita Dewi

berikut ini :

“Untuk pelayanan Kartu Pencari Kerja Online, AK. 1 misalnya masih


perlu ditambahkan papan informasi yang diletakkan di tempat yang mudah
dibaca oleh setiap warga yang datang, terutama menyangkut masalah
prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi termasuk informasi tentang
besarnya pelayanan. Sehingga masyarakat akan dapat dengan mudah
95

memahami walaupun memang kita masih perlu penjelasan dari petugas


yang ada”. (14 Oktober 2011)

Hal senada juga disampaikan oleh Yatik Kasiyati warga Kendit seperti

dibawa ini :

“Untuk pelayanan Kartu AK. 1, perlu ditambahkan papan informasi yang


diletakkan di tempat yang mudah dibaca oleh setiap warga yang datang,
dan prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi termasuk informasi
tentang besarnya pelayanan. Sehingga masyarakat akan dapat dengan
mudah memahami”. (14 Oktober 2011)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan faktor sumber organisasi yang

mendukung dalam pelayanan-pelayanan administrasi ketenagakerjaan

Disnakertrans sudah memadai, baik menyangkut masalah ketersediaan sarana

komputer, baik pelayanan dan tingkat kemampuan teknis aparat. Hanya saja masih

perlu ada perbaikan menyangkut masalah ketersediaan sarana pelayanan lainnya

seperti papan informasi prosedur dan biaya pelayanan.

4.4 Analisis Hubungaan Antar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dengan

Kinerja

Kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pelayanan publik

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai

ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Seiring dengan

dinamika masyarakat yang terus berkembang keberadaannya sangat dipengaruhi

dan berhubungan dengan faktor-faktor baik yang bersifat internal maupun

eksternal, dimana penyelenggaraan pelayanan publik tersebut berlangsung. Dalam


96

penelitian ini faktor-faktor yang berpengaruh adalah kewenangan diskresi, budaya

paternalism dan sumberdaya organisasi. Untuk menjelaskan hubungan ketiga

faktor tersebut dengan kinerja organisasi Disnakertrans penulis sajikan dalam

uraian berikut ini.

4.4.1 Hubungan Antara Diskresi Dengan Kinerja

Diskresi menunjuk pada suatu keleluasaan bertindak aparat birokrasi

dalam rangka memberikan pelayanan berkualitas kepada pengguna jasa sesuai

dengan vissi dan misi. Tindakan diskresi apakah dianggapp baik atau buruk secara

prosedural administif sebenarnya bukan merupakan substansi yang perlu

dipersoalkan.

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kemampuan birokrasi Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi kurang dalam melakukan diskresi, hal ini jelas

menunjukkan responsivitas birokrasi dalam memahami aspirasi dan kebutuhan

public. Aparat birokrasi masih berorientasi pada berbagai juklak dan petunjuk

pimpinan dalam memberikan pelayanan publik. Sikap dan mentalitas tersebut

menjadikan birokrasi kurang disiplin dan kurang berinisiatif dan berimprovisasi

dalam memberikan pelayanan.

4.4.2 Hubungan Antara Budaya Paternalisme Dengan Kinerja

Budaya paternalisme dalam organisasi kaitannya dengan peningkatan

kinerja organisasi yang memusatkan perhatian pada aspek hubungan antar

pimpinan, yang berfungsi dan berkedudukan sebagai ayah, dengan masyarakat,

yang berkedudukan sebagai anak, telah menempatkan pemimpin pada kedudukan


97

yang lebih tinggi atau superior disbanding bawahan atau masyarakat, sehingga

pejabat yang mempunyai kedudukan penting dan senior dalam birokrasi wajib

diberi penghormatan dari bawahannya.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan hubungan patnerlisme yang

berkembang dalam birokrasi menyebabkan buruk atau rendahnya kinrnerja

birokrasi dalam pelayanan administrasi ketenagakerjaan. akibatnya aparat bekerja

dengan kurang cepat dan tepat menurut dan tunduk pada atasan. Lebih lanjut

berdasarkan pengamatan dilapangan dan penyelenggaraan pelayanan public,

patnerlisme dapat dilihat dari hubungan antara birokrasi sebagai petugas

pelayanan untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat. Masyarakat

bersikap tidak berlebihan dengan menuruti perintah petugas. Penelitian seperti ini

sebenarnya sudah ada dan sudah seringkali disampaikan pada aparat birokrasi, dan

mendapatkan respon positif, hal tersebut disebabkan karena kesadaran masyarakat

pengguna terhadap pengguna makanisme pengaduan dan tidak adanya rasa takut

dari masyarakat untuk mengadukan hal tersebut.

4.4.3. Hubungan Antara Sumber Daya Organisasi dengan Kinerja

Dari hasil analisis sumber daya organisasi menunjukkan data sebagai

berikut:

1. Ketersediaan sarana computer yang memadai;

2. Ketersediaan blangko pelayanan yang memadai;


98

3. Adanya pasilitas pelayanan yang ada sudah memenuhi harapan

masyarakat, sementara di sisi lain fasilitas kerja bagi aparatur

kurang memadai;

Dengan tersedianya sarana computer pelayanan dalam sebuah organisasi

mempuyai fungsi untuk mencukupi kebutuhan dalam kegiatan organisasi

mencapai tujuannya, karena fasilitas computer sangat mempengaruhi kegiatan

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam melaksanakan pelayanan publik. Dari

data tersebut, menunjukkan dengan adanya kondisi fasilitas kerja yang memadai

bagi petugas pelayanan sangat mendorong bagi pelaksanaan pelayanan secara

baik. Karena factor ini akan memberikan kontribusi bagi efiesiensi waktu

pelayanan. Demikian juga dengan blangko isian yang seharusnya disediakan

untuk mempermuda proses pelayanan Kartu AK.1 sehingga Dinas Tanaga kerja

dan Transmigrasi bisa memberikan pelayanan yang efiesiensi kepada masyarakat,

kemampuan aparatur dalam urusan administrsi pelayanan sehari-hari sudah sangat

baik karena didukung dan pengalaman kerja dimilki dan juga latar belakang

pendidikan teknis/kursus yang diikutinya memberikan kontribusi yang cukup

besar bagi pelaksanaan pelayanan secara cepat dan baik.

Dengan demikian, kemampuan petugas pelayanan tersebut akan

memberikan kontribusi bagi tingkat responsivitas, akuntabilitas dan efiesiensi

pelayanan yang baik. Meski demikian kenyataan dilapangan terlihat bahwa

fasilitas pelayanan yang diperuntukkan bagi masyarakat pengguna jasa dinilai

masih perlu tambahan pasilitas agar memberikan kenyamanan, yaitu menyangkut


99

kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang terdapat di Dinas Tanaga kerja dan

Transmigrasi.

Berdasarkan analisis hasil penelitian tersebut, terliha bahwa didalam

pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Dinas Tanaga kerja dan Transmigrasi

kinerja pelayanan administrasi ketenagakerjaan menunjukkan tingginya pola

responsivitas, akuntabilitas dan efiesiensi pelayanan. Tingginya kinerja pelayanan

tersebut dikarenakan beberapa faktor yang ada di organisasi Dinas Tanaga kerja

dan Transmigrasi tersebut berkaitan dengan faktor budaya paternalisme yang

sangat baik dalam pelayanan sehingga petugas pelayanan sangat disiplin dan tidak

hanya tunduk pada pimpinan. Kondisi yang demikian sudah baik dalam upaya

memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa secara cepat dan tepat.

Faktor diskresi dinilai sudah standart dimana petugas pelayanan tidak

selalu mengacu pada juklak, sehingga mampu berinisiatif dengan menerjemahkan

aturan sesuai dengan situasi dan kondisi pelayanan sehingga dapat membantu

pelayanan kepada masyarakat secara cepat dan efiesien, dan dari faktor

sumberday organisasi yang tersedia di Dinas Tanaga kerja dan Transmigrasi,

sangat memadai dan dalam pelaksanaannya dimanfaatkan secara maksimal.

Fasilitas dan sumber daya manusia perlu ditingkatkan dalam rangka pencapaian

pelayanan prima. Pelayanan seperti sarana ruang tunggu kurang memadai

menyangkut prosedur dan biaya pelayanan tidak ada biaya sehingga ada

ketidakterbukaan dalam proses pelayanan dan membantu masyarakat merasa

nyaman dalam memperoleh pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Contoh Surat Jawaban Rekonpensi Contohpedi.c0m
    Contoh Surat Jawaban Rekonpensi Contohpedi.c0m
    Dokumen3 halaman
    Contoh Surat Jawaban Rekonpensi Contohpedi.c0m
    Lika Liyakil Hasanah
    100% (2)
  • Hukum Kontrak
    Hukum Kontrak
    Dokumen8 halaman
    Hukum Kontrak
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Sewa Menyewa Dalam Perpekstif Hukum
    Sewa Menyewa Dalam Perpekstif Hukum
    Dokumen38 halaman
    Sewa Menyewa Dalam Perpekstif Hukum
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • KONTRAK NOMINAAT
    KONTRAK NOMINAAT
    Dokumen6 halaman
    KONTRAK NOMINAAT
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Contoh Lamaran Kerja Umum
    Contoh Lamaran Kerja Umum
    Dokumen2 halaman
    Contoh Lamaran Kerja Umum
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Sewamenyewa
    Sewamenyewa
    Dokumen7 halaman
    Sewamenyewa
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen1 halaman
    Bab IV
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Dak Waan
    Dak Waan
    Dokumen2 halaman
    Dak Waan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab II Print
    Bab II Print
    Dokumen26 halaman
    Bab II Print
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lanjutan
    Bab 3 Lanjutan
    Dokumen10 halaman
    Bab 3 Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bronkitis Kronis
    Bronkitis Kronis
    Dokumen2 halaman
    Bronkitis Kronis
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Print 1
    Print 1
    Dokumen1 halaman
    Print 1
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lanjutan
    Bab 3 Lanjutan
    Dokumen10 halaman
    Bab 3 Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Undang
    Undang
    Dokumen7 halaman
    Undang
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab I Lanjutan
    Bab I Lanjutan
    Dokumen7 halaman
    Bab I Lanjutan
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Rumusan Masala1
    Rumusan Masala1
    Dokumen1 halaman
    Rumusan Masala1
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isian Analisis Jabatan
    Daftar Isian Analisis Jabatan
    Dokumen11 halaman
    Daftar Isian Analisis Jabatan
    Devin Hulu
    Belum ada peringkat
  • 20 Februari 2014
    20 Februari 2014
    Dokumen1 halaman
    20 Februari 2014
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Honorarium 01
    Honorarium 01
    Dokumen1 halaman
    Honorarium 01
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Non Pns
    Non Pns
    Dokumen1 halaman
    Non Pns
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • 1las Listrik
    1las Listrik
    Dokumen1 halaman
    1las Listrik
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Rapat Batik
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • 3 Elektro
    3 Elektro
    Dokumen1 halaman
    3 Elektro
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Agenda Surat
    Agenda Surat
    Dokumen2 halaman
    Agenda Surat
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Agenda Surat
    Agenda Surat
    Dokumen2 halaman
    Agenda Surat
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Kwitansi Ipk
    Kwitansi Ipk
    Dokumen5 halaman
    Kwitansi Ipk
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Formulir PK 2
    Formulir PK 2
    Dokumen6 halaman
    Formulir PK 2
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • CONTOH Proposal Pelatihan 2013
    CONTOH Proposal Pelatihan 2013
    Dokumen5 halaman
    CONTOH Proposal Pelatihan 2013
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Rapat Batik
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Rapat Batik
    Lika Liyakil Hasanah
    Belum ada peringkat