Nomor 3 Tahun 1947 menetapkan bahwa tugas pokok mentri Perburuhan salah
satunya adalah menagani masalah buruh dan ketenagakerjaan. Pada masa transisi
Orde Lama ke Orde Baru sekitar tahun 1966-1969, terjadi perombakan pada nama
masalah pengangguran. Masalah lembaga ini dimulai pada tanggal 23 April 183
kebutuhan dan otonomi daerah, maka tahun 2003, institusi berubah menjadi Dinas
Karangasem Situbondo.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan
3. Melaksanakan penempatan tenaga kerja baik dalam dan luar negeri serta
perusahaan.
adalah :
tujuan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi merupakan salah satu unit kerja di
Organisasi dan Tata Kerja pemerintahan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Sekretaris
Kelompok Jabatan
Fungsioanal
masing pejabat sesuai dengan skema atau struktur organisasi mempunyai tugas
dan fungsi untuk melaksanakan atau mengimplentasikan tugas, yakni antara lain:
a. Kepala Dinas
transmigrasi.
b. Skretariat
bidang secara terpadu dan tugas pelayanan administrasi kepala seluruh satuan
usaha kepegawaian
pemberhentian pegawai
j. Pelaksanaan ketatausahaan
tatausaha keuangan
fungsi
pelaksanaan anggaran
gaji pegawai
f) Pelaksanaan ketatausahaan
Dinas
h) Pelaksanaan ketatausahaan
Tenaga Kerja
56
Kerja
menyelenggaraka fungsi:
dan prodktivitas
menyelenggarakan fungsi:
Kerja (IWLTKP)
i. Pelaksanaan ketatausahaan
Bidang Pelatihan dan Penempatan dan Tenaga Kerja dengan tugas dan
fungsinya
menyelenggara fungsi:
kerja
h. Pelaksanaan Ketatausahaan
Mandiri
f. Pelaksanaan ketatausahaan
fungsinya
Kerja
(K.3)
Industrial(PHI)
f. Pelaksanaan Ketatausahaan
i. Bidang Transmigrasi
Transmigrasi
62
penduduk
pengembangan ketransmigrasian
transmigrasi
menyelenggarakan fungsi:
transmigrasi
f. Pelaksanaan ketatausahaan
63
Transmigrasi dan
g. Pelaksanaan ketatausahaan
Transmigrasi
64
melakukan varifikasi dan validasi terhadap data pencari kerja yang masuk dan
203 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan pendaftaran Kartu Pencari Kerja Online
(AK.1).
dan Pelatihan Kerja yaitu Kartu Pencari Kerja Online (AK.1). Ada beberapa
bentuk Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) pertama dilakukan secara
kolektif yaitu Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang dilakukan oleh
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan merekomendasi kepda pihak kedua
yaitu lembaga yang sudah mendapatkan ijin oprasional dari Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi untuk yang disebut pelayanan Bursa Kerja Khusus (BKK).
Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dari peroses Bursa Kerja Khusus (BKK) tidak
Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang membutuhkan waktu hanya 30 menit
Bentuk proses pembuatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang kedua
rapi bersepatuh;
Pencari Kerja Online (AK.1) oleh petugas pencatat Kartu Pencari Kerja Online
(enam) bulan para pencari kerja menyerahkan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
untuk di absen dan dilegalisir oleh petugas regestrasi Kartu Pencari Kerja Online
perpanjangan.
Dari Bulan Januari saipai Desember 2010 – 2011 jumlah pencari kerja
yang membuat Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dan angkatan kerja yang sudah
Tabel 4.1. daftar penerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dari Bulan Januari
Tabel 4.2. Daftar angkatan kerja dan penganggur terbuka dari Bulan Januari s.d
4.2.1. Efiesensi
besar kecilnya biaya dan waktu dalam pelayanan. Data yang digunakan untuk
menganalisis adalah biaya dan waktu pelayanan sesuai dengan peraturan yang
A. Waktu Pelayanan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo, hanya butuh waktu
prosedur yang harus dilalui oleh masyarakat pencari kerja tidak harus menunggu
60 menit akan tetapi hanya butuh waktu 30 menit Kartu Pencari Kerja Online
Melihat tahapan waktu yang dilewati pemohon sudah tentu waktu yang
sudah dijanjikan sesuai peraturan yang berlaku, dengan waktu 30 menit pelayanan
bisa diselesaikan dengan baik. Hal ini memberi kepuasan pada masyarakat pencari
kerja karena waktu yang diperlukan dalam peruses penerbitan Kartu Pencari Kerja
Online (AK.1) tidak butuh waktu lama, sebagaimana hasil wawancara dengan
Rawit, pencari kerja dari Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang yang kebetulan
mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di acara nyabbe Desa bersama
Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang, S.Pd, salah sorang guru
“Kalau pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sangat cepat dengan
waktu 15 menit udah selesai dan bisa dilegalisir, jadi tidak lama. Demikian
juga pelayanan administrasi legalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
sangat cepat tampa di pungut biaya administrasi”. 22 September 2011)
Hal senada juga disampaikan Feliy Hartono warga Patokan Situbondo bahwa :
“Pelayanan publik sesuai dengan prinsip pelayanan yang prima, cepat,
tepat dan transparan. Pemerintah dalam pemberian pelayanan publik
memang seharusnya jemput bola terhadap kepentingan yang bersifat
publik”. (21 September 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Anita Kuswailiyah, salah sorang warga
“Kalau pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sangat cepat dengan
waktu 30 menit udah selesai dan bisa dilegalisir, jadi tidak lama. Demikian
juga pelayanan administrasi legalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
sangat cepat tampa biaya”. 22 September 2011)
68
Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) ini. Dari apa yang dikatakan oleh pak Yogi
Sudhrma, S.Sos M.Si selaku Kasi. Penta Kerja dan Perluasan Kerja :
Selain hal tersebu diatas pelayanan penerbitan Kartu Pencari Kerja Online
(AK.1) oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah efiesien dikarnakan
sarana dan perasarana serta kemampuan staf yang dimiliki cukup memadai
sehingga proses pembuatan dan penerbinatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1)
tidak terlalu lama cukup waktu hanya 30 menit penerbitan suadah selesai
Dari hal diatas dapat disimpulkan pelayanan Kartu Pencari Kerja Online
(AK.1) dari segi efiesiensi waktu sudah terpenuhi. Dengan tersedianya blangku
Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) dan beberapa fasilitas komputer yang
langsung online, maka masyarakat pencari kerja dapat dilayani dengan cepat,
69
tepat dan efiesien sesuai dengan aturan yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan
B. Biaya Pelayanan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat dikatakan cukup efiesien dalam
sesuai dengan yang ditentukan oleh pemerinta Kabupaten bahwa dalam penerbitan
Kartu Pencari Kerja Online di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pelayanan
tidak disertai dengan adanya biaya ektra seperti suap, sumbangan sukarela dan
lain-lain.
dalam penerbitan Kartu Pencari Kerja Online di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Hal ini dapat diketahui dari wawancara dengan Eko Kuswanto
“Biaya pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu sudah ditetapkan
gratis, tetapi biaya legalisir sperti potoh copy kita biaya sendiri itupun
sesuai dengan kebutuhan kita mau legalisir berapa banyak yang
dibutuhkan. Legalisir biasanya cukup 5 (lima) lembar”. (22 September
2011)
70
Dimikian pula seperti yang diutarakan oleh Suhalis asal Desa Curah Kalak
Jangkar yang sedang mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di Dins
“Tidak adanya biaya penerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu
setahu kami, tapi kami yang member petugas yang membantu melegalisir
Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) untuk syarat mencari pekerjaan di
swasta maupun CPNS”. (23 September 2011)
Hal senada juga disampaikan oleh warga Kendit Agus Tolak dibawa ini :
“Seperti yang diberitakan selama ini, yang mengurus Kartu Pencari Kerja
