Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesarbagi wanita dan moment yang
sangat membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua
menganggap seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami kesedihan dan
kemurungan setelah melahirkan. Banyak orang menganggap bahwa kehamilan
adalah kodrat yang harus dilalui dan peristiwa ilmiah yang wajar, tapi bagi wanita
yang mengalami hal tersebut dapat mengakibatkan ibu mengalami perasaan sedih
dan takut, sehingga mempengaruhi emosional dan sensitifitas ibu pasca
melahirkan bahkan sampai terjadi depresi (Daeli, 2012).
Postpartum blues (PPB) sudah dikenal sejak lama yaitu ibu yang
mengalami kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, hal ini disebabkan
oleh perubahan hormon dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan, dan juga
perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya setelah melahirkan, sudah dikenal
sejak 460 tahun sebelum Masehi, oleh Hippocrates PPB atau sering juga disebut
martenity blues atau baby blues. Ini ditandai seperti gejala cemas tanpa sebab,
menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, mudah tersinggu, merasa
kurang menyanyangi bayinya (Marmi, 2012).
Angka kejadian postpartum blues diluar negeri cukup tinggi mencapai 26-
85%, secara global diperkirakan 20% wanita melahirkan menderita. Sementara itu
pada tahun 2009 di Indonesia saat ini terdapat hampir 80% ibu mengalaminya
pasca bersalin dan 75% diantaranya terjadi pada ibu primigravida (Rahmi, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari postpartum blues?
2. Apa saja penyebab dari postpartum blues?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari postpartum blues?
4. Bagaimana patofisiologi dari postpartum blues?
5. Bagaimana penatalaksaan dari postpartum blues?
6. Bagaimana pencegahan dari postpartum blues?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari postpartum blues.
b. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues.
c. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari postpartum blues.
d. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari postpartum blues.
e. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaan dari postpartum blues.
f. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari postpartum blues.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Postpartum Blues adalah perasaan sedih dan depresi segera setelah


persalinan, dengan gejala dimulai dua atau tiga hari pasca persalinan dan
biasanyahilang dalam waktu satu atau dua minggu (Gennaro, dalam Bobak dkk.,
2004).
Postpartum blues adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara
yang dialami oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena perubahan tingkat
hormon, tanggung jawab baru akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap
bayi. Keadaan ini biasanya muncul antara hari ke-tiga hingga ke-sepuluh pasca
persalinan, seringkali setelah pasien keluar dari rumah sakit. Apabila gejala ini
berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat menjadi tanda terjadinya gangguan
depresi yang lebih berat, ataupun psikosis postpartum dan tidak boleh diabaikan
(Novak dan Broom, 2009).
Postpartum Blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun
1875 telah menulis refrensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan
disforia ringan pasca-salin yang disebut “ milk fever “ karena gejala disforia
tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, postpartum blues atau
sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada
hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua
minggu pasca persalinan. Postpartum blues merupakan kesedihan atau
kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu sekitar
dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.
“Blues” adalah gangguan afek yang dialami oleh sekitar 50 persen
perempuan dalam minggu pertama setelah melahirkan. Meskipun berbagai gejala
telah diuraikan, gejala inti meliputi insomnia, menangis, depresi, ansietas, tidak
dapat berkonsentrasi baik, mudah marah, dan afek labil. Perempuan ini secara

3
transien dapat menangis selama beberapa jam dan kemudian pulih sempurna,
hanya untuk menangis lagi di keesikan harinya. Untungnya, gejala bersifat ringan
dan biasanya hanya berlangsung antara beberapa jam sampai beberapa hari.

B. Penyebab

Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak factor yang
diduga berperan dalam penyebab postpartum blues, diantaranya :
1. Faktor hormonal
Berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan
estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh
pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan
mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi
Yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti :
Tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan
dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah
suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman
memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah
tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu
menjalani masa kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang
tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya
dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si
sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues tidak
berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi.
Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang

4
tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata
lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi postpartum jika
mereka tertekan secara social dan emosional serta baru saja mengalami
peristiwa kehidupan yang menekan. Ada juga pendapat bahwa kemunculan
dari postpartum blues ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar
individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985)
menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi
perkembangan anak dikemudian hari.

C. Manifestasi klinis
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap
seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah
melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba
menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau
bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa
terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal
yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit
membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang
baru saja di lahirkan, insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul
setelahpersalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara
beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa
minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

D. Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bias menimbulkan terjadinya
baby blues ini atau biasa dikenal dengan postpartum blues. Riwayat seperti
kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua,
kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatian yang di berikan pada si
ibu dan faktor dari etiologi serta faktor psikologis lainnya merupakan
penyebab utama.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi

5
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian
depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami
perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam
respons psikologisnya, sensitive dan lebih mem-butuhkan perhatian, kasih sayang
dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada
postpartum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang
mendalam pada diri ibu, tak jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab
yang pasti. Khawatir pada bayi nya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

E. Pencegahan Postpartum blues


Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, bisa
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi
yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu. Hampir semua wanita,
setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan
takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca
melahirkan. Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk
menghindari postpartum blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha
melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti
faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternatif untuk
menghindari postpartum blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada
dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko
lainnya dan membantu melakukan pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko
postpartum blues yaitu :
1) Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda
sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera
mendapatkan bantuan secepatnya.
2) Tidur dan makan yang cukup

6
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum
dan kehamilan.
3) Olah raga
Olah raga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa
lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4) Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah
atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara
sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah
menyembuhkan postpartum yang diderita.
5) Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah
dan merasa tidaknyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan
atau orang terdekat.
6) Dukungan keluarga dan orang lain
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa
saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa
mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7) Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8) Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman
traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9) Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum

7
stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah.
Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu
rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
10) Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka
bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa
lebih baik setelahnya.
11) Dukungan kelompok postpartum blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya
kelompok Postpartum blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa
sendirian menghadapi persoalan ini.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini belum ada obat test khusus yang dapat mengdiagnosa
secara langsung post partum blues. Beberapa syntom yang tampak dapat
disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria
dan gejala yang ada. Kekurangan hormone thyroid yang ditemukan pada individu
yang mengalami kelelahan luar biasa ( fatique ) ditemukan juga pada ibu yang
mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat
rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan
pelayanan acuan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
digunakan beberapa kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh Postnatal
Depression Scale ( EPDS ) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang
dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah, serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post partum
blues. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki
4 pilihan jawaban yang mempunyai skor dan harus di pilih satu sesuai dengan
gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab

8
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai
scoring lebih besar 12 memiliki sensitifitas 86 % dan nilai prediksi positif 73 %
untuk mendiagnosis pos partum blues. EPDS dapat di pergunakan pada minggu
pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisian 2
minggu kemudian.

G. Penatalaksanaan
Postpartum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali ter -abaikan
dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’ sendiri dalam
beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah
namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi.
Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk
minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau
tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri
sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka
cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang
mengalami postpartum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para
ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya
yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan atau istirahat, dan seringkali
akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari
teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali
kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan,
disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila
memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari
seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para
wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera
memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang

9
memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan atau perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau
adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit
yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Postpartum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan,
ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal
mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap
fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu
yang mengalami postpartum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh atau
holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan - bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan - harapan mereka
mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,
keluarga dan juga teman dekatnya.

10
Pathway

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ( Data Fokus )

Pengkajian pada pasien postpartum blues menurut Bobak( 2004 ) dapat


dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya
meliputi :
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi :nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.
2. Dampak pengalaman melahirkan
Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana
tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam
persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ;induksi, anestesi
epidural, kelahiran sesar), orang tua bias merasa kecewa karena tidak bias
mencapai yang telah di rencanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi
mereka untuk menjadi orang tua.
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas
dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua.
Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
4. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi
perilaku adaptif dan perilaku maladatif.
5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidak berdayaannya. Orang tua

12
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayi nya dan karena tugas - tugas yang di selesaikan untuk dan
bersama anak nya, saat mereka memahami yang di katakana bayinya melalui
ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan
bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasakan
tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptive terlihat ketika respon orang tua
tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung
akan dapat diperlakukan kasar.
6. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien postpartum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bias terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumahsakit.

Pengkajian dasar data klien menurut Marlynn E. Doeges ( 2001 ) adalah :


a. Aktivitas / istirahat insomnia mungkin teramati
b. Sirkulasi : episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
c. Integritas Ego : peka rangsang, takut / menangis (sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah kelahiran)
d. Eliminasi : dieresis di antara hari ke-2 dan ke-5
e. Makanan / cairan : kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan di hari-hari
ke-3
f. Nyeri / ketidaknyamanan : nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi di
antara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum
g. Seksualitas : uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam pertama setelah
kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhea lubra berlanjut
sampai hari ke-2 dan ke-3 berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran
tergantung pada posisi ( misalnya recumben versus ambulisi berdiri) dan
aktivitas ( misalnya menyusui).

13
h. Payudara : produksi kolestrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur
biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.

B. Analisa Data
no Data fokus etiologi masalah
1 Adanya keluhan nyeri Pospartum blues Gangguan pola
pada kepala tidur
Perubahan psikologis

Sensitivitas

Perubahan emosi

Menangis

Gangguan pola tdur


2 Merasa terlalu sensitif Pospartum blues ansietas
dan cemas berlebihan
Perubahan psikologi

Penambahan keluarga baru

Kebutuhan bertambah

Penambahan pola peran

ansietas
3 Tidak mampu Pospartum blues Kurang
berkonsentrasi dan pengetahuan
sangat sulit membuat Perubahan psikologi
keputusan
Penambahan keluarga baru

14
Kebutuhan bertambah

Penambahan pola peran

Kurang pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan
a. . Ansietas b.d perubahan psikologi
b. Gangguan Pola Tidur b.d sensitivitas
c. Kurang Pengetahuan b.d informasi disekitar

D. Perencanaan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


o Hasil
1. Ansietas NOC : NIC :
Definisi :  Anxiety control Anxiety Reduction
Perasaan gelisah yang  Coping (penurunan
tak jelas dari  Impulse control kecemasan)
ketidaknyamanan atau Kriteria Hasil : - Gunakan
ketakutan yang disertai  Klien mampu pendekatan
respon autonom (sumner mengidentifikasi yang
tidak spesifik atau tidak dan menenangkan
diketahui oleh individu); mengungkapkan - Nyatakan
perasaan keprihatinan gejala cemas dengan jelas
disebabkan dari  Mengidentifikasi, harapan
antisipasi terhadap mengungkapkan terhadap
bahaya. Sinyal ini dan menunjukkan pelaku pasien
merupakan peringatan tehnik untuk - Jelaskan semua
adanya ancaman yang mengontol cemas prosedur dan
akan datang dan  Vital sign dalam apa yang
memungkinkan individu batas normal dirasakan
untuk mengambil  Postur tubuh, selama
langkah untuk ekspresi wajah, prosedur
menyetujui terhadap bahasa tubuh dan - Pahami
tindakan tingkat aktivitas prespektif
Ditandai dengan menunjukkan pasien terhdap
 Gelisah berkurangnya situasi stres

15
 Insomnia kecemasan - Temani pasien
 Resah untuk
 Ketakutan memberikan
 Sedih keamanan dan
 Fokus pada diri mengurangi
 Kekhawatiran takut
- Berikan
 Cemas
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
- Dorong
keluarga untuk
menemani
anak
- Lakukan back /
neck rub
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien
untuk
mengungkapka
n perasaan,
ketakutan,
persepsi
- Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
- Barikan obat

