Kata Sambutan
Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data-data dasar maupun
pendukung dalam menyusun publikasi ini diucapkan terima kasih. Sebagai
penyempurnaan publikasi masukan sangat kami harapkan.
Bupati Bandung
i
Kata Pengantar
Segala Puji bagi Allah SWT yang dengan Ridho dan ijin-Nya
sehingga publikasi Tabel Input Output (Tabel I-O) 2008 dapat terwujud
sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Soegiri Soetardi, MA
Nip. : 340010736
ii
Bab I. Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penyusunan Tabel I-O itu sendiri akan memberikan gambaran tentang seberapa jauh
konsistensi antar berbagai sumber data yang digunakan sehingga bermanfaat untuk menilai mutu
keserasian data statistik dan kemungkinan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaannya di
masa yang akan datang.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Tabel I-O, berikut ini diperlihatkan
ilustrasi sederhana dengan mengandaikan kegiatan ekonomi dibagi dalam tiga sektor produksi.
Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angka memperlihatkan bagaimana output suatu
sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand), sebagian
lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand) yang terdiri dari konsumsi, investasi
dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukan pemakaian input antara dan
input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi.
Dari setiap angka dalam sistem matriks tersebut dapat dilihat bahwa tiap sel bersifat ganda.
Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara), tiap angka
bila dilihat secara horizontal merupakan alokasi output suatu sektor kepada sektor lainnya, dan pada
waktu yang bersamaan dilihat secara vertikal merupakan input suatu sektor yang diperoleh dari sektor
lainnya. Gambaran ini menunjukan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks
memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengkait (interdependent) diantara semua sektor.
Dengan mengambil contoh dari ilustrasi di atas, dapat diikuti bahwa sektor 1, outputnya
berjumlah X1, dialokasikan secara baris sebanyak x11, x12, x13 berturut-turut kepada sektor 1, 2, dan 3
sebagai permintaan antara, serta sebanyak F1 untuk memenuhi permintaan akhir. Output X2 dan X3
masing-masing dari sektor 2 dan 3, alokasinya dapat diperiksa dengan cara yang sama. Alokasi
output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :
¦x
j 1
ij F1 X1 ; untuk i = 1, 2, 3.
Dimana xij adalah banyaknya output sektor ke i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j, Fi
adalah permintaan terhadap sektor ke i.
Dalam analisis input-output, sistem persamaan–persamaan tersebut diatas memegang
peranan penting sebagai kerangka dasar analisis yang akan dibuat.
BAB II
METODOLOGI
Tabel Input Output (I-O) disajikan dalam bentuk matriks, dengan sistem penyajian data dalam
bentuk dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris menunjukkan pendistribusian output yang
dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Sedangkan
isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing masing sektor dalam
Tabel I-O terdiri dari empat kuadran. Kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang
dan jasa yang digunakan dalam kegiatan produksi, dan disebut dengan input/permintaan antara. Hal
ini untuk menegaskan bahwa kuadran ini hanya merupakan proses ”antara” untuk diproses lebih lanjut
Kuadran II mencakup dua jenis transaksi yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen
penyediaan (supply). Adapun kuadran III berisi nilai tambah bruto (NTB) atau disebut dengan input
primer. Kuadran ini menggambarkan input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi
yang terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Sedangkan isian
Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung didistribusikan ke sektor
sektor permintaan akhir. Namun demikian kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk
beberapa alasan dalam penyusunan Tabel I-O Indonesia kuadran ini diabaikan.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel input output adalah:
a. Homogenety (homogenitas), yaitu satu sektor hanya menghasilkan satu jenis output dengan
stuktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda,
b. Proportionality (proporsionalitas), yaitu asumsi bahwa kenaikan penggunaan input oleh suatu
sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut,
c. Additivity (aditivitas), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai
sekto merupakan hasil penjumlahan dari setiap setiap pengaruh pada masing-masing sektor
tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar system
diabaikan.
Dengan ketersediaan jenis data maka penyusunan Tabel I-O dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung yaitu dengan
melakukan survey. Metode ini dengan cara mengumpulkan data/informasi dari populasi dengan cara
mengambil beberapa sample untuk masing-masing sektor. Metode pengambilan sample dengan
non-probability sampling, yaitu pengambilan sample yang tidak didasarkan atas peluang namun
pemilihan sample dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa indikator tertentu. Dalam hal ini
BPS melakukan survey yang disebut dengan Survei Khusus Input Output (SKIO).
Adapun pendekatan tidak langsung meliputi metode non-survei dan metode semi survei.
Metode non survei adalah metode di mana dalam pengisian sel sel tabel input output, terutama
kuadran I dan kuadran II, dengan cara menaksir dan memperbaiki struktur input berdasarkan data
sekunder misal data dari pendapatan regional, ekpor, impor yang mana data-data tersebut tiap tahun
tersedia.
Sedangkan metode semi survei yaitu data/informasi diperoleh dengan penggabungan dua
metode survei dan non-survei. Data tersebut kemudian diisikan ke sel sel tertentu di kuadran I.
Tahapan penyusunan Tabel I-O secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan,
estimasi dan proses rekonsiliasi. Pada tahap awal yaitu persiapan meliputi pembentukan tim kerja dan
penanggungjawab sektor dimana dituntut untuk meguasai secara logis susunan input dan mampu
menilai kelayakan dari alokasi output yang menjadi tanggung jawabnya. Penyusunan klasifikasi
sektor merupakan tahapan yang sangat penting sekali karena akan menentukan langkah-langkah
berikutnya. Dalam penyusunan klasifikasi sektor yaitu dengan mengelompokkan seluruh kegiatan
ekonomi diKabupaten Bandung ke dalam sektor-sektor yang mempunyai kesamaan dalam produk
yang dihasilkan atau kesamaan dalam kegiatan yang dilakukan. Beberapa hal yang dipertimbangkan
dalam menyusun klasifikasi sektor antara lain peranan suatu komoditi, ketersediaaan data dan
Pada tahap estimasi atau penaksiran isian sel Tabel I-O dilakukan setelah kegiatan
pengumpulan data yang berasal dari hasil survei, hasil konsolidasi data-data sekunder, dan
Tahap terakhir yaitu rekonsiliasi Tabel I-O, yaitu dengan melakukan kombinasi pengolahan
secara manual dan komputer. Secara manual yaitu dengan melihat kelayakan kesesuaian dan
kelogisan dari struktur input masing masing sektor, dan secara komputer yaitu dengan
Sistem pentabelan Tabel I-O didasarkan atas jenis transaksi yang dilakukan. Jika pentabelan
dibedakan atas penilaian traksaksi yang dilakukan maka dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
transaksi atas dasar harga pembeli dan transaksi atas dasar harga produsen, sedangkan atas dasar
pencatatannya maka dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu transaksi total dan transaksi domestik.
Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan jasa baik yang berasal dari impor atau
produk sektor domestik. Sedangkan transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan jasa
Transaksi atas dasar harga produsen yaitu nilai transaksi hanya mencakup harga barang dan
jasa. Sedangkan transaksi atas dasar harga pembeli di samping mencakup harga yang dibayarkan
kepada produsen juga mencakup margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari
kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Sehingga perbedaan antara Tabel
I-O atas dasar harga produsen dan pembeli yaitu terletak pada kolom margin perdagangan dan biaya
pengangkutan.
Koefisien input menggambarkan struktur biaya (Cost Structure) dari masing-masing sektor,
baik yang tergolong ke dalam biaya antara maupun biaya primer (nilai tambah). Di samping itu juga
menggambarkan jumlah unit produk berbagai sektor lain yang digunakan sebagai input dalam
memproduksi satu unit output tertentu. Cara baca koefisien dengan cara vertikal. Koefisien input
masing-masing dihitung dari tabel transaksi (tabel dasar) dengan cara sebagai berikut:
Xij : banyaknya output sektor i yang akan digunakan sebagai input oleh sektor j untuk
menghasilkan X, ,
aij : koefisien input antara yang berasal dari sektor i terhadap output sektor j,
X ij
V hj
a ij v hj
Xj Xj
dimana:
201 : upah gaji, 202 : surplus usaha, 203 : penyusutan, 204 : pajak tak
Matriks kebalikan Tabel I-O merupakan kerangka dasar untuk berbagai analisis ekonomi.
Pada prinsipnya matrik ini merupakan suatu fungsi yang menghubungkan permintaan akhir dengan
tingkat produksi. Oleh karena itu, matriks kebalikan ini dapat dipakai untuk menghitung pengaruh
perubahan permintaan akhir terhadap berbagai sektor dalam perekonomian. Misalnya jika ditentukan
atau ditargetkan jumlah konsumsi atau ekspor suatu sektor maka dengan menggunakan matriks ini
dapat dihitung jumlah output semua sektor lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau ekspor
tersebut.
Ada dua jenis matriks kebalikan yang ditampilkan dalam Tabel I-O. Pertama: adalah matriks
kebalikan dengan impor diperlakukan sebagai Exogenous Variabel (bebas dari yang lain). Notasi
matriks kebalikan dengan Impor diperlakukan sebagai Exogenous Variable adalah (I-Ad)-1 yang
diturunkan dari impor secara non-kompetitif. Kedua: adalah impor yang dianggap sebagai
Endogenous Variabel, artinya impor setiap sektor dianggap proporsional terhadap tingkat
penggunaan dari sektor yang bersangkutan. Notasi matriks kebalikan ini adalah (I-A)-1, yang diturunkan
dimana:
X = matriks output;
I = matriks identitas;
M = matriks impor.
Dengan demikian maka apabila permintaan akhir seperti konsumsi, investasi ataupun ekspor
diketahui atau ditargetkan pada suatu tingkat tertentu, maka output sektor yang diperlukan akan dapat
dihitung.
Lebih lanjut, suatu hubungan antara permintaan akhir (konsumsi, investasi, ekspor) dengan nilai
tambah sektoral juga dapat dibuat dengan menggunakan model persamaan matriks:
V = B X
dimana:
X = matriks output;
NTB i
V ij
Xj
V = B(I-Ad)-1Fd
Dari persamaan di atas, apabila permintaan akhir ditargetkan pada jumlah tertentu, maka pengaruhnya
analisis dapat diturunkan dari Tabel I-O. Birokrasi yang memahami manfaat Tabel I-O selalu
mendorong agar tabel tersebut dapat dipublikasikan secara kontinyu dimana manfaat dapat dirasakan
Ada dua analisis lainnya yang dianggap cukup penting dalam kaitannya dengan perencanaan
a. Analisis Keterkaitan
Dari Tabel I-O terdapat 2 (dua) jenis keterkaitan, yaitu keterkaitan kebelakang (backward
xij
aij , yang merupakan koefisien input.
Xj
xij
kij , yang merupakan koefisien alokasi output.
Xi
pembangunan, baik di pusat maupun di daerah. Pengaruh peningkatan suatu sektor akan terlihat pada
sektor-sektor yang mensuplai atau menyediakan bahan baku sebagai inputnya. Seberapa besar
dampaknya terhadap sektor-sektor yang mensuplai tadi disebut sebagai keterkaitan ke belakang.
Misalnya, industri pemintalan benang yang dikembangkan di suatu daerah yang mana akan
mendorong meningkatnya produksi kapas karena kapas merupakan komponen bahan baku atau
input dari industri. Dengan demikian pertanian kapas daerah tersebut sangatlah perlu menjadi
perhatian pemerintah.
penggunaan outputnya oleh sektor lain. Misalnya industri pemintalan benang yang diprioritas di atas,
akan mendorong pertumbuhan sektor/industri tekstil, karena benang merupakan bahan dasar industri
tekstil. Bertambahnya permintaan benang oleh industri tekstil tersebut ditunjukkan dalam bentuk rasio.
Keterkaitan ke belakang maupun keterkaitan ke depan akan dijelaskan lebih rinci melalui Daya
merupakan analisis lanjutan dengan menggunakan matriks kebalikan (I-Ad)-1. Apabila (I-Ad)-1 setiap
selnya diilustrasikan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat sebagai berikut ini:
n
maka daya penyebaran sektor j adalah ¦b i
ij , sedangkan derajat kepekaan sektor ke i adalah
¦bj
ij . Selanjutnya indeks daya penyebaran (Dj) dan indeks derajat kepekaan (Ei) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
¦b ¦b
n n
Dj Ei j ij
i ij
dan
1 1
¦ ¦b ¦ ¦b
n n n n
i j ij i j ij
n n
Dari rumus di atas dapat diartikan bahwa jika Dj dari sektor j tersebut relatif tinggi dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya (>1), maka berarti pengaruh permintaan produk sektor j terhadap
pertumbuhan sektor-sektor lainnya juga tinggi, dan sebaliknya. Selanjutnya jika Ei dari sektor i relatif
tinggi (>1) dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, maka berarti permintaan produk sektor lain
Tabel I-OKabupaten Bandung tahun2007 akan memuat tabel tabel pokok diantaranya matriks
menurut harga produsen, harga pembeli, koefisien-koefisien, alokasi output, derajat penyebaran dan
derajat kepekaan. Selain itu juga di uraian juga prinsip-prinsip pokok Tabel I-O, metodologi dan
klasifikasi sektor.
BAB III
KLASIFIKASI SEKTOR DAN SUMBER DATA
Penyusunan klasifikasi sektor merupakan kerangka dasar dalam penyajian penyusunan Tabel
I-O dan sangat berpengaruh dalam menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya. Klasifikasi sektor
bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam kedalam satuan-
satuan produksi yang sedapat mungkin menghasilkan output yang homogen.
Kriteria yang diperhatikan dalam mengelompokkan kegiatan ekonomi menjadi sektor-sektor
adalah:
1. Satuan-satuan kegiatan ekonomi dikelompokkan menurut kesamaan dalam susunan inputnya,
sekalipun penggunaan outputnya dapat berbeda. Sebaliknya kegiatan ekonomi yang
menghasilkan output dengan penggunaan yang sama, tetapi susunan inputnya berlainan, maka
kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat dikelompokkan kedalam satu sektor. Cara pengelompokan
ini disebut sebagai Pengelompokan Horizontal (Horizontal Classification),
2. Satuan-satuan kegiatan ekonomi yang menghasilkan beberapa macam barang dan jasa,
sekalipun jumlah output masing-masing jenis barang dan jasa dapat berubah-ubah dalam proporsi
yang sama, dapat dikelompokkan dalam satu sektor. Hal ini terjadi pada kegiatan-kegiatan
ekonomi yang dilakukan menurut tahap-tahap yang berurutan dalam proses produksi, seperti
pembersihan kapas, pembuatan benang tenun, pertenunan, pencelupan dan pencetakan tekstil.
Cara pengelompokan ini disebut Pengelompokan Vertikal (Vertical Classification).
Dalam rangka pengelompokan satuan kegiatan ekonomi dalam Tabel I-O, klasifikasi lapangan
usaha yang tersusun berdasarkan ISIC (International Standard of Industrial Classification for All
Economic Activities) telah dimanfaatkan dalam menyusun klasifikasi sektor untuk Tabel I-
OKabupaten Bandung. Klasifikasi tersebut juga dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi jenis
barang dan jasa yang merupakan produk utama (characteristic product) dari sektor-sektor.
