Anda di halaman 1dari 13

NurseLine Journal

Vol. 2 No. 2 Nopember 2017 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X

PENGARUH TERAPI SUPORTIF KELOMPOK TERHADAP BEBAN DAN MEKANISME


KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA

(THE EFFECT OF SUPPORTIVE GROUP THERAPY ON THE BURDEN AND COPING


MECHANISMS IN CARING FOR FAMILY MEMBERS WHO SUFFER SCHIZOPHRENIA)

Liyanovitasari1*, Noorhamdani2, Asti Melani Astari3


1
Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Jiwa, Universitas Brawijaya
2,3
Pengajar Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145
*e-mail: liyanovie05@gmail.com

ABSTRAK

Kata kunci: Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang menyebabkan beban serta mekanisme
beban koping maladaptif pada keluarga. Beban dan mekanisme koping maladaptif berdampak
kelompok pada kualitas hidup keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.
keluarga Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh terapi suportif kelompok terhadap beban
koping dan mekanisme koping keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Desain penelitian ini
skizoprenia quasy experimental pre post test with control group design. Jumlah sampel terdiri dari
terapi suportif 29 responden, dimana 14 responden adalah kelompok intervensi dan 15 responden adalah
kelompok kontrol dengan purposive sampling. Adapun variabel beban menggunakan
alat ukur the zarit burden interview (ZBI) serta variabel mekanisme koping menggunakan
brief COPE inventory (BCI). Terapi suportif ini dilakukan selama 4 sesi yang terdiri dari
6 kali pertemuan. Hasil penelitian terdapat perbedaan nilai beban dan mekanisme koping
sebelum dan sesudah terapi suportif pada perlakuan (p value=0,000). Kelompok kontrol
terdapat perbedaan nilai beban sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan (p
value=0,010), tetapi tidak terdapat perbedaan nilai mekanisme koping sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan (p value=0,225). Terdapat perbedaan yang signifikan pada beban
(p value=0,002) dan mekanisme koping (p value=0,001) antara kelompok intervensi dan
kontrol sesudah diberikan terapi suportif. RSUD dr. Rehatta diharapkan memfasilitasi
adanya pembentukan peer support group pada keluarga di poli jiwa sehingga kesehatan
jiwa keluarga dapat tercapai.

ABSTRACT

Keywords: Schizophrenia is a psychiatric illness that causes the burden and maladaptive cop-
burden ing mechanism on the family. The burden and maladaptive coping mechanisms have
coping an impact on the quality of family life and the ability of families to care for schizo-
family phrenic patients. The purpose of this study was to prove the effect of supportive
schizophrenia group therapy on the burden and coping mechanisms in caring for family members
supportive group who suffer schizophrenia. The design of this research was a pretest-posttest quasi-
therapy experimental study with control group design. The number of samples was 14 in the
treatment group and 15 in the control group with purposive sampling. Variable of
burden was measured with the zarit burden interview (ZBI) and the coping mecha-
nism was assessed by using brief COPE inventory (BCI). This supportive therapy
Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban 147

was performed in 4 sessions with a total of 6 meetings. The results showed that
there were significant differences on burden values and coping mechanisms before
and after supportive therapy in the treatment group (p value=0.000). In the control
group, there was a significant difference on the value of burden before and after
health counseling (p value=0.010), but there was no difference of coping mecha-
nism value before and after health counseling (p value=0.225). There were signifi-
cant differences on the burden value (p value=0.002) and coping mechanisms (p
value=0.001) between treatment and control group. dr Rehatta Hospital is expected
to facilitate the formation of peer support group in the psychiatry clinic so mental
health in the family can be achieved.

PENDAHULUAN Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada


lima keluarga pasien skizofrenia yang sedang
Skizofrenia merupakan terdapatnya suatu berkunjung di poli psikiatri RSUD dr. Rehatta, dua
tanda gejala positif yang terdiri dari dua atau lebih keluarga mengatakan saat merasa stres, keluarga
dari gejala delusi, halusinasi, gangguan bicara (dis- sering memarahi serta mengurung pasien di dalam
organization speech) seperti inkoheren, serta tingkah rumah. Satu keluarga mengatakan tidak teratur untuk
laku katatonik (Stuart & Laraia, 2006). Skizofrenia mengambilkan obat pasien karena tidak adanya biaya
sering terjadi pada masa remaja atau dewasa awal serta tidak mengetahui pentingnya obat, dua keluarga
yang kebanyakan dialami oleh laki-laki sekitar usia mengatakan mengetahui penyebab dan akibat
15-35 tahun dibandingkan dengan perempuan sekitar kekambuhan sehingga keluarga selalu memberikan
25-35 tahun (Kokurcan et al., 2015). Menurut perhatian, membantu memenuhi kebutuhan sehari-
Riskesdas (2013) penduduk Indonesia mengalami harinya, serta memotivasi pasien untuk minum obat.
skizofrenia sebanyak 0,17% atau sebanyak 400 ribu Peneliti juga belum menemukan adanya perawat
jiwa. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi kedua spesialis jiwa sebagai pemberi asuhan keperawatan
mengalami gangguan jiwa sebanyak 55.406 jiwa. yang komprehensif.
Kabupaten Jepara menduduki peringkat ke-8 dengan Salah satu solusi yaitu dengan memberikan
gangguan jiwa. Berdasarkan data rekam medis di psikoterapi yang sangat efektif untuk mengoptimalkan
RSUD dr. Rehatta Kelet Jepara menunjukkan keterlibatan keluarga dalam merawat pasien
peningkatan kunjungan pasien gangguan jiwa di skizofrenia adalah terapi suportif. Terapi suportif
Poliklinik Psikiatri dari tahun 2013-2016 yakni 784 merupakan suatu terapi untuk meningkatkan
menjadi 998 kunjungan pasien (Rekam Medis RSUD kemampuan keluarga menjadi support system (Chien,
dr. Rehatta, 2016). 2008). Terapi suportif terdiri dari empat sesi yakni
Peningkatan kunjungan pasien skizofrenia mengidentifikasi sistem pendukung internal dan
akan berdampak pada keluarga. Menurut hasil eksternal, memanfaatkan sistem pendukung internal,
penelitian dari Kokurcan et al (2015) membuktikan memanfaatkan sistem pendukung eksternal, serta
bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan mengevaluasi hasil penggunaan pemanfaatan sistem
antara gejala positif pasien skizofrenia dengan beban pendukung internal dan eksternal. Dimana terapi
yang dialami keluarga. Beban yang meningkat suportif ini diorganisasikan untuk memfasilitasi anggota
seringkali memicu keluarga untuk berespon dengan untuk saling bertukar pengalaman mengenai masalah
marah, menyalahkan serta mengurung pasien. Hal tertentu agar koping anggota semakin meningkat.
tersebut menunjukkan bahwa keluarga masih memiliki Penelitian Dewi (2011) membuktikan bahwa terapi
mekanisme koping maladaptif. Hasil riset Nasser et suportif kelompok dapat menurunkan beban dan
al (2011) membuktikan bahwa keluarga yang tingkat ansietas keluarga dalam merawat anak
merawat anak skizofrenia kebanyakan menggunakan tunagrahita. Menurut Lawrence (2010) membuktikan
mekanisme koping pengendalian diri dengan cara bahwa terapi suportif kelompok dapat meningkatkan
berpikir positif, namun sebagian masih menggunakan kemampuan adaptasi pasien Alzheimer. Melihat
mekanisme koping penolakan dari kenyataan. Beban fenomena dan pentingnya terapi suportif, maka peneliti
keluarga dan mekanisme koping maladaptif dapat tertarik meneliti dan ingin membuktikan pengaruh
berakibat pula pada penurunan kualitas hidup keluarga, terapi suportif kelompok terhadap beban dan
derajat kesehatan dan perilaku keluarga dalam mekanisme koping keluarga dalam merawat anggota
pemberian perawatan pada pasien skizofrenia yang keluarga dengan skizofrenia di RSUD dr. Rehatta
tinggal bersama keluarga. Kelet Jepara.
148 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 146-158

METODE HASIL

Desain penelitian ini menggunakan metode Karakteristik Keluarga


quasy experimental pre post test with control Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-
group design. Teknik pengambilan sampel dengan rata usia keluarga pada kelompok perlakuan dan
purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah kelompok kontrol adalah usia dewasa tengah yakni
keluarga yangminimal telah merawat satu tahun dan 40,7 tahun. Penghasilan keluarga rata-rata Rp.
tinggal serumah dengan pasien skizofrenia dengan 400.000. Rata-rata lama keluarga merawat antara
jumlah 29 sampel, dimana 14 sampel untuk kelompok kelompok perlakuan dan kontrol adalah 8 tahun.
intervensi dan 15 sampel untuk kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai Juni 2017. mayoritas jenis kelamin keluarga pada kelompok
Kelompok perlakuan diberikan terapi suportif perlakuan adalah perempuan sebanyak 11 keluarga
kelompok selama 5 minggu dalam 4 sesi, dimana (78,6%) dan kelompok kontrol adalah perempuan
terdapat 6 kali pertemuan dengan jeda waktu 1 hari sebanyak 11 keluarga (73,3%). Tingkat pendidikan
disetiap pertemuannya. Sesi dua dan tiga dilakukan terbanyak pada kelompok perlakuan adalah SD
selama dua kali pertemuan. Sebelum diberikan terapi, sebesar 8 keluarga (57,1%) dan pada kelompok
terlebih dahulu dilakukan pendekatan, screening, serta kontrol adalah SD sebesar 7 keluarga (46,7%).
pre tes. Kemudian diberikan terapi mencakup: Adapun tingkat pekerjaan keluarga mayoritas adalah
identifikasi sumber pendukung, pemanfaatan sumber petani. Pada kelompok perlakuan sebesar 7 keluarga
pendukung di dalam dan di luar keluarga, serta (50,3%) dan kelompok kontrol sebesar 8 keluarga
evaluasi hasil pemanfaatan sumber pendukung (53,3%).
tersebut. Masing-masing sesi terapi dengan durasi
waktu 50 menit. Kelompok kontrol diberikan Beban Keluarga
penyuluhan kesehatan tentang konsep skizofrenia, 1. Beban Keluarga Sebelum Dilakukan Terapi
cara perawatan, serta manajemen beban secara Suportif Kelompok pada Kelompok Perlakuan
berkelompok dengan durasi waktu 60 menit. dan Kontrol Beserta Uji Homogenitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa
ini antara lain instrumen data demografi, the zarit terlihat nilai rata-rata beban keluarga pada kelompok
burden interview (ZBI) yang terdiri dari 22 item perlakuan sebelum pemberian terapi suportif
pernyataan untuk mengukur beban keluarga, dan brief kelompok adalah lebih tinggi sebesar 2,56 dibandingkan
COPE inventory (BCI) yang terdiri 28 pernyataan dengan kelompok kontrol. Hasil statistik menunjukkan
untuk mengukur mekanisme koping keluarga. Kedua beban keluarga antara kelompok perlakuan dan
instrumen baik instrumen beban keluarga (the zarit kontrol adalah setara sebelum intervensi dimana nilai
burden interview) serta instrumen mekanisme p value 0,309>0,05.
koping (brief COPE inventory) telah dilakukan uji
validitas menggunakan uji korelasi Pearson product 2. Perbedaan Beban Keluarga dalam Merawat
moment dan hasilnya adalah valid dengan nilai p lebih Anggota Keluarga Skizofrenia Sebelum dan
kecil dari nilai alfa (0,05). Setelah dilakukan uji Sesudah Dilakukan Terapi Suportif Kelompok
validitas, instrumen juga dilakukan uji reliabilitas pada kelompok Perlakuan dan Kontrol
dengan menggunakan uji Cronbach's coefficient al- Hasil analisis pada tabel 4 menunjukkan
pha. Hasil dari uji reliabilitas didapatkan instrumen bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan
beban keluarga (the zarit burden interview) dan nilai rata-rata beban keluarga sebelum dan sesudah
mekanisme koping keluarga (brief COPE inventory) terapi suportif yaitu sebesar 19,58. Penurunan rata-
adalah reliabel karena nilai hasilnya lebih besar dari rata nilai beban pada kelompok perlakuan bermakna
0,6. Analisis dalam penelitian ini adalah univariat dan secara statistik, dimana nilai p value 0,000 <= alfa
bivariat menggunakan uji t-tes. Akan tetapi sebelum (0,05). Hasil analisis pada tabel 4 juga menunjukkan
dilakukan uji analisis statistik maka terlebih dahulu bahwa pada kelompok kontrol terjadi perubahan rata-
dilakukan uji normalitas data menggunakan uji rata nilai beban keluarga sebelum dan sesudah
Shapiro wilk (<50 responden) dengan hasil data nor- pemberian terapi suportif kelompok yaitu sebesar 5,66.
mal apabila nilai p >=0,05 dan juga dilakukan uji Perubahan rata-rata nilai beban keluarga sebelum dan
kesetaraan dengan uji Independen Simple t-tes sesudah pemberian terapi suportif kelompok pada
dengan p value >= alfa yang berarti setara dan uji kelompok kontrol juga bermakna secara statistik,
Chi-square. dimana nilai p sebesar 0,010 <= alfa (0,05).
Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban 149

Tabel 1. Hasil Analisis Karakteristik Keluarga Berdasarkan Usia, Penghasilan, Lama Merawat

Variabel Kelompok N Mean SD Min-Maks 95% CI


Usia Perlakuan 14 42,14 6,666 30-50 38,29-45,99
keluarga
Kontrol 15 39,27 7,878 27-50 34,90-43,63

Total 29 40,705 27-50


Penghasilan Perlakuan 14 389285,7 237112,9 100.000-1.000.000 252.380,80-
526.190,63
Kontrol 15 543333,33 475795,1 150.000-2.000.000 279.846,8-
806.819,8
Total 29 466309,515 100000-2000000
Lama Perlakuan 14 10,07 6,754 3-20 6,17-13,97
keluarga
merawat Kontrol 15 6,20 4,329 2-19 3,80-8,60

Total 29 8,135 2-20

Tabel 2. Hasil Analisis Karakteristik Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol


Variabel Kategori
N % N %
Jenis kelamin Laki- laki 3 21,4 4 26,7
keluarga Perempuan 11 78,6 11 73,3
Total 14 100 15 100
Tingkat SD 8 57,1 7 46,7
pendidikan SMP 4 28,6 2 13,3
keluarga SMU 2 14,3 5 33,3
Diploma/ perguruan tinggi 0 0 1 6,7
Total 14 100 15 100
Tingkat IRT/tidak bekerja 4 28,6 2 13,3
pekerjaan PNS 0 0 0 0
keluarga Wiraswasta 1 7,1 3 20,0
Buruh 2 14,3 2 13,3
Petani 7 50,0 8 53,3
Pelajar 0 0 0 0
Total 14 100 15 100

Tabel 3. Distribusi Rata-Rata Beban Keluarga Sebelum Dilakukan Terapi Suportif Kelompok pada Kelompok
Perlakuan dan Kontrol Beserta Uji Homogenitas

Variabel Jenis N Mean SD Min-Maks 95%CI p-value


kelompok
Beban Perlakuan 14 59,29 10,373 42-76 53,30-65,28 0,309
keluarga Kontrol 15 56,73 7,324 43-64 52,68-60,79
(pre test) Selisih 2,56
150 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 146-158

Tabel 4. Perbedaan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia Sebelum dan Sesudah
Terapi Suportif Kelompok pada Kelompok dan Kontrol

Kelompok Variabel N Mean SD SE t p-value


Perlakuan Beban 14
Sebelum 59,29 10,373 2,772 6,14 0,000
Sesudah 39,71 8,660 2,314 6
Selisih 19,58
Kontrol Beban 15
Sebelum 56,73 7,324 1,891 2,99 0.010
Sesudah 51,07 8,908 2,300 6
Selisih 5,66

Tabel 5. Perbedaan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia Sesudah Dilakukan Terapi
Suportif Kelompok pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Variabel Jenis N Mean SD SE T p-value


kelompok
Beban (post Perlakuan 14 39,71 8,660 2,314
test) -3,476
0,002
Kontrol 15 51,07 8,908 2,300

Selisih 11,36

Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Mekanisme Koping Keluarga Sebelum Dilakukan Terapi Suportif Kelompok pada
Kelompok Perlakuan dan Kontrol Beserta Uji Homogenitas

Variabel Jenis N Mean SD Min-Maks 95% CI p-


Kelompok value
Mekanisme Perlakuan 14 66,36 10,924 51-88 60,05-72,66 0,776
koping keluarga Kontrol 15 67,33 11,037 51-87 61,22-73,45
(pre test) Selisih -0,97

Tabel 7. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia Sebelum dan
Setelah Terapi Suportif Kelompok pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kelompok Variabel N Mean SD SE t p-value


Perlakuan Mekanisme
koping
Sebelum 14 66,36 10,924 2,919 -6,800 0,000
Sesudah 82,00 7,005 1,872
Selisih -15,64
Kontrol Mekanisme
koping
Sebelum 15 67,33 11,037 2,850 -1,271 0.225
Sesudah 68,80 10,598 2,736
Selisih -1,47
Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban 151

Tabel 8. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia Sesudah
Dilakukan Terapi Suportif Kelompok pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Variabel Jenis kelompok N Mean SD SE T p-value


Mekanisme Perlakuan 14 82,00 7,005 1,872
koping 3,926
(post test) Kontrol 15 68,80 10,598 2,736 0,001

Selisih 13,2

3. Perbedaan Beban Keluarga dalam Merawat 3. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga


Anggota Keluarga Skizofrenia Sesudah Terapi dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia
Suportif Kelompok Sesudah Terapi Suportif Kelompok
Hasil analisis pada tabel 5 menunjukkan Hasil analisis pada tabel 8 menunjukkan
bahwa nilai beban keluarga pada kelompok perlakuan bahwa nilai mekanisme koping keluarga pada
sesudah diberikan terapi suportif kelompok lebih kelompok perlakuan sesudah diberikan terapi suportif
rendah sebesar 11,36 dibandingkan dengan kelompok kelompok mengalami peningkatan sebesar 13,2
kontrol. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji
sebesar 0,002 dimana p <= alfa 0,05. statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,001 dimana
p <= alfa 0,05.
Mekanisme Koping Keluarga
1. Mekanisme Koping Keluarga Sebelum PEMBAHASAN
Dilakukan Terapi Suportif Kelompok pada
Kelompok Perlakuan dan Kontrol Beserta Uji Beban Keluarga dalam Merawat Anggota
Homogenitas Keluarga Skizofrenia
Berdasarkan tabel 6 didapatkan terlihat 1. Perbedaan Beban Keluarga Antara
bahwa nilai rata-rata mekanisme koping keluarga Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum
pada kelompok perlakuan sebelum pemberian terapi Pemberian Terapi Suportif
suportif kelompok adalah lebih rendah yaitu sebesar Hasil penelitian didapatkan sebelum
0,97 dibandingkan dengan kelompok kontrol. pemberian terapi suportif, kelompok perlakuan
Mekanisme koping keluarga antara kelompok memiliki beban yang lebih tinggi sebesar 2,56
perlakuan dan kontrol adalah sama sebelum dilakukan dibandingkan kontrol. Beban yang tinggi ini
intervensi, dibuktikan dengan nilai p value 0,776 >= disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pihak
alfa 0,05. rumah sakit belum menyediakan psikolog untuk
keluarga berkonsultasi serta belum terbentuknya suatu
2. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga forum untuk berkumpulnya keluarga yang sama-sama
dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia. Hal
Sebelum dan Setelah dilakukan Terapi Suportif ini dipertegas oleh pernyataan Hardman et al (dalam
Kelompok Susanandari, 2009) bahwa efek terapeutik pada
Berdasarkan hasil tabel 7 menunjukkan keluarga dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan
bahwa pada kelompok perlakuan terjadi perubahan keluarga dalam suatu forum yang beranggotakan
rata-rata nilai mekanisme koping antara sebelum dan keluarga-keluarga lain yang memiliki masalah yang
sesudah terapi suportif yaitu sebesar 15,64. sama.
Peningkatan rata-rata nilai mekanisme koping pada Beban keluarga dalam merawat anggota
kelompok perlakuan bermakna secara statistik, keluarga skizofrenia merupakan suatu keadaan distres
dimana nilai p 0,000 <= alfa (0,05). Tabel 7 juga psikologis keluarga ditandai dengan meningkatnya
menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol juga kerja fisik, adanya tekanan emosional dan sosial akibat
terjadi perubahan rata-rata nilai mekanisme koping merawat anggota keluarga skizofrenia (Alexander et
sebelum dan sesudah penyuluhan yaitu sebesar 1,47. al, 2015). Keluarga dapat memiliki beban tinggi apabila
Perubahan tersebut tidak bermakna secara statistik, keluarga tersebut tidak memiliki mekanisme koping
dimana nilai p 0,225 >= alfa (0,05). yang adaptif (Chadda et al, 2007). Beban yang
152 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 146-158

meningkat akan keluarga rasakan sebagai akibat dari suportif kelompok. Terapi suportif kelompok mampu
masalah ekonomi, hilangnya waktu untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengelola
bersosialisasi, menurunnya kesehatan fisik keluarga, beban dikarenakan setiap keluarga memiliki
adanya ketergantungan anggota keluarga dengan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran,
skizofrenia, serta adanya konflik keluarga. Hal perasaan, membahas kendala saat merawat pasien
tersebut berdampak pada kemampuan keluarga dalam skizofrenia, serta bertukar pengalaman dengan
merawat serta menurunnya kualitas hidup keluarga keluarga lainnya. Dimana tukar pengalaman dengan
(Awad & Voruganti, 2008). keluarga lainnya dapat menjadi sumber dukungan
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sosial bagi masing-masing anggota didalam kelompok.
sebelum pemberian terapi suportif kelompok antara Terdapat penelitian Young (2011) dengan
kelompok perlakuan dan kontrol memiliki beban sama mengumpulkan beberapa kelompok keluarga yang
yaitu beban sedang (41-60). Hal tersebut dibuktikan memiliki masalah sama dapat mengurangi beban serta
juga dengan hasil uji kesetaraan p value (0,309) >= menghadapi situasi yang sulit pada caregiver saat
alfa (0,05). Beban berat disebabkan oleh faktor sosial merawat pasien skizofrenia. Penelitian tersebut
ekonomi. Pada penelitian ini diperoleh data bahwa memberikan pemahaman pada caregiver bahwa ada
keluarga yang merawat pasien dengan skizofrenia beberapa orang yang mengalami situasi yang sama
memiliki penghasilan terendah yaitu Rp 100.000. sehingga mereka merasa saling mendukung. Hal ini
Menurut Keputusan Gubernur Jawa Tengah (2017) diperkuat juga oleh penelitian Lawrence (2010)
menyatakan UMR Jepara Rp 1.600.000. tentang pengaruh terapi suportif kelompok terhadap
beban caregiver dengan pasien Alzheimer. Keluarga
2. Perbedaan Beban Keluarga Sebelum dan dalam penelitian tersebut mengalami peningkatan
Sesudah Pemberian Terapi Suportif Kelompok kemampuan dalam mengelola beban saat merawat
Intervensi pasien Alzheimer karena masing-masing dari anggota
Pada penelitian ini didapatkan penurunan kelompok pada terapi suportif ini saling berbagi
rata-rata nilai beban pada kelompok perlakuan pengetahuan dan pengalaman serta bersama-sama
sebelum dan sesudah pemberian terapi suportif memberikan solusi atas masing-masing masalah yang
sebesar 19,58. Poin 19,58 tersebut memberikan hasil dihadapi dari setiap keluarga.
yang bermakna karena setelah pemberian terapi Menurut Sarafino (2008) menjelaskan bahwa
suportif, beban keluarga yang awalnya sedang interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi
menurun menjadi beban ringan. Terjadinya penurunan bahkan mengubah persepsi individu pada suatu kondisi.
nilai beban keluarga disebabkan karena waktu Hal tersebut berarti bahwa caregiver yang memiliki
pelaksanaan terapi suportif kelompok 6 kali pertemuan perasaan tidak nyaman dan berat karena harus
dalam 4 sesi dalam kurun waktu 5 minggu dengan menanggung sendiri seluruh kebutuhan pasien
jeda waktu setiap sesi nya 2 hari. Pada sesi dua dan skizofrenia, apabila dapat meminta bantuan orang lain
tiga masing-masing dilakukan dua kali pertemuan maka perasaan serta beban yang dirasakan dapat
dimana terdapat role play pada sesi tersebut. Waktu teratasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa caregiver
yang singkat ini memanfaatkan kemampuan yang merasa nyaman biasanya ditandai dengan
psikomotor seseorang untuk dapat melakukan role berkurangnya beban yang dipikulnya terutama saat
play penggunaan sistem pendukung dengan tujuan merawat pasien skizofrenia.
agar lebih mudah dipahami dan diingat oleh keluarga.
Menurut Surya (2007) menyatakan latihan yang 3. Perbedaan Beban Keluarga antara Pre Test
dilakukan secara rutin dapat menyebabkan dan Post Test pada Kelompok Kontrol
pembentukan perilaku menjadi lebih baik. Adapun Penelitian ini nilai beban keluarga pada
jarak antar sesinya tidak terlalu dekat sehingga dalam kelompok kontrol terjadi penurunan sebesar 5,66 poin.
penelitian ini diberikan jarak 1 hari setiap sesinya dan Poin 5,66 tersebut diartikan bahwa terdapat penurunan
jarak 2 minggu kemudian untuk dilakukan post test, beban keluarga dengan ditunjang dengan nilai p value
agar setiap anggota keluarga mempunyai waktu untuk 0,010. Pada kelompok kontrol dapat terjadi penurunan
menginternalisasikan keterampilan dan kemampuan beban walaupun kelompok tersebut tidak
yang didapatkannya pada setiap sesinya. mendapatkan terapi suportif. Penurunan beban
Hasil analisa statistik penelitian didapatkan tersebut diakibatkan karena kelompok kontrol telah
nilai p sebesar 0,000 (p<alfa). Nilai tersebut mendapatkan penyuluhan kesehatan.
membuktikan adanya perbedaan signifikan nilai beban Penyuluhan kesehatan merupakan suatu
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah terapi upaya untuk menambah pengetahuan dan
Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban 153

kemampuan seseorang melalui proses belajar yang pada masalah keluarga saat merawat pasien
bertujuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang, skizofrenia, berbagi pengetahuan mengenai konsep
memberikan pesan, menanamkan keyakinan, serta gangguan jiwa, cara yang biasa keluarga lakukan di
meningkatkan kemandirian untuk hidup sehat yang rumah, cara menangani beberapa hambatan, serta
dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari mengidentifikasi sumber-sumber pendukung yang ada
(Notoadmodjo, 2007). Penelitian Kusumaningtyas yang dapat keluarga manfaatkan. Pada sesi kedua
(2017) membuktikan penyuluhan kesehatan dapat dan ketiga, setiap keluarga di minta untuk mengisi di
secara efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap buku kerja mengenai sumber pendukung didalam dan
keluarga dalam mencegah kekambuhan pasien di luar keluarga beserta kemampuan yang dimiliki
gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian sistem pendukung tersebut.
Wibowo (2006) membuktikan penyuluhan kesehatan Selanjutnya pada sesi dua dan tiga yaitu
efektif meningkatkan pengetahuan penderita diabe- keluarga diminta untuk role play pemanfaatan sumber
tes mellitus dalam melakukan perawatan dirumah, pendukung yang ada di sekitar keluarga. Menurut hasil
dimana pengetahuan meningkat hingga 80%. penelitian yang dilakukan oleh Klingberg (2010)
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa terapi suportif bertujuan
yang menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan sebagai media pendukung, dimana caregiver dapat
sangat efektif meningkatkan pengetahuan individu. mencari dukungan-dukungan emosional, perhatian
Kiranya dapat dipahami bahwa penyuluhan kesehatan dari keluarga lain, serta menjadi pendengar yang
dapat diberikan kepada keluarga yang memiliki berempati. Setelah setiap sesi pada terapi suportif ini
anggota keluarga skizofrenia untuk meningkatkan selesai, setiap keluarga memiliki tugas untuk
kesehatan jiwa melalui peningkatan pengetahuan mengaplikasikan pemanfaatan sistem pendukung
tentang cara merawat anggota keluarga skizofrenia. tersebut sesuai dengan yang sudah di-role play-kan
Peningkatan pengetahuan keluarga, dapat diikuti tadi, kemudian selalu mengevaluasi hasil dari
dengan peningkatan keterampilan keluarga dalam pemanfaatan sistem pendukung tersebut serta
mengelola beban selama merawat pasien skizofrenia. mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemui
Kejadian tersebut bisa saja terjadi dikarenakan selama mengaplikasikan role play di rumah keluarga
adanya faktor lain yang mempengaruhi terjadinya tersebut.
perubahan ini, salah satunya pernyataan yang didapat Penelitian Dewi (2011) membuktikan bahwa
dari perawat poli jiwa. Berdasarkan hasil wawancara terapi suportif kelompok dapat menurunkan beban dan
tanggal 23 Mei 2017 menjelaskan bahwa perawat kecemasan keluarga dalam merawat anak tunagrahita
sering membagikan leaflet mengenai kesehatan jiwa di Banyumas. Penelitian yang mendukung lainnya dari
yang dapat dipelajari oleh keluarga sebelum dokter Lawrence (2010) yang menyatakan bahwa terdapat
datang. Perawat juga memberikan kegiatan pengaruh terapi kelompok suportif terhadap
pendidikan kesehatan kepada keluarga setiap dua penurunan beban caregiver yang merawat pasien
bulan sekali saat keluarga mengantarkan pasien Alzheimer. Melihat teori dan hasil penelitian diatas,
kontrol. peneliti menyimpulkan bahwa pemberian terapi
suportif sangat efektif diberikan pada keluarga yang
4. Perbedaan Beban Keluarga antara Kelompok memiliki beban dalam merawat anggota skizofrenia.
Kontrol dan Perlakuan Sesudah Diberikan Pada penelitian ini dibuktikan juga dalam pengisian
Terapi Suportif post test, terdapat 7 (50%) keluarga pada kelompok
Pada penelitian ini didapatkan nilai beban perlakuan menyatakan bahwa keluarga merasa sudah
keluarga pada kelompok perlakuan sesudah tidak pernah ataupun jarang merasa terbebani saat
pemberian terapi suportif kelompok lebih rendah merawat anggota keluarga skizofrenia. Sedangkan
sebesar 11,36 dibandingkan kelompok kontrol. Peneliti pada kelompok kontrol, pada butir pernyataan yang
menyimpulkan bahwa sesudah pemberian terapi sama pada post test, hanya terdapat 4 (26,7%)
suportif kelompok, beban keluarga lebih ringan dalam keluarga menyatakan tidak terbebani saat merawat
merawat pasien skizofrenia pada kelompok perlakuan, anggota keluarga skizofrenia. Oleh karena itu, peneliti
dibandingkan kontrol yang tidak mendapatkan terapi dapat menyimpulkan bahwa pemberian terapi suportif
suportif. efektif diberikan pada keluarga yang memiliki beban
Pada penelitian ini terjadi perubahan beban dalam merawat anggota skizofrenia dikarenakan
menjadi lebih rendah pada kelompok perlakuan dengan terapi suportif mampu meningkatkan
dikarenakan pada sesi satu keluarga memiliki kemampuan keluarga dalam mengelola beban
kesempatan untuk bertukar pengalaman terutama sehingga beban dapat diminimalkan
154 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 146-158

Mekanisme Koping Keluarga dalam Merawat 2. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga


Anggota Keluarga Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi
1. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga Suportif pada Kelompok Perlakuan
antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pada penelitian ini didapatkan sebelum dan
Sebelum Pemberian Terapi Suportif sesudah pemberian terapi suportif pada kelompok
Hasil penelitian didapatkan sebelum perlakuan, terjadi perubahan nilai mekanisme koping
pemberian terapi suportif antara kelompok perlakuan keluarga dengan anggota keluarga skizofrenia yang
dan kontrol memiliki mekanisme koping sama yaitu cukup bermakna yakni sebesar 15,64. Peneliti
mekanisme koping maladaptif. Hal tersebut didukung berpendapat bahwa terjadi peningkatan nilai
dengan hasil uji kesetaraan p value (0,776) >= (0,05). mekanisme koping diakibatkan karena responden
Dapat disimpulkan bahwa setiap keluarga baik diberikan enam kali pertemuan untuk lima sesi dimana
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol pada sesi kedua dan ketiga diberikan sebanyak dua
memiliki mekanisme koping maladaptif yang sama saat kali pertemuan. Pada setiap pertemuan diberikan jeda
merawat anggota keluarga skizofrenia. waktu dua hari dan pelaksanaan semua kegiatan
Alasan mekanisme koping keluarga pada dalam setiap sesi terselesaikan. Melihat 14 responden
kelompok perlakuan lebih rendah daripada kontrol sangat antusias untuk melaksanakan semua kegiatan
dikarenakan beberapa alasan. Salah satu alasannya dalam tiap sesinya.
disebabkan karena faktor pendidikan. Pada kelompok Pada penelitian ini untuk sesi satu, setiap
perlakuan tingkat pendidikan terbanyak ditingkat SD keluarga pada kelompok terapi suportif ini memiliki
sebanyak 8 (57,1%) keluarga. Pendidikan SD kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan
tergolong pendidikan rendah yang menuntut keluarga pikirannya mengenai gangguan jiwa, sistem
untuk berusaha keras mencari solusi permasalahan pendukung yang dimilikinya, memberi umpan balik
agar setiap masalah yang dihadapi keluarga saat positif terhadap keluarga lainnya, serta bersama-sama
merawat pasien skizofrenia dapat terselesaikan. menyelesaikan permasalahan yang dihadapi setiap
Menurut Notoatmodjo (2007) dan Saddock & keluarga. Setelah sesi satu selesai dan di evaluasi,
Saddock (2007) menyatakan seseorang dapat 80% dari keluarga mampu untuk mengikuti sesi satu
memiliki mekanisme koping konstruktif apabila ini dengan baik. Pada sesi satu ini termasuk didalam
didukung dengan pendidikan yang tinggi. mutual support. Menurut Chien, Chan, & Thompson
Adapun usia dari responden kebanyakan usia (2006) mutual support merupakan suatu proses
40 tahun yang dipilih sebagai kriteria inklusi dalam penyelesaian masalah dengan cara bertukar
penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan bahwa pengalaman dimana setiap individu menerapkan
terapi suportif kelompok lebih efektif diberikan pada keterampilannya untuk membantu serta bertukar
usia-usia dewasa awal antara 18-40 tahun dan dewasa pengetahuan dengan lainnya.
madya (40-60 tahun). Pada usia dewasa ini sudah Bertukar pengalaman dan pendapat (shar-
mampu untuk mencapai keputusan dalam keadaan ing) merupakan koping yang adaptif. Dengan
yang sesuai dengan kenyataan, mempunyai bercerita, masalah yang dihadapi keluarga akan
kematangan kognitif afektif psikomotor sebagai hasil terselesaikan dikarenakan mendapatkan masukan dan
dari belajar dan secara psikologis mengalami solusi dari orang lain. Selain itu dengan bertukar
kematangan serta mampu untuk melakukan pengalaman, keluarga yang belum mengetahui tentang
penyesuaian yang realistis terhadap situasi baru cara merawat pasien skizofrenia secara tidak
(Hurlock, 2007). langsung dapat belajar dari keluarga lainnya. Hal
Hal tersebut diperlukan dikarenakan didalam tersebut dapat meningkatkan pengetahuan keluarga
terapi suportif ini membutuhkan kemampuan untuk sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyelesaikan
tukar pengalaman mengenai masalah yang dihadapi permasalahan dan merawat pasien skizofrenia.
setiap keluarga sampai ditemukan solusi Pada sesi dua dan tiga dalam terapi suportif
permasalahannya. Semakin tinggi umur seseorang, kelompok ini, keluarga diminta untuk mengidentifikasi
maka koping yang digunakan untuk menyelesaikan kemampuan sistem pendukung dan kemudian
masalah adalah lebih konstruktif (Hurlock, 2007). melakukan role play untuk memanfaatkan sistem
Menurut Kaplan & Saddock (2010) menyatakan pendukung tersebut. Pemanfaatan sistem pendukung
bahwa semakin bertambah usia seseorang baik internal (suami, istri, anak, saudara kandung)
menyebabkan peningkatan kemampuan seseorang maupun eksternal (peer support, pelayanan
dalam menyelesaikan masalah serta peningkatan kesehatan, tokoh masyarakat) menyebabkan keluarga
kematangan emosi. belajar meningkatkan kemampuan kopingnya saat
Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban 155

menghadapi masalah saat merawat pasien skizofrenia penambahan nilai rata-rata mekanisme koping
untuk mengaplikasikan tentang apa yang sudah keluarga dalam merawat pasien skizofrenia, akan
didapatkannya. Hal tersebut sejalan dengan Taylor tetapi tidak bermakna secara statistik.
et al (2006) menyatakan dukungan sosial (keluarga Peneliti berpendapat bahwa tidak bermakna
dan komunitas) dapat membantu seseorang untuk nilai mekanisme koping tersebut bisa disebabkan
meningkatkan pemahaman terhadap stresor dalam karena penyuluhan kesehatan yang diberikan hanya
mencapai keterampilan koping yang efektif. memberikan penjelasan berupa konsep skizofrenia
Penelitian yang dilakukan Wangmuba (2009) dan cara merawatnya. Hal tersebut diatas dikarenakan
membuktikan bahwa dukungan keluarga sebagai sup- pada mekanisme koping tidak hanya diukur dari
port system yang diberikan pada penderita kemampuan kognitif seseorang, akan tetapi didasari
Tuberkulosis Paru dapat meningkatkan koping adaptif dengan perilaku yang membutuhkan latihan berulang-
untuk beradaptasi dengan berbagai masalah yang ulang.
berhubungan dengan penyakit psikologis, sosial, serta Penyuluhan kesehatan merupakan suatu
fisik. Hal ini didukung dengan pernyataan Bedi & proses pemberian informasi dengan menggunakan
Vassillaris (2010) bahwa terapi suportif membantu suatu metode untuk mendapatkan pemahaman,
dan mendorong keluarga dalam kelompok terapi untuk pengetahuan, serta perilaku yang sesuai kebutuhan
mengatasi kesulitan dengan mengajarkan ketrampilan masing-masing (Notoatmodjo, 2010). Penambahan
mengatasi masalah dan menggunakan berbagai informasi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
sumber pendukung untuk mengatasi masalah. Peneliti seseorang, melalui persuasi dan tekanan dari
menyimpulkan bahwa di dalam terapi suportif terdapat kelompok sosialnya. Penyuluhan kesehatan yang
sumber dukungan yang dapat digunakan oleh keluarga dilakukan peneliti didasarkan pada satuan acara
yang nantinya dapat dijadikan koping bagi keluarga penyuluhan yang dirancang peneliti dan disampaikan
dalam menghadapi setiap masalah. satu kali pada kelompok kontrol dengan durasi 45-60
Penelitian ini sejalan dengan penelitian menit. Setelah materi penyuluhan, tiap keluarga
Kissane (2007) membuktikan bahwa terapi suportif mendapatkan leaflet yang dapat dijadikan bahan
kelompok yang dilakukan pada pasien kanker mamae penambah pengetahuan. Selain itu saat pelaksanaan
mampu meningkatkan koping serta menurunkan penyuluhan, beberapa keluarga hanya diam dan
ansietas. Penelitian serupa dilakukan Walker et al kurang berantusias untuk bertanya apabila ada materi
(2010) membuktikan juga bahwa terapi suportif penyuluhan yang tidak dipahami. Oleh karena itu
kelompok sangat efektif untuk meningkatkan koping disimpulkan hasil akhir dari penelitian ini, bahwa
dan harga diri pasien dengan kanker ovarium. penyuluhan kesehatan tidak efektif untuk
Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan mekanisme koping keluarga.
terapi suportif kelompok yang diberikan pada keluarga Penelitian ini tidak selaras dengan penelitian
memang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan Fitri (2015) membuktikan penyuluhan kesehatan
mekanisme koping agar keluarga tetap dapat memiliki pengaruh terhadap peningkatan mekanisme
menjalankan tugas-tugasnya sebagai keluarga koping keluarga yang merawat anak thalasemia.
terutama dalam memberikan perawatan pada anggota Melihat penjabaran diatas, ternyata penyuluhan
keluarga dengan skizofrenia. kesehatan saja tidak cukup mampu untuk merubah
nilai mekanisme koping keluarga dengan anggota
3. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga keluarga skizofrenia. Melainkan dibutuhkan intervensi
antara Pre Test dan Post Test pada Kelompok lanjutan untuk mengelola mekanisme koping
Kontrol maladaptif sehingga pemberian terapi suportif
Hasil penelitian didapatkan terjadi kelompok dianggap intervensi yang tepat dalam
peningkatan nilai rata-rata mekanisme koping merubah mekanisme koping menjadi adaptif
keluarga pada kelompok kontrol sebesar 1,47. Melihat dibuktikan dengan terjadinya peningkatan mekanisme
poin 1,47 dapat diartikan bahwa sebelum dan setelah koping pada kelompok perlakuan.
terapi suportif kelompok terjadi peningkatan yang
kurang bermakna dari nilai mekanisme koping. Hasil 4. Perbedaan Mekanisme Koping Keluarga
uji statistik ditunjukkan nilai p value (0,225) >= (0,05) antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
yang berarti tidak adanya perbedaan nilai mekanisme Sesudah Diberikan Terapi Suportif
koping sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan Penelitian ini didapatkan nilai mekanisme
kesehatan pada kelompok kontrol. Hasil analisis koping keluarga pada kelompok perlakuan sesudah
tersebut menjelaskan bahwa walaupun terdapat pemberian terapi suportif kelompok lebih tinggi
156 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 146-158

sebesar 13,2 dibandingkan kelompok kontrol. Peneliti Penelitian Grassi et al (2010) menyatakan
menyimpulkan bahwa sesudah pemberian terapi bahwa terapi suportif kelompok sangat efektif
suportif kelompok, mekanisme koping keluarga lebih merubah mekanisme koping dan membantu pasien
tinggi dalam merawat anggota keluarga skizofrenia kanker payudara beradaptasi sehingga mencegah
pada kelompok perlakuan, dibandingkan dengan beban munculnya masalah psikososial. Hal tersebut diatas
kelompok kontrol tanpa pemberian terapi suportif. didukung juga dengan penelitian Chien & Wong (2007)
Terapi suportif ini sangat efektif mampu menunjukkan bahwa pemberian terapi suportif
meningkatkan mekanisme koping keluarga kelompok pada populasi China di Hongkong yang
dikarenakan pada sesi satu antar keluarga bertukar merawat anggota keluarga dengan skizofrenia, dapat
pengalaman dan pengetahuan saat merawat pasien menurunkan masalah psikososial pada seluruh
skizofrenia. Setiap keluarga menceritakan tentang keluarga.
pengetahuan tentang apa itu penyakit gangguan jiwa, Melihat penjelasan di atas bahwa peneliti
cara perawatannya di rumah, hambatan selama berpendapat bahwa adanya perbedaan mekanisme
merawat pasien skizofrenia, harapan saat merawat, koping antara kelompok perlakuan dan kontrol,
serta sumber pendukung yang membantu saat mengindikasikan bahwa terapi kelompok suportif
keluarga tersebut melakukan perawatan. Keluarga sebagai sebuah terapi spesialis yang sangat dibutuhkan
tampak antusias menceritakan pengalamannya oleh keluarga dengan anggota keluarga skizofrenia
masing-masing. Terdapat 9 (64,2%) keluarga dari hasil untuk meningkatkan mekanisme koping, sehingga pada
evaluasi pada proses pelaksanaan sesi satu yang akhir terapi dapat terbentuk mekanisme koping yang
awalnya belum mengetahui tentang penyakit dapat meningkat.
gangguan jiwa dan belum mampu memanfaatkan
sistem pendukung dengan optimal. Setelah sesi satu SIMPULAN
ini selesai, pengetahuan keluarga tersebut cukup
meningkat dikarenakan telah banyak belajar dari Terdapat pengaruh terapi suportif kelompok
keluarga lainnya yang lebih dulu mengetahui tentang terhadap beban keluarga dan mekanisme koping
penyakit gangguan jiwa. keluarga pada kelompok intervensi. Terdapat
Pemberian terapi suportif terbukti dapat pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap beban
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara keluarga dan tidak terdapat pengaruh penyuluhan
merawat pasien skizofrenia. Peningkatan kesehatan terhadap mekanisme koping keluarga pada
pengetahuan dapat mengubah pikiran negatif dan kelompok kontrol.
keyakinan yang salah menjadi lebih baik. Selain itu
dengan pengetahuan yang meningkat dan sikap yang SARAN
lebih baik terbukti mampu mendorong keluarga untuk
menerapkan cara yang tepat dalam merawat dan Adapun saran dari penelitian ini adalah
menyelesaikan masalah. Menurut Andrew & Lurrus pertama, membentuk peer support group pada poli
(2008) menyatakan bahwa terapi suportif mampu jiwa disetiap rumah sakit, sehingga dapat memfasilitasi
meningkatkan pengetahuan sehingga sikap dan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
ketrampilan dalam mekanisme koping menjadi lebih skizofrenia untuk dapat bertukar pengalaman,
baik. pengetahuan, perasaan, serta mampu mengelola
Selain sesi satu di atas, pada sesi kedua dan beban dan mekanisme koping saat merawat anggota
ketiga setiap keluarga dilatih untuk menggali sistem keluarga dengan skizofrenia. Kedua, perawat spesialis
pendukung dan memanfaatkannya. Pada sesi kedua, keperawatan jiwa hendaknya menjadikan penyuluhan
keluarga dilatih untuk memanfaatkan bantuan dari kesehatan sebagai terapi generalis serta terapi
anak, orangtua, suami, istri atau meminta bantuan suportif sebagai terapi lanjutan untuk mengoptimalkan
dengan orang yang masih memiliki hubungan darah, peningkatan mekanisme koping keluarga dalam
perkawinan, dan adopsi yang tinggal serumah. Pada merawat anggota keluarga dengan skizofrenia di
sesi ketiganya, keluarga diajarkan untuk rumah sakit umum maupun masyarakat. Ketiga, perlu
memanfaatkan sumber pendukung dari luar keluarga diadakan penelitian lanjutan tentang terapi suportif
seperti peer, kader, peran serta masyarakat, kelompok yang dikombinasikan dengan terapi spesialis
puskesmas, rumah sakit. Dari sesi kedua dan ketiga lainnya pada masyarakat yang lebih luas sehingga
ini, setiap keluarga dianjurkan untuk melakukan didapatkan penurunkan beban dan peningkatan
kembali cara meminta bantuan sumber pendukung mekanisme koping keluarga yang lebih optimal dengan
dengan teman satu anggota kelompoknya. anggota keluarga skizofrenia
Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban 157

KEPUSTAKAAN tient with affective disorder: A pilot study.


Psychotherapy psychosomaticJournan, 79,
Alexander, G, Charlotte, E. B, Kelly, M. C, Ross, M. 39-47
D. V, Dixon, B, Escoffert, R, & Francis, C. Hurlock, B. E. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu
2015. Burden of caregivers of adult patients Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
with schizophrenia in a predominantly Afri- Jakarta: Erlangga
can ancestry population. Qual Life Res Jour- Sadock, H. I & Sadock, B. J. 2007. Sinopsis psikiatri
nal, 25, 393-400. doi: 10.1007/s11136-015- ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid
1077-5 1 Edisi 10. Jakarta: EGC
Andren & Lurrus. 2008. Psychosocial intervention Kaplan, H. I & Sadock, B. J. 2010. Buku Ajar
for family caregivers of people with dementa Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC
reduces caregiver's burden: development and Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/66.
effect after 6 and 12 months. Journal com- 2017. Upah Minimum Provinsi Jawa Tengah.
pilation scand J caring sci. 22. 98-109 Kissane, D. W, Grabsch, B., Clarke, D. M., Smith, G.
Awad, A.G, & Voruganti, L.N. 2008. The burden of C., Love, A. W., Bloch, S., et al. 2007. Sup-
schizophrenia on caregivers. Public Health portive-expressive group therapy for women
Database, 26(2), 149-162. with metastatic breast cancer: Survival and
Bedi, N & Vassiliadis. 2010. Supervised case experi- psychosocial outcome from a randomized
ence in supportive psychotherapy sugges- control trial. Psycho-Oncology, 16, 277-286.
tions for trainers. Advances in psychiatric Klingberg, S. 2010. Supportive Therapy for Schizo-
Chadda, R. K, Singh, T. B, & Ganguly, K. K. 2007. phrenic Disorders, www.karger.com/ver.
Caregiver burden and coping A prospective DOI : 10.1159/000318718, diunduh tanggal
stud of relationship between burden and cop- 2 Februari 2017
ing in caregivers of patients with schizophre- Kokurcan, A, Ozpolat, Y. G. A, & Gogus, K. A. 2015.
nia and bipolar affective disorder. Soc Psy- Burnout in caregivers of patients with schizo-
chiatry Psychiatr Epidemiology, 42, 923-930. phrenia. Turkish Journal of Medical Sciences,
doi: 10.1007/s00127-007-0242-8 45, 678-685. doi: 10.3906/sag-1403-98
Chien, W. T., Chan, S.W.C., & Thompson, D. R. Kusumaningtyas, R. 2017. Pengaruh penyuluhan
2006. http://bjp.repsych.org/cgi. diperoleh kesehatan jiwa keluarga terhadap
tanggal 27 Januari 2017 pengetahuan dan sikap pencegahan
Chien, W. 2008. Effectiveness of Psychoeducation kekambuhan gangguan jiwa di Kabupaten
and Mutual Support Group Program for Fam- Sukoharjo. Skripsi UMS. Tidak dipublikasikan
ily Caregivers of Chinese People with Lawrence. 2010. September 22. Support group aims
Schizophrenia. The Open Noursing Journal. to ease burden of caregivers to alzheimers
2, 28-29 patients. US Fed News Service, Including
Chien, W.T, & Wong, K.F. 2007. A family US state News. Washington, D.C. April 12,
psychoeducation group program for chinese 2011
people with schizophrenia in Hongkong. Psy- Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Prilaku
chiatric Services. Arlington. Januari 2, 2011 Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Dewi, E. I. 2011. Pengaruh terapi kelompok suportif Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
terhadap beban dan tingkat ansietas keluarga Jakarta: Rineka Cipta
dalam merawat anak tunagrahita di sekolah Rekam Medis RSUD dr. Rehatta. 2016. Data
luar biasa (SLB) Kabupaten Banyumas. kunjungan klinik psikiatri RSUD dr Rehatta
Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Kelet. Jepara
UI Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Fitri, T. 2015. Pengaruh penyuluhan kesehatan Jawa Tengah. Semarang: Riskesdas Jateng
terhadap koping orangtua dalam merawat Sarafino, E.P. 2008. Biopsychosocial interaction-
anak dengan thalasemia di RSU Sari Mutiara health psychology. New York: John Wiley &
Medan. Skripsi. Medan : Universitas Sari Sons, Inc
Mutiara Indonesia Sari, Y.K. 2016. Pengaruh terapi penghentian pikiran
Grassi, L, Sabato, S, Rossi, E, Marmai, L, & dan psikoedukasi keluarga terhadap ansietas
Biancosina. 2010. Effect of supportive-ex- klien yang menjalani hemodialisa di rumah
pressive group therapy in breast cancer pa- sakit dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi,
158 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 146-158

(online), (http://scholar, unand. Ac.id/3321),


di unduh 13 Juni 2017
Stuart&Laraia. 2006.Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Edisi 5. Jakarta: EGC
Surya, M. (2007). Psikologi pembelajaran dan
pengajaran. Bandung: Pustaka Bany Quraisy
Susanandari, D.A. 2009. Gambaran penyesuaian diri
ibu dan perkembangan kemampuan anak
tunagranda-netra. Skripsi-Fpsi UI. Tidak
dipublikasikan
Taylor, S. E, Peplau, L. A, & Sears, D. O. 2006. So-
cial Psychology. 2th Edition. London:
Pearson Prentice Hall
Walker, L, Bischoff, T, & Robinson, J.W. 2010. Sup-
portive Expressive Group Therapy for
Women with Advanced Ovarian Cancer.
International Journal of Group Psycho-
therapy, 60(3), 407-427.
Wibowo, S.A. 2006. Pengaruh pemberian penyuluhan
kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan penderita Diabetes Mellitus
tentang perawatan mandiri di rumah. Skripsi-
UMM. Tidak dipublikasikan
Young, B. 2011. Support Groups for Relatives of
People Living With a Serious Mental Illness.
International Journal of Psychososial Reha-
bilitation. 147-168.

Anda mungkin juga menyukai