Online (AK.1). Bahkan meski tidak ada biaya, proses pembuatan sangat
cepat, karena menurut sejumlah staf Disnakertrans sarana dan perasarana
untuk mencetak blangku Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) tersebut
sudah dibantu Disnakertransduk Propinsi”. (24 September 2011)
warga Desa Paowan yang sudah membuat Kartu AK.1 seperti dibawaini :
“Ppenerbitan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) itu tidak ada biaya, tapi
kami yang memberi petugas yang membantu melegalisir Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1) untuk syarat mencari pekerjaan di swasta”. (24
September 2011)
71
Situbondo dari biaya sudah terpenuhi. Mengingat waktu yang tidak banyak yang
dihabiskan masyarakat pencari kerja untuk mengurus 1 (satu) buah Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1) masyarakat pencari kerja sangat tertarik. Namun demikian
ada juga yang masyarakat pencari kerja yang tidak mengerti masih menggunakan
mendata persyaratan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) seperti yang disampaikan
bagi pencari kerja Situbondo yang daerahnya jauh dari kota Kartika seperti
dibawa ini :
“Untuk melegalisir Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) kami tidak datang
sendiri cukup dititipkan kepada teman atau masyarakat pencari kerja yang
kebetulan mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Situbondo”. (25 September 2011)
Online (AK.1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmgrasi Kabupaten Situbondo dari
segi waktu dan biaya palayanan dapat disimpulkan sudah efiesien hal ini
72
sesuai dengan standar waktu pelayanan dan disamping itu karena prosedur
pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) yang cepat. Sedangkan dalam hal
biaya dari hasil penelitian dapat diketehui maskipun tidak ada biaya penerbitan
telah ditetapakan suada tercapai sesuai peraturan yang ditetapakan, sehingga tidak
memberatkan masyarakat pencari kerja, selain dari waktu dan biaya birokrasi
4.2.2. Akuntabilitas
publik, (2) tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat
A. Acuan Pelayanan
73
Kabupaten Situbondo adalah sebagai aturan dan ketentuan formal yang telah
2010 tentang tugas pokok dan fungsi organisasi Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Situbondo. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Bapak
Ir. H. Moch. Hasan, MM selaku Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kerja :
kondisi sebagian masyarakat setempat. Hal ini dapat dilihat dari wawancara
masyarakat setempat.
persyaratan Kartu Pencari Krja Online (AK.1) seperti potoh untuk perempuan
harus tampa kerudung/Telinga tidak tertutup. Hal ini dapat dimaklumi, karena
sebagian masyarakat pencari kerja mayoritas muslimah, karena dilihst lebih jauh
74
menyangkut masalah waktu maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk proses
harus dibayar oleh masyarakat untuk pembuatan Kartu Pencari Kerja Online
pembuatan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) akan tetapi masyarakat pencari
kerja member kepada sebagian petugas yang membantu melegalisir Kartu Pencari
Kerja Online (AK.1), mulai dari Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-. Hal ini tentu
tidak memberatkan masyarakat pengguna jasa dan para pencari kerja dan malah
sebaliknya banyak masyarakat merasa senang telah dibantu, salah seorang warga
Talkandang yang bernama Farah Ulfa Riandina yang kebetulan sedang mengurus
(AK.1), yaitu berpegang teguh pada aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
75
salah seorang warga Olean Situbondo yang bernama Listrati Anggraeni yang
Menurut salah seorang warga Besuki Ivan Adi Sofyan yang kebetulan
sedang mengurus Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) seperti di bawah ini :
masyarakat yang datang dengan urusan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online
dalam urusan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) hanya sebagian yang
menjawab kurang efiesien dikarenakan tidak tahu akan semua informasi dan
pelayanan Pelayanan Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) hanya butuh waktu 30
menit, apabila pada hari itu semua bahan yang dibutuhkan seperti blangku dan
seperti petugas pengantar kerja. Maka hal tersebut tidak terpenuhi,pemohon akan
apakah Kartu Pencari Kerja Online (AK.1) sudah ditandatangani oleh petugas
pengantar kerja. Kondisi ini tidak tidak mengganggu masyarakat baik kegiatan
mencari nafkah hidup mereka, maupun kegiatan lainnya. Untuk itu diharapkan
B. Solusi Pelayanan
oleh pemerintah. Hambatan tersebut bisa saja dalam bentuk memahami aturan-
memberikan solusi atau jalan keluar bagi masyarakat apabila masyarakat tersebut
masyarakat pengguna jas yang dilakukan tampa syarat bukan sebaliknya bersyarat
sehingga pelayanan menjadi konpleks dan ruwet. Birokrasi pada dasarnya adalah
dihadapi masyarakat.
pelayanan itu sudah sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat. Dari hasil
berurusan dan merasa kesulitan, dan sebagian memberi jawaban bahwa jika
mereka ada kesulitan maka petugas meminta untuk supaya menunggu untuk
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam hal pelayanan, terutama menyangkut
terhadap masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan Kartu Pencari Kerja tidak
lengkap akan tetapi persyaratan menyusul, sehingga urusan tersebut cepat selesai,
adapula petugas tetap memprosesnya tapi Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1)
aparatur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat memberikan solusi kepada
Kerja Online (AK. 1) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi terlihat bahwa
pimpinan dan aturan sebagai sentral pelayanan. Aparat pelayanan bertindak atas
dasar prinsip aturan sehingga menjadi tidak kaku dan mendorong lahirnya
kreatifitas dalam pemberian pelayanan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan
Bapak Ir. H. Moch Hasan, MM selaku kepala Bidang Penempatan dan perluasan
Tenaga Kerja:
“kalau dalam hal rekomendasi Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) saya
lebih berhati-hati, soalnya masalah dalam penerbitannya di Disnakertrans
diharuskan melengkapi persyaratan terlebih dahulu. Jadi kalau kita
member pelayanan kita sendiri yang kena resikonya, bukan berarti kita
mempersulit masyarakat, tapi untuk masalah pelayanan ini memang saya
sendiri bertindak sesuai aturan yang berlaku saja”. (25 September 2011)
Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang petugas pelayanan Bima
“masalah Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) itu sudah ada aturannya dan
sudah jelas persyaratannya, jadi tidak ada kata kompromi karena itu paling
penting, dan juga kami mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh
79
dan bukan subjek, sehingga slogan birokrasi sebagai abdi masyarakat ternyata
tidak hanya retorika belaka. Hal ini terlihat dari pola pelayanan yang diberikan
sebagai acuan utama. Pelaksanan pelayanan yang bertitik tolak dengan visi dan
masyarakat.
4.2.3. Responsivitas
jauh daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta tuntunan
pelayan jasa. Hal tersebut dapat diketahui dari kemampuan organisasi Dinas
kebutuhan masyarakat.
berupa keterlambatan pelayanan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Heni Resti
Kartu Pencari Kerja Online (AK. 1) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu
bukan disebabkan kesalahan dari pihak birokrasi Dinas Tenaga Kerja dan
81
Transmigrasi, tetapi justru datang dari pihak masyarakat itu sendiri sebagainama
yang diutarakan oleh Bapak Yogi Sudharma, S.Sos M.Si dibawa ini:
adanya aparat birokrasi yang kurang berinisiatif untuk membuat atau sekedar
mananyakan kesulitannya, apalagi itu yang datang tidak dikenal oleh petugas yang
kebetulan ada di kantor. Pelayanan itu sering dilakuakan oleh aparat birokrasi
kepada masyarakat yang datang dengan urusan membuat Kartu Pencari Kerja
Online (AK.1) dengan pesyaratan yang dibawa pengguna jasa yang sesuai dangan
kurang adanya komunikasi eksternal secara nyata oleh birokrasi pelayanan yang
pelayanan Publik
4.3.1. Diskresi
indikator sebagai berikut: (1) tinadakan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan
ketiaka pimpinan tidak berada ditempat kerja; (2) tindakan atau langakah yang
padanya, tetapi juga bidang tugas yang lain. Hal ini dimaksudkan agar tidak
bertemu dengan berbagai macam karakter pengguna jasa. Pada saat demikian
bermaksud, aparat harus sadar bahwa seringkali suatu peraturan yang diterapkan
pada suatu sisi sebagai upaya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak baik.
Moch. Hasan, MM selaku Kabid. Penta Kerja dan Pelatihan sebagai berikut :
“Saya seringkali mengatakan pada waktu rapat internal bidang Penta Kerja
dan Pelatihan, kepada semua staf-staf di seksi masing-masing agar
senantiasa melayani masyarakat yang telah memenuhi semua persyaratan
yang telah ditentukan, karena sudah diatur oleh Perda dan disamping itu
juga untuk tertib administrasi”. (5 Oktober 2011)
“Sudah berapa kali saya bolak- balik ke kantor ini, persyaratan magang
Jepang dan kami dibantu dengan persyaratan yang sudah ditentukan oleh
Disnakertrans Kabupaten Situbondo”. (5 Oktober 2011)
Dari hasil wawancara tersebut sebagaimana di atas dapat dipahami dalam
mengacu pada peraturan atau juklak. Masyarakat pengguna jasa dijadikan sebagai
objek pelayanan yang bersifat captive (pengguna jasa tidak mempunyai alternative
dan hambatan. Dalam kondisi seperti ini koordinasi antara petugas yang satu
dengan petugas yang lain sangat diperlukan, apalagi apabila pimpinan tidak
hambatan atau masalah yang sering terjadi dalam pelayanan adalah menyangkut
dilakukan oleh aparat Disnakertrans terhadap kasus seperti ini bisa diselesaikan
permasalahan ini, hal ini dibuktikan dengan adanya keinginan dari aparat untuk
peraturan yang berlaku yakni dengan sangat kaku, hal ini dilihat dari
yang berlaku, juga budaya menunggu instruksi atasan, seperti yang dijelaskan
oleh pejabat struktural yang intinya menyebutkan staf hanya boleh memberikan
kondisi tersebut tentu sudah akan menghambat atau bahkan mematikan kreatifitas
staf dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga staf menjadi takut
untuk berbuat di luar aturan yang berlaku sebagaiman pendapat seorang petugas
“Kami-kami kan bawahan, kami harus loyal kepada pimpinan. Jadi semua
kegiatan pelayanan khususnya yang tidak sesui ketentuan harus kami
harus kami koordinasikan kepada Pimpinan. Kalau kami tidak mengikuti,
kami akan ditegur apalagi masalah urusan AK. 1 dan Penempatan Tenaga
Kerja. Kami mana mau ditegur, biarlah semua pimpinan yang
memutuskan”. (6 Oktober 2011)
untuk menerapkan aturan sesuai dengan konteks pelayanan yang sedang mampu
tindakan ini penulis melakukan wawancara dengan Kabid Penta Kerja yaitu
mengikuti juklak dan juknis karena pimpinan takut bila ada kesalahan sehingga
prakarsa ini karena kekhawatiran dianggap melangkahi atasan. Akibat hal tersebut
layanan harus berulang kali datang berurusan ke kantor Disnakertrans yang ada,
hubungan antara pimpinan, yang berhasil dan berkedudukan sebagai ayah, dengan
terjadi antara pimpinan institusi atau atasan dengan para aparat staf pelaksana atau
bawahan. Paternalism yang pertama lebih menunjuk pada hubungan yang bersifat
yang alamiah. Pada setiap tingkatan, budaya atau tradisi yang dianut dan
sebagai sebuah system atau seperangkat nilai yang memiliki symbol, orientasi
dalam sikap, tingkah laku dan perubahan yang dilakukan oleh setiap aparat
dalam setiap dinamika yang terjadi di dalamnya, selalu memiliki korelasi dengan
publik adalah: (1) symbol-simbol atau bahasa baik lisan maupun tertulis yang
dari adanya pengaruh feodalisme yaitu suatu sikap mental yang menentukan
bentuk-bentuk relasi dan interaksi antara anggota sesame kelompok. Pola interaksi
karena adanya perbedaan dalam hal usia, jabatan, peran, kedudukan, maupun
bentuk hubungan atau interaksi yang asimetris antara pejabat birokrasi dengan
birokrasi. Feodalisme dalam birokrasi lainnya adalah adanya budaya tabu dan
ketakutan dari aparat bawahan melakukan kritik terhadap sikap atau tindakan
89
pimpinan, perekrutan pejabat atas dasar hubungan pribadi, nepotisme atau tradisi
perilaku bawahan terhadap atasannya. Bawahan akan patuh dan taat pada perintah
meninggalkan tugas pokok bawahan, dan bahkan tidak berani menolak tugas yang
diberikan pimpinan, meskipun tugas tersebut tidak sesuai dengan tugas pokoknya
seringkali bahkan selalu harus meminta petunjuk kepada pimpinan dalam setiap
melaksanankan tugasnya. Hal ini tercermin dari setiap surat yang dibuat bawahan
kepada atasannya, selalu ada kata-kata meminta petunjuk pimpinan pada akhir
surat, seperti “Demikian surat ini disampaikan kepada Bapak, selanjutnya mohon
petujuk dan arahan Bapak”. Kalimat tersebut seakan-akan menjadi kalimat yang
wajib harus dalam setiap surat pada lingkungan birokrasi. Kemudian bawahan
apabila bawahan menegur pimpinan malah akan dikatakan tidak sopan dan
biasanya berakibat bawahan tidak diberikan tugas atau pekerjaan dan lebih
ekstrim akan dipindahkan ke seksi lain atau pindah dari kantor Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi. Hal ini seperti pendapat salah seorang petugas pelayanan
“Mana mungkin kami berani menegur pimpinan. Dia pimpinan kami, bila
kami tegur kalau ada kesalahan justru kami dimarahi, tidak sopanlah, tidak
ada etikalah. Kami takut akibatnya, kami staf gak dikasi pekerjaan atau
90
bahkan dipindahkan dari kantor ini, ujung-ujungnya juga bila kami tegur
kami diberi nilai atau usul kenaikan pangkat akan dipersulit. Jadi serba
salah kami”. (6 Oktober 2011)
langsung petugasnya, seperti hasil wawancara dengan seorang warga dari Panji
“Kalau saya ada kesulitan ketika sedang berurusan, seringnya saya itu
langsung menghadap pimpinannya supaya saya dapat langsung
mengetahui apa petunjuk yang diberikan pada saya, karena biasanya kalau
melalui staf itu tidak langsung mendapatkan petunjuk yang jelas, karena
pasti menunggu instruksi dari pimpinan”. (6 Oktober 2011)
sehingga teguran akan lebih efektif apabila dilakukan oleh pimpinan daripada oleh
menyelesaikan masalah, malah akan membuat masalah baru bagi mereka seperti
berikut ini:
“Menurut saya yang paling baik jika kita ada masalah atau kesulitan ketika
berurusan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebaiknya dilaporkan
saja pada pimpinannya, biar nanti pimpinannya yang akan menegur,
karena kalau nanti pimpinannya yang menegur langsung mungkin tidak
menyinggung perasaannya dan membuat hubungan yang kurang baik,
sehingga akan menimbulkan masalah baru antara kita dengan petugas
tersebut”. (12 Oktober 2011)
91
menganggap pimpinan merupakan segalanya bagi seorang petugas yang akan bisa
pada pakaian dinas mereka merasa kurang nyaman berhadapan dengan penguasa,
digunakan pada pakaian dinas aparat itu seperti: tanda jabatan, tanda pangkat, dan
lambing daerah. Tentang hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan salah
seorang warga Desa Buduan yang bernama Elinda Hadi Oktavia berikut ini:
“Waktu itu saya datang ke Disnakertrans mau cari tau mengenai informasi
pembuatan AK. 1, terus terang pada awalnya saya ada perasaan grogi
ketika akan berhadapan dengan para petugas yang berpakaian seragam,
karena terus terang yang ada di pikiran saya itu apa nanti mereka mau
membantu saya dan berapa biaya yang harus saya siapkan”. (12 Oktober
2011)
digunakan. Prinsip masyarakat adalah lebih baik diam tetapi urusannya cepat
92
selesai.
sebaiknya kepada masyarakat. Persepsi ini ternyata belum dijiwai benar oleh
aparat birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa. Salah satu indikator yang
digunakan untuk mengetahui hal ini adalah adanya sapaan petugas terhadap
masyarakat pengguna jasa. Sapaan tersebut seperti: “Selamat pagi/siang, ada yang
bisa kami bantu?”, dan lain-lain. Sapaan tersebut seharusnya menjadi ucapan yang
wajib bagi aparat birokrasi dalam menyambut masyarakat pengguna jasa yang
baru datang. Sapaan yang disertai dengan senyuman dan sopan merupakan wujud
kepada masyarakat pengguna jasa, karena hal tersebut bisa membangun citra yang
petugas hanya memberikan sapaan kepada masyarakat pengguna jasa yang telah
mereka kenal dan kepada orang-orang yang mempunyai posisi terhormat dalam
sedangkan kepada masyarakat pengguna jasa yang tidak mereka kenal, petugas
biasanya bersikap pasif atau apabila masyarakat pengguna jasa bertanya tentang
sesuatu yang akan mereka urus. Sikap petugas yang demikian menunjukkan
bahwa petugas pelayanan telah menjadi abdi birokrat bukan abdi masyarakat.
Hasil uraian di atas dapat diketahui bahwa masih ada kecenderungan terjadinya
blangko dan buku regestrasi Kartu AK.1; (3) tingkat kemampuan teknis yang
Transmigrasi sudah memadai. Data yang diperoleh untuk sarana computer yang
tersedia jumlahnya ada 3 (tiga) buah dan dalam keadaan baik serta dilengkapi
pelayanan khusus untuk blanko isian data AK. 1 disediakan oleh Dinas Tenaga
teknis aparatur meliputi diklat teknis atau kursus-kursus yang pernah diikuti dan
baik pelayanan maupun AK. 1 dapat diketahui bahwa petugas pelayanan pada
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang pernah mengikuti diklat teknis sudah
cukup. Hal ini disampaikan oleh staf Penta Kerja Eksan Jayadi :
pengerjaan AK. 1. Meski demikian, dari kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang tersedia dirasakan oleh masyarakat masih kurang sempurna. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan warga Desa Asembagus yang bernama Novita Dewi
berikut ini :
Hal senada juga disampaikan oleh Yatik Kasiyati warga Kendit seperti
dibawa ini :
komputer, baik pelayanan dan tingkat kemampuan teknis aparat. Hanya saja masih
Kinerja
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai
dengan vissi dan misi. Tindakan diskresi apakah dianggapp baik atau buruk secara
dipersoalkan.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi kurang dalam melakukan diskresi, hal ini jelas
public. Aparat birokrasi masih berorientasi pada berbagai juklak dan petunjuk
yang lebih tinggi atau superior disbanding bawahan atau masyarakat, sehingga
pejabat yang mempunyai kedudukan penting dan senior dalam birokrasi wajib
dengan kurang cepat dan tepat menurut dan tunduk pada atasan. Lebih lanjut
bersikap tidak berlebihan dengan menuruti perintah petugas. Penelitian seperti ini
sebenarnya sudah ada dan sudah seringkali disampaikan pada aparat birokrasi, dan
pengguna terhadap pengguna makanisme pengaduan dan tidak adanya rasa takut
berikut:
kurang memadai;
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam melaksanakan pelayanan publik. Dari
data tersebut, menunjukkan dengan adanya kondisi fasilitas kerja yang memadai
baik. Karena factor ini akan memberikan kontribusi bagi efiesiensi waktu
untuk mempermuda proses pelayanan Kartu AK.1 sehingga Dinas Tanaga kerja
baik karena didukung dan pengalaman kerja dimilki dan juga latar belakang
kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang terdapat di Dinas Tanaga kerja dan
Transmigrasi.
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Dinas Tanaga kerja dan Transmigrasi
tersebut dikarenakan beberapa faktor yang ada di organisasi Dinas Tanaga kerja
sangat baik dalam pelayanan sehingga petugas pelayanan sangat disiplin dan tidak
hanya tunduk pada pimpinan. Kondisi yang demikian sudah baik dalam upaya
memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa secara cepat dan tepat.
aturan sesuai dengan situasi dan kondisi pelayanan sehingga dapat membantu
pelayanan kepada masyarakat secara cepat dan efiesien, dan dari faktor
Fasilitas dan sumber daya manusia perlu ditingkatkan dalam rangka pencapaian
menyangkut prosedur dan biaya pelayanan tidak ada biaya sehingga ada