Tabel I-O Kabupaten Bandung 2007, sebagian besar menggunakan dua konsep satuan
ekonomi, yaitu atas dasar satuan kelompok komoditi dan atas dasar satuan aktivitas. Oleh karena itu
pengukuran output sektoral yang didasarkan pada satuan aktivitas, sebenarnya terdiri dari satu atau
sekelompok komoditi atau aktivitas jenis.
Untuk sektor pertanian dan pertambangan, karena pangkal tolak penyusunan klasifikasi
lapangan usaha terutama didasarkan pada konsep satuan kelompok komoditi, maka dalam garis
besarnya susunan klasifikasi sektor tersebut adalah identik dengan klasifikasi komoditi. Untuk sektor-
sektor industri pengolahan, pemilihan mengenai jenis barang yang dicakup dalam suatu sektor
bersumber pada laporan statistik perusahaan-perusahaan industri, yang mengelompokkan
berdasarkan atas konsep satuan aktivitas.
Untuk sektor-sektor lainnya, kecuali sektor pemerintahan, dasar pengelompokkan komoditi
yang digunakan sesuai dengan kegiatan sektor yang bersangkutan seperti pada sektor-sektor
bangunan, perdagangan, pengangkutan dan sebagainya. Sektor pemerintahan dasarnya adalah
konsep satuan kelembagaan. Untuk barang-barang ekspor dan impor sekalipun klasifikasi yang
tersedia disusun untuk keperluan penyusunan Tabel I-O akan digunakan konversi Harmonise
System dengan HS/I-O, sebagai jembatannya.
Klasifikasi sektor tidak saja mempermudah proses penyusunan Tabel I-O, tetapi juga berguna
untuk tujuan-tujuan analisis, sebab dampak suatu sektor terhadap perkembangan ekonomi regional
atau sebaliknya, tidak akan dapat diketahui kalau sektor tersebut tidak berdiri sendiri dalam
klasifikasinya. Di samping itu, melalui klasifikasi sektor dapat dipelajari jenis-jenis barang, skala
prioritas, peranannya, teknologi pembuatan dan kegunaannya. Bahkan klasifikasi yang lebih rinci
akan memungkinkan pengenalan anatomi fisik yang lebih mendalam. Konversi dari suatu sistem ke
sistem yang lainnya, kebanyakan juga menggunakan klasifikasi.
Dalam Tabel I-O Kabupaten Bandung 2007, beberapa kriteria dasar penyusunan klasifikasi
sektor, yaitu lengkap, jelas dan tanggap. Lengkap artinya dapat mencakup seluruh komoditi/kegiatan
yang ada di Kabupaten Bandung, baik yang menyangkut produksi regional maupun impor dari luar
regional. Jelas artinya; tidak ada penapsiran ganda ataupun keraguan terhadap ruang lingkup dan
cakupan komoditi pada masing-masing sektor. Tanggap maksudnya dapat dijadikan alat yang
komprehensif bagi para perencana / pembuat keputusan, khususnya untuk komoditi-komoditi yang
dianggap kunci / unggulan diKabupaten Bandung.
Klasifikasi Tabel I-OKabupaten Bandung 2007 didasarkan atas sektor-sektor usaha yang
dominan yang ada di Kabupaten Bandung. Di samping itu, untuk kepentingan pembangunan
Kabupaten Bandung maka seluruh kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi 67 sektor kolom dan 67
sektor baris. Bahkan beberapa komoditi atau sektor yang merupakan komoditi atau sektor unggulan
ditampilkan menjadi sektor yang berdiri sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengamati kontribusinya serta
dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dalam pengembangannya di masa datang.
pada produksi dengan harga produsen. Nilai produksi ikutan dan sampingan merupakan bagian dari
output suatu sektor dan pada umumnya dihitung berdasarkan persentase tertentu terhadap produksi
utama. Sebagai contoh, gabah merupakan produksi utama dan merang produksi ikutannya. Nilai
merang dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai gabah. Persentase mengenai produksi ikutan
dan sampingan diperoleh dari survei khusus.
Susunan input yang terdiri dari input antara dan input primer dihitung berdasarkan hasil
berbagai survei, antara lain Survei Pertanian dan Survei Khusus Input-Output (SKIO).
Untuk komoditi yang mempunyai klasifikasi industri yang sama, baik output maupun inputnya
dikelompokkan menjadi satu sektor sesuai dengan klasifikasi I-O 2007 Kabupaten Bandung.
Penyusunan output persektor industri besar dan sedang dilakukan dengan cara
mengidentifikasikan jenis-jenis produksi yang kemudian dipindahkan keluar (transfer out) dan
dipindahkan kedalam (transfer in) sesuai sektor masing-masing. Jika suatu industri mempunyai
produksi yang karakteristiknya berbeda dengan industri itu, maka produksi tersebut dipindahkan ke
industri lain yang sama karakteristiknya dengan produksi itu. Dengan demikian bagi industri yang
outputnya dipindahkan, maka susunan inputnya pun harus dipindahkan mengikuti outputnya.
Data output industri kecil dan kerajinan rumahtangga tahun 2007 diperoleh dari Survei
Khusus Input Output di Kabupaten Bandung dan laporan dari Dinas/Kanwil Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Bandung.
diantaranya adalah taman kota, terowongan, waduk, banjir kanal, sanitasi, lapangan olahraga, dan
tempat rekreasi serta bangunan sipil lainnya termasuk peningkatan mutu tanah melalui pengeringan.
Konsep output sektor bangunan adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama
tahun2007, tanpa melihat apakah bangunan tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum pada
tahun tersebut. Nilai instalasi listrik, pengatur udara (AC) instalasi air dan barang-barang lain yang
telah dipasang sebelum bangunan tersebut ditempati/digunakan, dicakup pula di dalam output
bangunan. Akan tetapi nilai tanah tempat berdiri bangunan tidak termasuk ke dalam nilai bangunan.
dilakukan oleh broker, makelar, komisioner, agen dan sejenisnya sepanjang masih bersifat
perdagangan termasuk pula disini.
Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat
dinikmati langsung ditempat penjualan meliputi restoran, bar, warung makan, usaha-usaha jasa boga
dan sejenisnya. Penyediaan makanan dan minuman yang bersifat menunjang usaha utama tidak
dimasukkan sebagai kegiatan restoran, misalnya kegiatan penyediaan makanan dan minuman pada
perhotelan, pada angkutan penumpang dengan kapal laut, dan pesawat udara.
Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat
penginapan untuk jangka waktu relatif singkat. Pengusahaan bungalow, villa, flat, dan tempat
peristirahatan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan atau instansi untuk para anggota dan
pegawainya, tidak termasuk dalam kegiatan ini.
perkalian antara jumlah kendaraan menurut jenisnya dengan masing-masing rata-rata output per
kendaraan. Output angkutan laut merupakan penjumlahan pendapatan dari angkutan barang dan
penumpang. Output angkutan udara dari penjumlahan output seluruh perusahaan penerbangan
nasional yang dialokasikan ke Kabupaten Bandung dengan jumlah penumpang yang naik di
Kabupaten Bandung sebagai alokator. Output jasa penunjang angkutan bersumber dari perkalian
antara masing-masing indikator produksi seperti: jumlah kendaraan, kapal, pesawat yang dilayani
dengan tarif atau rata-rata biaya yang dikeluarkan masing-masing angkutan. Sedangkan output jalan
tol adalah total pendapatan dari karcis jalan tol dan jembatan tol.
Struktur input untuk angkutan kereta api dan komunikasi diolah dari data laporan tahunan
masing-masing perusahaan. Angkutan jalan raya serta jasa penunjang angkutan didasarkan atas
koefisien input SKIO2007 dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam
bidang yang bersangkutan.
5. Usaha jasa perusahaan seperti pengacara, notaris, akuntan, arsitektur, konsultan teknik,
konsultan pajak, jasa pengadaan tenaga kerja, pengolahan data, periklanan, pemetaan, riset, dan
pemasaran, sewa menyewa mesin dan peralatan dan sebagainya.
Output dari jasa perbankan meliputi penerimaan provisi dan komisi, penerimaan neto
transaksi devisa, pendapatan operasional lainnya, serta imputasi jasa pelayanan bank. Output dari
pedagang valuta asing merupakan selisih antara penjualan dengan pembelian mata uang, sedangkan
output asuransi merupakan selisih antara penerimaan premi dan klaim ditambah dengan pendapatan
dari penyertaan modal usaha serta pendapatan lainnya. Output dari kegiatan-kegiatan lainnya pada
umumnya merupakan nilai dari jasa yang diberikan pada pihak lain.
Struktur input untuk perbankan dan asuransi diperoleh dari pengolahan terhadap data yang
berasal dari sumber masing-masing, sedangkan struktur input untuk kegiatan-kegiatan lainnya
umumnya diperoleh dari SKIO2007.
3.9 Jasa-jasa
Kegiatan yang termasuk jasa-jasa meliputi sektor 58 sampai dengan sektor 66, sektor 67
lainnya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut;
adalah jumlah kuantum sehingga untuk mendapatkan nilai konsumsi digunakan harga eceran dimana
harga tersebut diperoleh dari BPS.
Penilaian barang dan jasa untuk konsumsi rumahtangga ini adalah berdasarkan harga
pembelian oleh rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, yang nilainya sama
dengan nilai harga eceran sektor perdagangan.
Pembentukan modal tetap mencakup juga perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang-barang
modal.
Pembentukan modal tetap dapat dibedakan menurut bentuknya, yang terdiri dari:
1. Bangunan/konstruksi;
2. Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan :
- Yang bersumber dari impor;
- Produksi dalam negeri;
3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal
tanah, termasuk hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan pohon
tanaman keras;
4. Pembelian ternak yang khusus dipelihara untuk keperluan pembiakan, untuk memperoleh susu,
bulu, tenaga dan sebagainya, tetapi tidak termasuk ternak yang akan dipotong.
5. Margin perdagangan dan biaya lain yang berkenaan dengan pemindahan hak milik dalam
transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan
barang-barang modal bekas.
dan barang-barang modal bekas, diperkirakan berdasarkan persentase tertentu dari Tabel I-
OKabupaten Bandung terdahulu.
Departemen Pertambangan dan Energi, Statistik Bongkar Muat dan dari sumber data lainnya. Metode
estimasinya akan dijelaskan seperti dibawah ini.
1 2 3 4 5 F T X
1 10 80 5 5 0 145 45 200
2 20 50 10 5 15 275 75 300
3 5 35 5 10 5 40 0 100
4 0 0 0 0 0 0 -100 100
5 5 15 5 5 5 15 -20 70
V 160 120 75 75 45
X 200 300 100 100 70
1 2 3 4 5 F T
1 2 14 1 2 0 26 45
2 3 8 2 1 3 58 75
3 0 0 0 0 0 0 0
4 -14 -17 -2 -2 -2 -73 -100
5 -1 -5 -1 -1 -1 -11 -20
0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 F T X
1 8 66 4 3 0 119 0 200
2 17 42 8 4 15 217 0 300
3 5 35 5 10 5 40 0 100
4 4 17 2 2 0 73 0 100
5 6 20 6 6 5 26 0 70
B 40 180 25 25 25 475 0 770
V 160 120 75 75 45
X 200 300 100 100 70
Pada tabel transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi yang terjadi pada permintaan antara
maupun permintaan akhir, dinilai atas dasar harga pembeli yang berarti di dalamnya sudah termasuk
margin perdagangan dan biaya tranportasi. Oleh karena itu dalam struktur input masing-masing
sektor, tidak ada yang berasal dari sektor perdagangan dan sektor pengangkutan. Kalau ada hanya
mencakup biaya angkutan penumpang dan barang-barang pindahan (bukan barang dagangan).
Selanjutnya, karena nilai transaksi sudah termasuk margin, maka total margin harus
diletakkan pada kolom khusus (kolom T) dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama
dengan output, agar tetap terjadi keseimbangan pada masing-masing baris. Sebaliknya pada tabel
transaksi atas dasar harga produsen semua nilai transaksi tidak termasuk lagi margin perdagangan
dan biaya transportasi. Tetapi karena total input antara masing-masing kolom harus tetap sama,
maka nilai margin ini diperlukan sebagian sebagai input yang berasal dari sektor angkutan. Karena
nilai transaksi tidak lagi termasuk margin, maka total margin di sepanjang kolom T penimbangnya juga
harus nol.
Dalam pengumpulan data harga maupun penyusunan struktur input sektor-sektor produksi,
transaksi harga pembeli umumnya lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan transaksi pada harga
produsen. Oleh karena itu dalam praktek penyusunan Tabel I-O, tabel transaksi atas dasar harga
pembeli disusun lebih awal, sedangkan tabel transaksi atas dasar harga produsen justru diturunkan
dari tabel transaksi atas dasar harga pembeli dengan menggunakan matriks margin per-dagangan
dan biaya transportasi. Perkiraan terhadap margin ini dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan arus barang (comodity flow approach), yaitu untuk setiap komoditi yang
diperdagangkan diteliti besarnya rasio margin perdagangan besar, margin perdagangan eceran dan
biaya transportasi terhadap harga produsennya.
Data harga yang digunakan untuk menyusun ketiga rasio ini adalah:
a. Harga Produsen, Harga Perdagangan Besar dan Harga Konsumen. Data ini dikumpulkan BPS
bertujuan untuk penyusunan indeks harga;
b. Satuan nilai barang (unit value), khususnya untuk barang-barang ekspor, impor dan produksi
industri dalam negeri.
`
KODE I-O
(9 X 9) (25 X 25) (67 X 67)
1. Pertanian, Peternakan, 1. Tanaman Bahan Makanan 1. Padi
Kehutanan dan 2. Jagung
Perikanan 3. Ketela Pohon
4. Ubi Jalar
5. Kedele
6. Strabery
7. Buah-buahan
8. Kentang
9. Sayur-sayuran
10. Bahan Makanan Lainnya
2. Perkebunan 11. Kelapa
12. Teh
13. Cengkeh
14. Tembakau
15. Pertanian Tanaman Perkebunan Lainnya
12. Industri Kimia, Barang-barang 36. Industri Kimia dan barang-barang dari
dari Bahan Kimia, Karet dan bahan
Plastik. kimia lainnya
37. Industri karet dan barang-barang dari
karet
38. Industri barang-barang dari plastik
(kecuali
furniture)
13. Industri Barang Mineral bukan 39. Industri pengolahan tanah liat dan
Logam. keramik
40. Industri barang galian lainnya dari bahan
baku
bukan logam
14. Industri Barang Jadi dari Logam 41. Industri Logam Dasar
Industri Logam Dasar. 42. Industri barang dari logam, kecuali mesin
dan peralatannya dan furniture
43. Industri mesin dan peralatan termasuk
perlengkapannya
44. Industri alat angkutan lainnya dan jasa
perbaikannya
45. Industri Lainnya
4. Listrik, Gas dan Air 15. Listrik 46. Listrik
Bersih
16. Air Bersih 47. Air Bersih
8. Keuangan, Persewaan 22. Bank dan Lembaga Keuangan 56. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya
dan Lainnya
Jasa Perusahaan
23. Usaha Sewa Bangunan dan 57. Real Estate dan usaha persewaan
Jasa Perusahaan bangunan
58. Jasa Perusahaan.
9. Jasa jasa 24. Pemerintahan Umum dan 59. Jasa Pemerintahan Umum
Pertahanan 60. Jasa Pendidikan Pemerintah
61. Jasa Kesehatan Pemerintah