16
untuk
mengurangi
kecemasan

2. Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level Enhancement
kecemasan, agen  Pain Level - Determinasi
biokimia, suhu tubuh,  Rest : Extent and efek-efek
pola aktivitas, depresi, Pattern medikasi
kelelahan, takut,  Sleep : Extent and terhadap pola
kesendirian. Pattern tidur
- Lingkungan : Gangguan pola tidur - Jelaskan
kelembaban, pasien teratasi dengan pentingnya
kurangnya kriteria hasil: tidur yang
privacy/kontrol tidur,  Jumlah jam tidur adekuat
pencahayaan, dalam batas normal - Fasilitasi
medikasi (depresan,  Pola tidur,kualitas untuk
stimulan),kebisingan. dalam batas normal mempertahan
 Perasaan fresh sesudah kan aktivitas
tidur/istirahat sebelum tidur
 Mampu (membaca)
mengidentifikasi hal- - Ciptakan
hal yang lingkungan
meningkatkan tidur yang nyaman
- Kolaborasi
pemberian
obat tidur

3. Kurang pengetahuan NOC NIC


(keluarga) tentang Pengetahuan: Pengajaran:
perawatan bayi dan perawatan bayi Perawatan Bayi
pemulihan diri Indikator: Aktivitas:
berhungan dengan  Mendeskripsikan - Demonstarikan
kurang terpaparnya karakteristik bayi dan jelaskan
keluarga terhadap normal tentang
informasi yang adekuat  Mendeskripsikan perawatan bayi
perkembangan bayi kepada orang
normal tua dan
 Mendeskripsikan keluarga
posisi bayi yang - Berikan
tepat panduan

17
 Mendeskripsikan tentang
isapan ASI bayi yang perkembangan
nutritive dan yang selama 1 tahun
tidak kehidupan
 Mendeskripsikan - Berikan
teknik menyusui bayi informasi
 Mendeskripsikan tentang
cara memandikan penambahan
bayi makanan cairan
 Mendeskripsikan selama 1 tahun
perawatan tali pusat pertama
 Mendeskripsikan - Berikan
pola tidur-bangun informasi
bayi tentang
 Mendeskripsikan perkembangan
komunikasi dengan gigi dan higien
bayi oral selama 1
 Mendeskripsikan tahun pertama
kebutuhan adanya - Dorong orang
perawatan khusus tua untuk
berbicara dan
bercerita
kepada bayi
- Berikan
panduan
tentang
perubahan pola
tidur selama 1
tahun pertama
- Berikan
panduan
tentang
perubahan pola
eliminasi
selama 1 tahun
pertama
- Dorong orang
tua untuk
memegang ,
menyentuh dan
masase bayi
- Dorong

18
keluarga untuk
memberikan
stimulasi
auditori,dan
visual untuk
meningkatkan
pertumbuhan
- Dorong orang
tua bermain
dengan bayi
- Demonstarsika
n cara orang tua
menstimulasi
perkembangan
bayi
- Informasikan
kepada orang
tua pentingnya
perawatan
kesehatan bayi
dan imunsasi
bayi secara
teratur

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

F. Evaluasi
Intervensi dikatakan berhasil apabila yujuan dari masing-masing diagnosa dapat
teratasi. Adapun tujuannya diantaranya:
1. SOAPIER
2. Tidak terjadi infeksi.
3. Klien mengetahui mengenai penyakitnya

19
20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri, keadaan ini biasanya muncul antara hari ke-
tiga hingga ke-sepuluh pasca persalinan.
Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah faktor
hormonal, faktor demografik yaitu umur dan paritas, pengalaman dalam proses
kehamilan dan persalinan, takut kehilangan bayi. Postpartum blues ini bisa
ditangani dengan melibatkan lingkungannya atau orang terdekat, yaitu suami,
keluarga dan juga teman dekatnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka
dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan
dan atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang
praktis.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa sekaligus calon perawat sebaiknya dapat
memahami konsep dasar postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang
tepat diberikan kepada pasien yang menderita masalah tersebut agar kita bisa
memberikan asuhan yang tepat nantinya. Dan untuk ibu nifas, agar dapat
menegtahui tanda dan gejala postpartum blues supaya ibu tidak berada pada posisi
depresi postpartum. Apabila ibu yang sudah berada dalam tahap depresi partum
bisa keluar dari tahap ini dan bisa merawat kembali bayinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Leveno, Kenneth J. 2016. Williams Manual of Pregnancy Complications, Edisi

23, Alih Bahasa Octavius Ong, dkk, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai