DISUSUN OLEH:
TRI YANA (I4B017007)
SOFI MULYADEWI (I4B017045)
AYU FEBRIANI (I4B017018)
FAUZI SEPTIAN (I4B017035)
SITI KHIKBAYANI (I4B017008)
SENNA MAWADATUL F. (I4B017058)
RISKA TRI ISMUWARDANI (I4B017019)
NISWATUN (I4B017043)
DONI FITRI FIRDAUS (I4B017047)
SEMESTER II
STASE KEPERAWATAN JIWA
A. Latar Belakang
Pasien dengan masalah gangguan jiwa pada saat sekarang sangatlah besar. Sekitar 80%
masyarakat Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat yang ringan sampai yang
serius. Banyak sekali penyebab terjadinya gangguan jiwa antara lain adalah faktor ekonomi,
sosial masyarakat, kjepercayaan, masalah keluarga, dan perceraian. Disebutkan pula bahwa
penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya
dan orang lain, mengganggu ketertiban keamanan umum wajib mendapatkan pengobatan
dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sesorang dengan gangguan jiwa umumnya berhadapan dengan stigma, diskriminasi,
dan marginalisas. Berbagai istilah banyak ditemukan di masyarakat dan digunkan dalam
pemberitahuan media massa. Misalnya orang gila, sakit gila, sakit jiwa, semua ini bukan
istilah psikiatri dan sebaiknya dibiasakan untuk tidak menggunakannya. Stigmatisasi
gangguan jiwa sebenarnya merugikan masyarakat sendiri.karena mereka menjadi cenderung
menghindar daris egala sesuatu yang berurusan dengan gangguan jiwa. Seakan-akan mereka
yang terganggu jiwanya tergolong kelompok manusia lain yang lebih rendah martabatnya.
Yang dapat dijadikan bahan olok-olokan. Hal tersebut akan menghambat seseorang untuk m
menerima atay mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan mental. Akibatnya
pertolongan atau terapi yang mungkin dapat dilakukan secara dini menjadi terlambat/ kita
lupa atau tidak ingin menerima kenyataan sebenarnya bahwa semua orang dapat mengalami
gangguan jiwa dalam berbagai taraf, misal keadaan depresi akibay setress berkepanjangan
sampai pada kekacauan pikiran.
Stigma menyebabkan mereka tidak mencari pengobatan yang sangat mereka butuhkan,
atau mereka akan mendapatkan pelayanan yang bermutu rendah. Bahkan, sebagian diantara
mereka dipasung dengan kondisi-kondisi yang sangat memprihatinkan seperti dipasung
dengan kayu., dirantai, dikandang, atau diasingkan ditengah hutan jauh dari masyarakat.
Dengan alasan karena mengganggu orang lain, membahayakan dirinya sendiri, jauh dari
akses pelayanan kesehatan, tidak mempunyai biaya serta ketidakpahaman tentang gangguan
jiwa (Kementrian Kesehatan, 2010). Dampak dari stigma, perlakuan salah, diskriminasi dan
pelayanan yang minimal membuat penyakit jiwa menjadi berkembang kronis dan sulit
sebuh. Penderita hadi tidak produktif sama sekali (Keliat, 2006).
B. Tujuan
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga mampu memhami dan
memperlakukan penderita gangguan jiwa sesuai haknya (pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau)
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
: keluarga pasien
: pasien
: penyuluh
: fasilitator
: Observer
: moderator
: pembimbing
: notulen
F. Materi (terlampir)
G. Pengorganisasian
1. Moderator: Doni Fitri F.
Uraian tugas:
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
c. Menjelaskan tujuan dan topik
d. Menjelaskan kontrak waktu
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Memimpin jalannya diskusi
h. Menutup acara
2. Observer: Fauzi septian
Uraian tugas:
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mengamati perilaku verbal dan non verbal eserta selama kegiatan penyuluhan
berlangsung
c. Menyampaian evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan
rencana penyuluhan
d. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil penyuluhan
3. Fasilitator: Sofi, Yana, Riska, Niswatun, dan Siti Khibayani
Uraian tugas:
a. Memotivasi pasienagar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
4. Notulen: Ayu Febriani
Uraian tugas:
a. Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
H. Kegiatan penyuluhan
No. Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1. Persiapan Persiapan: Ruangan, alat, pasien,
(5 menit) 1. Menyiapkan alat-alat dan keluarga siap
2. Menyiapkan asien pasien dan keluarga
2. Pembukaan 1. Moderator memberi salam - Menjawab salam
(5 menit) 2. Moderator memperkenalkan anggota penyuluhan - Mendengarkan
3. Moderator memperkenalkan pembimbing klinik - Mendengarkan
dan/atau pembimbing klinik
4. Moderator menjelaskan tentang topik penyuluhan - Mendengarkan
5. Moderator menjelaskan dan membuat kontrak
waktu, tujuan, dan tata tertib penyuluhan - Menyimak penyuluh
3. Pelaksanaan 1. Penyampaian garis besar materi tentang - Mendengarkan
(30 menit) penanganan stima pada pasien gangguan jiwa, dengan penuh
meliputi: perhatian
a. Pengertian stigma
b. Hak pasien gangguan jiwa
c. Dampak stigma pasien gangguan jiwa
d. Penanganan stima gangguan jiwa di keluarga
e. pencegahan
2. Memberikan kesempatan peserta untu bertanya - Mengajukan
pertanyaan
3. Menjawab pertanyaan - Mendengarkan
4. Evaluasi (5 Penutup:
menit) 1. Menyimpulkan bersama peserta penyuluhan - Mengemukakan
pendapat
2. Memberikan reinforcememnt (+) - Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menutup dengan salam - Menjawab salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. SAP sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Alat sudah dipersiapkan 5 menit sebelum penyuluhan dimulai
2. Evalusi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
3. Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% pasien mampu:
a. Menjelaskan Pengertian stigma
b. Menyebutkan hak pasien gangguan jiwa
c. Menyebutkan dampak stigma pasien gangguan jiwa
d. Mengetahui penanganan stima gangguan jiwa di keluarga
e. Mengetahui pencegahan
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian stigma
Stigma adalah menurut Hawari (2001) dalam kaitannya pada penderita skizofrenia
merupakan sikap keluarga dan masyarakat yang mengganggap bahwa bila salah seorang
anggota keluarga menderita skizofrenia, hal ini merupakan aib bagi keluarga. Selama
bertahun-tahun, banyak bentuk diskriminasi secara bertahap turun temurun dalam
masyarakat kita. Penyakit mental masih menghasilkan kesalahpahaman, prasangka,
kebingungan, dan ketakutan. Masyarakat masih menganggap bahwa gangguan jiwa
merupakan aib bagi penderitanya maupun keluarganya. Selain dari itu, gangguan jiwa juga
dianggap penyakit yang disebabkan oeh hal-hal supranatural oleh sebagian masyarakat.
Pandangan masyarakat terhadap gangguan jiwa lainnya adalah bahwa orang yang
mengalami gangguan jiwa cenderung berbahaya bagi masyarakat sekitar. Mereka seing
melakukan tindakan kekerasan terhadap lingkungan sekitar yang dapat merepotkan ataupun
membahayakan bagi masyarakat. Oleh karena itu, tidakjarang mereka dipasung atau diikat
supaya tidak membahayakan masyarakat sekitar.
5. Pencegahan
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE), kurasi (penyembuhan) dan rehabilitasi yang lebih
baik, memanfaatkan sumber dana dari JPS-BK; penciptaan Therpeutic Community
(lingkungan yang mendukung proses penyembuhan).
Fungsi keluarga menurut Friedman (2012) adalah:
a. Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,
memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di
masyarakat
e. Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Fridman, M. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori, dan praktik. Jakarta: EGC.
Hawari, D. (2001). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Gaya Baru.
Kemenkes. (2010). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI.