Anda di halaman 1dari 42

Bupati Bandung

Kata Sambutan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat


karuniaNya Publikasi Input Output Kabupaten Bandung Tahun 2008 dapat
diselesaikan.

Publikasi Input Output memuat keterkaitan antar sektor ekonomi (Inter


Industry Relatioship) sehingga sangat diperlukan oleh Pemerintah Daerah / Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Bandung sebagai bahan acuan untuk
evaluasi hasil-hasil pembangunan dan sebagai sumber informasi untuk menyusun strategi
kebijakan perekonomian regional dimasa yang akan datang.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data-data dasar maupun
pendukung dalam menyusun publikasi ini diucapkan terima kasih. Sebagai
penyempurnaan publikasi masukan sangat kami harapkan.

Soreang, Desember 2008

Bupati Bandung

H. Obar Sobarna, S.Ip

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji bagi Allah SWT yang dengan Ridho dan ijin-Nya
sehingga publikasi Tabel Input Output (Tabel I-O) 2008 dapat terwujud
sesuai dengan waktu yang diharapkan.

Tabel I-O merupakan bentuk matrik setiap transaksi barang dan


jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan
sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam
kegiatan ekonomi. Banyaknya sektor dalam penyususnan Tabel I-O Tahun
2008 sebanyak 67 sektor ekonomi, diharapkan dapat merangkum semua
kegiatan antar sektor yang mana dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
dan perencanaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Publikasi ini merupakan kerjasama antara Badan Perencanaan


Daerah (Bapeda) Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bandung.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam


mewujudkan buku ini kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Soreang, Desember 2008

Kepala Badan Pusat Statistik


Kabupaten Bandung

Soegiri Soetardi, MA
Nip. : 340010736

ii
Bab I. Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keterpaduan pembangunan di segala bidang sudah merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan karena setiap kebijakan yang dilakukan di satu sektor selalu berkait erat dengan sektor
lainnya. Dengan demikian kebutuhan informasi yang terpadu sebagai bahan untuk melihat
keterkaitan antar sektor ekonomi (inter-industry relationship) menjadi sangat penting. Informasi
keterkaitan ini tersajikan dalam sebuah kerangka tabel yaitu yang disebut dengan Tabel Input Output
(Tabel I-O).
Dengan Tabel I-O akan dapat dilihat secara gamblang keterkaitan antar satu sektor dengan
sektor lainnya. Misalnya output suatu sektor akan terlihat jelas digunakan untuk apa saja di sektor
lainnya. Sebagai contoh, output sektor industri makanan sebagian ada yang digunakan sebagai input
antara oleh sektor lain sebagian juga digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, stok maupun untuk
ekspor ke luar daerah atau yang disebut dengan final demand.
Hal yang sama juga dari sisi input akan terlihat besaran biaya antara sektor dan besaran
nilai tambah yang terbentuk dari sektor tersebut. Di samping itu Tabel I-O juga berguna sebagai
petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi
serta sektor sektor yang mempunyai tingkat kepekaan terhadap pertumbuhan perekonomian, juga
dapat pula dimanfaatkan sebagai analisis tingkat perubahan harga.
PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2007 mampu mencapai 33,32 trilyun dengan masih tetap
ditopang oleh sektor industri yaitu mencapai 60,49 persen kemudian disusul oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 15,34 persen dan pertanian yang masih menyumbang 7,40 persen atau
sedikit lebih kecil dari tahun sebelumnya.
Salah satu data yang dapat digunakan mendukung kebijakan adalah Tabel Input Output
(Tabel I-O) adalah kemajuan suatu sektor tidak akan terlepas dari sektor yang lain. Output dari suatu
sektor bisa menjadi input dari sektor yang lain.

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 1


Bab I. Pendahuluan

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari kegiatan penyusunan Tabel I-O Kabupaten Bandung Tahun 2007 akan dapat
dipakai sebagai kerangka dasar dalam perencanaan ekonomi makro di Kabupaten Bandung.
Penyusunan Tabel I-O Kabupaten Bandung ini terbagi dalam dua tahap, tahap pertama adalah
penyusunan klasifikasi dari kegiatan semua sektor yang meliputi 68 sektor termasuk sektor lainnya.
Di samping itu dilakukan inventarisasi data untuk mendapatkan rasio input melalui pelaksanaan Survei
Khusus Input Output (SKIO) yang diselenggarakan di bulan April-Mei tahun 2008.

1.3 Kegunaan Tabel I-O


Tabel I-O merupakan bahan informasi yang lengkap dan menyeluruh tentang struktur
penggunaan barang dan jasa di masing-masing sektor serta distribusi produksinya antara lain;
1. Sebagai dasar perencanaan dan analisis ekonomi makro terutama yang berkaitan dengan
produksi, konsumsi, investasi dan ekspor-impor;
2. Sebagai kerangka model untuk studi kuantitatif seperti analisis dampak dan keterkaitan antar
sektor, proyeksi ekonomi dan ketenagakerjaan;
3. Dapat digunakan untuk pengecekan dan evaluasi terhadap konsistensi data sektoral antar
berbagai sumber, sehingga berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan sistem penyediaan
data statistik, terutama data PDRB.

1.4 Pengertian Dasar Tabel I-O


Tabel I-O adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi
penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Sebagai suatu metode kuantitatif,
Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh tentang:
a. Struktur perekonomian negara / wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing
sektor,
b. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi,
c. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri (produksi Jawa Barat)
maupun barang impor atau yang berasal dari propinsi lain,
d. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun
permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 2


Bab I. Pendahuluan

Proses penyusunan Tabel I-O itu sendiri akan memberikan gambaran tentang seberapa jauh
konsistensi antar berbagai sumber data yang digunakan sehingga bermanfaat untuk menilai mutu
keserasian data statistik dan kemungkinan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaannya di
masa yang akan datang.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Tabel I-O, berikut ini diperlihatkan
ilustrasi sederhana dengan mengandaikan kegiatan ekonomi dibagi dalam tiga sektor produksi.

ILUSTRASI TABEL I-O

Alokasi Permintaan Antara


Output Sektor Produksi Permintaan Jumlah
Akhir Output
1 2 3
Susunan Input
1 x11 x12 x13 F1 X1
Input Sektor
2 x21 x22 x23 F2 X2
Antara Produksi
3 x31 x32 x33 F3 X3
Jumlah Input Primer V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3

Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angka memperlihatkan bagaimana output suatu
sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand), sebagian
lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand) yang terdiri dari konsumsi, investasi
dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukan pemakaian input antara dan
input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi.
Dari setiap angka dalam sistem matriks tersebut dapat dilihat bahwa tiap sel bersifat ganda.
Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara), tiap angka
bila dilihat secara horizontal merupakan alokasi output suatu sektor kepada sektor lainnya, dan pada
waktu yang bersamaan dilihat secara vertikal merupakan input suatu sektor yang diperoleh dari sektor
lainnya. Gambaran ini menunjukan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks
memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengkait (interdependent) diantara semua sektor.

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 3


Bab I. Pendahuluan

Dengan mengambil contoh dari ilustrasi di atas, dapat diikuti bahwa sektor 1, outputnya
berjumlah X1, dialokasikan secara baris sebanyak x11, x12, x13 berturut-turut kepada sektor 1, 2, dan 3
sebagai permintaan antara, serta sebanyak F1 untuk memenuhi permintaan akhir. Output X2 dan X3
masing-masing dari sektor 2 dan 3, alokasinya dapat diperiksa dengan cara yang sama. Alokasi
output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :

x11 + x12 + x13 + F1 = X1


x21 + x22 + x23 + F2 = X2
x31 + x32 + x33 + F3 = X3

Secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan kembali menjadi

¦x
j 1
ij  F1 X1 ; untuk i = 1, 2, 3.

Dimana xij adalah banyaknya output sektor ke i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j, Fi
adalah permintaan terhadap sektor ke i.
Dalam analisis input-output, sistem persamaan–persamaan tersebut diatas memegang
peranan penting sebagai kerangka dasar analisis yang akan dibuat.

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 4


Bab II. Metodologi

BAB II
METODOLOGI

2.1. Kerangka Dasar

Tabel Input Output (I-O) disajikan dalam bentuk matriks, dengan sistem penyajian data dalam

bentuk dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris menunjukkan pendistribusian output yang

dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Sedangkan

isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing masing sektor dalam

kegiatan produksinya dan alokasi nilai tambah.

Tabel I-O terdiri dari empat kuadran. Kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang

dan jasa yang digunakan dalam kegiatan produksi, dan disebut dengan input/permintaan antara. Hal

ini untuk menegaskan bahwa kuadran ini hanya merupakan proses ”antara” untuk diproses lebih lanjut

dan bukan untuk konsumsi akhir.

Kuadran II mencakup dua jenis transaksi yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen

penyediaan (supply). Adapun kuadran III berisi nilai tambah bruto (NTB) atau disebut dengan input

primer. Kuadran ini menggambarkan input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi

yang terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Sedangkan isian

sepanjang baris menunjukkan distribusi penciptaan komponen NTB menurut sektor.

Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung didistribusikan ke sektor

sektor permintaan akhir. Namun demikian kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk

beberapa alasan dalam penyusunan Tabel I-O Indonesia kuadran ini diabaikan.

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel input output adalah:

a. Homogenety (homogenitas), yaitu satu sektor hanya menghasilkan satu jenis output dengan

stuktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda,

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 5


Bab II. Metodologi

b. Proportionality (proporsionalitas), yaitu asumsi bahwa kenaikan penggunaan input oleh suatu

sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut,

c. Additivity (aditivitas), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai

sekto merupakan hasil penjumlahan dari setiap setiap pengaruh pada masing-masing sektor

tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar system

diabaikan.

2.2. Metode Penyusunan

Dengan ketersediaan jenis data maka penyusunan Tabel I-O dapat dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung yaitu dengan

melakukan survey. Metode ini dengan cara mengumpulkan data/informasi dari populasi dengan cara

mengambil beberapa sample untuk masing-masing sektor. Metode pengambilan sample dengan

non-probability sampling, yaitu pengambilan sample yang tidak didasarkan atas peluang namun

pemilihan sample dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa indikator tertentu. Dalam hal ini

BPS melakukan survey yang disebut dengan Survei Khusus Input Output (SKIO).

Adapun pendekatan tidak langsung meliputi metode non-survei dan metode semi survei.

Metode non survei adalah metode di mana dalam pengisian sel sel tabel input output, terutama

kuadran I dan kuadran II, dengan cara menaksir dan memperbaiki struktur input berdasarkan data

sekunder misal data dari pendapatan regional, ekpor, impor yang mana data-data tersebut tiap tahun

tersedia.

Sedangkan metode semi survei yaitu data/informasi diperoleh dengan penggabungan dua

metode survei dan non-survei. Data tersebut kemudian diisikan ke sel sel tertentu di kuadran I.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 6


Bab II. Metodologi

2.3. Tahapan penyusunan

Tahapan penyusunan Tabel I-O secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan,

estimasi dan proses rekonsiliasi. Pada tahap awal yaitu persiapan meliputi pembentukan tim kerja dan

penyusunan klasifikasi sektor. Pembentukan tim kerja diperlukan guna menentukan

penanggungjawab sektor dimana dituntut untuk meguasai secara logis susunan input dan mampu

menilai kelayakan dari alokasi output yang menjadi tanggung jawabnya. Penyusunan klasifikasi

sektor merupakan tahapan yang sangat penting sekali karena akan menentukan langkah-langkah

berikutnya. Dalam penyusunan klasifikasi sektor yaitu dengan mengelompokkan seluruh kegiatan

ekonomi diKabupaten Bandung ke dalam sektor-sektor yang mempunyai kesamaan dalam produk

yang dihasilkan atau kesamaan dalam kegiatan yang dilakukan. Beberapa hal yang dipertimbangkan

dalam menyusun klasifikasi sektor antara lain peranan suatu komoditi, ketersediaaan data dan

kebijakan komoditi strategis.

Pada tahap estimasi atau penaksiran isian sel Tabel I-O dilakukan setelah kegiatan

pengumpulan data yang berasal dari hasil survei, hasil konsolidasi data-data sekunder, dan

pemanfaatan data input sektoral yang tersedia.

Tahap terakhir yaitu rekonsiliasi Tabel I-O, yaitu dengan melakukan kombinasi pengolahan

secara manual dan komputer. Secara manual yaitu dengan melihat kelayakan kesesuaian dan

kelogisan dari struktur input masing masing sektor, dan secara komputer yaitu dengan

menyeimbangkan antara sisi kolom dan sisi baris.

2.4. Sistematika Penyajian

Sistem pentabelan Tabel I-O didasarkan atas jenis transaksi yang dilakukan. Jika pentabelan

dibedakan atas penilaian traksaksi yang dilakukan maka dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 7


Bab II. Metodologi

transaksi atas dasar harga pembeli dan transaksi atas dasar harga produsen, sedangkan atas dasar

pencatatannya maka dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu transaksi total dan transaksi domestik.

2.4.1 Transaksi Total dan Transaksi Domestik.

Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan jasa baik yang berasal dari impor atau

produk sektor domestik. Sedangkan transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan jasa

yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik).

2.4.2. Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli.

Transaksi atas dasar harga produsen yaitu nilai transaksi hanya mencakup harga barang dan

jasa. Sedangkan transaksi atas dasar harga pembeli di samping mencakup harga yang dibayarkan

kepada produsen juga mencakup margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari

kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Sehingga perbedaan antara Tabel

I-O atas dasar harga produsen dan pembeli yaitu terletak pada kolom margin perdagangan dan biaya

pengangkutan.

2.5. Koefisien Input

Koefisien input menggambarkan struktur biaya (Cost Structure) dari masing-masing sektor,

baik yang tergolong ke dalam biaya antara maupun biaya primer (nilai tambah). Di samping itu juga

menggambarkan jumlah unit produk berbagai sektor lain yang digunakan sebagai input dalam

memproduksi satu unit output tertentu. Cara baca koefisien dengan cara vertikal. Koefisien input

masing-masing dihitung dari tabel transaksi (tabel dasar) dengan cara sebagai berikut:

Xij : banyaknya output sektor i yang akan digunakan sebagai input oleh sektor j untuk

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 8


Bab II. Metodologi

menghasilkan X, ,

Xj : output domestik sektor j,

Vhj : besarnya nilai tambah sektor ke j, komponen h.

Koefisien input adalah:

aij : koefisien input antara yang berasal dari sektor i terhadap output sektor j,

vhj : koefisien nilai tambah sektor j komponen h terhadap output sektor j.

X ij
V hj
a ij v hj
Xj Xj

dimana:

i,j : 1,2,……,n; n : banyaknya sektor

h : 201,202,….,205; h : komponen input primer yang terdiri dari:

201 : upah gaji, 202 : surplus usaha, 203 : penyusutan, 204 : pajak tak

langsung, 205 : subsidi oleh pemerintah.

2.5.1 Matriks Kebalikan (Inverse Matrix)

Matriks kebalikan Tabel I-O merupakan kerangka dasar untuk berbagai analisis ekonomi.

Pada prinsipnya matrik ini merupakan suatu fungsi yang menghubungkan permintaan akhir dengan

tingkat produksi. Oleh karena itu, matriks kebalikan ini dapat dipakai untuk menghitung pengaruh

perubahan permintaan akhir terhadap berbagai sektor dalam perekonomian. Misalnya jika ditentukan

atau ditargetkan jumlah konsumsi atau ekspor suatu sektor maka dengan menggunakan matriks ini

dapat dihitung jumlah output semua sektor lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau ekspor

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 9


Bab II. Metodologi

tersebut.

Ada dua jenis matriks kebalikan yang ditampilkan dalam Tabel I-O. Pertama: adalah matriks

kebalikan dengan impor diperlakukan sebagai Exogenous Variabel (bebas dari yang lain). Notasi

matriks kebalikan dengan Impor diperlakukan sebagai Exogenous Variable adalah (I-Ad)-1 yang

diturunkan dari impor secara non-kompetitif. Kedua: adalah impor yang dianggap sebagai

Endogenous Variabel, artinya impor setiap sektor dianggap proporsional terhadap tingkat

penggunaan dari sektor yang bersangkutan. Notasi matriks kebalikan ini adalah (I-A)-1, yang diturunkan

dari tabel transaksi dengan perlakuan impor secara kompetitif.

Dua fungsi persamaan yang menggunakan metriks kebalikan tersebut adalah:

X = (I-A)-1(F-M) dan X = (I-Ad)-1Fd

dimana:

X = matriks output;

I = matriks identitas;

A = matriks koefisien input total;

Ad = matriks koefisien input domestik;

F = matriks permintaan akhir total;

Fd = matriks permintaan akhir domestik;

M = matriks impor.

Dengan demikian maka apabila permintaan akhir seperti konsumsi, investasi ataupun ekspor

diketahui atau ditargetkan pada suatu tingkat tertentu, maka output sektor yang diperlukan akan dapat

dihitung.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 10


Bab II. Metodologi

Lebih lanjut, suatu hubungan antara permintaan akhir (konsumsi, investasi, ekspor) dengan nilai

tambah sektoral juga dapat dibuat dengan menggunakan model persamaan matriks:

V = B X

dimana:

V = matriks nilai tambah;

B = matriks diagonal koefisien nilai tambah;

X = matriks output;

NTB i
V ij
Xj

Dari X = (I-Ad)-1Fd maka persamaan di atas dapat disubstitusikan menjadi:

V = B(I-Ad)-1Fd

Dari persamaan di atas, apabila permintaan akhir ditargetkan pada jumlah tertentu, maka pengaruhnya

terhadap nilai tambah dapat dihitung.

2.5.2. Analisis Lainnya

Untuk menyusun kebijakan kerangka pembangunan perekonomian makro sektoral, berbagai

analisis dapat diturunkan dari Tabel I-O. Birokrasi yang memahami manfaat Tabel I-O selalu

mendorong agar tabel tersebut dapat dipublikasikan secara kontinyu dimana manfaat dapat dirasakan

oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 11


Bab II. Metodologi

Ada dua analisis lainnya yang dianggap cukup penting dalam kaitannya dengan perencanaan

ekonomi sektoral yaitu:

a. Analisis Keterkaitan

Dari Tabel I-O terdapat 2 (dua) jenis keterkaitan, yaitu keterkaitan kebelakang (backward

linkage ratio) dan keterkaitan kedepan (foreward linkage ratio).

Keterkaitan kebelakang untuk suatu sektor adalah:

xij
aij , yang merupakan koefisien input.
Xj

Sedangkan keterkaitan kedepan untuk suatu sektor adalah:

xij
kij , yang merupakan koefisien alokasi output.
Xi

Keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan, sangat diperlukan dalam perencanaan

pembangunan, baik di pusat maupun di daerah. Pengaruh peningkatan suatu sektor akan terlihat pada

sektor-sektor yang mensuplai atau menyediakan bahan baku sebagai inputnya. Seberapa besar

dampaknya terhadap sektor-sektor yang mensuplai tadi disebut sebagai keterkaitan ke belakang.

Misalnya, industri pemintalan benang yang dikembangkan di suatu daerah yang mana akan

mendorong meningkatnya produksi kapas karena kapas merupakan komponen bahan baku atau

input dari industri. Dengan demikian pertanian kapas daerah tersebut sangatlah perlu menjadi

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 12


Bab II. Metodologi

perhatian pemerintah.

Sebaliknya keterkaitan ke depan, merupakan dorongan oleh suatu sektor terhadap

penggunaan outputnya oleh sektor lain. Misalnya industri pemintalan benang yang diprioritas di atas,

akan mendorong pertumbuhan sektor/industri tekstil, karena benang merupakan bahan dasar industri

tekstil. Bertambahnya permintaan benang oleh industri tekstil tersebut ditunjukkan dalam bentuk rasio.

Keterkaitan ke belakang maupun keterkaitan ke depan akan dijelaskan lebih rinci melalui Daya

Penyebaran dan Derajat Kepekaan.

b. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan

Daya penyebaran (power of dispersion) dan derajat kepekaan (degree of sensitivity),

merupakan analisis lanjutan dengan menggunakan matriks kebalikan (I-Ad)-1. Apabila (I-Ad)-1 setiap

selnya diilustrasikan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat sebagai berikut ini:

ªb11 b12 . . . b1j . . . b1n º


«b b22 . . . b2j . . . b2n »»
« 21
«. . . . . . . . . . »
« »
«. . . . . . . . . . »
«. . . . . . . . . . »
« »
« bi1 bi2 . . . bij . . . bin »
«. . . . . . . . . . »
« »
«. . . . . . . . . . »
«. . . . . . . . . . »
« »
«¬bn1 bn2 . . . bnj . . . bnn »¼

n
maka daya penyebaran sektor j adalah ¦b i
ij , sedangkan derajat kepekaan sektor ke i adalah

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 13


Bab II. Metodologi

¦bj
ij . Selanjutnya indeks daya penyebaran (Dj) dan indeks derajat kepekaan (Ei) dapat dirumuskan

sebagai berikut:

¦b ¦b
n n

Dj Ei j ij
i ij
dan
1 1
¦ ¦b ¦ ¦b
n n n n
i j ij i j ij
n n

Dari rumus di atas dapat diartikan bahwa jika Dj dari sektor j tersebut relatif tinggi dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya (>1), maka berarti pengaruh permintaan produk sektor j terhadap

pertumbuhan sektor-sektor lainnya juga tinggi, dan sebaliknya. Selanjutnya jika Ei dari sektor i relatif

tinggi (>1) dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, maka berarti permintaan produk sektor lain

sangat berpengaruh pada petumbuhan sektor-i.

2.6. Publikasi Tabel I-O

Tabel I-OKabupaten Bandung tahun2007 akan memuat tabel tabel pokok diantaranya matriks

menurut harga produsen, harga pembeli, koefisien-koefisien, alokasi output, derajat penyebaran dan

derajat kepekaan. Selain itu juga di uraian juga prinsip-prinsip pokok Tabel I-O, metodologi dan

klasifikasi sektor.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung 2008 14


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

BAB III
KLASIFIKASI SEKTOR DAN SUMBER DATA

Penyusunan klasifikasi sektor merupakan kerangka dasar dalam penyajian penyusunan Tabel
I-O dan sangat berpengaruh dalam menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya. Klasifikasi sektor
bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam kedalam satuan-
satuan produksi yang sedapat mungkin menghasilkan output yang homogen.
Kriteria yang diperhatikan dalam mengelompokkan kegiatan ekonomi menjadi sektor-sektor
adalah:
1. Satuan-satuan kegiatan ekonomi dikelompokkan menurut kesamaan dalam susunan inputnya,
sekalipun penggunaan outputnya dapat berbeda. Sebaliknya kegiatan ekonomi yang
menghasilkan output dengan penggunaan yang sama, tetapi susunan inputnya berlainan, maka
kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat dikelompokkan kedalam satu sektor. Cara pengelompokan
ini disebut sebagai Pengelompokan Horizontal (Horizontal Classification),
2. Satuan-satuan kegiatan ekonomi yang menghasilkan beberapa macam barang dan jasa,
sekalipun jumlah output masing-masing jenis barang dan jasa dapat berubah-ubah dalam proporsi
yang sama, dapat dikelompokkan dalam satu sektor. Hal ini terjadi pada kegiatan-kegiatan
ekonomi yang dilakukan menurut tahap-tahap yang berurutan dalam proses produksi, seperti
pembersihan kapas, pembuatan benang tenun, pertenunan, pencelupan dan pencetakan tekstil.
Cara pengelompokan ini disebut Pengelompokan Vertikal (Vertical Classification).
Dalam rangka pengelompokan satuan kegiatan ekonomi dalam Tabel I-O, klasifikasi lapangan
usaha yang tersusun berdasarkan ISIC (International Standard of Industrial Classification for All
Economic Activities) telah dimanfaatkan dalam menyusun klasifikasi sektor untuk Tabel I-
OKabupaten Bandung. Klasifikasi tersebut juga dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi jenis
barang dan jasa yang merupakan produk utama (characteristic product) dari sektor-sektor.
Tabel I-O Kabupaten Bandung 2007, sebagian besar menggunakan dua konsep satuan
ekonomi, yaitu atas dasar satuan kelompok komoditi dan atas dasar satuan aktivitas. Oleh karena itu
pengukuran output sektoral yang didasarkan pada satuan aktivitas, sebenarnya terdiri dari satu atau
sekelompok komoditi atau aktivitas jenis.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 15


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

Untuk sektor pertanian dan pertambangan, karena pangkal tolak penyusunan klasifikasi
lapangan usaha terutama didasarkan pada konsep satuan kelompok komoditi, maka dalam garis
besarnya susunan klasifikasi sektor tersebut adalah identik dengan klasifikasi komoditi. Untuk sektor-
sektor industri pengolahan, pemilihan mengenai jenis barang yang dicakup dalam suatu sektor
bersumber pada laporan statistik perusahaan-perusahaan industri, yang mengelompokkan
berdasarkan atas konsep satuan aktivitas.
Untuk sektor-sektor lainnya, kecuali sektor pemerintahan, dasar pengelompokkan komoditi
yang digunakan sesuai dengan kegiatan sektor yang bersangkutan seperti pada sektor-sektor
bangunan, perdagangan, pengangkutan dan sebagainya. Sektor pemerintahan dasarnya adalah
konsep satuan kelembagaan. Untuk barang-barang ekspor dan impor sekalipun klasifikasi yang
tersedia disusun untuk keperluan penyusunan Tabel I-O akan digunakan konversi Harmonise
System dengan HS/I-O, sebagai jembatannya.
Klasifikasi sektor tidak saja mempermudah proses penyusunan Tabel I-O, tetapi juga berguna
untuk tujuan-tujuan analisis, sebab dampak suatu sektor terhadap perkembangan ekonomi regional
atau sebaliknya, tidak akan dapat diketahui kalau sektor tersebut tidak berdiri sendiri dalam
klasifikasinya. Di samping itu, melalui klasifikasi sektor dapat dipelajari jenis-jenis barang, skala
prioritas, peranannya, teknologi pembuatan dan kegunaannya. Bahkan klasifikasi yang lebih rinci
akan memungkinkan pengenalan anatomi fisik yang lebih mendalam. Konversi dari suatu sistem ke
sistem yang lainnya, kebanyakan juga menggunakan klasifikasi.
Dalam Tabel I-O Kabupaten Bandung 2007, beberapa kriteria dasar penyusunan klasifikasi
sektor, yaitu lengkap, jelas dan tanggap. Lengkap artinya dapat mencakup seluruh komoditi/kegiatan
yang ada di Kabupaten Bandung, baik yang menyangkut produksi regional maupun impor dari luar
regional. Jelas artinya; tidak ada penapsiran ganda ataupun keraguan terhadap ruang lingkup dan
cakupan komoditi pada masing-masing sektor. Tanggap maksudnya dapat dijadikan alat yang
komprehensif bagi para perencana / pembuat keputusan, khususnya untuk komoditi-komoditi yang
dianggap kunci / unggulan diKabupaten Bandung.
Klasifikasi Tabel I-OKabupaten Bandung 2007 didasarkan atas sektor-sektor usaha yang
dominan yang ada di Kabupaten Bandung. Di samping itu, untuk kepentingan pembangunan
Kabupaten Bandung maka seluruh kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi 67 sektor kolom dan 67
sektor baris. Bahkan beberapa komoditi atau sektor yang merupakan komoditi atau sektor unggulan

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 16


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

ditampilkan menjadi sektor yang berdiri sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengamati kontribusinya serta
dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dalam pengembangannya di masa datang.

3.1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan


Kegiatan pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan terdiri dari sektor 01 sampai dengan
sektor 21. Untuk lebih rinci, ruang lingkup dan sumber datanya diuraikan sebagai berikut;

3.1.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Kegiatan yang dilakukan di sektor-sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam,
memelihara ternak dan unggas, pemotongan hewan, penebangan kayu, pengambilan hasil hutan
lainnya, perburuan serta usaha memelihara dan menangkap berbagai jenis ikan. Termasuk pula
dalam sektor ini kegiatan pengolahan yang dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan
peralatan-peralatan tradisional.
Komoditi-komoditi yang dihasilkan dari usaha-usaha becocok tanam baik yang diusahakan
oleh rakyat maupun oleh perkebunan besar antara lain: padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian
lainnya, kedelei, buah-buahan, kentang, sayur-sayuran serta bahan makanan lainnya. Adapun untuk
usaha perkebunan antara lain: kelapa, teh, cengkeh, tebu, tembakau dan pertanian tanaman
perkebunan lainnya. Hasil-hasil dari usaha peternakan antara lain: anak dan pertambahan berat
ternak yang dipelihara seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, dan hasil-hasil peternakan
seperti telur, susu, bulu dan kotoran hewan. Hasil-hasil dari kehutanan antara lain: semua jenis kayu
tebangan, tanaman hasil penghijauan dan hasil hutan lainnya seperti damar, rotan dan kemuju,
termasuk juga kayu/bambu dari kebun. Hasil dari perburuan seperti: daging, kulit dan sebagainya.
Hasil-hasil dari perikanan laut dan darat berupa semua jenis ikan yang ditangkap di laut, sawah,
kolam, keramba, tambak dan tempat-tempat perairan umum lainnya.
Khusus untuk kegiatan pengolahan sederhana meliputi penumbukan padi, pembuatan gaplek,
dan sagu, kopra, minyak nabati rakyat, gula merah, pengupasan dan pembersihan kopi, pengirisan
tembakau serta penggaraman dan pengeringan ikan tidak termasuk dalam kegiatan sektor pertanian,
melainkan masuk ke dalam sektor industri.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 17


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.1.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data produksi padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah dan kedelei diperoleh
dari Badan Pusat Statistik. Data sayur-sayuran dan buah-buahan diperoleh dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Bandung. Data produksi beras tumbuk dihitung berdasarkan persentase
yang diperoleh dari survei susut pasca panen padi. Survei tersebut selain mengumpulkan data susut
padi/gabah sesudah panenan, termasuk juga data penumbukan padi.
Tanaman perkebunan dibedakan atas tanaman perkebunan besar dan tanaman perkebunan
rakyat. Data produksi tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperoleh dari Dinas
Perkebunan Kabupaten Bandung.
Produksi peternakan menurut konsep adalah pertambahan hewan dan hasil-hasil peternakan.
Pertambahan hewan meliputi anak dan pembesarannya yang diasumsikan sama dengan
pemotongan, ditambah selisih populasi (akhir tahun–awal tahun) dan ekspor neto hewan hidup. Data
pemotongan populasi dan keluar masuk hewan diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Bandung,
termasuk juga hasil-hasil peternakan berupa telur dan susu murni.
Data produksi kehutanan berupa kayu pertukangan, kayu bakar, rotan, damar dan hasil-hasil
perburuan diperoleh dari Kanwil Kehutanan Kabupaten Bandung. Kayu dan bambu yang berasal dari
perkebunan dihitung dengan menggunakan data hasil studi khusus.
Data produksi perikanan darat dan hasilnya diperoleh dari Dinas Perikanan Kabupaten
Bandung.
Data harga yang digunakan untuk menilai produksi pertanian diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bandung. Jenis data tersebut antara lain harga perdagangan besar, harga
eceran, harga produsen, harga ekspor impor. Yang diperlukan untuk menilai produksi adalah harga
produsen, yaitu tingkat harga yang tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan.
Dari survei khusus yang dilakukan BPS, diperoleh besarnya margin perdagangan, biaya transportasi
termasuk persentase barang-barang yang diperdagangkan (marketed surplus).
Dalam menghitung produksi kegiatan pertanian terdapat 3 jenis produksi; yaitu produksi
utama, produksi ikutan dan sampingan. Produksi utama adalah hasil yang paling banyak dalam
kuantitas, nilai atau terpenting dibandingkan dengan hasil lainnya. Produksi ikutan adalah hasil yang
selalu terbentuk secara otomatis dengan produksi utama, sedangkan produksi sampingan adalah
hasil-hasil selain produksi utama dan ikutan. Nilai produksi atau output merupakan perkalian kuantitas

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 18


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

pada produksi dengan harga produsen. Nilai produksi ikutan dan sampingan merupakan bagian dari
output suatu sektor dan pada umumnya dihitung berdasarkan persentase tertentu terhadap produksi
utama. Sebagai contoh, gabah merupakan produksi utama dan merang produksi ikutannya. Nilai
merang dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai gabah. Persentase mengenai produksi ikutan
dan sampingan diperoleh dari survei khusus.
Susunan input yang terdiri dari input antara dan input primer dihitung berdasarkan hasil
berbagai survei, antara lain Survei Pertanian dan Survei Khusus Input-Output (SKIO).

3.2 Pertambangan dan Penggalian


Kegiatan pertambangan dan penggalian di dalam Tabel I-O terdiri dari sektor 22 sampai
dengan sektor 24.

3.2.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Pertambangan dan penggalian, mencakup seluruh kegiatan usaha penambangan dan
penggalian. Pada dasarnya kegiatan usaha sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam
barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat dalam
maupun di permukaan bumi. Sifat dan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk
menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian tersebut sehingga memungkinkan untuk
dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual pada pihak lain, ataupun di ekspor ke luar negeri. Barang
tambang yang diperoleh dari dalam bumi antara lain: batu bara, pasir besi, bijih; timah, nikel,
tembaga, bauksit, mangan, emas, dan perak, minyak bumi, gas bumi, jodium, belerang dan posfor.
Barang-barang galian antara lain; batu, pasir pasir, kapur, tanah liat, kaolin dan garam. Kegiatan ini
tidak mencakup usaha pengilangan gas bumi menjadi gas alam cair (Liquid Natural Gas, LNG),
karena kegiatan pengolahan tersebut dimasukkan di sektor industri pengolahan. Untuk pengolahan
lanjutan seperti pemecahan, peleburan dan pemurnian dari barang tambang dan galian, serta
penelitian, penyiapan sarana pertambangan dan pemurnian air minum tidak dimasukkan dalam sektor
ini.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 19


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.2.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data produksi sektor pertambangan dan penggalian diperoleh dari Laporan Tahunan
Pertambangan dan Energi, sedangkan harga dan susunan input diperoleh dari publikasi BPS dan
hasil Survei Khusus yang dilaksanakan oleh BPS.
Output masing-masing perkomoditi diperoleh dengan mengalikan produksi dengan harga
produsen. Harga yang digunakan untuk menilai komoditi minyak mentah, adalah harga yang berlaku
di pasaran dalam negeri, sedangkan yang diekspor dipakai harga ekspor. Susunan input diperoleh
dengan mengalikan koefisien input hasil survei khusus dengan output masing-masing komoditi.

3.3 Industri Pengolahan


Kegiatan Industri Pengolahan meliputi sektor 25 sampai dengan 44. Klasifikasi industri
pengolahan ini ditampilkan lebih rinci; agar dapat terlihat struktur input dan peranannya terhadap
sektor lain di Kabupaten Bandung.

3.3.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan
mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi atupun proses
lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan
oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan atau perusahaan lainnya. Jasa-jasa
yang sifatnya menunjang sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan dan pemeliharaan mesin-
mesin, kapal, kereta api, dan pesawat terbang juga termasuk dalam sektor ini. Yang dimaksud
dengan perbaikan disini adalah perbaikan barang modal yang dilakukan oleh perusahaan sendiri atau
oleh pihak lain. Tetapi perbaikan mesin-mesin milik rumahtangga dan kendaraan bermotor tidak
dicakup dalam sektor ini, melainkan dalam sektor jasa-jasa.

3.3.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data yang digunakan dalam penghitungan output dan penyusunan struktur input sektor
industri pengolahan didasarkan pada hasil Survei Tahunan Industri Besar/Sedang dan Survei Industri
Kecil dan Kerajinan Rumahtangga. Penghitungan output dan penyusunan struktur input dibedakan
atas industri besar/sedang di satu pihak; dan industri kecil dan kerajinan rumahtangga dipihak lain.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 20


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

Untuk komoditi yang mempunyai klasifikasi industri yang sama, baik output maupun inputnya
dikelompokkan menjadi satu sektor sesuai dengan klasifikasi I-O 2007 Kabupaten Bandung.
Penyusunan output persektor industri besar dan sedang dilakukan dengan cara
mengidentifikasikan jenis-jenis produksi yang kemudian dipindahkan keluar (transfer out) dan
dipindahkan kedalam (transfer in) sesuai sektor masing-masing. Jika suatu industri mempunyai
produksi yang karakteristiknya berbeda dengan industri itu, maka produksi tersebut dipindahkan ke
industri lain yang sama karakteristiknya dengan produksi itu. Dengan demikian bagi industri yang
outputnya dipindahkan, maka susunan inputnya pun harus dipindahkan mengikuti outputnya.
Data output industri kecil dan kerajinan rumahtangga tahun 2007 diperoleh dari Survei
Khusus Input Output di Kabupaten Bandung dan laporan dari Dinas/Kanwil Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Bandung.

3.4 Listrik Gas dan Air Minum


Kegiatan Listrik, Gas dan Air Bersih terdiri dari sektor 45 sampai dengan 46. Uraian lebih rinci
mengenai kegiatannya adalah sebagai berikut;

3.4.1 Ruang Lingkup dan Metode Estimasi


Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga listrik baik yang
diselenggarakan oleh PLN maupun non PLN. Termasuk pula tenaga listrik yang bersumber dari
produksi sampingan perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain,
kecuali yang dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Yang dimaksud dengan produksi
listrik adalah jumlah kwh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik yang terjual,
digunakan sendiri, dan susut dalam transmisi/distribusi.
Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual, baik kepada
sektor lain maupun ke rumahtangga. Gas kota diperoleh dari proses pembakaran batu bara dan
residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utamanya adalah berupa gas dan
produksi ikutannya adalah kokas dan ter.
Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya
untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumahtangga maupun ke
sektor lain sebagai konsumen.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 21


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.4.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data yang digunakan dalam perkiraan output dan susunan input diperoleh dari Survei Khusus
Input Output (SKIO) dan survei tahunan yang meliputi listrik PLN, listrik non PLN, gas kota dan
perusahaan air minum.
3.5 Bangunan
Kegiatan sektor Bangunan/ Konstruksi adalah sektor 47. Ruang lingkup, metode estimasi dan
sumber data diuraikan sebagai berikut;

3.5.1 Ruang Lingkup dan Metode Estimasi


Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum,
yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain maupun kontraktor khusus
yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan pembangunan untuk dipakai sendiri seperti
misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumahtangga dan unit-unit perusahaan bukan
perusahaan bangunan.
Konstruksi mencakup kegiatan pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan berat
maupun ringan seperti bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, pekerjaan umum untuk
pertanian, jalan, jembatan dan pelabuhan, bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan
komunikasi serta bangunan lainnya.
Bangunan tempat tinggal mencakup rumah dan gedung atau bangunan fisik lainnya yang
digunakan untuk tempat tinggal oleh rumahtangga. Bangunan bukan tempat tinggal meliputi: hotel,
sekolah, rumah sakit, pusat pertokoan, perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau pabrik,
gudang, bangunan tempat pemeliharaan hewan ternak dan unggas, tempat ibadah, gedung kesenian
dan olahraga serta bangunan bukan tempat tinggal lainnya. Pekerjaan umum untuk pertanian meliputi
pembuatan kolam pemeliharaan ikan, bagan/pencetakan tanah sawah, pembukaan hutan, irigasi dan
sejenisnya.
Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan diantaranya mencakup pembuatan
sarana jalan dan jembatan untuk angkutan jalan raya maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara,
dermaga, landasan pesawat terbang, tempat parkir, trotoar dan sejenisnya. Bangunan dan instalasi
listrik, gas, air minum dan komunikasi diantaranya adalah instalasi transmisi dan distribusi listrik, gas,
air minum dan jaringan komunikasi. Bangunan yang digolongkan bangunan lainnya beberapa

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 22


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

diantaranya adalah taman kota, terowongan, waduk, banjir kanal, sanitasi, lapangan olahraga, dan
tempat rekreasi serta bangunan sipil lainnya termasuk peningkatan mutu tanah melalui pengeringan.
Konsep output sektor bangunan adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama
tahun2007, tanpa melihat apakah bangunan tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum pada
tahun tersebut. Nilai instalasi listrik, pengatur udara (AC) instalasi air dan barang-barang lain yang
telah dipasang sebelum bangunan tersebut ditempati/digunakan, dicakup pula di dalam output
bangunan. Akan tetapi nilai tanah tempat berdiri bangunan tidak termasuk ke dalam nilai bangunan.

3.5.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Perkiraan output sektor bangunan didasarkan pada pendekatan arus barang (Commodity
Flow Approach) yaitu suatu metode pendugaan output berdasarkan input yang diperoleh dari sektor
lain. Seperti diketahui bahwa input dapat dibedakan atas dua macam yaitu input antara dan primer
yang jumlahnya sama dengan output. input antara sektor ini berupa bahan bangunan maupun bukan
bahan bangunan misalnya biaya pemasangan dan biaya administrasi atau bahan-bahan lainnya.
Untuk pendugaan input antara, dapat dibedakan dua sumber yaitu untuk input yang di impor
dan input dari produksi dalam negeri. Sumber data yang digunakan adalah Statistik Impor, Statistik
Industri Besar dan Sedang, Statistik Pertambangan dan Statistik Pertanian yang diperoleh dari BPS.

3.6 Perdagangan, Restoran, dan Perhotelan


Kegiatan perdagangan, restoran dan perhotelan dalam klasifikasi Tabel I-O Kabupaten
Bandung terdiri dari sektor 48 sampai dengan 50.

3.6.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen dan mendistribusikannya
kepada konsumen tanpa merubah bentuk barang tersebut. Termasuk juga kegiatan pengumpulan
barang dari pelabuhan impor dan dipasarkan kepada konsumen. Usaha perdagangan besar, pada
umumnya melayani pedagang (besar dan kecil), perusahaan yang akan memproduksi barang serta
konsumen bukan rumahtangga lainnya. Perdagangan eceran, pada umumnya melayani konsumen
rumahtangga. Barang-barang yang diperdagangkan meliputi produksi dalam negeri maupun impor,
kecuali barang tidak bergerak seperti tanah, sumber-sumber alam dan bangunan. kegiatan yang

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 23


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

dilakukan oleh broker, makelar, komisioner, agen dan sejenisnya sepanjang masih bersifat
perdagangan termasuk pula disini.
Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat
dinikmati langsung ditempat penjualan meliputi restoran, bar, warung makan, usaha-usaha jasa boga
dan sejenisnya. Penyediaan makanan dan minuman yang bersifat menunjang usaha utama tidak
dimasukkan sebagai kegiatan restoran, misalnya kegiatan penyediaan makanan dan minuman pada
perhotelan, pada angkutan penumpang dengan kapal laut, dan pesawat udara.
Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat
penginapan untuk jangka waktu relatif singkat. Pengusahaan bungalow, villa, flat, dan tempat
peristirahatan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan atau instansi untuk para anggota dan
pegawainya, tidak termasuk dalam kegiatan ini.

3.6.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Sumber data untuk penyusunan struktur input perdagangan adalah hasil Survei Khusus Input
Output (SKIO) yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung. Sedangkan sumber data perhotelan adalah
dari Buku Statistik Tingkat Penghunian Kamar Hotel yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Data
rata-rata tarif per malam-kamar dan struktur inputnya diperoleh dari hasil SKIO 2007.
Output perdagangan besar dan eceran masing-masing dihitung berdasarkan pendekatan arus
barang (comodity flow approach), yaitu dengan menjumlahkan margin perdagangan yang timbul
dari seluruh barang yang diperdagangkan di dalam negeri. Barang-barang yang diperdagangkan
berasal dari sektor pertanian, industri, pertambangan & penggalian dan yang berasal dari impor.
Rasio margin perdagangan besar dan eceran, baik terhadap nilai produksi masing-masing sektor
maupun terhadap nilai impor. Output restoran dihitung berdasarkan konsumsi rumahtangga diluar
rumah yang diperoleh dari hasil Susenas 2007, sedangkan output perhotelan bersumber dari hasil
perkalian antara jumlah malam kamar dengan rata-rata tarif per malam kamar.
Struktur input perdagangan, restoran dan perhotelan, masing-masing diperoleh dari perkalian
antara koefisien input dari SKIO dengan nilai outputnya.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 24


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.7 Pengangkutan dan Komunikasi


Kegiatan pengangkutan dan komunikasi meliputi kode baris dan kolom 51 sampai dengan 54.
Secara rinci ruang lingkup dan definisi adalah sebagai berikut;

3.7.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Usaha ini meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan
pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya
atas dasar suatu pembayaran. Sektor-sektor ini terdiri dari angkutan kereta api; angkutan jalan raya
untuk penumpang seperti bus, taksi, becak, dan dokar maupun angkutan barang seperti truk dan
pedati; angkutan laut seperti pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran lokal dan
pelayaran rakyat, serta angkutan udara. Semua jenis angkutan tersebut digunakan untuk
mengangkut penumpang dan barang. Jasa penunjang angkutan dan pergudangan umumnya
bertujuan membantu dan memperlancar kegiatan angkutan, terdiri dari jasa-jasa terminal, pelabuhan
bongkar muat, keagenan, ekspedisi, jalan tol, pergudangan dan jasa pergudangan lainnya. Sewa
menyewa alat-alat angkutan baik dengan atau tanpa pengemudi termasuk pula dalam kegiatan ini.
Angkutan penyeberangan yang dioperasikan oleh Perumka dimasukkan dalam sektor angkutan air.
Kegiatan komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel
dan sebagainya, telegram dan sebagainya.

3.7.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data yang digunakan untuk penyusunan output dan input angkutan kereta api diperoleh dari
ikhtisar laporan keuangan Perumka tahun anggaran 2007 yang dialokasikan ke Kabupaten Bandung
dengan jumlah kilometer penumpang dan ton barang sebagai alokatornya. Output dan struktur input
angkutan jalan raya disusun dengan menggunakan data statistik kendaraan bermotor dari DLLAJ dan
hasil SKIO. Output angkutan laut diperkirakan dengan mengalikan jumlah penumpang dan barang
yang diangkut dengan rata-rata tarif yang diperoleh dari perusahaan pelayaran, sedangkan struktur
inputnya dari hasil SKIO 2007. Data yang digunakan untuk penyusunan output dan struktur input
komunikasi diperoleh dari laporan tahunan dan ihtisar rugi/laba PT Pos Indonesia dan PT Telkom.
Output angkutan kereta api diperoleh dari penjumlahan pendapatan dari angkutan barang dan
penumpang, bea stasiun dan pendapatan lainnya. Output angkutan jalan raya diperoleh dari

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 25


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

perkalian antara jumlah kendaraan menurut jenisnya dengan masing-masing rata-rata output per
kendaraan. Output angkutan laut merupakan penjumlahan pendapatan dari angkutan barang dan
penumpang. Output angkutan udara dari penjumlahan output seluruh perusahaan penerbangan
nasional yang dialokasikan ke Kabupaten Bandung dengan jumlah penumpang yang naik di
Kabupaten Bandung sebagai alokator. Output jasa penunjang angkutan bersumber dari perkalian
antara masing-masing indikator produksi seperti: jumlah kendaraan, kapal, pesawat yang dilayani
dengan tarif atau rata-rata biaya yang dikeluarkan masing-masing angkutan. Sedangkan output jalan
tol adalah total pendapatan dari karcis jalan tol dan jembatan tol.
Struktur input untuk angkutan kereta api dan komunikasi diolah dari data laporan tahunan
masing-masing perusahaan. Angkutan jalan raya serta jasa penunjang angkutan didasarkan atas
koefisien input SKIO2007 dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam
bidang yang bersangkutan.

3.8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan


Kegiatan bank dan lembaga keuangan lainnya meliputi sektor 55 dan 57, sedangkan ruang
lingkupnya diuraikan sebagai berikut;

3.8.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Kegiatan bank dan lembaga keuangan lainnya meliputi:
1. Usaha jasa perbankan dan moneter seperti bank sentral, bank umum, bank pembangunan, bank
devisa, bank tabungan, dan Badan Perkreditan Rakyat (BPR) baik yang dikelola oleh pemerintah
maupun swasta. Kegiatan ini mencakup antara lain penerimaan dan pemberian pinjaman,
penyertaan modal usaha pemberian jaminan bank, pembelian dan penjualan surat-surat
berharga, jasa penyimpanan barang berharga dan sebagainya.
2. Usaha jasa keuangan lainnya seperti lumbung desa, koperasi simpan pinjam, pedagang valuta
asing serta jasa pasar modal.
3. Usaha jasa asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi bukan jiwa; termasuk asuransi sosial
yang dikelola oleh Perum TASPEN, Perum ASABRI, Perum ASTEK, dan sejenisnya.
4. Usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 26


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

5. Usaha jasa perusahaan seperti pengacara, notaris, akuntan, arsitektur, konsultan teknik,
konsultan pajak, jasa pengadaan tenaga kerja, pengolahan data, periklanan, pemetaan, riset, dan
pemasaran, sewa menyewa mesin dan peralatan dan sebagainya.
Output dari jasa perbankan meliputi penerimaan provisi dan komisi, penerimaan neto
transaksi devisa, pendapatan operasional lainnya, serta imputasi jasa pelayanan bank. Output dari
pedagang valuta asing merupakan selisih antara penjualan dengan pembelian mata uang, sedangkan
output asuransi merupakan selisih antara penerimaan premi dan klaim ditambah dengan pendapatan
dari penyertaan modal usaha serta pendapatan lainnya. Output dari kegiatan-kegiatan lainnya pada
umumnya merupakan nilai dari jasa yang diberikan pada pihak lain.

3.8.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data perbankan diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan data asuransi diperoleh dari
Laporan Keuangan Perasuransian, Direktorat Keuangan Departemen Keuangan. Data untuk
persewaan bangunan tempat tinggal diduga berdasarkan hasil SUSENAS2007, sedangkan struktur
inputnya dari SKIO. Data jasa perusahaan diperoleh dari direktori perusahaan untuk jumlah
perusahaan serta SKIO2007 untuk struktur inputnya.
Output kegiatan lainnya di luar perbankan bersumber dari;
a. Pegadaian diperoleh dari Laporan Tahunan Perum Pegadaian tahun2007 (Dirjen Moneter Dalam
Negeri, Departemen Keuangan);
b. Lembaga Keuangan bukan Bank dari direktorat Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan;
c. Output koperasi simpan pinjam didapat dengan mengalikan jumlah koperasi simpan pinjam
dengan rata-rata output per koperasi ,
d. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari asuransi jiwa, asuransi sosial, dan
reasuransi. Output persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara
pengeluaran rumahtangga untuk sewa rumah, pajak dan biaya pemeliharaan rumah perkapita
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Output jasa perusahaan lainnya secara
keseluruhan diperoleh dari perkalian antara jumlah perusahaan dengan rata-rata output
perperusahaan.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 27


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

Struktur input untuk perbankan dan asuransi diperoleh dari pengolahan terhadap data yang
berasal dari sumber masing-masing, sedangkan struktur input untuk kegiatan-kegiatan lainnya
umumnya diperoleh dari SKIO2007.

3.9 Jasa-jasa
Kegiatan yang termasuk jasa-jasa meliputi sektor 58 sampai dengan sektor 66, sektor 67
lainnya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut;

3.9.1 Ruang Lingkup dan Definisi


Jasa-jasa tersebut meliputi kegiatan-kegiatan seperti di bawah ini:
1. Jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;
2. Jasa pendidikan dan kesehatan pemerintah merupakan kegiatan pendidikan dan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah;
3. Jasa pendidikan dan kesehatan swasta merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang
disenggarakan oleh swasta;
4. Jasa kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, palang merah, panti asuhan,
panti wreda, rumah ibadat dan sebagainya;
5. Jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, baik
film komersial dan reproduksi film video, maupun film dokumenter untuk kepentingan pemerintah;
jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, musium, kebun binatang,
gedung olahraga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, dan sebagainya. Studio televisi dan
stasiun pemancar yang dikelola oleh TVRI dimasukkan ke dalam jasa pemerintahan umum dan
pertahanan;
6. Jasa perorangan dan rumah tangga meliputi kegiatan bengkel kendaraan baik bermotor maupun
tidak bermotor, reparasi TV, radio, lemari es, kamera, alat musik, barang-barang dari kulit. Jasa
rumahtangga adalah jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumahtangga
seperti tukang cukur, tukang jahit, binatu, salon kecantikan, pembantu rumahtangga, pengasuh
bayi dan sebagainya;
7. Lainnya meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak tercakup dalam 85 sektor di atas.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 28


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.9.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data yang digunakan untuk penyusunan output dan struktur input kegiatan jasa, diperoleh
dari beberapa sumber. Kegiatan pemerintahan dan pertahanan dari Direktorat Anggaran, Departemen
Keuangan untuk pemerintah pusat serta daftar K I, K II dan K III yang disajikan oleh BPS untuk
pemerintah daerah. Indikator produksi jasa kemasyarakatan, bersumber dari Susenas2007, Dinas
Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta beberapa sumber lainnya.
Struktur input, sebagian besar didasarkan pada hasil SKIO2007. Indikator produksi untuk jasa
hiburan dan rekreasi dari statistik bioskop, Dinas Pariwisata, dan sumber lainnya, sedangkan struktur
inputnya dari SKIO2007. Struktur input sektor jasa perbengkelan, jasa perorangan dan rumahtangga
disusun berdasarkan hasil SKIO2007.
Output kegiatan pemerintahan adalah semua belanja pusat dan daerah, baik berasal dari
belanja rutin maupun dari belanja pembangunan serta penyusutan barang modal. Output jasa
kemasyarakatan diperoleh dari perkalian antara masing-masing indikator produksinya seperti jumlah
murid menurut tingkatan, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat dengan
masing-masing rata-rata outputnya. Output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah tempat
duduk dengan rata-rata output per tempat duduk. Output panggung kesenian didasarkan atas
pembagian antara pajak tontonan yang diterima pemerintah dengan rasio pajak tontonan, kemudian
dikurangi dengan output bioskop. Output jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya di
dasarkan atas perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan
rata-rata outputnya. Output untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumahtangga
diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per
tenaga kerja. Output jasa pembantu rumahtangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari
perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu rumahtangga dengan jumlah penduduk.
Struktur input untuk kegiatan jasa-jasa pada umumnya didasarkan atas SKIO2007 yang
dilengkapi dengan beberapa data tambahan yang berasal dari sumber lainnya.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 29


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.10. Permintaan Akhir


Permintaan akhir atau Final Demand terdiri dari komponen-komponen pengeluaran konsumsi
rumahtangga, konsumsi pemerintah, lembaga sosial nonprofit, pembentukan modal tetap bruto,
perubahan stok dan ekspor.

3.10.1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga


3.10.1.1 Ruang Lingkup dan Definisi
Yang dimaksud dengan konsumsi rumahtangga adalah pengeluaran konsumsi rumahtangga
dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (non profit institutions) selama satu tahun.
Pengeluaran tersebut meliputi konsumsi barang dan jasa, baik yang diperoleh dari pihak lain maupun
yang dihasilkan sendiri, dikurangi nilai neto penjualan barang bekas dan barang sisa. Di samping itu,
konsumsi rumahtangga tersebut bukan hanya konsumsi yang dilakukan di dalam regionKabupaten
Bandung, tetapi juga termasuk konsumsi yang dilakukan di luar regionKabupaten Bandung. Untuk
menjaga konsistensi data perlu didefinisikan bahwa konsumsi yang dilakukan di luar regionKabupaten
Bandung oleh pendudukKabupaten Bandung, dianggap sebagai konsumsi yang bersumber dari
barang impor, sebaliknya konsumsi oleh penduduk luar di dalam regionKabupaten Bandung dianggap
sebagai ekspor.
Di samping itu, pembelian atau pembuatan rumah tempat tinggal yang baru, tidak dimasukkan
sebagai konsumsi rumahtangga melainkan dialokasikan ke pembentukan modal sektor usaha
bangunan tanah (real estate). Sebaliknya rumah tinggal yang ditempati sendiri oleh pemiliknya,
imputasi nilai rumahnya dihitung sebagai imputasi dari output sektor usaha bangunan dan tanah
sedangkan nilai sewa rumah tersebut dimasukkan kedalam pengeluaran konsumsi rumahtangga
untuk tempat tinggal. Bila rumahtangga melakukan perbaikan maka diperlakukan sebagai input antara
dari sektor perbaikan sektor bangunan.

3.10.1.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data dasar yang dipakai untuk mengestimasi konsumsi rumahtangga adalah hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)2007 berupa konsumsi perkapita terhadap berbagai barang dan
jasa. Untuk memperoleh total konsumsi digunakan jumlah penduduk tahun2007 sebagai pengali.
Khusus untuk komoditi makanan, data Susenas yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 30


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

adalah jumlah kuantum sehingga untuk mendapatkan nilai konsumsi digunakan harga eceran dimana
harga tersebut diperoleh dari BPS.
Penilaian barang dan jasa untuk konsumsi rumahtangga ini adalah berdasarkan harga
pembelian oleh rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, yang nilainya sama
dengan nilai harga eceran sektor perdagangan.

3.10.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah


3.10.2.1 Ruang Lingkup dan Definisi
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah pusat dan daerah,
termasuk semua pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata, kecuali yang sifatnya
pembentukan modal. Total pengeluaran pemerintah meliputi belanja pegawai, belanja barang,
belanja perjalanan dinas, biaya pemeliharaan dan perbaikan serta belanja rutin lainnya.
Yang dimaksud dengan belanja pegawai disini meliputi seluruh pengeluaran untuk upah dan
gaji baik berbentuk uang maupun barang. Termasuk juga disini belanja pensiun, uang lembur,
honorarium, lauk pauk dan belanja pegawai lainnya.
Yang dimaksud dengan belanja barang dan belanja rutin lainnya adalah semua pengeluaran
untuk biaya kantor seperti pembelian alat-alat tulis, pembayaran listrik, telepon, air dan gas, serta
bahan-bahan, alat-alat dan barang-barang lainnya. Termasuk juga disini biaya-biaya pemeliharaan
gedung kantor, kendaraan, barang inventarisasi dan lain-lain.

3.10.2.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Pengeluaran rutin pemerintah pusat datanya bersumber dari Departemen Keuangan berupa
realisasi belanja rutin Pemerintah Pusat yang diperinci menurut mata anggaran. Pengeluaran rutin
Pemerintah Daerah dari pengolahan daftar isian keuangan pemerintah daerah yang dikumpulkan oleh
BPS setiap tahun.

3.10.3 Pembentukan Modal Tetap


3.10.3.1 Ruang Lingkup dan Definisi
Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang
modal baru, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan barang modal bekas dari luar negeri.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 31


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

Pembentukan modal tetap mencakup juga perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang-barang
modal.
Pembentukan modal tetap dapat dibedakan menurut bentuknya, yang terdiri dari:
1. Bangunan/konstruksi;
2. Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan :
- Yang bersumber dari impor;
- Produksi dalam negeri;
3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal
tanah, termasuk hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan pohon
tanaman keras;
4. Pembelian ternak yang khusus dipelihara untuk keperluan pembiakan, untuk memperoleh susu,
bulu, tenaga dan sebagainya, tetapi tidak termasuk ternak yang akan dipotong.
5. Margin perdagangan dan biaya lain yang berkenaan dengan pemindahan hak milik dalam
transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan
barang-barang modal bekas.

3.10.3.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Metode yang dipakai dalam perkiraan pembentukan modal tetap, adalah pendekatan arus
barang, yaitu melalui penyediaan barang-barang modal, baik yang berasal dari produksi dalam negeri
maupun impor.
Nilai pembentukan modal berupa bangunan, diperoleh dari output sektor bangunan yang telah
dihitung sebagai output sektor bangunan yang akan menjadi pembentukan modal. Datanya ini
diperoleh dari sumber yang sama dengan yang digunakan sektor bangunan. Data pembentukan
modal berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan bersumber pada Statistik Impor yang disajikan
BPS, dan Statistik Industri Besar dan Sedang hasil dan Survei Tahunan Industri.
Pembentukan modal tetap dalam bentuk pengembangan dan pembukaan tanah,
pengembangan dan perluasan areal hutan dan pertambangan serta penanaman dan peremajaan
tanaman keras dan margin perdagangan dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pemindahan hak
milik dalam transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 32


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

dan barang-barang modal bekas, diperkirakan berdasarkan persentase tertentu dari Tabel I-
OKabupaten Bandung terdahulu.

3.10.4 Perubahan Stok


3.10.4.1 Ruang Lingkup dan Definisi
Yang dimaksud dengan perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir
tahun dengan nilai stok pada awal tahun, yang dapat dirinci sebagai berikut :
1. Perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan
jumlah ternak dan unggas, dan barang-barang strategis yang disimpan pemerintah;
2. Perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen;
3. Perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum
terjual oleh pedagang besar dan pengecer.

3.10.4.2 Sumber Data dan Metode Estimasi


Data perubahan stok bersumber dari proses rekonsiliasi, yaitu suatu nilai selisih antara
alokasi penggunaan (Demand) output dengan jumlah penyediaannya (Supply) oleh masing-masing
sektor.

3.11 Ekspor dan Impor


Tabel I-OKabupaten Bandung2007 transaksi ekspor dan impor meliputi barang dan jasa
termasuk juga barang-barang yang diperdagangkan antar wilayah. Transaksi ekspor (freight on
board / fob) dinyatakan dalam sektor ekspor barang dan dengan kode sektor 305, dan transaksi
impor (cif) dengan kode sektor 409. Secara rinci sumber data metode estimasi diuraikan sebagai
berikut;

3.11.1 Sumber Data dan Metode Estimasi


Untuk memperkirakan nilai ekspor dan impor barang dan jasa digunakan beberapa jenis data
yang diperoleh dari buku Statistik Perdagangan Luar Negeri terbitan BPS, Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia publikasi BI, Buku Tahunan Statistik Pertambangan Indonesia publikasi

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 33


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

Departemen Pertambangan dan Energi, Statistik Bongkar Muat dan dari sumber data lainnya. Metode
estimasinya akan dijelaskan seperti dibawah ini.

3.11.2 Ekspor Barang


Perkiraan nilai ekspor barang menggunakan data statistik perdagangan negeri BPS. Nilai
ekspor barang yang tersedia adalah nilai nilai ekspor barang yang diolah dengan metode “carry over”.
Untuk kebutuhan penyusunan Tabel I-O Kabupaten Bandung 2007, nilai ekspor barang yang
diolah dengan metode carry over perlu disesuaikan (adjust) untuk memperoleh nilai ekspor barang
yang aktual, yaitu nilai ekspor barang yang terjadi pada tahun 2007. Nilai ekspor barang dengan
menurut kode HS (Harmonise System) direklasifikasi sesuai dengan klasifikasi Tabel I-O 2007.

3.11.3 Ekspor Jasa


Nilai ekspor jasa diperkirakan dengan menggunakan data dari buku Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia publikasi BI. Nilai ekspor jasa tidak tersedia secara terpisah, tetapi masih
tergabung dengan nilai impor jasa. Untuk memperkirakan nilai ekspor jasa, berbagai keterangan
dikumpulkan dari BI, diantaranya bahwa komponen ekspor jasa meliputi penggunaan fasilitas jasa
yang disediakan oleh penduduk Indonesia yaitu jasa perjalanan dan periwisata, jasa asuransi pada
komunikasi, jasa perusahaan, serta jasa-jasa lainnya.

3.11.4 Impor Barang


Perkiraan nilai impor barang menggunakan data Statistik Perdagangan Luar Negeri yang
diolah oleh BPS dengan metode carry over seperti halnya ekspor barang. Penyesuaian dari hasil
pengolahan carry over perlu disesuaikan untuk memperoleh nilai impor barang aktual, yaitu nilai impor
barang yang terjadi selama tahun2007. Nilai impor barang direklasifikasikan dari Harmonise System
(HS) ke klasifikasi I-O tahun2007.

3.11.5 Impor Jasa


Nilai impor jasa diperkirakan dengan menggunakan dari data dengan ekspor jasa, yaitu
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Pendekatan dan metode penghitungan, sama seperti
yang dipakai pada ekspor jasa.

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 34


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

3.12 Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi


Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara nilai transaksi pada tingkat
harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. Oleh kerena itu, selisih nilai transaksi
tersebut mencakup:
1. Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran;
2. Biaya tranportasi dalam menyalurkan barang dari produsen ke tangan pembeli akhir.
Pengertian dan perlakuan margin perdagangan dan biaya transportasi akan lebih mudah dijelaskan
dengan menggunakan ilustrasi sebagai berikut

a. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli

1 2 3 4 5 F T X

1 10 80 5 5 0 145 45 200

2 20 50 10 5 15 275 75 300

3 5 35 5 10 5 40 0 100

4 0 0 0 0 0 0 -100 100

5 5 15 5 5 5 15 -20 70

B 40 180 25 25 25 475 0 770

V 160 120 75 75 45
X 200 300 100 100 70

1= sektor pertanian B= Total input antara


2= sektor industri V= Nilai tambah
3= sektor jasa X= Output
4= sektor perdagangan F= permintaan akhir
5= sektor angkutan T= margin perdagangan dan biaya
tranportasi

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 35


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

b. Matriks Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi

1 2 3 4 5 F T
1 2 14 1 2 0 26 45
2 3 8 2 1 3 58 75
3 0 0 0 0 0 0 0
4 -14 -17 -2 -2 -2 -73 -100
5 -1 -5 -1 -1 -1 -11 -20
0 0 0 0 0 0 0

b. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen

1 2 3 4 5 F T X
1 8 66 4 3 0 119 0 200
2 17 42 8 4 15 217 0 300
3 5 35 5 10 5 40 0 100
4 4 17 2 2 0 73 0 100
5 6 20 6 6 5 26 0 70
B 40 180 25 25 25 475 0 770
V 160 120 75 75 45
X 200 300 100 100 70

Pada tabel transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi yang terjadi pada permintaan antara
maupun permintaan akhir, dinilai atas dasar harga pembeli yang berarti di dalamnya sudah termasuk
margin perdagangan dan biaya tranportasi. Oleh karena itu dalam struktur input masing-masing
sektor, tidak ada yang berasal dari sektor perdagangan dan sektor pengangkutan. Kalau ada hanya
mencakup biaya angkutan penumpang dan barang-barang pindahan (bukan barang dagangan).

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 36


Bab III. Klasifikasi Sektor dan Sumber Data

Selanjutnya, karena nilai transaksi sudah termasuk margin, maka total margin harus
diletakkan pada kolom khusus (kolom T) dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama
dengan output, agar tetap terjadi keseimbangan pada masing-masing baris. Sebaliknya pada tabel
transaksi atas dasar harga produsen semua nilai transaksi tidak termasuk lagi margin perdagangan
dan biaya transportasi. Tetapi karena total input antara masing-masing kolom harus tetap sama,
maka nilai margin ini diperlukan sebagian sebagai input yang berasal dari sektor angkutan. Karena
nilai transaksi tidak lagi termasuk margin, maka total margin di sepanjang kolom T penimbangnya juga
harus nol.
Dalam pengumpulan data harga maupun penyusunan struktur input sektor-sektor produksi,
transaksi harga pembeli umumnya lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan transaksi pada harga
produsen. Oleh karena itu dalam praktek penyusunan Tabel I-O, tabel transaksi atas dasar harga
pembeli disusun lebih awal, sedangkan tabel transaksi atas dasar harga produsen justru diturunkan
dari tabel transaksi atas dasar harga pembeli dengan menggunakan matriks margin per-dagangan
dan biaya transportasi. Perkiraan terhadap margin ini dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan arus barang (comodity flow approach), yaitu untuk setiap komoditi yang
diperdagangkan diteliti besarnya rasio margin perdagangan besar, margin perdagangan eceran dan
biaya transportasi terhadap harga produsennya.
Data harga yang digunakan untuk menyusun ketiga rasio ini adalah:
a. Harga Produsen, Harga Perdagangan Besar dan Harga Konsumen. Data ini dikumpulkan BPS
bertujuan untuk penyusunan indeks harga;
b. Satuan nilai barang (unit value), khususnya untuk barang-barang ekspor, impor dan produksi
industri dalam negeri.
`

Tabel Input-Output Kabupaten Bandung2008 37


Lampiran

KLASIFIKASI 9 SEKTOR, 25 SEKTOR DAN 67 SEKTOR


TABEL INPUT OUTPUT KABUPATEN BANDUNG 2008

KODE I-O
(9 X 9) (25 X 25) (67 X 67)
1. Pertanian, Peternakan, 1. Tanaman Bahan Makanan 1. Padi
Kehutanan dan 2. Jagung
Perikanan 3. Ketela Pohon
4. Ubi Jalar
5. Kedele
6. Strabery
7. Buah-buahan
8. Kentang
9. Sayur-sayuran
10. Bahan Makanan Lainnya
2. Perkebunan 11. Kelapa
12. Teh
13. Cengkeh
14. Tembakau
15. Pertanian Tanaman Perkebunan Lainnya

3. Peternakan 16. Ternak dan hasil-hasilnya


17. Susu segar
18. Unggas dan hasil-hasilnya

4. Kehutanan 19. Kayu dan hasil-hasilnya


5. Perikanan 20. Ikan darat dan hasil perairan darat lainnya

2. Pertambangan dan 6. Pertambangan Minyak dan 21. Minyak Bumi


Penggalian Gas Bumi 22. Gas bumi dan panas bumi

7. Pertambangan Tapa Migas 23. Pasir


dan Penggalian 24. Barang tambang dan hasil galian lainnya

3. Industri Pengolahan 8. Industri Makanan dan 25. Beras


Minuman 26. Teh olahan
27. Industri makanan dan minuman lainnya

9. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, 28. Industri tekstil


Kulit dan Alas Kaki 29. Industri pakaian jadi, kecuali untuk alas
kaki
30. Industri kulit dan barang dari kulit kecuali
untuk alas kaki
31. Industri alas kaki
10. Industri Kayu, Bambu, Rotan 32. Industri Kayu, bamboo, rotan dan ayaman
dan Furniture. 33 Industri furniture (berbahan kayu)
11. Industri Kertas dan barang- 34 Industri Kertas, barang dari kertas dan
barang dari kertas, Percetakan sejenisnya
dan Penerbitan 35. Industri Penerbitan dan Percetakan

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 160


Lampiran

12. Industri Kimia, Barang-barang 36. Industri Kimia dan barang-barang dari
dari Bahan Kimia, Karet dan bahan
Plastik. kimia lainnya
37. Industri karet dan barang-barang dari
karet
38. Industri barang-barang dari plastik
(kecuali
furniture)
13. Industri Barang Mineral bukan 39. Industri pengolahan tanah liat dan
Logam. keramik
40. Industri barang galian lainnya dari bahan
baku
bukan logam
14. Industri Barang Jadi dari Logam 41. Industri Logam Dasar
Industri Logam Dasar. 42. Industri barang dari logam, kecuali mesin
dan peralatannya dan furniture
43. Industri mesin dan peralatan termasuk
perlengkapannya
44. Industri alat angkutan lainnya dan jasa
perbaikannya
45. Industri Lainnya
4. Listrik, Gas dan Air 15. Listrik 46. Listrik
Bersih
16. Air Bersih 47. Air Bersih

17 Bangunan 48. Bangunan

5. Bangunan/konstruksi 18. Perdagangan Besar dan Eceran 49. Perdagangan

6. Perdagangan, Hotel dan 19. Hotel dan Restoran 50. Hotel


Restoran
51. Restoran

7. Pengangkutan dan 20. Pengangkutan 52. Jasa Angkutan Rel


Komunikasi 53. Jasa Angkutan Jalan
54. Jasa Penunjang Angkutan

21. Komunikasi 55. Jasa Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan 22. Bank dan Lembaga Keuangan 56. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya
dan Lainnya
Jasa Perusahaan
23. Usaha Sewa Bangunan dan 57. Real Estate dan usaha persewaan
Jasa Perusahaan bangunan
58. Jasa Perusahaan.
9. Jasa jasa 24. Pemerintahan Umum dan 59. Jasa Pemerintahan Umum
Pertahanan 60. Jasa Pendidikan Pemerintah
61. Jasa Kesehatan Pemerintah

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 161


Lampiran

25. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 62. Jasa Pendidikan Swasta


serta Jasa Lainnya. 63. Jasa Kesehatan Swasta
64. Jasa kemasyarakatan Lainnya
65. Jasa Rekreasi, Kebudayaan dan Olah
Raga
66. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
67. Lainnya

Tabel Input Output Kabupaten Bandung 2008 162

Anda mungkin juga menyukai