Anda di halaman 1dari 72

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Seri Dewi Ular-30-Tara Zagita

Tumbal Cemburu Buta


Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Novo
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

TUMBAL CEMBURU BUTA


oleh Tara Zagita
Serial: Dewi Ular
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

1
Lelaki tua berpakaian serba hitam itu dikenal penduduk
setempat dengan nama panggilan: Mbah Dupa. Badannya
kurus, tingginya sekitar 150 cm. Tergolong pendek.
Kekurusannya membuat tulang pipi bertonjolan. Dengan mata
cekung bersorot tajam, wajah Mbah Dupa tampak angker dan
menyeramkan.
Ia bukan saja gemar mengenakan pakaian serba hitam,
tapi juga sering memakai ikat kepala dari kain batik
berdominan warna hitam. Rambutnya yang pendek dan putih
rata itu menunjukkan bahwa ia sudah berusia cukup tua.
Konon, dia pernah mengaku sudah berusia ratusan tahun,
sudah pernah mati tiga kali, dan sekarang ia tampak seperti
berusia 75 tahun.
Sebuah desa pinggiran kota menjadi tempat tinggal Mbah
Dupa. Rumahnya sendiri agak jauh dari tetangga sedesanya,
bahkan lebih berkesan terpencil. Untuk mencapai rumahnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seseorang harus melewati pohon-pohon bambu yang tumbuh


di antara pohon-pohon besar lainnya.
Rumah dari papan itu dibangun di atas gundukan tanah
yang membukit. Di situ tumbuh pula pohon kemenyan yang
berdaun rimbun dan berbatang tinggi. Hampir setiap malam
rumah tersebut selalu menyebarkan bau aroma kemenyan
bakar. Barangkali karena faktor bau kemenyan itulah yang
membuat lelaki tua itu akrab dipanggil dengan nama: Mbah
Dupa.
"Kalau kamu mau dapatkan ilmu 'Cakra Buana' kamu harus
dapatkan tujuh gadis yang masih perawan. Kamu harus bisa
merenggut kesuciannya dan menghisap sedikit darahnya.
Darah dari tujuh perawan itulah yang akan bercampur jadi
satu dengan darahmu dan mempunyai kekuatan dahsyat jika
batinmu membaca mantra 'Cakra Buana'. Selama kamu belum
mendapatkan syarat utama itu, jangan harap kamu bisa
menguasai ilmu 'Cakra Buana' yang kau inginkan itu!"
"Apakah tidak ada syarat lain yang bukan itu, Mbah?"
"Tidak ada!" tegas Mbah Dupa kepada muridnya yang
masih muda dengan ketampanan lumayan itu.
"Tapi kamu jangan khawatir. Akan kubantu usahamu itu
dengan memberimu 'Aji Pancar Kusuma' buat menjerat hati
gadis mana pun yang kamu inginkan."
"Terima kasih, Mbah."
"Mendekatlah kemari."
Tidak heran jika Mbah Dupa menginstruksikan begitu
kepada muridnya, sebab dia memang dukun ilmu hitam.
Kekuatan ilmunya di dunia magic cukup dikenal di kalangan
masyarakat penggemar mistik. Ada yang datang kepadanya
sekedar untuk meminta penglaris dagangan, ada yang minta
penyembuhan, ada pula yang sengaja menuntut ilmu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepentingan pribadi masing-masing dengan imbalan yang


berbeda-beda.
"Bisa saja kamu menjadi cepat kaya jika. menggunakan
ilmu 'Sumur Kencana', tapi imbalannya harus seimbang."
"Apakah imbalan yang harus saya berikan, Mbah?"
"Kalau kamu sudah kaya raya, kamu harus rela
mengorbankan anakmu setiap satu tahun satu kali. Jika
anakmu habis, kamu harus rela mengorbankan istrimu. Jika
istrimu habis, kamu harus rela mengorbankan dirimu sendiri.
Tapi jika kamu kawin lagi dan punya anak lagi, maka setiap
tahunnya anakmu harus menjadi tumbal kekayaanmu.
Anakmu habis, istrimu lagi yang akan jadi tumbal
kekayaanmu."
"Berarti saya harus cepat-cepat kawin lagi jika segalanya
telah habis, Mbah?"
"Itu langkah yang terbaik kalau tak ingin jiwamu sendiri
yang menjadi tumbal kekayaanmu itu. Apakah kamu sanggup
untuk mengorbankan mereka?"
"Baik. Saya sanggup, Mbah!"
Kepada tamu yang lain, Mbah Dupa berkata, "Kamu
kepingin punya keturunan?"
"Benar, Mbah. Sudah lima belas tahun lamanya saya
berumah tangga, tapi belum dikaruniai anak.. Oleh sebab itu,
saya mohon bantuan Mbah Dupa bagaimana caranya supaya
saya bisa mendapatkan keturunan. Sebab, menurut dokter,
pihak yang mandul bukan suami saya, melainkah saya sendiri,
Mbah. Saya takut kalau suami saya kawin lagi karena saya
dianggap nggak bisa punya keturunan. Maka, bagaimanapun
juga saya selalu berusaha agar bisa punya keturunan."
"Kamu bisa punya keturunan lebih dari sepuluh anak, tetapi
saat anak-anak itu berusia tiga tahun, jiwanya akan menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

milikku, dan yang hidup bersama raganya adalah jiwa yang


lain. Apakah kamu keberatan dengan syarat itu?"
"Tidak, Mbah. Saya tidak keberatan. Yang penting saya bisa
punya keturunan dan bisa membuktikan kepada suami
saya.bahwa saya bukan perempuan mandul."
Mbah Dupa menerima tamu bukan hanya kaum lelaki.
Pengikutnya ada yang perempuan, baik sebagai ibu rumah
tangga maupun masih lajang. Syarat yang diberikan oleh
Mbah Dupa terhitung beresiko tinggi, tapi anehnya mereka
selalu menyanggupi syarat tersebut dan berani mengikat
perjanjian dengan dukun ilmu hitam itu.
Seperti halnya pada sore itu, seorang wanita berusia sekitar
34 tahun, datang ke rumah Mbah Dupa dengan menangis.
Dari pakaian dan dari perhiasan yang dikenakan, tampaknya
perempuan itu adalah perempuan dari-golongan ekonomi
kuat. Bahkan mungkin dia adalah seorang wanita karir yang
status sosialnya cukup tinggi.
"Memang kekayaan dan jabatan tidak menjamin
kebahagiaan hidup berumah tangga," tahu-tahu Mbah Dupa
berkata begitu. Si perempuan kaya itu agak terkejut. Tapi dia
diam saja,masih sibuk menenangkan tangisnya.
"Manusia hidup tidak cukup berlimpah harta dan derajat
saja. Kedamaian dan kebahagiaan hidup mempunyai beberapa
tempat sendiri-sendiri. Rintangannya pun macam-macam.
Nah, sekarang sebutkan rintangan yang mana yang
menghalangi kebahagiaan hidupmu, Anakku?"
"Suami saya mau kawin lagi, Mbah. Ia tergila-gila dengan
perempuan yang lebih muda dan lebih cantik dari saya."
"Siapa nama perempuan itu?"
"Kumala Dewi, Mbah."
"Lalu, maksudmu bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Suami saya tak akan mau memperhatikan saya lagi jika


Kumala Dewi belum mati, Mbah."
"Jadi kamu menghendaki matinya Kumala Dewi?"
"Benar, Mbah. Apakah... apakah itu bisa terjadi, Mbah?"
"Bisa!" jawab Mbah Dupa dengan tegas. "Tapi ada
syaratnya, dan syarat itu cukup berat bagimu!"
"Apa syaratnya, Mbah?"
"Kamu harus mau melayani piaraanku selama tujuh malam.
Setelah itu, biar piaraanku yang kerja. Kamu tinggal
mendengar kabar kematian Kumala Dewi. Paling lambat tiga
hari terhitung dari selesa inya kamu melayani piaraanku!"
"Maksudnya.... maksudnya melayari bagaimana, Mbah?"
'Tidur dengan piaraanku."
Perempuan itu terbungkam beberapa saat,
mempertimbangkan tawaran itu.
"Bagaimana? Kamu bersedia ? Kalau kamu bersedia,
sekarang pulanglah. Biar nanti ma lam piaraanku datang
padamu dan layanilah dengan baik. tapi jika kamu tidak
sanggup, aku punya pilihan lain."
"Pilihan lain itu apa, Mbah?"
"Kumala Dewi bisa mati sekarang juga, tapi satu tahun
setelah itu kamu menjadi budak para iblis di alam gaib. Nah,
sekarang pilih yang mana. Syarat pertama atau syarat kedua?"
Setelah ditimbang-timbang, perempuan itu menjawab,
"Saya pilih syarat pertama saja, Mbah."
"Baik. Sekarang pulanglah. Nanti malam jika piaraanku
datang, layanilah dia dengan penuh kehangatan. Jangan
kecewakan dia, supaya dia pun tidak mengecewakan dirimu."
"Baik, Mbah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perempuan itu pun segera pulang.


(Oo-dwkz-234-nv-oO)

Sejak dari lobby bandara, Kumala Dewi sudah merasa


diikuti oleh sepasang mata. Kecantikan anak bidadari yang
dibuang ke bumi itu memang sangat mengagumkan, membuat
hampir setiap orang menyempatkan diri menatapnya, baik
secara sembunyi-sembunyi atau. secara terang-terangan.
Anak dewa yang nama aslinya adalah Dewi Ular itu
menganggap pandangan mata mereka adalah hal yang wajar.
Kecantikan dan bentuk tubuh yang sexy namun tidak seronok
itu sangat wajar jika menjadi pusat perhatian umum. Tetapi
sepasang mata yang satu ini agak berbeda dengan yang lain.
Sepasang mata itu milik seorang lelaki berambut pendek,
rapi dan perlente. Ia mengenakan dasi merah berpola putih-
biru. Lelaki itu berusia 35 tahun, tapi masih kelihatan muda,
tampan dan gagah. Menurut Kumala, ketampanan lelaki itu
menyamai ketampanan Pandu, si wartawan yang menjadi
kekasihnya tapi sudah beberapa hari ini ada, di luar kota.
Dewi Ular berlagak tidak menghiraukan pandangan mata
lelaki tersebut. .Sesekali ia melirik dengan ekor matanya,
menikmati ketampanan yang cukup menggetarkan hati para
wanita itu. Hanya sebatas itu yang berani dilakukan Kumala.
Peluang apa pun tak diberikan olehnya karena ia tak ingin
lelaki berkulit putih itu menghampirinya lebih dekat lagi.
Namun sangat di luar dugaan, ternyata saat di dalam
pesawat, lelaki itu mempunyai nomor tiket yang bersebelahan
dengan Kumala Dewi. Hati s i cantik beraroma cendana campur
pandan itu setengah mengeluh malu.
"Sial! Akhirnya dia punya alasan untuk mendekatiku!"
gerutu Kumala dalam hatinya. Namun ia tetap bersikap biasa
dan wajar-wajar saja. Bahkan senyum ramah sesekali
dipamerkan kepada pria itu karena alasan yang tepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala sengaja berlagak membaca majalah. Sebelum naik


ke pesawat, ia tadi sempat membeli sebuah majalah wanita
dan sebuah koran terbitan ibukota. Koran itu diletakkan di
atas pangkuannya, sedangkan majalah yang dibaca diletakkan
di atas koran tersebut. Ternyata kedua bahan bacaan itu
dimanfaatkan oleh pria di sampingnya sebagai alasan untuk
mengawali perkenalannya.
"Boleh pinjam korannya?"
"Oo, silakan!"
Mau tak mau Dewi Ular menyerahkan korannya, si pria
menerima dengan senyum kalem. Cukup menawan hati.
Kumala kembali berlagak membaca majalah. Beberapa saat
kemudian si pria berkata lagi dengan sikap sopan dan tidak
menjemukan.
"Rupanya Anda salah satu wanita yang sibuk di dunia
bisnis, ya?"
"Dari mana Anda tahu?"
"Koran Anda adalah koran bisnis."
"Kurasa itu bukan patokan. Seorang seniman boleh saja
membaca koran bisnis, bukan? Bahkan seorang polisi pun tak
dilarang membaca koran bisnis."
"Jadi.... Anda bergerak di bidang seni atau di bidang
kepolisian?"
Kumala Dewi tertawa kecil. Suaranya merdu, enak
didengar.
"Entahlah aku sendiri nggak tahu, sebenarnya aku ini
bergerak di bidang apa. Kadang aku sendiri suka bingung."
"Yang jelas, Anda pasti wanita karir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nggak tahu juga deh. Soalnya aku nggak tahu persis. Ada
yang bilang, aku ini wanita karir. Tapi ada juga yang bilang,
aku ini wanita asli. Mana yang betul, aku nggak tahu."
Pria itu tertawa, karena bisa menangkap gaya bercanda
semacam itu. Percakapan selanjutnya adalah perkenalan yang
rada konyol, sebab Kumala Dewi lebih sering memberi
jawaban tak serius. Namun justru ketidak seriusan itulah yang
membuat si pria menjadi semakin betah ngobrol dengan
Kumala.
Pria itu ternyata bernama: Barry Beniton. ia mengaku akrab
dipanggil: Beni, atau Ben saja. Menetap di Jakarta, walau
bukan asli Jakarta.
"Aku berasal dari luar Jawa," katanya tanpa mau
menyebutkan narna kota kelahirannya. "Kau sendiri berasal
dari mana?"
"Luar angkasa!" jawab Kumala Dewi sambil mengulum
senyum, membuat Beni tertawa geli.
"Jenaka sekali kamu rupanya. Jarang ada gadis secantik
kamu, seramah kamu, tapi bisa sejenaka kamu."
"Ibuku pelawak dan ayahku pemain badut."
Tawa si pria bertambah panjang, namun dengan suara
tetap tertahan, sehingga tak memancing seluruh penumpang
pesawat berpaling ke arahnya. Kumala sendiri tetap tenang,
seakan tak mudah menghem-burkan tawa kecuali senyum.
Kharismanya tetap terpancar, namun justru membuat
kecantikannya semakin anggun, dan semakin menawan hati
Beniton.
"Ada bisnis di Y ogyakarta?" tanya Beni.
"Oo, nggak. Kunjunganku ke Yogyakarta ini karena
undangan seorang teman. Dia punya proyek cukup besar, dan
aku diminta ikut membantu menangani proyeknya. Tapi...
rasa-rasanya aku nggak mampu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Proyek apa?"
"Menambal kawah Gunung Merapi!" jawab Kumala konyol
sekali. Ia sengaja sekonyol itu untuk 'ngerjain' Beni. Ternyata
pria itu tertawa lepas dan bersuara keras.
Para penumpang berpaling memandang ke arah Beni,
membuat Beni malu sekali dan buru-buru menutup mulutnya,
menghentikan tawanya. Hanya dia yang kedengaran paling
brisik di antara sekian banyak penumpang pesawat jenis Boing
itu.
"Berapa lama rencananya tinggal di Y ogyakarta?"
"Mungkin lusa sudah kembali ke Jakarta," jawab Kumala,
kali ini serius.
"Oo, sama dong. Aku sendiri lusa harus sudah ada di
Jakarta lagi. Mungkinkah kita bisa pulang bersama?"
"Kurasa nggak mungkin," kata Kumala.
"Kenapa nggak mungkin?"
"Kamu mau pulang naik apa?"
"Pesawat juga dong." ,
"Oo, aku naik kereta. Makanya kubilang nggak mungkin."
"Tapi aku.bisa aja pulang naik kereta."
"Aku pasti naik pesawat!" jawab Kumala kembali bernada
canda.
Itulah awal mulanya Dewi Ular berkenalan dengan Beniton
yang mengaku seorang akuntan dari sebuah perusahaan
cukup bonafide. Nama perusahaan yang disebutkan Beniton
mudah dikenali oleh Kumala Dewi, sebab pihak perusahaan
Kumala sendiri sering berhubungan dengan pihak perusahaan
Beniton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada mulanya Kumala menyangka perkenalan itu tidak


akan berlanjut panjang. Tetapi ketika ia meneropong hari
depannya sendiri, ternyata di hari depannya ia melihat
pertemuannya kembali dengan Beniton.
Pertemuan kedua memang terjadi, yaitu sehari sete lah
Kumala membantu temannya yang tinggal di Yogyakarta
untuk menangani masalah gaib. Ternyata Beniton pindah
hotel, dan Kumala ada di hotel itu juga. Mau tak mau mereka
bertemu lagi saat Kumala keluar dari lift yang membawanya
ke lantai lobby.
"Naah, ketemu lagi...!" tegur Beniton dengan gaya supel
dan cerianya. Ia tak jadi masuk ke lift.
Menyempatkan bicara sebentar dengan Kumala. Bahkan
pria itu akhirnya ikut jalan-jalan ke Malioboro, seakan menjadi
pemandu wisata bagi Dewi Ular.
"Dulu aku kuliah di UGM, jadi aku tahu persis tentang kota
ini," kata Beni sambil menyusuri trotoar Malioboro yang
dipenuhi pedagang kaki lima. "Dulu aku sempat punya pacar
asli anak sini. Tapi... putus di tengah jalan."
"Dapat kurasakan hatimu berdebar-debar oleh kenangan
lamamu."
"Aku sudah melupakannya. Oh, ya... besok kamu jadi
pulang ke Jakarta?"
"Jadi. Kenapa?"
"Kita barengan aja, ya? Keberatan nggak?"
Kumala hanya tersenyum, bingung memberikan jawaban.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kesan indah melekat kuat di hati Beni. Wajah super cantik


dan kepribadian yang menawan telah membuat jiwa Beni
melayang-layang di antara bunga-bunga asmara. Dalam waktu
singkat benak Beni terisi penuh oleh gambar wajah Kumala
Dewi yang membuatnya terbuai dan lupa segalanya,
"Hallo, Kumala...?"
"Ya, ada apa, Ben?"
"Sudah makan siang?"
"Belum. Aku masih sibuk."
"Satu. jam lagi bisa keluar sebentar? Kutunggu di tempat
yang kemarin, ya? Aku juga belum makan siang nih."
"Sebaiknya kamu makan dulu deh. Jangan nungguin aku."
"Nggak bisa. Aku harus makan siang denganmu, Kumala."
"Nanti kamu terlambat makan. Masuk angin."
"Biarin. Lebih baik masuk angin daripada makan sendirian
tanpa kamu."
Kumala Dewi menghela napas dalam-dalam. "Baiklah.'
Tunggu aku satu jam lagi," kata Kumala. Setelah itu telepon
pun ditutup.
Hal Seperti itu terjadi berulang-ulang, semacam rutinitas
yang tak disangka-sangka datangnya. Setiap siang, Kumala
selalu makan siang bersama Beni. Kadang ia dijemput oleh
Beni ke kantornya, kadang pula Beni menunggu di suatu
tempat yang sudah pernah dikunjungi mereka berdua.
Kebiasaan itu membuat Kumala menjadi tak enak hati. la
tahu maksud hati Beni. Kumala ingin menghindar, tapi hatinya
tak tega. Beni selalu bersikap baik, dan tak pernah kurang
ajar. Sikapnya menyenangkan. Hal itulah yang membuat
Kumala sulit menolak ajakan makan siang Beni. Anehnya,
hanya setiap siang saja Beni selalu ingin bertemu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala. Malam hari pria itu jarang mengajak pergi Kumala


dengan alasan apa pun.
"Terus terang, aku suka lihat wajahmu. Aku selalu ingin
memandang kecantikanmu walau hanya beberapa saat. Sehari
saja aku nggak lihat kamu, pikiranku kacau, hariku gelisah
terus, dan nggak punya ketenangan sedikit pun. Aku sendiri
nggak tahu kenapa aku jadi begini," kata Beni dalam acara
makan Siang di suatu hari.
"Aku sudah punya pacar sendiri, Ben."
"Aku sudah menduga begitu. Tapi... selama kamu masih
mau menemaniku makan siang bagiku itu sudah cukup.
Kadang memang aku ingin lebih dari sekedar makan siang.
Misalnya jalan-jalan di malam hari atau shopping di plaza. Tapi
keinginan itu kubantai sendiri, mengingat kamu sendiri belum
tentu punya keinginan seperti itu. Aku malu jika sampai
tawaranku itu kamu tolak. Aku akan kecewa sekali. Oleh
karenanya, aku nggak mau coba-coba mengajakmu jalan-jalan
di malam hari."
Dewi Ular tersenyum, hatinya dibayang-bayangi rasa iba
mendengar pengakuan yang jujur itu. Teropong batinnya
digunakan, dan ia menemukan kesamaan batin dengan
ucapan Beni tadi. Memang kenyataannya begitu.
Hati Kumala sendiri belakangan ini dihinggapi keresahan
yang kadang menjengkelkan. Sudah beberapa hari ini Pandu
tidak meneleponnya. Walaupun Kumala tahu Pandu sedang
repot dengan bisnis barunya di Batam, tapi biasanya sehari
satu kali ia menelepon Kumala. Sekarang sudah hampir satu
minggu Pandu tak meneleponnya. Kumala jadi jengkel, karena
rindunya tak terobati oleh suara Pandu.
Kehadiran Beni merupakan satu-satunya hiburan kecil bagi
hati Kumala. Pria itu sendiri sebenarnya juga enak diajak
bicara. Tidak menjemukan. Karenanya, manakala anak
bidadari itu makan siang bersama Beni, keresahan hatinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa terobati dan kecemasannya akan diri Pandu pun


terlupakan untuk sesaat.
Kadang jika di rumah, Kumala sering menerima telepon dari
Beni. Percakapan di telepon pada malam hari merupakan
penghibur tersendiri bagi hati Kumala. Tanpa terasa
percakapan dan kebiasaan tersebut telah membuat
hubungannya dengan Beni makin hari semakin akrab. Namun
sejauh itu, Beni masih belum tahu bahwa Kumala adalah
paranormal cantik atau anak dewa yang mempunyai kekuatan
supranatural cukup tinggi.
"Kumala...," ujar Beni dalam teleponnya, "... malam ini aku
resah sekali. Nggak, bisa tidur dari tadi."
"Kenapa resah? Mikirin kerjaan kantor, ya?"
"Bukan. Aku... aku ingin sekali bertemu denganmu malam
ini. Hanya bertemu saja.? Memandangmu dari jauh pun
nggak, apa-apa. Yang penting asal aku sudah lihat, wajahmu,
sudah cukup puas bagiku. Mungkin aku dapat tidur dengan
nyenyak."
Kumala sengaja tertawa kecil, "Kamu ini kayak anak kecil
aja, Ben. Kayak anak ABG yang baru menginjak masa puber."
"Iya sih. Nggak tahu kenapa aku kok jadi begini, ya?"
"Buang bayanganku di matamu. Jangan pikirkan diriku.
Membacalah apa yang bisa kau baca, biar keresahanmu
hilang,"
"Nggak bisa, Kumala. Sudah kulakukan dengan cara apa
pun. Bahkan sampai aku memutar film dari laser disc, tapi
ternyata wajahmu tetap melekat dalam benakku. Sulit sekali
kuhilangkan dengan cara apa pun."
"Bukankah kamu sudah punya teman tidur?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beni diam. Ia berkerut dahi. "Dari mana dia tahu aku sudah
punya teman tidur? Aku nggak pernah bilang padanya tentang
keberadaan Neni," pikir Beni saat itu.
'Teman tidur siapa maksudmu, Kumala?" Beni berlagak
pilon.
"Yaah... tentunya seorang wanita cantik yang selama ini
hidup bersamamu. Bukankah dia cukup cantik dan sexy?
Tubuhnya sintal, berdada sekal, gairahnya selalu membara
Jika berada di sampingmu. Mengapa pikiranmu nggak kamu
alihkan padanya saja? Malam ini ia butuh belaian kasih
sayangmu. Ia menunggu cumbuan hangatmu, Beni. Lihatlah...
dia sudah mengenakan gaun tidur merah jambu yang tipis dan
transparan. Itu pertanda dia sedang menunggu reaksi
asmaramu, Beni. Dekatilah dia dan sapalah dengan kecupan
lembutmu."
"Kumala... dari mana kau tahu semua itu? Dari mana kau
tahu kalau malam ini Neni mengenakan gaun tidur tipis warna
merah jambu?" tanya Beni bernada terheran-heran. Tapi
jawaban yang keluar dari mulut Kurnala hanya sebaris tawa.
bernada desah. Suara tawa itu makin membuat Beni berdebar-
debar diliputi kegelisahan dan harapan ingin, bertemu dengan
paranormal cantik itu.
"Ben, sekarang sudah hampir pukul dua belas tengah
malam. Besok kita harus kerja lagi. Aku ingin istirahat dulu,
ya?"
"Kumala... bolehkah aku menciummu lewat telepon ini?"
Kumala semakin geli mendengarnya. "Jawablah, Mala...!
Aku ingin menciummu melalui telepon ini. Bolehkah?"
Terdengar suara Kumala menjawab dengan sedikit parau,
"Lakukan, asal jangan terlihat oleh Neni-mu."
Hati Kumala berkata, "Biarin aja. Cuma lewat telefon aja!
Toh bibirnya nggak menyentuh bibirku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di kamarnya, Kumala tertawa cekikikan setelah selesa i


bicara dengan Beni. Benaknya pun menerawang pada seraut
wajah tampan milik Barry Beniton. Kumala mengakui sangat
suka dengan wajah tampan seperti itu. Tidak terlalu imut-
imut, namun juga tidak tampak jantan sekali. Sedang-sedang
saja. Dan wajah seperti itu. adalah wajah yang tidak
membosankan.
Pandu juga mempunyai wajah seperti itu. Karenanya,
Kumala suka pada Pandu dan sering menikmati wajah Pandu
secara terang-terangan.
"Beni jatuh cinta padaku. Aku harus bagaimana kalau
begini, ya? Pandu nggak ada kabarnya, sementara Beni makin
mendekat. Aah... lupakan saja tentang Beni. Dia sudah punya
Neni!"
Dewi Ular yang masih muda, berusia sekitar 24 tahun,
ternyata tahu hubungan Neni dengan Beniton adalah
hubungan tak resmi, tapi Kumala tak ingin mengganggu
kebersamaan yang sudah mereka bina selama hampir satu
tahun itu.
"Aku takut hanyut terlalu dalam bersama Beni. Aku nggak
akan bisa keluar dari pusaran arus asmara jika terlena oleh
ketampanan dan keromantisan Beni."
Menurutnya, Beni adalah type pria romantis. Dari caranya
bicara dan bersikap di depan Kumala, tampak jelas karakter
hati lelaki itu. Kumala berusaha untuk tidak terlena dalam
keromantisan yang ada pada Beni. Tapi dapatkah Beni
menghindari daya pikat Kumala yang terpancar sepanjang hari
itu?
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

Neni sendiri sebenarnya type perempuan Bangkok. Artinya,


selain berwajah cantik, bermata sedikit lebar berkesan galak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ranjang, ia juga bertubuh tinggi, sintal, sekal dan penuh


selera. Rambutnya bergelombang, lebat, sebatas lewat bahu.
Kulitnya kuning, langsat, sedikit berbulu pada bagian sekitar
lengan dan betisnya. Pria mana pun jika melihatnya akan
langsung terbakar gairahnya.
Wajar jika Neni sempat menjadi bahan rebutan dua lelaki
pada saat ia masih menjadi wanita panggilan. Pada akhirnya
perempuan berhidung mancung dan berbibir tebal sensual itu
jatuh dalam pelukan Beni karena terbuai oleh keromantisan si
akuntan muda itu.
Sayangnya pihak keluarga Beni menentang rencana
pernikahan mereka. Sanak saudara dari Beni mendapat
informasi dari mulut usil teman Beni sendiri, sehingga mereka
tahu bahwa Neni bukan wanita baik-baik.
"Kalau kamu sampai kawin dengan perempuan nakal itu,
lebih baik jangan lagi ada namamu dalam daftar keluarga kita.
Keluarga kita adalah keluarga terhormat. Merupakan aib yang
besar sekali jika kamu sampai menikah dengan perempuan
malam! Mau ditaruh di mana muka Mama ini, Ben?!"
Beni takut menentang keputusan mamanya. Tapi ia juga
tak ingin kehilangan 'surga'-nya. Akhirnya Beni membeli
rumah mungil di pinggiran kota. la tinggal di rumah mungilnya
itu bersama Neni, hidup- serumah tanpa nikah, Selayaknya
suami-istri yang saling membutuhkan kasih sayang dan
kemesraan.
Neni menganggap Beni adalah suaminya, dan Beni
menganggap Neni adalah istrinya. Hubungan tak resmi itu
sudah berlangsung selama sebelas bulan.
"Neni mencintaimu hanya karena mengincar uangmu saja,
Beri," tutur seorang teman. "Kalau uangmu sudah ludes, aku
yakin dia akan kabur dengan lelaki lain. Sekarang memang
belum. Sekarang dia masih kelihatan setia dan sayang
kepadamu. Apalagi sekarang bisnis sarnpinganmu maju pesat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan keberuntunganmu bertambah banyak, sudah pasti rasa


cinta Neni semakin bertambah besar pula. Tapi kalau
semuanya itu sudah terkuras habis dan berpindah ke
tangannya, maka tak ada kata cinta lagi di hati Neni. Kau akan
dibuang begitu saja, tak peduli apakah kau akan patah hati
atau bunuh diri. Itulah Neni!"
"Jangan menilai orang dari s isi negatifnya saja," Beni coba-
coba menyangkal pendapat temannya itu.
"Dulu memang dia begitu, karena memang dulu dia
mencari uang. Sekarang Neni mencari kasih sayang, bukan
uang. Dan ia menemukan kasih sayang dambaannya itu pada
diriku. Nggak mungkin Neni meninggalkan diriku, sebab apa
yang dicarinya selama ini sudah ada pada diriku."
"Hmmmh...," sang teman mencibir. "Kita lihat saja nanti."
Beni hanya angkat bahu, seakan ingin menunjukkan:
keyakinannya tentang kesetiaan Neni. Sekalipun lebih dari lima
teman mempunyai penilaian negatif kepada Neni, Beni tetap
tak pedulikan penilaian tersebut, la merasa jauh lebih tahu
pribadi Neni ketimbang teman-temannya itu.
Suatu sore, ketika Beni pulang dari kantor, ia melihat
sebatang puntung rokok di asbak ruang tamu. Puntung rokok
itu bukan dari rokoknya Neni. Puntung rokok itu adalah
puntung rokok seorang lelaki, karena dari jenis rokok kretek.
Beni diam saja, berlagak tak menghiraukan hal itu. Kecurigaan
tetap dipendam dalam hati.
"Tadi ada tamu, ya Nen?"
"Nggak ada tuh," jawab Neni dengan tenang.
"Mungkin tukang listrik atau petugas dari kelurahan?"
"Nggak ada! Tanya deh sama Mak Ipah sana kalau kamu
nggak percaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oo, ya sudah kalau nggak ada tamu. Soalnya kemarin


katanya tukang listrik mau datang buat betulin shaklar yang
rusak itu."
"Kalau ada tamu kenapa mesti kubilang nggak ada sih?
Buat apa aku bohongi kamu. Masih nggak percaya dengan
kesungguhan hatiku, ya?"
"Tentu saja aku percaya, Sayang," jawab Beni sambil
menyunggingkan senyum dan merangkul istrinya dari
belakang. Sang istri tetap sibuk memoleskan bedak di wajah
cantiknya itu.
Sebenarnya Beni ingin menanyakan tentang puntung rokok
di ruang tamu, tapi menurutnya hal itu hanya akan
memancing pertengkaran saja. Beni ma las jika pulang kantor
harus bertengkar dengan istri, oleh sebab itu dia tidak jadi
membicarakan soal puntung rokok.
"Kalau benar nggak ada tamu, lalu puntung rokok itu milik
siapa?" ujarnya dalam hati. "Neni nggak suka rokok kretek.
Dia pasti akan batuk-batuk jika menghisap rokok kretek dua-
tiga kali hisapan saja. Hmmm..,. Kurasa Neni mulai mau main
kucing-kucingan denganku. Pasti ada nama seorang lelaki
yang dirahasiakan di depanku. Aah.. persetanlah dengan
tingkahnya. Kalau memang dia berbuat macam-macam di
belakangku, kutinggalkan saja dia. Toh di antara aku dan dia
belum punya ikatan formal."
Mulai saat itu, perhatian Beni kepada Neni mulai berkurang.
Lebih-lebih setelah Beni berkenalan dengan Kumala Dewi,
perhatian kepada Neni menjadi semakin berkurang. Yang ada
di benak Beni bukan Neni lagi, melainkan Kumala Dewi.
"Sudah beberapa malam ini kamu seperti pria impoten! Ada
apa sebenarnya, Ben?"
"Aku capek. Terlalu banyak beban pikiran membuat
seorang pria kehilangan gairah cintanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi aku sering melihatmu termenung sendirian. Kadang


kalau sedang bicara denganku, kau suka melamun secara tiba-
tiba. Kayaknya itu nggak wajar deh, Ben."
"Otakmu aja yang nggak wajar!" Beni bersungut-sungut
"Kamu pasti sedang memikirkan wanita lain."
"Kata siapa...?" Beni menimpali dengan malas malasan.
"Ngaku aja deh! Kamu lagi kasmaran dengan seorang
perempuan yang baru kau kenal, kan?" desak Neni, tapi Beni
justru sewot dan marah-marah.
Malamnya, Beni mengigau. Mulutnya menyebutkan nama
Kumala Dewi. Hal itu membuat Neni menjadi berang, dan
pertengkaran pun tak dihindari.
"Iya. Memang aku sekarang sedang kasmaran dengan
Kumala Dewi, Mau apa kamu, hah?!" tantang Beni.
"Kenalkan aku dengannya!"
"Nggak perlu! Itu bukan urusanmu!"
"Tapi dia harus tahu kalau kau sudah menjadi milikku!"
"Sejak kapan kau memiliki aku?!" sanggah Beni dengan
ketus sekali. "Kalau kau bisa selingkuh dengan lelaki lain,
kenapa aku nggak bisa selingkuh dengan perempuan lain?
Pasti bisa!"
"Lelaki s iapa sih?! Lelaki s iapa maksudmu itu?!"
"Mana kutahu, karena kau nggak berani terus terang
padaku! Tapi aku tahu kau punya hubungan gelap dengan
seorang lelaki. Dia pernah datang kemari dan meninggalkan
sebatang rokok di meja tamu!"
"Itu tuduhan buta! Picik!"
"Masa' bodoh kamu mau bilang apa! Yang penting, jangan
ganggu hubunganku dengan Kumala Dewi. Titik!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Neni marah sekali. Ia mencari informasi lewat teman-teman


Beni tentang perempuan bernama Kumala Dewi, tapi tak
seorang pun ada yang mengetahui tentang Kumala Dewi.Sikap
Neni itu semakin memuakkan bagi Beniton,membuat Beniton
kian dingin terhadapnya.
Tak ada jalan lain yang lebih menyenangkan bagi Neni
kecuali menyingkirkan wanita bernama Kumala Dewi. Untuk
melenyapkan Kumala Dewi, ia harus meminta bantuan Mbah
Dupa, yang dikenalnya sebagai dukun ilmu hitam yang sangat
ampuh.
Neni mengenal Mbah Dupa sejak ia masih menjadi wanita
panggilan. Ia pernah diberi penglaris yang ditebus dengan
menyerahkan sejumlah uang serta seekor burung dara.
Ternyata penglaris itu sangat mujarab, 'dagangannya' paling
laris di antara wanita seprofesi dengannya.
Kehebatan ilmu hitam Mbah Dupa tak disangsikan lagi oleh
Neni. Tetapi kali ini bantuan yang diinginkan mempunyai
tebusan versi lain. Bukan sejumlah uang dan seekor burung-
dara lagi, melainkan sejumlah kehangatan yang harus rela
diberikan kepada piaraan Mbah Dupa.
Pada prinsipnya, Neni rela memberikan kehangatan
tubuhnya asal Kumala Dewi dapat disingkirkan. Dengan
tewasnya Kumala Dewi, maka ia yakin akan dapat merebut
perhatian Beni kembali, dan membuat pria itu bergantung
kemesraan padanya.
Namun dalam hati Neni sebenarnya bertanya-tanya, "Siapa
piaraan Mbah Dupa sebenarnya?"
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

3
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seorang pemuda datang ke rumah Neni sekitar pukul


sembilan malam. Waktu itu, Beni belum pulang. Mungkin juga
Beni tidak pulang, sebab tadi siang dia sempat menelepon
Neni dan mengatakan akan berangkat ke Medan untuk urusan
bisnis sampingannya.
"Itu kalau Pak Purba nggak repot. Tapi kalau Pak Purba ada
acara, terpaksa keberangkatan ditunda esok siang," kata Beni
dalam teleponnya.
"Kamu ke Medan bersama Pak Purba atau bersama
Kumala?"
"Pikir saja sendiri! "jawab Beni dengan ketus, lalu menutup
teleponnya.
Neni yakin, Beni jadi berangkat ke Medan. Karena sudah
pukul sembilan pria itu tak meneleponnya dan belum sampai
rumah, berarti memang jadi berangkat ke Medan. Maka ketika
seorang pemuda bercambang tipis datang bertamu di malam
itu, Neni tak merasa cemas ? sedikit pun. Ia hanya merasa
heran karena pemuda berkulit sawo matang itu sudah
mengetahui namanya, sementara Neni merasa belum tahu
siapa nama pemuda itu.
"Namaku.... Moyang.''
Neni bertambah heran. "Moyang...? Rasa-rasanya aku
belum pernah punya kenalan yang bernama Moyang."
"Karena memang kita baru kali ini bertemu," jawab pemuda
bermata dingin itu. "Aku kemari karena diutus oleh Mbah
Dupa.”
"Oooooo..,," Neni baru paham dan manggut-manggut.
Senyumnya mekar, dengan ramah untuk menyenangkan hati
tamunya.
Pada saat itu sebenarnya bulu kuduk Neni sempat
merinding, karena merasa takut menatap sepasang mata
dingin milik Moyang. Hanya saja, karena Moyang punya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wajah, lumayan, berkesan jantan dan bertubuh atletis, maka


rasa takut Neni pun segera berkurang. Ia sangat suka dengan
type lelaki bertubuh atletis dan berkesan jantan.
"Apakah ada pesan dari Mbah Dupa yang harus kau
sampaikan padaku, Moyang?"
"Ada. Pesan itu adalah pesan untuk menghabisi nyawa
seorang wanita yang bernama Kumala Dewi."
"O, ya... benar! Aku benci sekali pada perempuan itu!
Habisi saja dia, biar nggak mengganggu rumah tanggaku
dengan Beni" Neni bernada menggeram, menampakkan
kebenciannya kepada Kumala.
Moyang tersenyum datar. Senyum dan matanya yang
dingin meyakinkan sekali bahwa ia adalah seorang pembunuh
berdarah dingin. Neni merasa tak sangsi lagi dengan
kemampuan Moyang. Ia percaya Moyang dapat menghabisi
nyawa Kumala Dewi dengan cara apa pun.
"Yang penting kelihatan rapi dan jangan menimbulkan
kecurigaan. Jadi aku nggak dicurigai oleh suamiku."
"Itu soal mudah," kata Moyang dengan tegas. "Kau punya
fotonya?"
"Foto...?! Ooh, aku nggak punya fotonya. Aku sendiri belum
pernah melihat seperti apa wajah Kumala Dewi itu."
"Sayang sekali. Tapi tak apalah...."
"Eh, tapi tunggu dulu... kucoba mencarinya di laci meja
kerja suamiku.. Siapa tahu dia menyimpan foto Kumala Dewi.
Hrnmm, eeh... ikutlah aku, Moyang. Kita kerjain aja
perempuan itu dari kamar, supaya pelayanku nggak lihat."
Moyang tak keberatan sedikit pun: Ia melangkah mengikuti
Neni masuk ke kamar tidur. Kamar itu cukup luas, sehingga
sering dijadikan ruang kerja bagi Beni. Selain ada meja kerja
dan komputer, kamar itu juga dilengkapi dengan beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

fasilitas elektronik dan sebuah rak buku setinggi satu setengah


meter.
Moyang membantu mencari di sekitar buku-buku akutansi
itu. Neni menggeledah laci dan lemari pakaiannya. Tapi tak
selembar foto perempuan yang ditemukannya.
"Apakah ini foto Kumala?" tanya Moyang sambil
menunjukkan selembar foto yang diperolehnya dari bawah
meja komputer.
"Bukan. Itu.foto adik perempuannya."
"Kalau begitu dia memang tidak menyimpan foto Kumala
Dewi," kata Moyang dengan nada masih berkesan datar. Ia
duduk di sofa kecil tak jauh dari rak buku. Neni un
mengheritikan penggeledahannya Ia ikut duduk di sofa
tersebut dengan wajah murung, karena kecewa tak
mendapatkan foto Kumala.
"Lantas bagaimana kalau, nggak ada foto Kumala Dewi?"
"Dengan cara lain," jawab Moyang, sambil matanya
memandangi seluruh ruangan.
"Itu foto siapa?" Moyang menuding ke arah dinding tak
jauh dari ranjang Di sana ada foto berbingkai coklat mengkilap
dalam ukuran sedang.
"Ooh, itu fotoku sendiri," sambil Neni tersenyum malu,
karena foto itu adalah foto dirinya dalam keadaan setengah
bugil.
Moyang mendekati, memperhatikan lebih jelas lagi. Neni
ikut mendekat dengan masih tersipu-sipu. Ia duduk di tepi
ranjang sambil melepas tawa kecilnya.
"Jangan dipandangi begitu, ah. Aku malu."
"Cukup menggairahkan!" Moyang memberi komentar
sambil melepaskan pandangannya dari foto tersebut. Ia
berpaling menatap Neni sambil berkata datar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku suka lihat foto seperti itu."


Tatapan mata itu menggetarkan hati Neni yang berkata
pelan, "Aku punya beberapa foto seperti itu, tapi... tapi
memalukan sekali kalau dilihat."
"Mungkin lebih baik melihat aslinya,ya?"
"Iih, kamu...!" Neni makin cekikikan, buang muka untuk
sembunyikan rona merah di wajahnya.
Moyang duduk di samping Neni. Bulu kuduk Neni
merinding, hatinya berdebar-debar indah.
Tiba-tiba hujan turun tanpa diduga-duga. Breeesss...! Angin
bertiup kencang. Gemuruh suara hujan seperti irama aneh
yang menyeret hati ke lembah asmara. Benak Neni dibayang-
bayangi khayalan, bercumbu, membuat hatinya menuntut
kemesraan hingga jantungnya berdetak-detak sangat kuat.
"Pandangan matanya aneh sekali. Sangat membakar
gairahku," pikir Neni ketika ia mencoba menatap Moyang.
"Baru satu kali datang kemari sudah turun hujan deras
begini. Sial amat aku ini, ya?"
"Itu menandakan kamu nggak boleh pulang. Pulang besok
saja."
"Apa yang kudapatkan kalau aku pulang besok siang?"
"Terserah, apa yang kau inginkan dari-ku?"
"Kehangatan," jawab Moyang tanpa ragu-ragu lagi. Neni
makin tersipu malu, tapi hatinya bertambah girang dan
dadanya bergemuruh seakan darahnya mengalir dengan
deras.
"Kamu keberatan, Neni?"
Perempuan itu mengangkat wajahnya yang tertunduk
dengan pelan-pelan. Kini ia beradu pandang dengan Moyang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Senyumnya masih mengembang penuh daya pikat yang


menggemaskan.
"Kalau kau keberatan, aku tak akan memaksa. Aku bersedia
pulang sekarang juga."
"Jangan pulang!" kata Neni sambil menggenggam tangan
Moyang. "Udara dingin sekali! Aku juga butuh kehangatan
Berikan yang paling hangat untukku, Moyang.. .," sambil mata
Neni mulai menjadi sayu. Senyumnya memancing gairah nakal
Tangan Moyang ditempelkan di dadanya.
Tangan itu akhirnya bergerak dengan sendirinya dan
menyelusup ke dalam.Tangan Moyang mengusap lembut dan
lama-lama mulai meremas dengan bergairah. Neni
memejamkan mata samar-samar. Meresapi sentuhan hangat
itu. Suara napasnya terdengar mendesis ketika tangan
Moyang yang satunya lagi merayap di pahanya.
"Sssssh, aahhh.... Hhhhmmmmhh...." Neni menggelinjang
sambil menggigit bibirnya sendiri. Karena saat itu ia
merasakan tangan Moyang menyentuh kulit pahanya yang
putih dan halus.
Moyang semakin berani. Ia mendaratkan kecupan bibirnya
di leher Neni. Kecupan itu memagut-magut dengan cepat,
semakin membakar gairah Neni.
"Aauuuuhhh...! Oooh, nikmat sekali, Moyang...," ucap Neni
mendesah sambil meremas pundak Moyang. Ia membiarkan
lehernya digigit pelan oleh pemuda itu. Ia justru merasa kian
membara, sehingga perlawanan balasan pun dilakukan oleh
Neni. Pemuda itu diraih wajahnya dengan kedua tangan,
kemudian bibir si pemuda dikecup dan dilumatnya dengan
ganas pula.
Ranjang pun menjadi arena keganasan gairah Moyang.
Sekujur tubuh Neni disambar habis oleh kecupan bibir
Moyang. Perempuan itu melawan, memberi balasan yang tak
kalah ganasnya.Neni sengaja mendorong dada Moyang. Pria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu jatuh telentang, Neni menyergapnya dengan debar-debar


kegirangan yang menggetarkan tubuh. Setelah mengganaskan
bibir dan lidahnya di sekujur tubuh Moyang, Neni pun
mengambil inisiatif untuk mengawali pelayaran cintanya.
Perahu mengarungi lautan cinta. Moyang memeluk tubuh
Neni, sementara kedua tangan Neni juga memeluk tubuh
Moyang erat-erat. Hujan semakin deras. Suara bisik
kemesraan Neni diredam oleh suara gemuruh hujan yang
bercampur angin membadai itu.
Moyang mengamuk mengeluarkan suara menggeram dan
menyentak-nyentak. Ia tak mau berhenti sedikit pun walaupun
Neni mulai menjerit karena sakit. Keringat Moyang
bercucuran, dan keringat itu ternyata berbau amis.
Neni mencoba bertahan memberikan kemesraan yang
diharapkan Moyang. Matanya dipejamkan kuat-kuat dengan
tubuh terguncang-guncang. Tapi makin lama ia merasa
sekujur tubuhnya semakin sakit. Makin lama pula ia mencium
bau amis yang sangat tak enak.
Manakala mata Neni terbuka untuk memohon istirahat
sebentar, Neni menjerit keras-keras dengan sentakan suara
kagetnya.
Yang ada di atasnya bukan lagi pemuda bercambang tipis
dan berkesan jantan., Yang ada di atasnya adalah sosok
makhluk berkulit hitam licin, bertubuh tinggi besar dan
bermata merah. Rambutnya meriap-riap sepanjang punggung.
Alisnya lebat sekali. Giginya besar dan runcing menyeramkan.
''Gggggaaaow...! Ggggaaaaoodw...!"
Makhluk yang tangannya besar dan berbulu itu menggeram
menyeramkan. Neni tak mampu lagi melontarkan jeritannya.
Semua napas bagaikan menyumbat kerongkongannya. Rasa
takut membuatnya tak bertenaga sedikit pun. Makhluk hitam
berkuku tajam itu mencengkeram dada Neni, meremas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan ganas dan liar. Beberapa kuku tajamnya menggores


kulit dada Neni hingga berdarah.
"Ggrrraaaaaaaawww...!!!"
Makhluk itu memekik keras-keras. Suaranya membuat
benda-benda di sekitar ranjang bergetar, bahkan kaca jendela
pun berderak dan menjadi retak. Keadaan di sekitar kamar
Neni seperti terjadi gempa
Tubuh Neni tersentak dan menjadi kejang. Mata Neni
mendelik tanpa bisa berkedip untuk beberapa detik. Neni
shock, perasaannya bercampur aduk antara kaget, takut serta
rasa sakit yang luar biasa membuat ia tak bisa berbuat apa-
apa. Neni pasrah ia menerima saja, apa yang hendak
dilakukan oleh makhluk menyeramkan itu. Ia seperti diterjang
banjir besar yang arusnya sangat deras. Sekujur tubuhnya
menjadi panas. Dan setelah terjangan banjir besar itu
berhenti, Neni terkulai lemas tak sadarkan diri. Ia pingsan
sampai menjelang subuh datang.
Saat siuman, ia rasakan sekujur tubuhnya sakit semua.
Tulang-tulangnya seperti remuk, terutama tulang pinggul dan
tulang punggungnya. Bergerak sedikit saja sakitnya bukan
main. Neni menyeringai dalam tangis ketakutannya.
Sekalipun makhluk tinggi besar dan hitam itu sudah tidak
tampak lagi di sekitarnya, namun bayangan menyeramkan
masih mengikutinya dan membuatnya menangis dengan suara
serak. Tak ada bagian tubuh yang tak sakit. Luka-luka akibat
goresan kuku tampak jelas di sekitar paha dan dadanya.
Bahkan di bagian pundak kiri terdapat luka bekas gigitan.
Perih sekali rasanya. Seluruh tulangnya sakit, sedangkan di
sekujur tubuhnya perih akibat goresan kuku. Sepertinya
penderitaan Neni benar-benar sudah lengkap.
Menderita sekali Neni pada malam itu. Ia ingin mengadu,
tapi tak tahu harus mengadu kepada siapa. Sementara itu, ia
pun memandang tegang ke bagian bawahnya yang tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdarah dan darah itu sudah mulai menjadi lembab. Seprai


panjang yang berantakan itu terkena percikan darah sehingga
tampak lebih mengerikan lagi.
"Ooh, sakit...!" ratap Neni dalam tangisnya "Aku tak
sanggup jika harus me layani makhluk itu lagi. Tapi... tapi
benarkah ia yang dimaksud sebagai piaraan Mbah Dupa itu?!
Benarkah makhluk mengerikan itu yang akan menghabisi
nyawa Kumala Dewi?! Oouh... lalu bagaimana dengan nasibku
jika aku harus melayani makhluk itu selama, tujuh malam
berturut-turut?! Apakah setimpal semua pengorbananku ini
dengan hasil yang akan kudapat nanti?! Mengapa mahal sekali
bayaran yang harus aku berikan untuk menghabisi nyawa
Kumala Dewi?!"
Neni baru sadar bahwa ia telah mengikat perjanjian dengan
setan yang mengerikkan. Repotnya, perjanjian itu tak mungkin
dibatalkan. Ia harus menebus syaratnya lebih dulu, baru
memperoleh hasil yang diinginkan.
"Sudah terlanjut parah keadaanku. Kalau aku mundur,
alangkah sia-sianya pengorbananku malam ini. Mau nggak
mau harus kulayani sampai tujuh kali. Aku harus kuat, aku
harus sanggup guna terwujudnya cita-citaku yaitu
menyingkirkan Kumala Dewi. Tapi... ooh, mungkinkah aku
masih bisa hidup jika melayani makhluk sebuas itu selama
tujuh kali?"
Neni meratap sendiri di sela tangisnya.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

4
Ternyata Beni bukan hanya pergi ke Medan. Bossnya, Pak
Purba, mengajaknya sekalian ke Singapura. Urusan bisnis di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sana sampai beberapa hari lamanya. Namun Beni tetap


memberi tahu Neni perihal keterlambatannya pulang itu.
Hanya saja, pemberitahuan terhadap Neni dilakukan nomor
dua. Yang pertama dilakukan Beni adalah memberitahukan
keterlambatan pulangnya kepada Kumala Dewi melalui telepon
kantor.
"Aku belum bisa pulang, Kumala. Pak Purba mengajakku
langsung ke Singapura"
"Selesaikan tugasmu dengan baik, Ben. Jangan punya
pikiran yang bukan-bukan. Aku di s ini baik-baik saja."
"Tapi aku nggak bisa makan siang bersamamu, Kumala."
"Masih ada siang di hari nanti, bukan?"
"Kamu nggak kecewa, kan?"
"Aku nggak pernah kecewa untuk hai seperti itu, Ben."
Dalam hatinya Kumala tertawa sendiri. "Aneh sekali
caranya menunjukkan rasa cinta. Padahal dia nggak pernah
bilang jatuh cinta padaku, tapi selalu merasa takut
mengecewakan diriku. Hmmm... kurasa sikap seperti itu hanya
semusim saja. Semasa cintanya baru tumbuh, ia akan bersikap
seperti itu. Tapi kalau sudah lama cinta itu tumbuh dan
berkembang, maka sikap seperti itu akan semakin berkurang.
Aah, sebaiknya aku nggak perlu berpikir terlalu dalam tentang
dia."
Selama Beni ke luar kota, ia selalu menghubungi Kumala.
Setiap hari, terutama pada jam-jam makan siang, hand-phone
Kumala selalu berdering dan Benilah peneleponnya.
"Kamu sedang apa, Kumala?"
"Makan sama teman-teman kantor."
"Setamat makan. Jangan lupa buahnya. Kamu kalau nggak
makan buah; kulit wajahmu bisa tampak kering."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Atau kadang-kadang sebelum waktunya makan, Beni sudah


menghubungi hand-phone Kumala.
"Rencana makan siangmu bersama siapa, Kumala?"
"Sendirian."
"Aduh, jangan sendirian dong. Cari teman dan buat
nemenin kamu makan siang. Eeeh... kamu makan di Malaga
Food aja. Kalau hari Jumat begini dia menyediakan masakan
Sop yang enak sekali. Coba deh. Ajak temanmu, bawa makan
ke sana. Kalian pasti puas menikmati kelezatan sop ala Malaga
Food itu."
Malam hari pun telepon Beni mengunjungi Kumala. Bisa
dipastikan, setiap pukul sepuluh lewat sedikit, handphone
Kumala pasti berdering, dan suara Beni pun menyapa lembut
dari seberang sana,
"Hallo, Kumala.... sudah tidur, ya?"
"Belum. Aku sedang ada tamu."
"Oph, sorry mengganggu. Kalau begitu, terusin deh. Tapi
kalau bisa jangan tidur malam-malam, ya? Kamu kan perlu
istirahat."
"Thank's atas sarannya, Ben."
Malam itu Kumala memang sedang kedatangan tamu.
Seorang teman lama yang tak asing lagi bagi Sandhi, si sopir
pribadi, atau Buron, si jelmaan Jin Layon yang selama ini
mendamping Dewi Ular itu. Tamu tersebut berusia sekitar 40
tahun, berbadan tinggi, sekal, masih cantik dan energik. Ia
berdada montok dengan rambut selalu pendek seperti
potongan lelaki. Wajahnya mirip perempuan Arab. Matanya
lebar bertepian hitam, hidungnya mancung, bibirnya agak
tebal sensual.
Ia termasuk seorang janda yang lincah dalam berbisnis dan
ulet mempertahankan usaha perhotelannya. Siapa lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perempuan yang punya banyak hotel di beberapa kota besar


itu kalau bukan Tante Molly, yang belum lama meresmikan
hotel barunya di tepi pantai, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "KRISTAL PENEBUS NYAWA" DAN "BAYANGAN
BERDARAH"),
"Hotelku yang ada di Bandung terbakar habis, Kumala."
"Ooh...?! Kapan itu terjadi?"
"Sebulan yang lalu," jawab Tante Molly dengan lesu.
"Seminggu kemudian, hotelku yang ada di Pelabuhan Ratu
juga, terbakar habis."
"Ya, ampun...?!"
"Lalu... dua minggu yang lalu, motelku yang ada di Puncak,
Juga terbakar namun tak sampai habis. Sekalipun demikian,
kerugian yang kualami dari kebakaran motel itu cukup besar
juga."
Dewi Ular diam saja. Hanya dalam hatinya ia bergumam,
"Sepertinya ada yang nggak beres nih."
'"Lalu, minggu kemarin... hari Sabtu, rumahku sendiri
hampir terbakar. Untung segera dapat dipadamkan, sehingga
tak menimbulkan kerugian yang berarti. Hanya salah satu
atapnya menjadi hangus. Tapi. sekarang sudah kuperbaiki."
Tante Molly yang gemar tampil tomboy itu menarik napas
dalam-dalam. Wajah dukanya terlihat jelas di mata Kumala
Dewi. Iba hati gadis cantik itu melihat kesedihan di wajah
sahabatnya. Teropong gaibnya segera bekerja mencari tahu
hal-hal gaib yang ada pada diri T ante Molly.
Sementara itu, Tante Molly pun segera berkata dengan
nada mengeluh.
"Kurasakan ada sesuatu yang membuatku sial belakangan
ini. Entah apa yang bikin aku sial, tapi kayaknya sampai
sekarang masih saja mengikutiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala masih diam, matanya tak berkedip memandangi


wajah Tante Molly, membuat Tante Molly jadi kikuk sendiri.
Beberapa helaan napas kemudian, Kumala pun mulai bicara
dengan suaranya yang lembut dan kalem, namun bernada
tegas.
"Ada orang yang nggak suka dengari keberhasilan Tante."
Janda kaya itu terpaku sejenak, "Kulihat ada bayangan
bersimpangr siur di belakang Tante Molly. Bayangan hitam
itulah yang ditugaskan membakar tempat-tempat yang
didatangi T ante Molly. Maksudku, tempat usaha Tante. Api itu
datang dari selatan. Sasarannya adalah kekayaan Tante Molly
yang berbentuk bangunan dan isinya."
"Wah, kalau begitu Mollyta Hotel juga akan terbakar dong?"
"Dari mana Tante tahu?"
"Soalnya tadi siang aku baru saja dari sana. Aku sempat
tidur siang di sana!" wajah Tante Molly tampak tegang.
Setelah diam beberapa saat, Kumala berseru memanggil
jelmaan Jin Layon yang sering juga dijuluki jin usil karena
memang suka usil.
"Roon...! Burooon...!"
Duuubs...! Letupan kecil terjadi di samping kiri tempat
duduk Tante Molly. Letupan yang menyemburkan asap putih
sekilas itu sempat membuat Tante Molly terlonjak kaget
dengan suara pekikan lucu.
"Sialan luh!" sentak Tante Molly yang sudah kenal baik
dengan Buron. "Kalau jantungku copot kusuruh kau mencari
gantinya."
"Pakai jantung pisang saja, Tante," ujar Buron dengan
cengar-cengir.
Pemuda berambut kucai dan berbadan kurus itu langsung
duduk di sofa kosong, berhadapan dengan Tante Molly. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengenakan kaos oblong dan celana pendek kasual. Kumala


segera menceritakan kasusnya Tante Molly secara singkat.
"Malam ini akan ada tamu lain yang sudah janjian mau
datang kemari. Aku nggak bisa ke mana-mana. Kau saja yang
memeriksa keadaan di hotelnya Tante, Molly itu. Pasang pagar
pengaman, dan lumpuhkan 'tamu' yang membawa misi
membakar hotel itu. Desak dia supaya mengaku siapa yang
memerintahnya melakukan tindakan seperti itu!"
"Oke...," Buron manggut-manggut. "Kapan aku harus
berangkat?"
"Sebaiknya sekarang saja. Barengan dengan Tante Molly."
Kumala berkata kepada T ante Molly, "Tante, sediakan satu
kamar khusus untuk si badak ini! Biar dia yang menghadapi
'tamu gaib' di sana. Sorry, aku nggak bisa menangani sendiri
karena malam ini ada yang mau bertemu denganku."
"Kalau gitu aku pamit sekarang aja deh...."
Tante Molly pun bergegas pergi bersama Buron.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

Sebuah kamar yang letaknya di sudut koridor menjadi


pilihan Buron. Kamar itu merupakan kamar suite yang tidak
jauh dari lift dan tidak jauh dari tangga darurat Di depan
kamar itu terdapat taman interior dengan tempat duduk santai
berupa sofa gaya Eropa.
Kamar itu juga mempunyai balkon yang menghadap ke
pantai. Dinding balkonnya yang terbuat dari kaca tebal itu
dilapisi kain gorden merah tua berlipat-lipat tebal. Fasilitas di
dalam kamar itu cukup lengkap, termasuk satu set stereo HF
yang lengkap dengan CD playernya.
"Berapa biaya menginap di kamar seperti ini satu malam?"
tanya Buron setelah puas memandangi fasilitas yang ada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Empat ratus lima puluh ribu."


"Wow...! Mahal sekali?!"
"Mengikuti gejolak moneter," jawab Tante Molly sambil
menyalakan pesawat TV dengan remote control. "Tentu saja
buat kamu kamar ini gratis, Buron. Nggak dipungut biaya
sepeser pun!"
"Berapa lama saya dapat fasilitas gratis di sini?"
"Sepuasmu. Mau sampai sebulan juga nggak apa-apa, yang
penting kamu bisa selamatkan hotel ini dari ancaman jahat
seseorang!"
"Oke.... Akan kucoba menyelamatkannya. Tapi seperti
pesan Kumala tadi, Tante jangan pergi ke mana-mana dulu.
Karena setiap tempat yang dikunjungi Tarite akan menjadi
sasaran kekuatan gaib itu."
'Tapi aku tadi sempat mampir ke supermarket, ternyata
supermarket itu nggak terbakar tuh,"
"Karena supermarket itu bukan milik Tante. Coba kalau
tempat itu milik T ante, pasti sekarang sudah terbakar!"
"Hmmm...," Tante Molly manggut-manggut. "Kamu bisa
tahu nggak, siapa yang mengirimkan kejahatan macam itu?"
"Sekarang saya belum tahu. Tapi jika nanti 'utusan' itu
sudah datang dan saya bisa kalahkan kekuatannya, maka kita
akan dapat mengetahui siapa orang jahat yang menyerang
Tante secara halus itu."
"Menurutmu apakah dia menghendaki kematianku juga?"
"Bisa jadi begitu. Tapi kalau mendengar cerita tentang
rumah Tante yang mau terbakar pada saat Tante masih ada di
rumah itu juga, berarti kekuatan gaib itu hanya ingin
menghabiskan harta kekayaan Tante, bukan menghendaki
nyawa T ante. Ada orang yang menginginkan Tante bangkrut,
tapi masih tetap hidup."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Berarti orang itu ingin menyiksa batinku, bukan?"


"Tepat sekali!"
"Kurang ajar!" geram Tante Molly. "Siapa sih orangnya?!
Aku jadi penasaran sekali kalau begini."
"Cepat atau lambat kita akan mengetahuinya," ujar Buron
penuh keyakinan. "Sekarang saya butuh air dalam tempat
semacam baskom. Nggak usah terlalu besar, ukuran sedang
saja. Lalu... sebuah piring kecil dari logam. Kalau bisa tatakan
gelas dari almunium atau sejenisnya. Lalu... sebatang lilin...."
"Akan kusuruh orangku segera menyediakan semua itu."
"Dan satu lagi, aku butuh tempat sepi."
"Kamar ini kedap suara. Sekalipun ada orang berteriak dari
luar, tak akan tembus ke dalam. Kau sendiri kalau berteriak
dari s ini, nggak akan kedengaran dari luar,"
"Maksud saya... biarkan saya sendirian untuk sementara
waktu,"
"Ooo... ya, ya... aku mengerti!" Tante Molly bergegas
keluar.
"Tapi, Tante...." tiba-tiba Buron mengubah keputusannya.
"Kayaknya... Tante perlu tetap di sini deh. Biar Tante bisa lihat
sendiri s iapa orang yang sirik kepada kesuksesan Tante."
"O, gitu?! Boleh... tapi sebentar kusuruh orangku
menyediakan keperluanmu tadi!"
Tante Molly menelepon dari kamar itu, menyuruh orangnya
menyediakan beberapa keperluan yang diminta Buron. Dalam
hati Buron tersenyum geli, sebab ia bermaksud menggunakan
Tante Molly sebagai pancingan. Jika perempuan berstelan
kemeja dan celana jeans ketat tubuh itu ada di situ, maka gaib
yang dikirimkan seseorang itu akan menghampirinya, lalu
menyebarkan kekuatannya yang dapat membakar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keberadaan Tante Molly di samping Buron memudahkan


Buron untuk menghadapi kedatangan gaib tersebut.
"Sudah pukul sepuluh lewat Hampir pukul sebelas. Kenapa
kau belum memulainya, Buron?"
Pemuda berambut kucai dengan wajah tak terlalu buruk itu
hanya tersenyum tipis, lalu menenggak minuman dinginnya:
satu kaleng Coca-cola. Sebatang rokok masih terselip di antara
jari-jari tangan kirinya.
"Kita harus sabar menunggu. Gang-guan gaib seperti itu
datangnya nggak bisa ditentukan"
"Bagaimana kalau kau panggil saja?"
"Itu namanya cari penyakit," sahut Buron sambil tertawa
pelan. Ia melangkah ke depan pintu balkon. Matanya
memandang ke arah luar, tapi kata-katanya ditujukan kepada
Tante Molly.
"Angin yang berhembus cukup dingin. Saya rasa sebentar
lagi gaib itu akan datang."
"Angin...?! Angin nggak masuk kemari. Buron. Yang kau
rasakan dingin itu hembusan udara AC kamar ini."
"Hah...?!" Buron melirik AC yang terbenam di dinding.
"Sialan! Saya kira hembusan angin gaib, nggak tahunya udara
AC...," sambil Buron mendekati panel AC yang ada di atas
nakas, meja kecil dekat ranjang. Tante Molly tertawa tertahan
melihat kebodohan Buron yang mirip orang udik itu.
Pukul 23.10 Buron menyalakan lilin. Lilin itu diletakkan di
atas piring kecil. Piring kecil itu diapungkan di atas air dalam
balkon stainless, jadi seperti kapal-kapalan yang bergerak
memutar pelan-pelan.
"Untuk apa lilin itu, Buron?" tanya Tante Molly sambil
melepas blazernya. Ia hanya mengenakan blus tanpa lengan
dan celana jeans ketatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau gaib itu datang melintas di kamar ini, maka nyala api
lilin akan bergerak-gerak dan lilinnya akan mengambang ke
sana-sini."
"Kok nyala apinya kecil, Ron?"
"Tentu saja kecil, karena kena hembusan AC," jawab Buron
membuat Tante Molly tertawa geli. Kali ini ia menertawakan
kebodohannya sendiri.
"Lebih baik AC-nya dimatikan saja. Tante. Biar kita bisa
membedakan hembusan angin biasa dengan angin gaib."
Tante Molly tak merasa keberatan diperintah begitu. Ia
melakukannya demi menyelamatkan harta kekayaannya yang
berbentuk hotel berbintang empat itu.
"Gerah dong kalau nggak ada AC begini, Ron?"
"Gerah sedikit nggak apa-apa, Tante." Buron pun segera
melepaskan bajunya untuk menghadapi udara panas nanti.
Pemuda berkulit sawo matang itu masih tampak tenang
dan sesekali meneguk minumannya. Tante Molly agak cemas
setelah jarum jam menunjuk ke pukul 23.30. Setengah jam
lagi waktu tengah malam akan tiba. Menurut dugaannya, gaib
itu akan datang setelah waktu tengah malam tiba. Sebab dulu
pengalaman yang dialami bersama Kumala Dewi juga begitu.
Untuk menenangkan kecemasan hatinya, Tante Molly
menyalakan sebatang rokok putih kegemarannya. Ia bahkan
mengambil sekaleng bir dingin yang sudah tersedia di dalam
kulkas kecil. Kulkas kecil itu termasuk bagian dari service
kamar-kamar suite yang ada di hotel tersebut.
Blaab...! Tiba-tiba lampu padam sendiri Tante Molly
terperanjat tegang. Untung masih ada nyala api lilin, maka
suasana dalam kamar itu menjadi remang-remang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"'Buron....!" ujar Tante Molly dari balkon. "Lampu di kamar


sebelah dan kamar-kamar lainnya nggak padam, kok lampu di
sini padam sih?"
"Tamu kita sudah datang, Tante. Cepat masuk! Tutup pintu
balkon!"
"Hahh...?!" Tante Molly melompat masuk dan menutup
pintu balkon yang terbuat dari kaca itu. la langsung naik ke
atas ranjang dengan perasaan takut.
Buron memperhatikan nyala api lilin. Masih tampak stabil.
Tapi indera keenam Buron mulai menangkap getaran energi
panas yang sedang mendekati balkon. Buron segera
menghadap ke arah datangnya energi panas itu. Kedua
kakinya agak merenggang, kedua tangannya bergerak pelan
dari samping ke depan. Urat-urat tangan tampak bertonjolan
dan bergetar. Wajahnya kaku tanpa senyum, dingin tanpa
perasaan.
Angin berhembus dari arah luar, masuk ke kamar dan
membuat rambut kucai Buron yang panjang sepundak itu
meriap-riap ke belakang. Makin lama hembusan angin terasa
semakin kencang. Buron seperti berdiri di tepi pantai. Padahal
tak ada lubang di dinding kamar tersebut. Pintu balkon
tertutup rapat, tanpa celah sedikit pun. Tapi anehnya, angin
itu bisa masuk ke kamar, sepertinya mampu menembus
dinding kaca atau pelapis apa pun.
Tante Molly sedikit gemetar. Jantungnya berdetak-detak
cepat Ia merasakan hawa panas mulai menguasai kamar
tersebut. Keringatnya mulai tersembul dari tiap pori-pori
kulitnya yang putih itu. Tak sepatah kata pun terucap dari
mulut Tante Molly yang terbengong melompong dengan
tegang itu.
Perempuan itu hanya berkata dalam hatinya, "Gila! Angin
apa itu, kok bisa menembus dinding kaca setebal itu? Aduuh...
makin lama makin panas udara di sini. Seperti di dalam open
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang baru diaktifkan. Dan... oh, kelihatannya Buron sedang


menahan suatu kekuatan yang ingin mendesak masuk kemari.
Apakah Buron mampu menahannya? Ya, ampun... tubuh
Buron sampai terdorong mundur pelan-pelan?!"
Kap lampu tidur terbang karena hempasan angin panas itu.
Brrak...! Kain gorden terhempas semua, menjatuhkan barang-
barang penghias bufet Prrang...! Brraak...! Angin semakin
kencang. Dinding kaca itu bergetar, seakan mau jebol.
Tante Molly menyeringai ngeri. Ia buru-buru turun dari
ranjang dan bersembunyi di samping ranjang dalam posisi
jongkok.
Duaarr...! Pintu kamar mandi terhempas kuat Suaranya
mengejutkan Tante Molly hingga terlonjak dari tempatnya. Tas
tangan Tante Molly yang diletakkan di atas meja nakas itu
terbang sendiri dan jatuh di atas cermin rias. Brrangg...!
Untung cermin itu tak sampai pecah. Blazer dan baju Buron
juga terbang ke arah pintu keluar. Asbak dan kaleng m inuman
ikut terlempar dan mempergaduh suasana di kamar itu.
Buron tampak mengerahkan tenaga gaibnya, menahan
kekuatan besar yang menyerangnya. Kedua tangan Buron
mulai tampak putih, seperti mengeluarkan busa salju. Kedua
kakinya semakin merenggang rendah untuk menjaga
keseimbangan badan. Tetapi dorongan yang datang dari angin
panas itu semakin kuat, sehingga Buron pun bergeser ke
belakang tanpa mengangkat telapak kakinya.
Gumpraaang...! Baskom berisi air terhempas kuat
menghantam tembok. Airnya tumpah ke mana-mana, lilinnya
padam dan suasana, menjadi gelap. Sementara itu, udara
terasa semakin lebih panas lagi, seakan mereka sedang
dikurung api yang mengelilingi kamar tersebut.
Jedaaarr...!
"Buuu.... Burooon...?!!" pekik Tante Molly dengan suara
sentakan kagetnya. Samar-samar dilihatnya Buron terhempas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan menabrak pintu keluar. Tapi secara remang-remang Tante


Molly melihat Buron segera bangkit lagi dan mengeluarkan
suara geram.
"Hhhhrrrrhhh...! Jahanam kamuuu...! Masuklah kalau
merasa mampu mengimbangiku! Heeeaaaahhh...!"
Kedua tangan Buron masih terulur ke depan seperti
menahan beban berat dari depannya. Kedua tangan itu
memercikkan cahaya kuning yang mirip arus listrik
berlompatan dari jari yang satu ke jari yang lainnya. Letupan-
letupan kecil terdengar bersamaan lompatan-lompatan cahaya
kuning berkelok-kelok.
"Paa... panaas...! Buron, aak... aku panas sekaliiii...."
Buron tak pedulikan suara Tante Moliy. Tiba-tiba kedua
tangannya memutar balik dan menyentak kembali ke depan.
Bersamaan dengan sentakan itu, keluar cahaya kuning
melebar menerangi seluruh ruangan dalam sekejap.
Wuuuus, wuuut...! Cralaaap...! Byaaaar...!
Buuuummmm... !
Hotel itu bagaikan diguncang gempa. Seluruh dinding dan
lantainya bergetar. Getaran yang paling kuat dan sangat jelas
dirasakan hanya terjadi di kamar itu. Perabot yang ada di
kamar itu sempat Berderak-derak karena guncangan tersebut.
Tante Molly sempat jatuh terjengkang ke belakang, dadanya
kejatuhan bantal, dan bantal itu sendiri segera ditimpa
pesawat telepon. Buuhk.!
"Ouh...! Untung nggak kenai mukaku?!" ujarnya dalam hati.
Getaran yang mengguncang perabot itu berhenti. Angin
panas pun mulai mereda. Tapi suasana masih gelap, dan
pandangan mata mereka masih belum bisa melihat dengan
jelas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tante...?!" seru Buron bernada mencemaskan perempuan


itu.
"Ak... aku di sini! It's okey, Buron...!"
Suara perempuan itu diketahui arahnya oleh Buron. Tetapi
pada saat itu juga, tampak seperti ada bayangan yang
menghampiri Tante Molly. Buron cepat ambil tindakan
sebelum bayangan itu melakukan sesuatu di tempat Tante
Molly berada. Buron mengarahkan dua jarinya dalam satu
sentakan lurus ke depan. Suuut...! Lalu seberkas cahaya
kuning me lesat dari jari itu, berbentuk seperti anak panah.
CIaap...! Tepat kenai bayangan yang sedang berkelebat.
Taaaarr...! Letusan kecil terjadi seperti perasan cabe rawit.
Letusan yang memercikkan bunga api sekejap itu disusul
dengan suara gaduh, seperti ada yang terhempas jatuh di atas
meja rias.
Gubraaak...!
"Buroooon...!" pekik Tante Molly dengan rasa takut yang
tinggi, sebab suara gaduh itu berada, dua langkah dari tempat
Buron lepaskan cahaya kuning lagi. Kali ini cahaya kuning itu
berbentuk panjang seperti tali, keluar dari ujung jarinya
membentur langit-langit kamar. Cahaya itu bergerak berputar-
putar sebentar, lalu menghantam neon bundar.
Teeeb...! Krilaap, byaar...! Lampu neon itu pun menyala
kembali. Suasana menjadi terang.
Tak ada angin, tak ada hawa panas selain s isanya, dan tak
ada bayangan yang membahayakan. Namun di cermin rias
tampak bekas hitam seperti sesuatu yang terbakar dan
menghangus di permukaan cermin. Bekas hitam itu berbentuk
seperti wajah orang yang hanya separoh bagian Wajah hitam
itu tak jelas detil rupanya. Buron terengah-engah. Sekujur
badannya bermandi keringat. T ante Molly pun bermandi peluh
hingga blusnya lengket dengan tubuh, la masih meringkuk di
pojokan dengan wajah tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

''Keadaan sudah aman, Tante...," kata Buron sambil


mendekat, mengulurkan tangannya dan membantu Tante
Molly untuk berdiri. Kedua kaki perempuan itu gemetar
sehingga Buron perlu memapahnya agar duduk di ranjang.
Saat pandangan mata Tante Moliy tertuju ke bekas hitam
yang membentuk separoh wajah orang di cermin itu, Buron
berkata dengan nada menggeram.
"Siapa pun teman Tante yang wajahnya menjadi hangus
sebelah, itulah orang yang menghendaki kehancuran Tante!"
"Begitukah...?!"
"Kita lihat saja besok. Pasti ada tamu yang datang mencari
Tante Molly dengan separoh wajah hitam."
"Bagaimana kalau dia nggak kemari, tapi mencariku ke
rumah?"
"Nggak mungkin." Buron menggelengkan kepala dengan
penuh keyakinan. "Orang itu pasti-akan datang kemari untuk
mengambil wajahnya ini!"
"Maksudmu...?!"
"Siapa pun nggak akan bisa menghapus wajah hitam yang
membekas di cermin ini. Hanya saya yang bisa
menghapusnya. Jika bekas hitam ini saya hapus, maka wajah
orang itu akan menjadi normal kembali. Selama wajah hitam
di cermin ini belum saya hapus, maka orang itu tetap akan
berwajah belang sebelah. Dan itu akan sangat memalukan
baginya. Operasi plastik di mana pun nggak akan bisa
pulihkan kehangusan wajahnya itu."
"Hebat sekali kamu rupanya?!" gumam Tante Molly sambil
menatap kagum pada Buron. Pemuda itu justru kikuk dan
malu, lalu buang muka, memandangi keadaan kamar yang
berantakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Agaknya utusan gaib tadi benar-benar marah, la gagal


membakar hotel ini, lalu menyerang Tante. Dia ingin
membunuh Tante."
"Mak... maksudmu bayangan yang berkelebat tadi?"
"Benar. Untung mata saya masih awas dan berhasil
menghantamnya lebih dulu."
"Ooh, jadi... jadi nyawaku tadi hampir saja melayang?"
"Kira-kira begitu," sambil Buron memungut kaleng Coca-
cola yang tumpah ke lantai. Masih ada sisanya Sedikit. Ia
meneguk sisanya itu.
"Kau telah menyelamatkan nyawaku, Buron. Aku sama
sekali nggak..."
"Sssstt...!" Tiba-tiba Buron memotong dengan
menempelkan telunjuknya di mulut. Tante Molly diam
seketika. Suasana jadi hening dan sunyi sekali.
"Ada apa...?!" bisik Tante Molly dengan nada tegang.
"Kumala sedang bicara denganku...."
"Kumala...?!" Tante Molly clingak-clinguk mencari Kumala
Dewi. Tapi ia tak menemukan siapa-siapa di sekitarnya. Ia
kurang jelas dengan maksud Buron, tak mengerti bahwa
Kumala saat itu mengirimkan suara gaibnya dari rumah dan
hanya bisa didengar oleh indera keenamnya Buron, Tante
Molly hanya bisa mendengar suara Buron yang dianggap
bicara sendiri seperti orang gila.
"Bagaimana keadaannya, Buron?"
"Sudah bisa kuatasi."
"Tante-Molly....?"
"Dia selamat. Hampir saja jadi sasaran kedua."
"Tertangkapkah pelakunya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Belum. Tapi... di cermin rias ada bekas wajah si pelaku.


Kurasa dia akan datang kemari, entah kapan. Tapi pasti
datang untuk mengambil wajahnya yang membekas hangus di
sini."
"Kalau begitu... jangan pulang dulu. Tunggu sampai besok
siang, mungkin orang itu datang. Desak dia agar mengaku
kekuatan siapa yang dipakainya...."
"Oke, oke...! Aku paham.... Ya, akan kubicarakan dengan
Tante Molly. Atau, kau mau bicara sendiri dengannya...? O,
iya.... Tapi kau bisa bicara lewat telepon dong. Teleponlah
kemari biar Tante mendengar kata-katamu sendiri...."
Tante Molly hanya memandangi Buron dengan dahi
berkerut. Setelah Kumala memutuskan hubungan jarak
jauhnya dengan Buron, pemuda itu menghempaskan napas
lega..
"Aku nggak dengar suara Kumala?"
"Tante nggak punya indera keenam. Hanya punya suami
keenam. Mana mungkiri bisa mendengar suara gaib Kumala?"
ledek Buron sambil membuka kulkas.
"Enak saja kamu kalau ngomong Siapa yang punya suami
keenam?!" Tante Molly bersungut-sungut sebentar. Ikut
mengambil minuman kaleng yang masih tersisa di dalam
kulkas."Apa kata Kumala tadi?"
"Saya disuruh tunggu sampai besok siang. Kumala
memperkirakan, besok siang tamu berwajah hitam sebelah itu
akan datang."
"Aku juga setuju begitu. Kalau nggak ada kamu, aku takut
menghadapi orang yang berwajah hitam sebelah itu. Hmmm.,.
sebaiknya kita pindah ke kamar yang lain saja, Buron."
"Jangan! Kita tetap di kamar ini sambil menjaga wajah itu.
Siapa tahu ada kekuatan lain yang mencoba mau ambil wajah
di cermin itu, kan bisa saya halangi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ooh, kalau begitu... kalau begitu akan kusuruh room-boy


merapikan kamar ini sebentar."
"Itu gagasan yang baik. Tapi yang lebih baik lagi adalah
menyuruh pelayan membawakan makanan dan minuman
untuk isi perut," sambil Buron cengar-cengir yang membuat
Tante Molly tersenyum geli sambil mengangkat telepon.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

5
Malam itu hujan turun dengan deras secara tiba-tiba.
Jakarta dan sekitarnya mengalami cuaca buruk. Cuaca seperti
itu mencurigakan hati paranormal di mana pun berada.
Menurut mereka, hujan itu bukan hujan biasa.
"Hujan aneh...," gumam Kumala Dewi sambil bergegas
meninggalkan ruang tengah untuk masuk ke kamar tidurnya.
Seorang tamu yang datang menemui Kumala pada malam
itu belum sempat pulang. Wajah tamu tersebut menjadi
cemberut karena jengkel dengan hujan yang turun secara
mendadak itu. Kecemasan terlihat melintas di wajah sang
tamu. Rasa takut terhadap hujan lebat disertai angin kencang
membuat sang tamu terpaksa menarik napas untuk
menenangkan hatinya sendiri.
"Sebaiknya kau tidur di sini saja. Jangan nekat pulang
dalam keadaan cuaca seperti ini," seru Kumala Dewi sebelum
masuk ke kamar untuk ganti pakaian tidur.
Sang tamu bingung menjawab, karena ia ragu-ragu
menerima saran Kumala Dewi itu, Sandhi, si sopir pribadi yang
punya ketampanan sedang-sedang saja itu mengambil alih
pelayanan. Setelah menutup pintu dan merapatkan gorden
jendela, Sandhi duduk di samping sang tamu. Ia bermaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menemani sang tamu selama Kumala ganti pakaian di


kamarnya.
Mereka berdua tak tahu bahwa di dalam kamar tersebut si
bidadari cantik itu bukan hanya ganti pakaian tidur, tapi juga
sempat berkomunikasi gaib jarak jauh dengan Buron. Gadis
cantik berkulit halus seperti kulit bayi itu merasa lega setelah,
mendengar kabar bahwa Buron berhasil mengatasi suasana
genting di hotelnya Tante Molly. Tetapi agaknya ia harus
melakukan tindakan lain lagi, karena tamu yang datang
kepadanya itu juga membawa masalah sendiri. Menurut
Kumala, masalah itu harus segera ditangani sebelum
membawa akibat yang lebih buruk lagi dari yang sudah
diceritakan sang tamu.
"Saran Kumala itu memang benar. Kamu nggak usah
pulang. Tidur di sini saja. Cuaca seperti ini hanya akan
membuatmu terjebak banjir di tengah jalan. Kamu akan repot
sendiri nantinya."
"Kasihan adikku, sendirian di rumah. Pasti dia sangat
ketakutan kalau aku nggak tidur di rumah."
"Adikmu aman-aman saja. Bukankah tadi Kumala telah
menyingkirkan bayangan hitam yang mengikutinya itu?"
"Tapi dia kan nggak tahu kalau bayangan hitam itu sudah
nggak ada. Dia pasti masih dibayang-bayangi rasa takut.
Pokoknya, bagaimanapun juga aku harus pulang, biar adikku
nggak ketakutan."
"Kalau begitu, coba kau bicarakan alasanmu itu kepada
Kumala."
Ketika Dewi Ular keluar kembali dari dalam kamarnya,
belum sempat sang tamu bicara atau Sandhi mengutarakan
maksud sang tamu, gadis cantik itu sudah lebih dulu berkata
dengan nada bijak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wajar kalau adikmu masih ketakutan. Setelah kupikir-pikir,


memang sebaiknya kau pulang saja, Swimpi, Adikmu butuh
penjelasan agar jiwanya nggak dicekam rasa takut terus-
terusan."
Tamu yang datang dengan masalah tersendiri itu ternyata
adalah Swimpi, mantan penari strip tease yang sudah kenal
baik dengan Kumala dan Sandhi, juga Buron, (Baca serial
Dewi Ular dalam episode: "DENDAM ROH EROTIS").
Adik Swimpi yang bernama Lucia itu datang ke Jakarta dari
daerah. Kedatangan Lucia ke Jakarta dalam rangka mengikuti
tes di sebuah perguruan tinggi. Tetapi Lucia justru terlibat
kasus misteri yang menegangkan. Ia merasa diikuti seseorang
yang selalu tak kelihatan jika ia berpaling ke belakang.
Tetapi pada suatu malam, Lucia merasa digerayangi Oleh
tangan nakal yang menyentuh bagian-bagian terlarang dari
tubuhnya. Lucia menjerit-jerit ketakutan. Tapi baik Lucia
sendiri maupun Swimpi yang datang menolongnya itu, tidak
melihat siapa-siapa di kamar tersebut. Mereka hanya melihat
bayangan hitam di dinding yang berjalan keluar meninggalkan
kamarnya, seperti orang takut kepergok.
Peristiwa aneh yang terjadi kemarin malam itu diadukan
kepada Dewi Ular. Kekuatan supranatural Dewi Ular segera
bekerja melacak misteri tersebut.
la menemukan getaran gaib yang sedang mengikuti Lucia.
Getaran gaib itu milik seorang lelaki berusia sekitar 33 tahun
yang menggunakan kekuatan ilmu hitam. Lelaki itu dapat
menyatu dalam bayangannya, sehingga apa yang disentuh
bayangannya bisa dirasakan oleh raganya.
Sekitar 30 menit lamanya tadi Kumala berhadapan dengan
bayangan tersebut Ia berhasil mengalahkan bayangan itu, dan
membuat si pemilik bayangan menjadi babak belur. Hampir
saja lelaki tersebut kehilangan nyawanya jika Kumala Dewi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak menarik mundur kekuatannya yang membuat si lelaki


seperti tergencet batu sangat besar di bagian dada.
"Siapa namamu?!" Kumala bertanya dengan nada tegas di
atam gaibnya.
"Nam... namaku.... Suroso."
"Apa maksudmu menggagahi Lucia?"
"Aku hanya bercanda dan...."
"Kalau kau tak mau menjawab, kujatuhkan batu yang lebih
besar lagi untuk menggencetmu terakhir kalinya!" ancam
Kumala. Suroso pun ketakutan.
"Jaa... jangan lakukan lagi. Aak... aku tak kuat melawan
ilmumu!"
"Apa maksudmu mengganggu Lucia?!" ulang Kumala
dengan suara menggertak.
"Aku... aku sedang menuntut ilmu 'Cakra Buana', Syaratnya
harus... harus mendapatkan darah kesucian dari tujuh
perawan. Ak... aku sudah mendapatkan lima perawan dan...
dan tinggal dua lagi. Aku... aku tahu gadis itu masih perawan,
maka aku berusaha untuk mendapatkan kesuciannya!"
"Siapa gurumu?!"
"Aku nggak punya guru. Aku...."
"Kalau begitu terima lah ajalmu sekarang juga...."
Di mata lelaki itu tampak tangan Kumala terangkat ke atas,
seperti mau menjatuhkan sesuatu ke tubuhnya yang terkapar.
Lelaki itu buru-buru mengangkat kedua tangannya dengan
ketakutan, la bergeser mundur, berusaha-untuk bangkit.
"Jaa... jangan! Jangan lakukan itu. Aak. aku akan jelaskan
semuanya...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bicaralah, siapa gurumu?!" sentak Dewi Ular dengan mata


memandang tajam.
"Guruku... guruku bernama Mbah Dupa..."
Sandhi dan Swimpi berkerut dahi. Mereka memang tidak
melihat ada orang lain di sekitar mereka bertiga, tapi mereka
mendengar suara percakapan seperti itu. Dewi Ular sendiri
hanya duduk bersandar sofa dengan mata terpejam dan mulut
terkatup rapat Tapi Sandhi dan Swimpi mendengar suara
Kumala bicara dengan seorang lelaki yang bernama Suroso
itu.
"Aak... aku mohon ampun... jangan bunuh aku...."
Sandhi dan Swimpi mendengar suara Suroso meratap
dengan nada ketakutan sekali. Suara tanpa wujud itu sangat
menegangkan dan membuat bulu kuduk Sandhi serta Swimpi
berdiri tegak Badan mereka sering bergidik merinding hingga
gigi gemerutuk bagai orang kedinginan.
"Sampaikan salamku kepada gurumu. Katakan padanya, 'Aji
Pancar Kusuma' kucabut supaya tak bisa kau gunakan lagi!"
"Jaa... jangaaan...!"
Weesss...! Kumala menggerakkan tangannya seperti
mencabut rumput di udara. Saat itu pula 'Aji Pancar Kusuma'
yang dapat membuat Suroso menyatu rasa dengan
bayangannya tak dapat digunakan lagi.
"Katakan pula pada gurumui aku.... Kumala Dewi, yang
mencabut 'Aji Pancar Kusuma'-mu! Kalau nggak terima, suruh
dia menemuiku!"
"Jangaaaaannn... oouuhk, huuk, huuk, huuk...."
Itulah suara terakhir yang didengar Sandhi dan Swimpi.
Suara lelaki menangis itu makin lama semakin kecil, kemudian
hilang tanpa bekas lagi. Kumala Dewi menghentikan
meditasinya, membuka mata dan menghembuskan napas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lega. Tubuhnya berkeringat karena melakukan perjalanan gaib


ternyata cukup menguras fisiknya. Sebab itulah, Kumala
masuk ke kamar dan ganti pakaian.
Swimpi memang harus pulang. Kumala memberi tugas
kepada Sandhi untuk mengantar Swimpi sampai rumah.
Padahal rumah Swimpi cukup jauh. Mau tak mau karena
Swimpi bawa mobil sendiri, Sandhi mengantarkannya dengan
menjadi sopir Swimpi dan rencananya ia akan bermalam
dirumah Swimpi.
Tapi pada saat mereka mau berangkat, Swimpi masih
menampakkan kecemasannya dengan berkata kepada Kumala
Dewi, "Bagaimana kalau ternyata Suroso, mengganggu kami
dengan cara lain?"
Kumala memandangi butiran air hujan yang turun dengan
deras itu. Ia menerawang, menerobos alam gaib dengan
kekuatan batinnya. Sandhi pun menjadi cemas dan bergumam
lirih sambil memandang Swimpi.
"Iya, ya...?! Kalau Suroso mengadu pada gurunya dan si
guru kirimkan serangan balas dendam kepada kita, lalu apa
yang harus kita lakukan nanti, ya?"
Swimpi makin menyeringai dicekam kecemasan dan rasa
takut yang membuat dadanya bergemuruh kuat.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

Perasaan takut itu juga masih menyelimuti hati T ante Molly.


Perempuan itu berpikir secara logika, bahwa dalam suatu
pertarungan, pihak yang kalah pasti akan mengajukan jagonya
yang lebih kuat dari sebelumnya. Tante Molly takut jika ia
akan diserang oleh kekuatan yang lebih dahsyat lagi dari yang
menyerangnya tadi.
"Sulit sekali bagiku untuk menghilangkan rasa takut ini,
Buron," ujar perempuan itu saat keluar dari kamar mandi. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baru selesai mandi untuk menghilangkan keringat


ketakutannya tadi. Sementara itu, Buron sedang menuang
kopi panas pesanannya ke dalam cangkir beling, ia sudah
membersihkan badan lebih dulu, sehingga badannya kelihatan
bersih dan segar. Tapi ia tetap belum mengenakan bajunya.
"Kalau Tante masih punya rasa takut, berarti Tante belum
percaya penuh dengan kemampuanku dong."
"Bukannya nggak percaya, tapi... aku takut kalau datang
lagi lawan yang lebih kuat dari yang tadi."
Buron mencicipi kopi panasnya. "Tante mau kopi?"
"Nggak. Aku bir saja. Bir yang baru mana tadi?"
"Saya masukkan dalam kulkas."
"Ooo...," Tante Molly bergegas mengambil sekaleng bir
putih. Setelah meneguknya sedikit, memasukkannya kembali
ke dalam kulkas biar lebih dingin lagi.
Sebatang rokok dinyalakan sambil Tante Molly naik ke
ranjang, duduk bersandar pada dinding sambil menggeser
asbak agar lebih dekat dengannya.
"Blusku basah oleh keringat yang tadi, Ron. Aku buka blus
nggak apa-apa, ya?"
"Nggak apa-apa. Cuek aja, Tante. Saya sendiri juga cuek
kok."
Perempuan cantik bertampang tomboy itu benar-benar
bersikap cuek. Tak peduli di depannya ada Buron, ia
melepaskan blusnya dan kini tinggal mengenakan kutang
berenda warna hitam.
"Kalau terjadi sesuatu yang sekiranya saya nggak mampu,
saya akan panggil rohnya Kumala biar ikut menanganinya.
Jadi Tante nggak perlu merasa takut lagi," ujar Buron sambil
ikut-ikutan menyalakan rokok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kumala nggak bakalan menyuruh saya menghadapi


persoalan seperti ini jika ia tahu kekuatan saya di bawah
kekuatan lawan. "
Tante Molly hanya menggumam pendek. Ia sibuk melepas
celana jeans-nya yang kotor akibat amukan gaib panas tadi.
Buron malu untuk meliriknya.. Ia berlagak mengalihkan
pandangan ke tempat lain.
Tante Molly buru-buru mengambil selimut dan
membentangkan di pangkuannya. Dengan begitu, Buron tak
dapat melihat secara bebas pahanya yang putih mulus dengan
kain penutup yang hanya secuil dan juga berwarna hitam,
seperti warna kutangnya itu.
"Dapatkah kau menghilang rasa takutku ini dengan
kekuatan gaibmu, Ron?" "
"Apakah itu perlu?" Buron ganti bertanya sambil berpaling
memandang wajah bernuansa Arab itu
"Kayaknya aku butuh penenang batin deh. Bukan sekedar
hati saja yang ketakutan, tapi jiwa dan batinku juga ikut
ketakutan. Maka, kalau kamu bisa mencabut rasa takutku atau
memberiku penenang batin, waah... itu enak sekali. Aku akan
merasa tenang kembali."
Mata Buron mulai nakal karena belahan dada Tante Molly
terlihat jelas, membusung dan tersembul putih mulus.
Menggoda iman. Tapi agaknya perempuan itu tak peduli
dengan kenakalan mata Buron, ia cenderung memperhatikan
tiap gerakan bibir Buron saat memberi penjelasan padanya.
"Saya bisa memberinya ketenangan batin, bisa
menyingkirkan rasa takut dalam jiwa Tante, tapi... cara
melakukannya mungkin nggak disukai T ante Molly,"
"Kok bisa gitu?" T ante Molly sedikit berkerut dahi.
"Karena saya harus menyatu dengan batin Tante. Dengan
menyarunya batin kita, saya bisa menyalurkan energi gaib
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang dapat membuat Tante menjadi tenang.Tenang sekali.


Bahkan ketenangan ini dapat dirasakan oleh Tante sampai
berhari-hari. Menghadapi bahaya apa pun, Tante tetap akan
tenang. Energi gaib ini juga dapat, memacu gairah bekerja
dan meningkatkan kecerdasan otak. Seolah-olah persoalan
apa pun dapat diselesa ikan dengan mudah. T ante akan punya
banyak ide untuk menghadapi persoalan apa pun."
"Benarkah begitu?"
"Ya. Dan satu hal lagi yang teristimewa dari energi gaib
penenang itu adalah... bikin orang awet muda."
"O, ya...?!" Tante Molly mulai tampak semangatnya. "Apa
benar bisa bikin awet muda?"
"Berani busuk mulut saya kalau saya bohong. Energi gaib
ini dimiliki-oleh... oleh orang-orang seperti saya, yang
membuat kami berusia panjang dan tahan bantingan!"
Sebenarnya Buron ingin mengatakan, ”Energi gaib ini
dimiliki oleh setiap jin seperti saya...." la merasa malu
mengaku dirinya jin di depan Tante Molly. Selain ma lu juga
takut membuat perempuan itu menjadi lebih ketakutan.
Karenanya, Buron menggantinya dengan istilah 'orang-orang
seperti saya' dalam penjelasan tersebut.
"Wah, senang sekali kalau bisa bikin awet muda. Aku
sangat berharap bisa mendapat energi gaib seperti itu. Selain
bisa tenang juga bisa bikin otak cerdas, kan?"
"Ya, memarig begitu. Hanya saja.... Tante Molly belum
tentu sanggup melakukannya, karena caranya agak unik, dan
.... dan mungkin juga memuakkan bagi Tante."
"Caranya bagaimana sih?"
Buron agak ragu. Ia cengar-cengir sambil sesekali melirik
ke dada Tante Molly, sesekali melempar pandangan ke arah
lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Caranya bagaimana, Ron?" desak Tante Molly.


"Saya takut Tante akan marah pada saya."
"Aah, kayak anak kecil aja! Mana mungkin aku marah pada
orang yang baru saja menyelamatkan nyawaku?" Tante Molly
tersenyum kecil.
Ia memadamkan rokoknya ke asbak. Duduknya lebih
mendekati Buron. Entah sengaja atau tidak, selimutnya
tersingkap sebagian, sehingga paha kirinya terbuka lebar. Ekor
mata Buron melirik ke paha itu, dan hatinya berdebar-debar.
"Katakan, caranya bagaimana? Aku ingin sekali
mendapatkan energi seperti itu, Ron!"
Dengan malu-malu -Buron menjawab, "Caranya...
menyatukan jiwa kita. Penyatuan jiwa hanya dapat dicapai
dengan menyatukan rasa. Penyatuan rasa itu terjadi pada
saat... pada saat dua pasang manusia melakukan cumbuan
mesra."
"Ooh...?!"
"Maaf, hmm... sebaiknya lupakan saja keterangan saya ini.
Anggap saja saya berbohong."
Rupanya perempuan itu tak menghiraukan kalimat Buron
yang terakhir. Ia memandangi Buron dengan tatapan mata
yang penuh kesan pribadi. Bahkan ketika Buron ingin
bergegas turun dari ranjang, Tante Molly buru-buru mencekal
tangan pemuda itu.
"Maksudmu energi gaib seperti itu dapat kau salurkan ke
dalam batin dan jiwaku pada saat kita sedang berkencan?"
"Hmmm, yaa.... Tapi, sudahlah. Lupakan saja. Saya jadi
nggak enak hati."
"Kenapa nggak enak hati?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya... saya nggak mau bikin Tante merasa muak dengan


penjelasan tadi."
"Aku nggak muak kok. Aku malah berharap kau berani
mengawalinya."
Mendengar kata-kata itu, hati Buron semakin bergemuruh.
Pandangan mata Tante Molly tampak mulai sayu. Senyum nya
juga terkesan penuh tantangan. Gairah yang sudah telanjur
berkobar kobar membuat Tante Molly tak ingat lagi bahwa
Buron bukan manusia biasa, melainkan jin yang menjelma
sebagai manusia. Tentu saja sebagai jin, Buron mempunyai
kegagahan asmara yang melebihi ukuran manusia biasa. Tapi
rupanya hal itu sangat disukai oleh Tante Molly.
Mata Tante Molly terpejam ketika Buron memberikan
kegagahan yang diharapkan perempuan itu. Maka terbanglah
mereka ke langit-langit asmara. Berlayarlah mereka ke lautan
kemesraan. Dan malam itu merupakan malam yang paling
indah bagi Tante Molly, karena sebelumnya ia sama sekali
belum pernah merasakan keindahan sebesar malam itu.
Kepuasan itu membekas hangat dalam jiwa Tante Molly.
Ketenangan pun mengalir kuat pada saat Buron
menyelesaikan tugasnya. Apa yang dikatakan Buron memang
benar, Tante Molly menjadi sangat tenang dan penuh
semangat dalam berpikir.
Semangat itu adalah semangat bekerja, semangat
memikirkan dunia bisnisnya, yang telah membuat Tante Molly
tak bisa tidur terlalu lama. Meskipun ia dan Buron akhirnya
baru bisa tidur pukul 6.30 pagi, tapi pukul 09.00 Tante Molly
sudah bangun lebih dulu. la bergegas ke kamar mandi, keluar
dari kamar mandi, ia harus mengangkat telepon karena
petugas resepsionis menghubunginya.
"Ada yang ingin bertemu dengan Tante. Apakah disuruh
menunggu atau disuruh naik ke atas?"
"Siapa yang ingin bertemu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pak Andi Rahman," jawab resepsionis itu.


"Andi Rahman...?! Hmm, mau apa dia mencariku, ya?"
"Beliau hanya bilang ada urusan bisnis yang perlu
dibicarakan secepatnya. Tante. Tapi ..."
"Tapi kenapa?" desak Tante Moily saat resepsionis wanita
itu agak ragu melanjutkan kata-katanya.
"Hmmm... nggak apa-apa, Tante. Beliau sekarang masih
menunggu keputusan di lobby."
"Tadi ada yang ingin kau katakan tapi nggak jadi. Katakan
sekarang!" tegas Tante Molly membuat resepsionis itu takut
kena marah.
"Anu... tapi saya merasa agak aneh melihat Pak Andi
Wajah... wajahnya hitam sebelah, Tante.!"
"Hahh...?!" Tante Molly terkejut, matanya membelalak lebar
dan mengarah pada Buron yang baru saja menggeliat bangun
karena terganggu suara percakapan itu.
"Kalau begitu... kalau begitu suruh dia tunggu dulu di
lobby, nanti akan kutelepon lagi, kapan ia boleh naik ke lantai
enam ini dan bertemu denganku."
"Baik, Tante...."
Karena pemuda berambut kucai yang telah memberikan
sebentuk kepuasan super dahsyat itu sudah menatapnya,
Tante Molly terpaksa menyampaikan informasi dari meja
resepsionis. Ia menyampaikannya dengan tenang.
"Andi Rahman, partner bisnisku di dunia wisata... sedang
menunggu di lobby. Dia ingin bertemu denganku, dan...
wajahnya hangus sebelah...."
"Ooh...?!" Buron cepat bangkit dengan wajah terperanjat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tamu yang kita tunggu ternyata sudah datang lebih awal


dari dugaan kita," ujar Tante Moily dengan senyum
kemenangan.
"Saya mau mandi dulu, ah...!" Buron turun dari ranjang
seperti bayi baru lahir, lalu masuk ke kamar mandi.
Andi Rahman adalah teman lama Tante Molly yang
sekarang bergerak di bidang perhotelan juga. Sungguh
kenyataan yang di luar dugaan, bahwa Andi Rahman ternyata
adalah orang yang ingin menghancurkan kesuksesan Tante
Molly dengan menggunakan bantuan kekuatan gaib
seseorang.
Tentu saja ia habis dicaci maki oleh Tante Molly yang
pernah menyuntikkan dana untuk membantu usaha Andi
Rahman.
Di depan Tante Molly dan Buron, lelaki berusia 60 tahun itu
mengaku bersalah dan memohon maaf sampai membungkuk-
bungkuk. Selain memohon maaf dan mengaku bersalah, Andi
Rahman juga menginginkan wajahnya kembali normal seperti
sediakala.
"Karena menurut,., menurut orang pintar yang
membantuku itu, wajahku bisa kembali bersih jika gaib yang
menahan wajahku itu dilepaskan."
"Siapa orang pintar yang kamu maksud itu?" tanya Buron
dengan kalem. Agaknya Andi Rahman keberatan memberi
jawaban nya. Buron pun berkata dengan lagak konyol, sambil
duduk di sofa, kedua kaki di-lonjorkan ke atas meja.
"Kuhitung tiga kali kalau kamu nggak mau sebutkan siapa
orang yang membantumu, maka kubuat wajahmu menjadi
hitam semua. Biar seperti topeng monyet!"
"Hmmrn, eeh... hmmm...."
'Dua...!" Buron mengawali hitungannya, langsung
menyebut hitungan kedua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tentu saja hal itu membuat Andi Rahman menjadi gugup


dan tak punya waktu untuk berpikir lagi. Maka ia pun langsung
menjawab dengan suara terbata-bata.
"Oorr... orrang... orang pintar yang membantuku itu
adalah... adalah.... Mbah Dupa."
"Mbah Dupa...?!" Buron dan Tante Molly menggumam
heran Secara bersamaan, tanpa dikomando siapa pun.
"Siapa Mbah Dupa itu?" tanya Tante Molly kepada Buron
Pemuda itu angkat bahu.
"Kita tanyakan saja kepada Kumala Dewi. Kumala pasti
tahu siapa Mbah Dupa itu!"
"Kumala Dewi...?!" gumam hati Andi Rahman, diam-diam
mencatat nama Kumala Dewi dalam ingatannya.
"Akan kuadukan kepada Mbah Dupa siapa orang di
belakang Molly ini sebenarnya!" geram hati Andi Rahman.
Rupanya ia punya rencana sendiri di balik kerendahan
sikapnya yang mengaku bersalah itu. Agaknya jin usil juga
punya kemampuan dapat menduga isi hati orang lain.
Sekalipun ia tidak bisa mendengar jelas apa kata hati orang,
atau tak mudah membaca pikiran orang, tapi berdasarkan
feeling sebagai jin, ia dapat mengerti apa yang akan dilakukan
seseorang terhadap dirinya.
"Kamu boleh bilang sama Mbah Dupa atau Mbah Kemenyan
atau Mbah apa lagi, terserah...: Aku adalah tangan kanannya
Kumala Dewi. Aku yang menghancurkan kekuatan iblismu,
dan menghanguskan wajahmu! Kalau orang andalanmu itu
mau menuntut balas, suruh dia menemuiku: Buron. Atau
menemui atasanku: Kumala Dewi,"
"La... lalu bagaimana dengan wajah saya ini?"
'Maaf, aku nggak bisa melepaskan gaib penjerat wajahmu.
Aku lupa mantranya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oooh, celakaaa...!" geram Andi Rahman dengan wajah


sedih yang sebentar-sebentar ditutupi dengan tangan kirinya.
Buron menyentakkan tangannya dari tempat duduknya,
dan cermin rias itu tiba-tiba pecah. Praaang...!
"Selain aku lupa mantranya, cermin itu sudah pecah.
Wajahmu yang separoh ada di sana juga ikut pecah, jadi...
Semakin sulit bagiku untuk mengembalikan wajahmu!"
Andi Rahman nyaris tak bisa berkata sepatah kata pun
karena rasa dongkol, marah, malu dan takut menjadi satu.
Tante Molly hanya geleng-geleng kepala sambil menggumam
dalam hatinya.
"Konyol betul si Buron ini. Tapi... kurasa itu memang lebih
baik daripada memulihkan wajah Andi Rahman seperti semula.
Biar orang tahu bahwa dia adalah manusia berwajah dua.
Sahabat sekaligus penjahat. Seperti itulah wajah seorang
pengkhianat jika digambarkan secara riel:"
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

6
Sial bagi akuntan muda Benito. Begitu ia pulang dari
Singapura, langsung mendapat kabar bahwa 'istri'-nya masuk
rumah sakit Beni langsung meluncur ke rumah sakit dengan
ketegangan semu.
"Kalau sampai Neni mati, aku akan kena getahnya.
Setidaknya ikut diperiksa oleh pihak kepolisian, dan pekerjaan
itu jelas menyita waktuku."
Pemikiran seperti itulah yang membuat Beni menjadi
tegang. Dalam perjalanan ke rumah sakit, ia sempat
menghubungi Kumala Dewi melalui handphone-nya.
"Aku sudah sampai di Jakarta."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Syukurlah. Bagaimana keadaanmu, baik?"


"Ya, aku baik-baik saja. Tapi aku dapat kabar buruk,"
"Kabar apa?" Kumala menanggapi dengan kalem.
"Neni masuk rumah sakit."
"Lho... kenapa?" Kumala sedikit kaget.
"Menurut pengakuannya kepada pelayanku... dia diperkosa
gandaruwo."
"Apa...?! Diperkosa gandaruwo?"
"Roh halus berwujud tinggi, besar, hitam dan
menyeramkan. Mungkin kau belum pernah melihatnya. Yang
jelas, menurut cerita nenekku dulu, gandaruwo adalah sosok
makhluk halus yang mengerikan! Ka lau kamu ketemu makhluk
seperti itu, kamu pasti pingsan sebelum ia menjamahmu."
"Mengerikan sekali?" gumam Kumala semakin tak
menampakkan jati dirinya. Padahal ia pernah bertarung
melawan raja iblis dan ia unggul dalam pertarungan itu, (Baca
serial Dewi Ular dalam episode; "MEMBURU PEREMPUAN
IBLIS").
"Setelah dari rumah sakit kita makan siang, ya?" ujar Beni,
masih saja meluangkan waktunya untuk Kumala. Gadis anak
Dewa Permana dan Dewi Nagadini itu tidak memberi komentar
terhadap tawaran Beni. Ia justru menanyakan tentang rumah
sakit yang dituju Beni.
"Neni dirawat di rumah sakit mana?"
"Di Rumah Sakit Panti Husada."
"Sudah berapa hari dirawat di s itu?"
"Baru tadi malam. Ah, mungkin karena dia brengsek jadi
kena batunya. Entah berapa kali dia kencan dengan lelaki lain
selama lima hari kutinggal pergi yang jelas sekarang dia
sedang terima ganjaran dari ulahrya sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lima hari Beni pergi ke Medan dan Singapura, lima hari


pula Neni didatangi Moyang, si gandaruwo menyeramkan itu.
Rupanya setelah lima kali Neni melayani gairah dari alam gaib
itu, ia terpaksa 'turun mesin'. Tak mampu lagi melakukan
pelayanannya karena beberapa onderdilnya rusak dan perlu
diserv ice ke rumah sakit.
Neni terkapar tak sadar diri di lantai dalam keadaan
digenangi darah. Pelayannya menemukan setelah mendobrak
pintu kamar itu karena mendengar suara jeritan Neni. Ketika si
pelayan masuk, gandaruwo itu telah selesa i menagih 'cicilan'
kelimanya. T inggal dua 'cicilan' lagi yang harus dilunasi Neni,
sebelum Moyang melakukan tugasnya: menghabisi nyawa
Kumala Dewi.
Saat petugas dari kepolisian datang bersama ke rumah
Neni karena mendapat telepon dari pelayannya, Neni
mengaku diperkosa oleh makhluk halus yang menurutnya
adalah gandaruwo. Maka laporan yang masuk ke telinga Beni
pun begitu.
Laporan itu mengherankan hati Kumala Dewi. Dengan rasa
penasaran, Kumala Dewi pun berusaha untuk menemui Neni
dan mengajukan beberapa pertanyaan. Sebab ketika ia
meneropong keadaan Neni, ia menemukan sesuatu yang
janggal dan mencurigakan.
Beni terkejut ketika melihat kedatangan Kumala Dewi di
rumah sakit itu. Padahal ia tidak memberitahukan ruang
perawatan untuk Neni, tapi Kumala bisa mendapatkannya.
Beni tidak tahu bahwa Kumala menggunakan radar gaibnya
untuk menemukan ruang tempat Neni. dirawat.
Dewi Ular sengaja, datang sendirian, la tak ingin Sandhi,
sopirnya, mengetahui banyak hal tentang sikap Beni
terhadapnya, la tak ingin menjadi bahan pergunjingan sopir
pribadinya atau Buron. Karenanya, selama ini Kumala tak
pernah bicara dengan mereka tentang sikap Beni yang
menurutnya lucu dan. rnengharukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kamu bisa sampai sini?!" ujar Beni saat


menyongsong langkah Kumala yang mendekati ranjang
tempat Neni berbaring.
"Kebetulan aku lewat dan melihatmu ada di sini."
"Tap... tapi kamu nggak perlu kemari, Kumala. Dia... dia
akan marah besar padamu! Dia tahu perasaanku padamu. Dia
cemburu sekali dan...."
"Tenanglah. Akan kuselesaikan dengan caraku sendiri," ujar
Kumala dengan kalem sambil melanjutkan langkahnya.
Neni berwajah pucat pasi, Ia kekurangan darah. Tenaganya
hampir hambis karena bertahan me layani Moyang. Ia. terkulai
lemas, tapi masih mampu memandang sayu kepada Kumala.
Pandangan matanya itu menyimpan kecurigaan dan rasa
heran yang tak terlontar lewat mulutnya. Ia terpaksa
membalas senyuman Kumala dengan kaku, karena Kumala
mengawali sapaannya dengan senyum ramah. Sementara itu,
Beni di belakang Kumala tampak salah tingkah dan gelisah
sekali.
"Hallo, Neni... mungkin kamu heran melihat kedatanganku
ini. Tapi aku merasa gejolak hatimu yang terbakar api
kecemburuan begitu besar. Mungkin api kecemburuan itu
kamu tujukan padaku.'"
"Kamu... siapa...?"
"Aku.... Kumala Dewi."
"Oooh...?!!" Neni terbelalak dan menjadi tegang. Wajah
yang sayu dan kaku itu menjadi beringas. Napasnya mulai
terengah-engah, seperti habis dikejar hantu.
Dewi Ular tetap tenang. Senyumnya memancarkan wibawa
dan kharisma yang membuat Beni tak berani ikut bicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku mencium bau amis yang datangnya bukan dari


manusia," ujar Kumala. "Aku juga melihat api penderitaan di
dalam jiwamu."
"Kaulah yang membuat nasibku jadi begini!" geram Neni
dengan mata sedikit mengecil, memancarkan kebencian yang
amat dalam.
Dewi Ular tak banyak bicara lagi. Tangan kanannya
diulurkan dalam posisi tengkurap. Telapak tangan itu tiba-tiba
memancarkan cahaya hijau bening yang menyebar.
Wuuuss,..! Sinar hijau itu membungkus tubuh Neni dalam tiga
hitungan. Beni semakin salah tingkah dan menjadi panik.
"Apa yang kau lakukan pada diriku, hah?!" sentak Neni
dengan suara serak. Ia mencoba bangkit dan mau menyerang
Kumala Dewi. Namun dari mulut Dewi Ular segera keluar kata-
kata yang mengandung kekuatan gaib. Suara itu membuat
hati Neni menjadi gemetar dan keganasannya susut seketika
itu juga.
"Tetap berbaring!"
Neni pun berbaring kembali dengan patuh.
"Aku mencoba mengobati dirimu, Neni. Kamu bukan sakit
saja, tapi juga terancam bahaya. Auroramu mulai buram. Itu
pertanda ada kekuatan gaib yang mengancam jiwamu!"
"Kau yang terancam bahaya, karena...." Neni tak jadi
melanjutkan ucapannya. Ia mendengar ucapan Beni yang
memandangnya lebih dekat dan memperhatikan bagian
kepalanya.
"Memar di keningmu... hilang?! Luka, goresan di pipimu
juga hilang, Neni?! Ooh... apa yang kau alami sebenarnya?!
Tadi lukamu itu masih ada dan masih basah?!"
"Ak... aku juga merasa... merasa nggak ada bagian rubuh
yang nyeri, perih atau sakit?! Ooh... aku punya tenaga lagi?!"
Neni terheran-heran. Akhirnya ia dan Beni mempunyai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesimpulan yang sama. Sinar hijau dari tangan Kumala itulah


yang melenyapkan segala rasa sakit dan luka di tubuh Neni.
"Si... siapa kau sebenarnya, Kumala?! Kenapa kau bisa
lakukan keajaiban seperti ini?!" ujar Beni dengan terheran-
heran.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)

Beni dan Neni sama-sama terbengong ketika Kumala Dewi


akhirnya menjelaskan siapa dirinya. Saat menjelaskan bahwa
dirinya adalah bidadari yang dibuang dari Kahyangan dan
sedang menjalani hukuman dari para dewa, pandangan mata
Kumala memancarkan kekuatan gaib yang membuat hati Neni
dan Beni terbuka lebar dan saraf kebijakannya dipengaruhi
oleh kekuatan gaib kedewaan itu, membuat mereka tak bisa
menyangkal sedikit pun pengakuan si Dewi Ular itu.
"Wajar kalau Beni tertarik padaku," sambung Kumala
kepada Neni. "... karena dia seorang lelaki normal, maka dia
mengagumiku dan terpikat padaku. Tapi keadaan seperti itu
nggak pernah kumanfaatkan untuk kepentinganku sendiri. Aku
nggak merasa bangga melihat Beni tertarik padaku. Justru aku
merasa prihatin atau kadang merasa lucu melihat tingkah
Beni. Terlepas dari itu, pada dasarnya rasa tertarik Beni
padaku menunjukkan bahwa dia memang seorang lelaki
normal, lelaki sejati, yang penuh oleh perasaan bersifat
manusiawi."
Neni memandang Beni, dan Beni sedikit menundukkan
kepala. Kumala menyambung kata-katanya lagi dengan nada
lembut, ramah dan suara yang merdu, enak didengar,
menenteramkan hati siapa pun yang mendengarnya. Getaran
gelombang suaranya itu juga mempunyai kekuatan gaib yang
berpengaruh pada jiwa manusia. Membuat jiwa yang gersang
menjadi damai serta penuh rasa persahabatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau aku mau, sudah kusikat, dari kemarin-kemarin hari


Beni dan kusekap di kamarku,. Tapi aku bukan gadis yang
gemar menyakiti hati sesama kaumku. Aku tahu Beni sudah
punya Neni, aku nggak ingin jadi kambing hitam jika terjadi
sesuatu dalam hubungan kalian. Oleh sebab itu aku selalu
jaga jarak dengan Beni Di sisi lain aku nggak ingin
mengecewakan Beni, di sisi satunya lagi aku juga nggak ingin
menghancurkan harapan Neni."
Dengan tatapan lebih tajam tetapi tetap berkesan lembut
dan penuh persahabatan, Kumala berkata kepada Neni.
"Aku nggak bakalan merebut Beni dari pelukanmu, karena
aku sudah punya kekasih sendiri. Sama gagahnya dengan
Beni, sama tampannya, tapi nggak sama profesinya. Bagiku,
kekasihku itu adalah pemuda yang paling baik di seluruh jagat
raya. Sama halnya dengan dirimu, bahwa Beni adalah pria
yany paling mengagumkan di seluruh dunia. Kurasa... sudah
bukan waktunya kamu menaruh kecemburuan padaku dan
merasa takut kurebut kekasihmu. Kita sama-sama punya
kekasih yang menjadi kebanggaan kita masing-masing,
bukan?"
Getaran gaib yang dikeluarkan Kumala melalui suaranya itu
juga membuat Beni menjadi sadar akan khayalannya. Ia
terlalu jauh berkhayal sehingga melupakan Neni. Sementara
itu, Neni sendiri juga menjadi sadar akan sikapnya yang
kurang meyakinkan Beni sehingga ia kurang mendapat
perhatian dari Beni. Getaran-getaran gaib itu membuat Beni
dan Neni sama-sama ingin menjalin hubungan mesra seperti
dulu lagi. Dan hati mereka saat itu memang berbunga-bunga,
lupa akan dendam dan kebencian, lupa akan iri dan
kecemburuan.
Tetapi manakala keceriaan mereka bertiga telah saling
membaur penuh damai, tiba-tiba wajah Neni menjadi murung
dan diliputi kecemasan. Kumala Dewi cepat menangkap
adanya keganjilan dalam hati Neni. Sebelum telanjur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendapat pertanyaari dari anak bidadari itu, Neni sudah lebih


dulu berkata dengan suara pelan.
"Kumala, maafkan aku. Ada sesualu yang masih
mengganjal di hatiku dan membuatku merasa takut."
"Kita tadi sudah sepakat untuk bersahabat, Neni. Jika ada
kesulitan apa pun pada diri kalian, katakanlah. Kita pecahkan
bersama problem apa pun yang ada pada diri kita masing-
masing. Kau tak perlu takut begitu, Neni."
"Tapi ini urusan pribadi wanita, Kumala. Aku nggak ingin
Beni mendengarnya."
"Oo, ya. Tentu saja Beni harus menyingkir dulu kalau ini
urusan pribadi wanita. Aku pun nggak ingin Beni rnengetahui
lebih banyak tentang rahasia pribadi wanita!"
"Sialan!" gerutu Beni sambil bersungut-sungut. Ia pun
keluar dari ruangan itu demi memberi kesempatan kepada
kedua wanita berwajah cantik itu.
Akhirnya Neni mengakui langkah sesatnya, la menceritakan
tentang kedatangan makhluk menyeramkan yang bernama
Moyang itu.
"Dan... aku harus melayaninya sampai tujuh kali...," Neni
menangis penuh penyesalan.
"Oke; Nen.. itu bisa kuatasi: Kamu nggak perlu merasa
takut. Sebentar lagi semuanya akan berakhir. Aku sudah
mendengar nama Mbah Dupa, dan aku memang sedang
berhadapan dengan kedua kasusnya: menyerang Lucia dan
Tante Molly. Informasi itu sudah masuk padaku."
"Lalu... bagaimana jika Moyang nanti malam mendatangiku
lagi, Kumala?"
"Aku akan ambil alih persoalan ini! Percayalah padaku,
nggak bakalan terulang lagi kengerian yang telah kau alami
lima kali itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun pihak rumah sakit merasa terheran-heran melihat


luka Neni telah sembuh secara misterius, tetapi Beni dan Neni
tak pedulikan keheranan tersebut. Mereka tetap pulang ke
rumah setelah menyelesaikan urusan administrasinya
"Moyang, gandaruwo itu...," kata Kumala. kepada Beni. "...
nanti ma lam akan datang lagi menemui Neni. Kuminta kau
jangan tidur bersamanya. Malam ini, biar aku yang tidur di
samping Neni!"
Beni menghela napas. "Terserah kamu saja. Yang penting
makhluk menjijikkan itu jangan sampai menyentuh Neni lagi!"
kata Beni dalam kepasrahannya.
Malam itu, langit berbintang cerah walau tanpa rembulan.
Tetapi mendekati pukul 24.00 tengah malam, tiba-tiba hujan
turun dengan deras. Hujan yang disertai angin kencang
menyerupai badai itu rnem-buat bulu kuduk Beni dan Neni
meremang merinding. Hati mereka berdebar-debar walau
mereka terpisah tempat. Beni di kamar lain, Neni di kamar
tidurnya.
"Kumala... aku takut," bisik Neni dengan keringat dingin
mulai mengucur.
"Tenang saja. Aku sedang memasang perangkap
untuknya."
"Hujan mendadak ini tanda-tanda kedatangannya."
"Aku tahu. Tapi... coba pinjam kalungmu!"
"Kalung...?! Untuk apa?"
"Berikan kalungmu itu sebentar!"
Neni memberikan kalungnya tanpa mengerti apa maksud
Kumala. Kalung berbandul batu hijau giok itu digenggam
Kumala selama sepuluh detik. Kumala memejamkan mata
sebentar. Kemudian, kalung itu diberikan kembali kepada
Neni.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pakailah kembali!"
Neni menurut. Tapi baru saja ia mengenakan kalung
tersebut, tiba-tiba lantai terasa bergetar. Getaran itu seperti
getaran dari langkah kaki besar yang mendekati kamar Neni.
"Cepat selimuti tubuhmu!" bisik Kumala, dan Neni pun
melakukannya. Ia berbaring dengan sekujur tubuh diselimuti.
Kumala Dewi melompat turun dari ranjang,masuk ke kamar
mandi yang ada di kamar itu juga. Lampu kamar mandi
dipadamkan. Pintu kamar mandi sedikit dibuka. Dari celah
pintu itu Kumala Dewi memandang ke arah ranjang, di mana
Neni berbaring dalam penerangan cahaya lampu remang
remang.
Beberapa saat kemudian, tampak olehnya dinding kamar
bergerak-gerak, seperti terbuat dari air. Dinding itu membuka
sendiri dan muncullah sesosok tubuh tinggi, besar, hitam,
berambut panjang, bermata lebar dan bertaring tajam.
Menyeramkan sekali.
Moyang mulai datang. Ia mendekati ranjang. Tangannya
yang berjari besar menyingkapkan selimut Neni dengan kasar.
Wuuurss...!
"Hahhh...?!!" Neni terbelalak, tak mampu berteriak.
Tubuhnya gemetar kuat ketika Moyang mulai meraih dan
memeluknya.
Tapi begitu Moyang memeluk tubuh Neni, tiba-tiba ia
tersentak bagaikan terbang menabrak langit-langit kamar.
Wess...! Brraaakk...!
"Aaaahhrrrr...!"
Neni cepat berguling ke. kiri. Jatuh ke lantai. Gedebuk...!
"Malaaa...!" pekiknya dengan suara serak. Kumala Dewi
keluar dari kamar mandi dengan kalem. Pada waktu itu,
Moyang terhempas jatuh ke ranjang, membuat kaki ranjang
patah semua. Braaakk...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Makhluk hitam itu mengerang, meraung-raung sambil


berguling-guling. Tubuhnya berasap dan bau daging terbakar
pun menyebar ke mana-mana.
"Huuuaaaakkkkrrr...! Huuuaaaak-kkrrrr...! Grrrraaaooow...!
Huaaakkrrrr..!"
Neni lari ke sudut. Kumala justru mendekati Moyang
dengan kalem. Makhluk itu bangkit berlutut dengan
terbungkuk-bungkuk. Dadanya masih mengepulkan asap dari
seperti plastik dalam proses terbakar.
"Moyang!" sentak Kumala Dewi. "Aku yang bernama
Kumala Dewi!"
"Haaaakkrr...! Toooolooonggrrr...!"
"Aku tak akan menolongmu, karena kau makhluk yang
bodoh. Kau telah diperalat oleh Mbah Dupa, dijadikan budak
yang paling hina. Padahal derajatmu lebih tinggi daripada
Mbah Dupa. Kau makhluk tak tersentuh tangan manusia, tapi
Mbah Dupa dapat disentuh oleh siapa pun!"
Moyang masih menggeliat kesakitan dengan wajah
menyeringai menyeramkan.
"Sedangkan aku adalah putri dari Kahyangan yang bernama
Dewi Ular! Ayahku Dewa Permana dan ibuku Dewi Nagadini!
Kau akan kuhanguskan karena telah menjadi budak si dukun
sesat itu!"
"Grrrrrr...!" Moyang mengencangkan jari-jarinya
membentuk cakar, seperti mau menyerang. Tapi Kumala Dewi
tetap tenang dan berkata penuh wibawa.
"Kalau kamu mau melawanku, sebenarnya aku tak perlu
susah payah turun tangan. . Aku kenal baik dengan guru para
gandaruwo, yaitu Damung Suralaya atau si Sang Juru Gaib!"
"Oooohkkkrr...?!!" Moyang tampak terkejut sambil
menahan rasa sakitnya. Wajah angker itu berubah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

takut setelah Kurnala menyebut nama Sang Juru Gaib, guru


para gandaruwo itu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"CINTA DARI AKHIR ZAMAN").
"Kuadukan pada gurumu, kau bisa dijadikan debu dalam
sekejap!"
"Hhaakkkr, haaakrr, haammpuuun...! Haakkr... puuunn...!"
Moyang bersujud menyembah-nyembah. Tubuhnya masih
diliputi asap seperti plastik terbakar. Ia memohon ampun
kepada Dewi Ular sambil mengerang kesakitan.
"Haaaampuuuunn... oookkrr..."
"Kau kuampuni, asal kau berjanji tidak akan mengganggu
Neni lagi!"
"Baaa... baiikrr...! Baaiikkrr, Dewi Ulaarr...!
"Jika kau melanggar janji, Sang Juru Gaib yang akan
kuperintahkan menghancurkan jazadmu!"
"Baa.... Baiiikkrr...! Aakku... haaaku berjanjiii...!" sambil
Moyang membungkuk-bungkuk penuh hormat.
Claap...! Kumala Dewi melepaskan sinar hijau bening dari
telapak tangannya Sinar itu menyelimuti tubuh besar Moyang
sesaat, kemudian lenyap tanpa bekas. Blaab...! Moyang masih
ada, tapi sudah tak terbakar lagi.
"Pergilah...! Dan jangan datang lagi kemari!"
"Baaaik..... Nyai Dewi...."
Blaaass,..! Moyang pun pergi dengan cepat, menembus
dinding yang berubah seperti air itu. Hujan pun berhenti
secara mendadak. Angin berhembus dalam damai. Neni
memeluk Kumala dengan tangis keharuan, karena ia selamat
dari ancaman maut Moyang. Jika tak ada Kumala, Neni tak
tahu seperti apa nasib yang akan dialaminya pada malam itu.
Yang jelas, pasti lebih menyakitkan lagi dari siksaan mesra
sebelumnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemesraan Neni dan Benito menjadi hangat kembali


setelah kasus itu terselesaikan. Hotel Tante Molly pun tidak
terancam kebakaran gaib lagi, Lucia, adik Swimpi, tak pernah
dihantui bayangan Suroso yang jalang itu.
Tetapi sejak perginya Moyang dari rumah Neni, berita
buruk pun terdengar sampai di telinga Kumala. Berita baru
yang dibawa dari mulut ke mulut itu menyebutkan, bahwa
Mbah Dupa, dukun ilmu hitam itu, tewas dalam keadaan
mengerikan. Tubuhnya robek menjadi dua bagian dari kepala
sampai bawah, seperti kain yang dirobek jadi dua bagian.
"Siapa yang membunuh Mbah Dupa menurutmu, Kumala?"
tanya Sandhi saat membawa Kumala pulang dari kantornya.
"Siapa lagi kalau bukan si Moyang. Dalam penglihatan
gaibku, aku melihat Moyang marah besar kepada Mbah Dupa,
dan mencengkeram Pak Tua itu dengan kedua tangan lalu
merobeknya tanpa ampun lagi!"
"Hiiih...! Menyeramkan sekali?! Kenapa Moyang marah
kepada Mbah Dupa?" tanya Sandhi yang akhirnya mengetahui
kasus Beni dan Neni setelah persoalan itu dianggap selesai.
"Itu urusan mereka. Yang jelas, Mbah Dupa telah
menerima upahnya sendiri selama menjadi dukun ilmu hitam!"
jawab Kumala Dewi sambil mendorong sandaran jok ke
belakang, lalu ia merebah dan memejamkan mata. Tidur
dalam perjalanan pulang. Itu sudah biasa dilakukan oleh si
bidadari cantik jelita: Dewi Ular.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai