58
Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional disebut pengaruh pangsa (share). Pertumbuhan
atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh
pertumbuhan ekonomi nasional terhadap variabel regional sektor/industri daerah yang
diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan nasional yang
mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah. Diharapkan bahwa apabila suatu negara
mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak positif terhadap perekonomian
daerah.
Gambar 1
Diagram Konsep Mix dan Share
Negara
Industry 1
1r
Wilayah/region
Industry 2
2r (xr = bagian daerah
untuk industri x)
3r
Industry 3
Mengenai pegaruh Bauran Industri (Industry Mix) dan pengaruh Regional Shares, kedua
pengaruh tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 1. Untuk mempermudah pengertian,
notasi-notasi yang ada diberikan contoh sebagai berikut.
1. Industri 1 Æ Sektor 1 di tingkat nasional
2. Industri 2 Æ Sektor 2 di tingkat nasional
3. Industri 3 Æ Sektor 3 di tingkat nasional
4. 1r Æ Sektor 1 di Kabupaten r
5. 2r Æ Sektor 2 di Kabupaten r
6. 3r Æ Sektor 3 di Kabupaten r
Pengaruh Bauran Industri disebut proportional shift atau bauran komposisi. Analisis
proportional shift dilakukan dengan membandingkan suatu sektor sebagai bagian dari
perekonomian daerah dengan sektor tersebut sebagai bagian dari perekonomian nasional.
Komponen ini menunjukkan apakah aktivitas ekonomi pada sektor tersebut tumbuh lebih
cepat atau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan aktivitas ekonomi secara nasional.
59
Pengaruh bauran industri akan positif apabila pertumbuhan variabel regional suatu sektor
lebih besar daripada pertumbuhan variabel regional total sektor di tingkat nasional.
Sebaliknya bauran industri akan negatif apabila pertumbuhan variabel regional suatu sektor
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan variabel tersebut di tingkat nasional.
Nilai positif atau negatif tersebut akan menunjukkan tingkat spesialisasi suatu sektor, yaitu
tumbuh lebih cepat atau lebih lambat terhadap perekonomian nasional. Jadi, suatu daerah
yang memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat secara nasional akan
memiliki pengaruh bauran industri yang positif. Demikian juga sebaliknya, suatu daerah yang
memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih lambat secara nasional akan memiliki
pengaruh bauran industri yang negatif.
Secara matematis, Bauran Industri dapat diekspresikan sebagai berikut.
1r 2r 3r
, ,
1r + 2 r + 3 r 1r + 2 r + 3 r 1r + 2 r + 3 r
relatif terhadap
1 2 3
, ,
1+ 2 + 3 1+ 2 + 3 1+ 2 + 3
1r 2r 3r
, , pada akhir periode
1 2 3
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka Regional Shares Sektor 1 dianalisis dengan
membandingkan variabel regional Sektor 1 di Kabupaten r dengan sektor yang sama di
tingkat nasional.
Dengan demikian, analisis Shift-share akan dapat memberikan dua indikator positif sebagai
berikut.
1. suatu wilayah mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara
nasional (industry-mix effect)
2. sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata
nasional untuk sektor-sektor tersebut (competitive advantage effect)
60
Keunggulan Analisis Shift-share
Keunggulan analisis Shift- share antara lain (Stevens B.H. dan Moore dalam Modul Isian
Daerah untuk SIMRENAS):
1. Analisis Shift-share tergolong sederhana. Namun demikian, dapat memberikan
gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi.
2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.
3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup
akurat.
Keterangan:
Dij: perubahan suatu variabel regional sektor i di wilayah j dalam kurun waktu tertentu
Bila analisis itu diterapkan pada variabel regional, misalnya kesempatan kerja, maka tiap
komponen dapat didefinisikan sebagai berikut.
Perubahan suatu variabel regional suatu sektor sektor di suatu wilayah tertentu juga
merupakan perubahan antara kesempatan kerja pada tahun akhir analisis dengan
kesempatan kerja pada tahun dasar.
61
Dij = E*ij – Eij (2)
Keterangan:
Komponen bauran industri suatu sektor di suatu wilayah menunjukkan bahwa kesempatan
kerja tumbuh sesuai laju selisih antara laju pertumbuhan sektor tersebut secara nasional
dengan laju pertumbuhan nasional. Sementara itu, komponen keunggulan kompetitif suatu
sektor di suatu wilayah merupakan kesempatan kerja yang tumbuh sesuai laju selisih antara
laju pertumbuhan sektor tersbut di wilayah tersebut dengan laju pertumbuhan sektor tersebut
secara nasional.
Mij = Eij (rin – rn) (4)
Cij = Eij (rij – rin) (5)
Keterangan:
rn: laju pertumbuhan nasional
rin: laju pertumbuhan sektor i wilayah j
Masing-masing laju pertumbuhan didefinisikan sebagai berikut.
1. mengukur laju pertumbuhan sektor i di wilayah j
rij = (E*ij – Eij)/Eij (6)
2. mengukur laju pertumbuhan sektor i perekonomian nasional
rin = (E*in – Ein)/Ein (7)
3. mengukur laju pertumbuhan nasional
rn = (E*n – En)/En (8)
Keterangan:
E*in: kesempatan kerja sektor i di tingkat nasional pada tahun terakhir analisis
Ein: kesempatan kerja sektor i di tingkat nasional pada suatu tahun dasar tertentu
E*n: kesempatan kerja nasional pada tahun terakhir analisis
En: kesempatan kerja nasional pada suatu tahun dasar tertentu
Untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional, bauran industri, dan keunggulan kompetitif
dapat ditentukan bagi suatu sektor (i) atau dijumlahkan untuk semua sektor sebagai
keseluruhan wilayah.
Persamaan Shift-share untuk sektor i di wilayah j adalah :
Dij = Eij.rn + Eij(rin – rn) + Eij(rij – rin) (9)
62
Persamaan ini membebankan tiap sektor wilayah dengan laju pertumbuhan yang setara
dengan laju yang dicapai oleh perekonomian nasional selama kurun waktu analisis.
Persamaan (9) menunjukkan bahwa semua wilayah dan sektor-sektor sebaiknya memiliki
tingkat pertumbuhan yang paling kecil sama dengan laju pertumbuhan nasional (rn).
Perbedaan antara pertumbuhan suatu variabel wilayah dengan pertumbuhan nasional
merupakan net gain atau net loss (atau shift) wilayah bersangkutan (Supomo, 1993).
Bila tiap komponen (pengaruh) Shift-share dijumlahkan untuk semua sektor, maka tanda
hasil penjumlahan itu akan menunjukkan arah perubahan dalam pangsa wilayah kesempatan
kerja nasional. Pengaruh bauran industri total akan positif/negatif/nol di semua wilayah bila
kesempatan kerja suatu sektor tumbuh di atas/di bawah/sama dengan kesempatan kerja
nasional. Demikian pula, pengaruh keunggulan kompetitif total akan positif/negatif/nol di
wilayah-wilayah, dimana kesempatan kerja berkembang lebih cepat/lebih lambat atau sama
dengan pertumbuhan kesempatan kerja sektor yang bersangkutan di tingkat nasional.
63
Modifikasi E-M terhadap analisis Shift Share adalah:
Dij = Eij (rn) + Eij (rij – rn) + E’ij (rij – rin) + (Eij – E’ij)(rij-rin) (13)
Dapat dilihat bahwa komponen keunggulan kompetitif dibagi menjadi keunggulan kompetitif
karena adanya homothetic employment dan keunggulan kompetitif karena efek alokasi.
64
Contoh Penerapan Analisis Shift-share
Analisis Shift-share diterapkan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah
dengan memperhatikan perekonomian daerah yang lebih tinggi. Analisis Shift-share misalnya
digunakan untuk menganalisis pergeseran struktur perekonomian tingkat kabupaten/kota
dengan memperhatikan perekonomian tingkat provinsi di atasnya atau menganalisis
pergeseran struktur perekonomian tingkat provinsi dengan memperhatikan perekonomian
nasional. Berikut akan dijelaskan contoh penerapan analisis Shift-share, yaitu menganalisis
pergeseran perekonomian Provinsi Sumatera Barat dengan memperhatikan perekonomian
nasional (Indonesia).
Tabel 1
PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Barat, 2001 dan 2004
(dalam miliar Rupiah)
Nilai PDRB Provinsi Sumatera Barat
Lapangan Usaha 2001 2004** Perubahan
(Eij) (Eij*) Absolut Persen
1. Pertanian 5,648 6,937 1,289 22.82
2. Pertambangan 868 923 55 6.34
3. Industri Pengolahan 3,318 3,593 275 8.29
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 243 301 58 23.87
5. Bangunan 1,157 1,375 218 18.84
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,332 4,969 637 14.70
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,749 3,436 687 24.99
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 1,204 1,437 233 19.35
9. Jasa-jasa 4,205 4,600 395 9.39
Jumlah 23,724 27,571 3,847 16.22
Keterangan: ** angka sementara
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005, diolah
Tabel 2
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Sektoral Indonesia, 2001 dan 2004
(dalam miliar Rupiah)
Nilai PDB Indonesia
Lapangan Usaha 2001 2004** Perubahan
(Ein) (Ein*) Absolut Persen
1. Pertanian 225,686 252,953 27,267 12.08
2. Pertambangan 56,793 62,017 5,224 9.20
3. Industri Pengolahan 347,429 418,935 71,506 20.58
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 7,869 9,427 1,558 19.80
5. Bangunan 80,080 97,467 17,387 21.71
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 234,273 271,178 36,905 15.75
7. Pengangkutan dan Komunikasi 70,276 95,772 25,496 36.28
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 123,085 150,936 27,851 22.63
9. Jasa-jasa 133,957 151,436 17,479 13.05
Jumlah 1,279,448 1,510,121 230,673 18.03
Keterangan: ** angka sementara
Sumber: www.bps.go.id, diolah
65
Barat dihitung perubahannya, yaitu selisih antara nilai PDRB tahun dasar dengan tahun
analisis. Hal yang sama dilakukan juga pada nilai PDB sektoral Indonesia, disajikan pada
Tabel 2.
Berdasarkan data tersebut, nilai PDRB sektoral Provinsi Sumatera Barat telah mengalami
perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar 3.847 miliar rupiah
atau sebesar 16,22 persen. Sedangkan perekonomian nasional (Indonesia) tumbuh sebesar
230.673 miliar rupiah atau sebesar 18,03 persen.
Untuk mengetahui gambaran keadaan perekonomian Provinsi Sumatera Barat terhadap
perekonomian Nasional (Indonesia), Tabel 3 menyajikan distribusi PDRB sektoral Provinsi
Sumatera Barat dan PDRB sektoral Indonesia tahun 2001 dan 2004.
Tabel 3
Distribusi PDRB Sektoral Prov. Sumatera Barat dan PDB Sektoral Indonesia, 2001 dan 2004
(dalam persen)
PDRB PDB
Lapangan Usaha Sumatera Barat Indonesia
2001 2004** 2001 2004**
1. Pertanian 23,81 25,16 17,64 16,75
2. Pertambangan 3,66 3,35 4,44 4,11
3. Industri Pengolahan 13,99 13,03 27,15 27,74
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,02 1,09 0,62 0,62
5. Bangunan 4,88 4,99 6,26 6,45
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,26 18,02 18,31 17,96
7. Pengangkutan dan Komunikasi 11,59 12,46 5,49 6,34
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 5,08 5,21 9,62 9,99
9. Jasa-jasa 17,72 16,68 10,47 10,03
Jumlah 100 100 100 100
Keterangan: ** angka sementara
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005, diolah
www.bps.go.id, diolah
Tabel 4
Laju Pertumbuhan Sektoral Perekonomian Sumatera Barat dan Indonesia, 2001 dan 2004
(dalam persen)
Laju pertumbuhan
sektor i sektor i
Lapangan Usaha nasional
di Sumatera Barat perekonomian nasional
(rij) (rin) (rn)
1. Pertanian 0,23 0,12 0,18
2. Pertambangan 0,06 0,09 0,18
3. Industri Pengolahan 0,08 0,21 0,18
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,24 0,20 0,18
5. Bangunan 0,19 0,22 0,18
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,15 0,16 0,18
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,25 0,36 0,18
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 0,19 0,23 0,18
9. Jasa-jasa 0,09 0,13 0,18
Jumlah 1,49 1,71 1,62
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005, diolah
www.bps.go.id, diolah
66
Analisis Shift-share mensyaratkan untuk menghitung laju pertumbuhan variabel regional
yang dianalisis (PDRB sektoral) baik dalam perekonomian wilayah maupun dalam
perekonomian nasional. Selain itu, dihitung juga laju pertumbuhan untuk perekonomian
nasional. Tabel 4 menyajikan perhitungan tersebut.
Setelah rumus dasar yang diperlukan dalam analisis Shift-share dihitung, masing-masing
komponen pembentuk rumus dapat dihitung. Ketiga jenis analisis Shift-share mempunyai
konsep yang sama dalam mendefinisikan komponen Nij dan Mij. Sedangkan componen Cij
telah dimodifikasi untuk melengkapi beberapa kelemahan analisis Shift-share klasik.
Modifikasi terhadap analisis Shift-share klasik oleh Esteban-Marquillas membagi komponen
keunggulan menjadi keunggulan kompetitif karena adanya homothetic employment (C’ij) dan
keunggulan kompetitif karena efek alokasi (Aij). Sedangkan modifikasi terhadap analisis
klasik oleh Archelus adalah mengganti keunggulan kompetitif dengan sebuah komponen
yang disebabkan oleh pertumbuhan wilayah (Rij) dan sebuah komponen bauran industri
regional (RIij). Perhitungan tersebut disajikan berturut-turut dalam Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel
7.
Tabel 5
Analisis Shift-share Klasik untuk Provinsi Sumatera Barat, 2001 dan 2004
Pergeseran
Komponen Struktur
Ekonomi
Lapangan Usaha
Pertumbuhan Bauran Keunggulan
(Pertumbuhan)
Nasional Industri Kompetitif
(Nij) (Mij) (Cij) (Dij)
1. Pertanian 1.018 -336 607 1.289
2. Pertambangan 156 -77 -25 55
3. Industri Pengolahan 598 85 -408 275
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 44 4 10 58
5. Bangunan 209 43 -33 218
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 781 -99 -45 637
7. Pengangkutan dan Komunikasi 496 502 -310 687
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
217 55 -39 233
Keuangan
9. Jasa-jasa 758 -209 -154 395
Jumlah 4.277 -32 -398 3.847
Prosentase terhadap pertumbuhan (Dij) 111,18 -0,83 -10,35 100,00
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005, diolah
www.bps.go.id, diolah
Hasil analisis Shift-share menunjukkan bahwa selama tahun 2001-2004, nilai PDRB sektoral
Provinsi Sumatera Barat telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB
tersebut tumbuh sebesar 3.847 miliar rupiah atau sebesar 16,22 (Tabel 1 dan Tabel 5).
Sedangkan perekonomian nasional (Indonesia) tumbuh sebesar 230.673 miliar rupiah atau
sebesar 18,03 persen (Tabel 2 dan Tabel 5). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh
komponen pertumbuhan nasional (Nij), bauran industri (Mij), dan keunggulan kompetitif (Cij).
Menurut perhitungan komponen pertumbuhan nasional, pertumbuhan ekonomi nasional telah
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat sebesar 4.277 miliar rupiah
atau 111,18 persen. Namun, sebenarnya perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Barat
hanyalah sebesar 3.847 miliar rupiah (Tabel 5). Hal ini dikarenakan masih ada dua
komponen lain yang memberikan pengaruh yaitu bauran industri dan keunggulan kompetitif.
Komponen bauran industri menyatakan besar perubahan perekonomian wilayah akibat
adanya bauran industri. Hasil analisis menunjukkan bahwa bauran industri memberikan
pengaruh yang negatif bagi perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera Barat, yaitu
sebesar -32 miliar rupiah atau -0,83 persen. Nilai negatif mengindikasikan bahwa komposisi
67
sektor pada PDRB Provinsi Sumatera Barat cenderung mengarah pada perekonomian yang
akan tumbuh relatif lambat. Pada Tabel 5 dapat dilihat sektor-sektor yang mendapat
pengaruh bauran industri, yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Keuangan.
Perhitungan komponen keunggulan kompetitif dilakukan melalui tiga cara. Cara yang
pertama, yaitu menggunakan analisis Shift-share klasik menghasilkan nilai keunggulan
kompetitif (Cij) sebesar -398 miliar rupiah atau -10,35 persen, dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai
ini mengindikasikan bahwa keunggulan kompetitif yang dihasilkan akan mengurangi
perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera Barat. Namun demikian bukan berarti
bahwa perekonomian Provinsi Sumatera Barat sama sekali tidak kompetitif. Hal ini karena
meskipun secara agregat nilainya negatif tetapi terdapat sektor yang mempunyai nilai positif,
yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.
Cara yang kedua adalah menggunakan modifikasi Esteban Marquillas. Komponen
keunggulan kompetitif yang dihasilkan berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur
homothetic output (C’ij) dan komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara agregat
nilai C’ij untuk Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar -767 miliar rupiah dan nilai Aij yang
dihasilkan adalah sebesar 369 miliar rupiah. Hal ini berarti secara agregat Provinsi Sumatera
Barat memang tidak memiliki keunggulan kompetitif, akan tetapi memiliki spesialisasi. Hasil
analisis disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6
Analisis Shift-share Modifikasi Estaban-Marquillas untuk Provinsi Sumatera Barat
2001 dan 2004
Komponen Keunggulan Kompetitif
Lapangan Usaha
C'ij Aij Cij = C'ij + Aij
1. Pertanian 449 157 607
2. Pertambangan -30 5 -25
3. Industri Pengolahan -792 384 -408
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6 4 10
5. Bangunan -43 9 -33
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran -46 0 -45
7. Pengangkutan dan Komunikasi -147 -163 -310
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan -75 35 -39
9. Jasa-jasa -91 -63 -154
Jumlah -767 369 -398
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005, diolah
www.bps.go.id, diolah
Perhitungan nilai keunggulan kompetitif dengan cara ketiga adalah dengan menggunakan
modifikasi Archelus. Modifikasi tersebut membagi nilai keunggulan kompetitif menjadi
komponen pengaruh pertumbuhan regional (Rij) dan pengaruh bauran industri regional (RIij).
Hasil perhitungan keunggulan kompetitif tersebut berturut-turut adalah -430 miliar rupiah dan
32 miliar rupiah. Pertumbuhan regional Provinsi Sumatera Barat (untuk semua sektor)
ternyata memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan perekonomian Provinsi
Sumatera Barat sendiri. Pengaruh bauran industri regional juga memberikan kontribusi
negatif. Tetapi ada tiga sektor yang memberikan kontribusi positif, yaitu Sektor Pertanian,
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Hasil
analisis dapat dilihat pada Tabel 7.
68
Tabel 7
Analisis Shift-share Modifikasi Archelus untuk Provinsi Sumatera Barat, 2001 dan 2004
Komponen Keunggulan
Lapangan Usaha Kompetitif
Rij RIij Cij = Rij + RIij
1. Pertanian -102 709 607
2. Pertambangan -16 -9 -25
3. Industri Pengolahan -60 -348 -408
4. Listrik, Gas dan Air Bersih -4 14 10
5. Bangunan -21 -12 -33
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran -79 33 -45
7. Pengangkutan dan Komunikasi -50 -260 -310
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan -22 -18 -39
9. Jasa-jasa -76 -77 -154
Jumlah -430 32 -398
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005, diolah
www.bps.go.id, diolah
Implikasi Kebijakan
Setelah kita selesai melakukan analisis Shift-share sesuai tahap-tahap di atas kita dapat
mengetahui perubahan struktur perekonomian Provinsi Sumatera Barat dengan
memperhatikan perkembangan perekonomian nasional. Selain itu, analisis Shift-share juga
dapat digunakan untuk membantu dalam perumusan berbagai kebijakan pembangunan
terrmasuk perumusan kebijakan anggaran.
Dengan analisis Shift-share, kedudukan perekonomian daerah terhadap perekonomian
daerah yang menjadi referensi atau diacu dapat diketahui. Analisis Shift-share dapat
digunakan untuk menghitung dan menganalisis variabel perekonomian regional sampai
tingkat terkecil, misalnya subsektor (tergantung data variabel regional yang tersedia). Hasil
analisis Shift-share tersebut dapat memberikan informasi kepada pengambil kebijakan,
misalnya mengenai sektor-sektor unggulan suatu daerah dan tingkat spesialisasi suatu
sektor.
Analisis Shift-share dapat digunakan untuk menentukan sektor-sektor prioritas suatu daerah.
Hal ini penting bagi perumusan kebijakan anggaran. Dengan menentukan sektor-sektor
prioritas, pemerintah daerah akan dapat menentukan alokasi dan prioritas anggaran untuk
sektor-sektor yang secara signifikan dapat memacu perkembangan atau pertumbuhan
perekonomian daerah. Selain itu alokasi anggaran yang tepat dapat mendorong tercapainya
kesejahteraan masyarakat.
69
Referensi Utama
Badan Pusat Statistik, Sumatera Barat dalam Angka 2004/2005
Bendavid-Val, Avrom, Regional and Local Economic Analysis for Practitioners,Wesport,
Connecticut: Praeger, Fourth Edition, 1991.
Dinc, Mustafa, “Regional and Local Economic Analysis Tools”, The World Bank, Washington
DC, January 2002.
Soepono, Prasetyo “Analisis Shift-share: Perkembangan dan Penerapan” Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, September 1993.
www.bps.go.id
www.bappenas.go.id/.../&view=85/MODUL-ISIAN-SIMRENAS.pdf
70