Anda di halaman 1dari 1

Sehubungan dengan masalah subjek pajak yang berhak mendapatkan fasilitas yang ada dalam

suatu perjanjian penghindaran pajak berganda biasanya negara sumber penghasilan meminta
Certificate of Residence (Surat Keterangan Domisili/SKD) sebagai bukti bahwa subjek pajak
tersebut memang benar subjek pajak dalam negeri dari negara lainnya yang mengadakan
perjanjian penghindaran pajak berganda.

Di India, dalam perjanjian penghindaran pajak berganda India-Mauritius, Central Board of


Direct Taxation menyatakan bahwa SKD yang diterbutkan oleh pihak yang berwenang di
Mauritius dapat dianggap sebagai bukti yang cukup meyakinkan bahwa penghasilan telah
diterima oleh subjek pajak dalam negeri sekaligus sebagai penerima terakhir yang sebenarnya
(beneficial owner of the income). Akan tetapi, oleh Pengadilan Tinggi, Surat Edaran tersebut
dianggap ultra vires terhadap undang-undang pajak penghasilan India. Lebih lanjut, mengenai
Surat Edaran yang diterbitkan tersebut, Srinivasa Rao berpendapat bahwa hal tersebut
merupakan passive abuse by a state karena negara memberikan legitimasi kepada subjek pajak
yang mempunyai peluang untuk melakukan abuse of tax treaty.

Contoh kasus lain yang berhubungan dengan kedudukan SKD dapat dilihat dalam kasus sengketa
pajak antara Forth Investment Ltd dengan Commissioners of Inland Revenue yang terjadi di
tahun 1976. Dalam kasus tersebut, surat pernyataan dari Company Secretary dan SKD yang
diterbitkan oleh Deputy Commissioner dianggap tidak mempunyai nilai sama sekali (the
evidential value was nil).

Terkait dengan kasus di atas, pengadilan dengan tegas menyatakan bahwa SKD hanya
merupakan opini dari pihak yang menerbitkan SKD tersebut dan pihak otoritas pajak berhak
untuk mendapatkan bukti-bukti lainnya untuk melihat transaksi sesungguhnya secara lebih
mendalam (lebih diutamakan) dan melihat fakta-fakta yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai