0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui Pusat Studi Pancasila untuk memperkuat ideologi bangsa pada generasi muda. Pusat Studi Pancasila berfokus pada peningkatan kapasitas dan pembentukan karakter sesuai Pancasila agar menghasilkan warga negara yang memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Sistem internalisasi mencakup pengetahuan,
Dokumen tersebut membahas upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui Pusat Studi Pancasila untuk memperkuat ideologi bangsa pada generasi muda. Pusat Studi Pancasila berfokus pada peningkatan kapasitas dan pembentukan karakter sesuai Pancasila agar menghasilkan warga negara yang memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Sistem internalisasi mencakup pengetahuan,
Dokumen tersebut membahas upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui Pusat Studi Pancasila untuk memperkuat ideologi bangsa pada generasi muda. Pusat Studi Pancasila berfokus pada peningkatan kapasitas dan pembentukan karakter sesuai Pancasila agar menghasilkan warga negara yang memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Sistem internalisasi mencakup pengetahuan,
SEBAGAI UPAYA PENGUATAN IDEOLOGI BANGSA BAGI GENERASI MUDA 1. MOH, RIZAL ZAMDHANI 2. BASRONI RIZAL 3. SUFRIYADI 4. ALVIAN WALLA 5. NURHANSYAH HERTADY 6. SITI HOVIVAH 7. HANITA SARI 8. SYAHNAZ HALIMAH 9. IZZAH NUR HANIFIYAH F. Istilah ideologi negara mulai banyak digunakan bersamaan dengan perkembangan pemikiran Karl Marx yang dijadikan sebagai ideologi beberapa negara pada abad ke-18. namun sesungguhnya konsepsi ideologi sebagai cara pandang atau sistem berfikir suatu bangsa berdasarkan nilai dan prinsip dasar tertentu telah ada sebelum kelahiran Marx sendiri. Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a constitution dapat dijawab bahwa “…a constitution is a document which contains the rules for the the operation of an organization”7. Organisasi dimaksud beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlakutidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent poweryang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara- negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi. Pengertian constituent power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya. WALTONH HAMILTON menyatakan “Constitutionalism is the name given to the trust whichmenreposeinthepowerofwordsengrossedonparchmenttokeepa government in order”12. Untuk tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. . Seperti dikemukakan oleh C.J. Friedrich sebagaimana dikutip di atas, “constitutionalism is an insti- tutionalizedsystemofeffective,regularizedrestraintsupongovernmental action”. Basis pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara. Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politika kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebutnegara 1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same philosophy ofgovernment). 2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis ofgovernment). 3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions andprocedures). Kesepakatan (consensus) Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan pertama, yaitu berkenaan hukum dan konstitusi. Kesepakatan atau dengan cita-cita bersama konsensus kedua ini juga sangat prinsipil, karena sangat menentukan tegaknya dalam setiap negara harus ada keyakinan konstitusi dan bersama bahwa apapun yang hendak dilakukan konstitusionalisme di suatu dalam konteks penyelenggaraan negara haruslah negara didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama.
Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan (a) bangunan
organ negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya; (b) hubungan- hubungan antar organ negara itu satu sama lain; serta (c) hubungan antara organ-organ negara itu dengan warga negara. Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar- benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitutional state). membuka ruang membentuk kesepakatan masyarakat bagaimana mencapai cita-cita dan nilai-nilai dasar tersebut. Kesepakatan tersebut adalah kesepakat kedua dan ketiga sebagai penyangga konstitusionalisme, yaitu kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government) dan Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures). Pada dasarnya sistem internalisasi nilai-nilai Pancasila yang dikembangkan di Pusat Studi Pancasila memfokuskan pada penguatan aspek kapasitas dan pembentukan kepribadian yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, melalui sistem internalisasi nilai-nilai Pancasila seperti ini diharapkan bermuara padaterciptanya warga Negara yang mengerti dan memahamin nilai-nilai Pancasila secara utuh dan mampu mengimplementasi kannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai suatu bentuk pembudayaan Pancasila. Pengetahuan, yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang pancasila, baik secara aspek nilai, norma maupun aspek praktisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan individu. Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri. Kekuatan, yaitu selalu dalamkeadaan kesediaan untuk memenuhi wajib lahir danbatin. Kemampuan kehendak, yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukanperbuatan. Watak dan hati nurani agar orang selalu mawasdiri.