Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4 – K3

Melati Rizqiya Fitri 11151010000020

Shifa Mutia Hani 11151010000066

Eka Hartomy 11151010000068

Ayu Rahmatika 11151010000111

LOW BACK PAIN

1. DEFINISI
Low back pain (LBP) merupakan kondisi nyeri yang terasa pada daerah punggung
bagian bawah, atau kondisi nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau kombinasi
keduanya (Dunn et al, 2011)
Nyeri punggung belakang atau low back pain (LBP) merupakan sindroma nyeri yang
terjadi pada daerah punggung bagian bawah akibat dari berbagai sebab (kelainan
tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh gaya berat).
(Vira, 2009)

2. ANGGOTA TUBUH SASARAN

Low Back pain (LBP) adalah suatu sensasi nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1, nyeri ini sering disertai
penjalaran ke tungkai sampai kaki (Harsono, 2009). LBP menyerang
punggung manusia, biasanya pada daerah punggung bawah dimana L4-L5
dan L5-S1 berada.
3. STRUKTUR ANATOMI SASARAN

Sumber : https://sarwoedi.files.wordpress.com/2008/11/sumsum-belakang.jpg
LBP menyerang punggung / tulang belakang bagian bawah pada manusia, tepatnya
di Tulang Lumbal L4-L5 dan Tulang Sacral L5-S1. Tulang punggung atau vertebra
adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan.
Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk
bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Tiga bagian di atasnya
terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax
(thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal.
o Tulang punggung lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya
dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa
gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
o Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung
dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama
lainnya.

Sumber: https://www.scribd.com/doc/217471364/Anatomi-Fisiologi-
Tulang-Belakang-PDF
4. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko penyebab timbulnya LBP antara lain : (Epi, 2012)
 Faktor personal
- Usia
Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko seseorang mengalami
penurunan elastisitas tulang yang menjadi pemicu tembulnya gejala LBP.
Saat memasuki usia 30 tahun, seseorang mulai mengalami degenerasi berupa
kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan, dan hal-hal ini menyebabkan stabilitas tulang dan otot
menjadi berkurang. Keluhan LBP biasanya dialami pada usia 24-65 tahun
(Kantana, 2010)
- Jenis kelamin
Berdasarkan prevalensi, wanita lebih banyak yang mengalami LBP
dibandingka pria, dan dari beberapa penelitian menunjukan hasil bahwa
perempuan lebih sering tidak masuk bekerja karena LBP (Hoy et al, 2010)
Wanita hanya memiliki kekuatan otot sebesar 60% dari kekuatan otot pria,
sehingga berdampak pada keluhan muskuloskeletal yang banyak dialami
wanita (oborne, 1995)
- Berat badan
Hubungan yang terjadi antara IMT dengan low back pain adalah semakin
gemuk seseorang, semakin tinggi risikonya untuk mengalami low back pain
(Tan dan Horn, 1998)
Kegemukan ataupun obesitas mengakibatkan konsekuensi meningkatnya
BML indeks masa tubuh yang merupakan faktor risiko penyakit kronis
seperti musculoskeletal disorders terutama osteoarthritis (Heliovara, 1987)
 Faktor lingkungan
- Akses terhadap pelayanan kesehatan
Jangkauan terhadap pelayanan kesehatan akan menentukan tingkat
pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan, dan akses menuju pelayanan kesehatan ini terbentuk melalui
hubungan antara pengguna/pasien dan sumber daya pelayanan kesehatan
(Anasab, 2015)
- Askesbilitas lingkungan
Suatu lingkungan dianggap bebas hambatan apabila seluruh aspek
dilingkungan dapat diakses, seperti jalan, tempat-tempat umum, serta
transportasi (Unal, 2007)
Kemudahan akses pada suatu lingkungan dikaitkan dengan kenyamanan
yang dialami seseorang. Semakin suatu akses pada lingkungan sulit, semakin
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada tubuh seperti timbul rasa pegal
pada lengan, maupun keluhan nyeri punggung (Pramayu, 2013)
- Tingkat pendidikan
Pada dasarnya kejadian LBP tidak mengenal tingkat pendidikan, namun
wawasan tentang LBP dapat membantu menurunkan tindakan yang berisiko
memicu LBP (Depkes RI, 2007)
- Persepsi
Dalam hal ini, persepsi berkaitan dengan kesadaran seseorang pada rasa nyeri
penyebab LBP dimana stimulus nyeri ditransmisikan menuju otak, kemudian
individu akan menerjemahkan stimulus tersebut dan bereaksi (Potter dan
Perry, 2005)
- Dukungan keluarga
Dalam dukungan keluarga, terdapat efek penyangga berupa dukungan sosial
yang mampu menahan efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek
utama berupa dukungan sosial yang mempengaruhi akibat dari kesehatan.
(Wills, 1985) dalam (Friedman, 1998)
Keberadaan dukungan sosial khususnya keluarga yang baik berhubungan
dengan penurunan mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, peningkatan
fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi baik pada kaum muda maupun tua
(Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998)

5. STUDI KASUS PEKERJAAN


HUBUNGAN POSTUR TUBUH MENJAHIT DENGAN KELUHAN LOW
BACK PAIN (LBP) PADA PENJAHIT DI PASAR SENTRAL KOTA
MAKASSAR (Trie Hermawan Putranto, Rafael Djajakusli, Andi Wahyuni)
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pasar sentral pada tanggal 29 April
sampai dengan 2 Mei 2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh penjahit di pasar
sentral Kota Makassar tahun 2014 yaitu sebanyak 90 orang.
Hasil wawancara penelitian menemukan dari 90 responden terdapat 74 penjahit
(82,2%) yang mengalami keluhan low back pain dan hanya 16 penjahit (17,8%) yang
tidak mengalami keluhan low back pain.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan keluhan
low back pain dikarenakan pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot
mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Semakin
bertambahnya umur seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja dengan
keluhan low back pain yang dialami penjahit. Masa kerja memiliki hubungan yang
kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan risiko MSDs. Pembebanan otot dan
tulang dalam waktu yang lama mengakibatkan rongga diskus menyempit secara
permanen dan juga menyebabkan degenerasi tulang belakang. Hal ini menyebabkan
timbulnya nyeri punggung bawah (low back pain) yang merupakan bagian dari
keluhan MSDs. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara postur tubuh
dengan keluhan low back pain.
Disarankan kepada penjahit di pasar sentral untuk memperhatikan postur
tubuh saat menjahit, meja kerja dan bangku kerja disesuaikan dengan penggunanya.
Memperbanyak istirahat atau melakukan peregangan otot saat menjahit. Dan juga
lakukan olahraga untuk memelihara kelenturan otot sehingga low back pain tidak
terjadi.
REFERENSI

Anonim. 2009. Diakses dari http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308065_bab1.pdf


pada 11 Desember 2017 pukul 15.10 WIB

Olviana, A.. 2014. Diakses dari http://digilib.unila.ac.id/2320/9/BAB%20I.pdf pada 11


Desember 2017 pukul 14.00 WIB

Lingling, Ryani. 2012. Anatomi Fisiologi Tulang Belakang. Diakses dari


https://www.scribd.com/doc/217471364/Anatomi-Fisiologi-Tulang-Belakang-PDF pada 11
Desember pukul 15.22 WIB

Putranto, Trie Hermawan, Rafael Djajakusli, and Andi Wahyuni. "HUBUNGAN POSTUR
TUBUH MENJAHIT DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PENJAHIT
DI PASAR SENTRAL KOTA MAKASSAR.

Anda mungkin juga menyukai