Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab.
Sebuah perusahaan dapat mengalami kerugian operasi terus menerus, kredit
pelanggan yang mengalami kemunduran pembayaran, pengelolaan modal kerja
yang buruk dan sejumlah alasan lain yang mengakibatkan posisi ekonomi yang
baik tidak dapat dipertahankan. Masalah likuiditas perusahaan sering kali
berakumulasi.
Kegagalan memperoleh tingkat penjualan yang memuaskan, membuat
perusahaan tidak memperoleh sumber pendanaan yang mencukupi, kemudian
mulai kesulitan dalam pembayaran utang, dengan demikian siklus kesulitan
keuangan yang tak berujung mulai terjadi. Pada saat inilah, kreditor eksternal
dapat mengajukan kalim dan permintaan pembayaran atas piutangnya. Perusahaan
debitor memiliki berbagai alternatif untuk melakukannya. Misalkan berupaya
mencapai persetujuan dengan pihak kreditor untuk menunda pembayaran yang
mesti dilakukan, menyerahkan aset kepada kreditor untuk dilikuidasi atau
mengambil penyelesaian hukum dengan menyatakan kepailitan.
Sebuah perusahaan dapat mengajukan petisi kepada pengadilan untuk
menyatakan diri pailit karena berbagai alasan, seperti untuk melindungi diri dari
serangkaian tuntutan hukum. Beberapa perusahaan juga berupaya untuk
membatalkan kontrak pekerja dengan mengajukan diri pailit. Pihak pengadilan
saat ini masih berusaha untuk mendefinisikan batasan kepailitan yang tepat dan
masing-masing kasus harus diselesaikan secara terpisah.
Insolvabilitas (insolvency) diartikan sebagai suatu kondisi dimana sebuah
perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran utangnya pada saat utang
tersebut jatuh tempo. Perusahaan yang tidak sanggup membayar (insolvent
company) berarti tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul
“ Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja rangkaian tindakan yang dilakukan perusahaan dalam
menghadapi kesulitannya dalam hal keuangan?
2. Bagaimana akuntansi permulaan baru diberlakukan?
3. Apa itu rencana reorganisasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penulisan makalah
ini adalah :
1. Mendeskripsikan rangkaian tindakan yang akan dilakukan perusahaan
dalam menghadapi kesulitan keuangan.
2. Mendeskripsikan tentang akuntansi permulaan baru.
3. Mendeskripsikan tentang rencana organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesulitan Keuangan Perusahaan


(Brigham dan Daves, 2003). Ada beberapa definisi kesulitan keuangan, sesuai
tipenya, yaitu economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency
in bankruptcy, dan legal bankruptcy (Brigham dan Gapenski, 1997).
Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Economic failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana
pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of
capitalnya. Bisnis ini dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur
mau menyediakan modal dan pemiliknya mau menerima tingkat
pengembalian (rate of return) di bawah pasar. Meskipun tidak ada
suntikan modal baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat
juga menjadi sehat secara ekonomi.
2. Business failure
Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi
dengan akibat kerugian kepada kreditur.
3. Technical insolvency
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika
tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo.
Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan
kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu,
perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di sisi lain,
jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini
mungkin menjadi perhentian pertama menuju bencana keuangan (financial
disaster).
4. Insolvency in bankruptcy
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika
nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius
daripada technical insolvency karena, umumnya, ini adalah tanda
economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis.
Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu
terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.
5. Legal bankruptcy
Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan
secara resmi dengan undang-undang. Ketidakmampuan perusahaan yang
mengalami technical insolvency disebabkan masalah arus kas secara
temporer. Biasanya masalah ini diselesaikan dengan restrukturisasi hutang
oleh para kreditur. Sedangkan pada insolvency in bankruptcy, masalahnya
bersifat permanen dan dapat mengarah pada likuidasi bisnis. Brigham dan
Gapenski memasukkan legal bankruptcy sebagai salah satu tipe kesulitan
keuangan.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kepailitan Perusahaan


Darsono dan Ashari (2005), menyatakan secara garis besar penyebab
kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua :
1. Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan
yaitu:
a. Manajemen yang tidak efisien
Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus
menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak
dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan
oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan
keahlian manajemen.
b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah
piutang-hutang yang dimiliki
Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang
besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan
kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena
aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak
menghasilkan pendapatan.
c. Moral hazard oleh manajemen
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan
perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen yang korup atau
memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau
investor.
2. Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah
sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.
b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi
kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi.
c. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor
tidak melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang
diberikan kepada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang
lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak
memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang
besar bagi perusahaan.
d. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar
selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan
lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya
persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki
produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik
lagi kepada pelanggan.
e. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi
oleh perusahaan.
Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan
tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina
memproduksi barang dengan harga yang murah adalah contoh
kasus perekonomian global yang harus diantisipasi oleh
perusahaan.

2.3 Rangkaian tindakan


Kepailitan merupakan langkah terakhir yang diambil oleh usaha yang
mengalami tekanan keuangan. Namun, sebelum langkah ini diambil, manajemen
biasanya berupaya keras untuk bekerja sama dengan kreditor perusahaan untuk
memenuhi klaim kreditor, sekaligus berupaya untuk memastikan kelangsungan
usaha perusahaan. Sejumlah perjanjian nonyudisial dapat dilakukan dengan
kreditor. Jika langkah ini gagal, maka perusahaan umumnya akan menghadapi
tindakan yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan juga.
a. Tindakan Nonyudisial
Terdapat beberapa tindakan nonyudisial yang dapat dijalankan yaitu;
perjanjian restrukturisasi utang, manajemen komite kreditor dan
pengalihan aset.
1) Perjanjian Restrukturisasi Utang
perjanjian antara perusahaan debitor dengan salah satu atau
kreditor merupakan hal yang umum bagi perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu. Pihak
debitor dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang,
meminta penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi
persyaratan dalam kontrak utang. Pihak kreditor umumnya
bersedia untuk memberikan konsesi kepada debitor daripada
menghadapi risiko beban legal dan kerugian legal yang timbul dari
tindakan hukum terhadap debitor yang sebelumnya sangat
berharga.
Bentuk perjanjian restrukturisasi yang lain adalah perjanjian
komposisi(composition agreement). Dalam kasus ini, pihak
kreditor bersepakat untuk menerima klaim dengan nilai yang lebih
rendah dari nilai pokoknya. Keuntungan bagi pihak kreditor adalah
mereka akan segera menerima pembayaran tunai umumnya
menegosiasikan pembayaran tunai yang tersisa. Perjanjian
komposisi umumnya melibatkan seluruh kreditor, meskipun
beberapa kreditor mungkin tidak bersedia untuk menyetujui
komposisi tersebut.
2) Manajemen Komite Kreditor
Melalui manajemen komite kreditor (creditor’s committee
management), kreditor menyetujui untuk membantu pihak debitor
dalam mengelola pembayaran yang paing efisien terhadap klaim
kreditor. Kebanyakan komite kreditor memberikan nasihat dan
pedoman kepada pihak kreditor karena pihak kreditor tidak ingin
menanggung tambahan kewajiban dan masalah operasi aktua pihak
debitor.
Pembentukan komite kreditor merupakan tindakan nonyudisial
yang umumnya diawali dengan rencana penyelesaian (plant of
settlement) yang diajukan oleh pihak debitor. Rencana
penyelesaian ini merupakan dokumen lengkap yang berisi skedul
pembayaran yang menyebutkan utang khusu dan prakiraan
pembayaran. Pihak kreditor kemudian bekerja sama dengan debitor
untuk melaksanakan rencana tersebut.
3) Pengalihan Aset
Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan
aset, seperti piutang atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya
untuk memperoleh uang tunai. Sebagai contoh, debitor dengan
kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha
dengan nilai diskon, dan kontrak yang dibuat dapat menentukan
apakah piutang tersebut dijual “bersyarat” (with recourse) atau
“tanpa syarat” (without recourse).
Ketentuan bersyarat berarti pihak debitor harus menerima setiap
pengembalian piutang usaha yang tak tertagih sebelumnya telah
dialihkan. Masalah akuntansi yang timbul adalah menentukan
apakah pengalihan ini harus dicatat sebagai penjualan piutang atau
sebagai perjanjian pendanaan antara perusahaan ddebitor dengan
perusahaan anjak piutang. PSAK 54 menetapkan bahwa
pengalihan aset keuangan dianggap sebagai penjualan hanya jika
pihak yang melakukan pengalihan (transferor atau perusahaan
debitor) telah menyerahkan kendali atas aset yang dialihkan
tersebut.
Penyerahan kendali berarti aset yang dialihkan tersebut telah
dipisahkan dari pihak yang mengalihkan, dan kemudian pihak yang
menerima pengalihan(transferee) memperoleh hak untuk
menjanjikan atau menukarkan aset yang dialihkan, dan bahwa
pihak yang mengalihkan tidak memiliki kendali efektif terhadap
aset yang dialihkan, seperti melalui perjanjian yang
memperbolehkan pihak yang mengalihkan untuk membeli kembali
atau menebus aset yang dialihkan.

b. Tindakan Yudisial
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan
oleh pengadilan niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan
pedoman dalam Undang-Undang kepailitan No.37/2004. UU kepailitan ini
menyediakan kerangka yang diperlukan untuk pengajuan kepailitan.
Baik debitor maupun kreditor dapat mengajukan sebuah petisi
sukarela(voluntary petition) untuk mendapat perlindungan yudisial dalam
bentuk urutan pembebasan (order of relief) dari inisiasi atau kelanjutan
klaim hukum yang diajukan kreditor kepada debitor . Cara yang lain
adalah pihak kreditor mengajukan sebuah petisi pemaksaan (involuntary
petition) atas debitor.
Setelah petisi tersebut diajukan, pengadilan niaga akan mengevaluasi
perusahaan dan menentukan apakah manajemen saat ini tetap mengelola
perusahaan atau seorang trustee ditunjuk oleh pengadilan. Penunjukan
trustee merupakan hal yang umum jika pihak kreditor mengajukan tuduhan
terjadinya tuduhan terjadinya kesalahan manajemen atau ketidakmampuan
manajemen secara umum.
UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan
pengadilan niaga. Dua alternatif ini sering dikenal penundaan
pembayaran(suspension of payments), dimana pihak debitor memperoleh
perlindungan yudisial selama periode rehabilitasi, yaitu waktu yang
digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak menguntungkan,
memperoleh kredit baru, mengembangkan struktur perusahaan yang baru
dengan operasi yang berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan
pihak kreditor.
Alternatif kedua adalah pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan
kebangkrutan dan likuidasi sering kali dilakukan oleh seorang trustee yang
ditunjuk oleh pengadilan. Aset debitor dijual dan kewajibannya dilunasi
bersamaan dengan likuidasi perusahaan. Perbedaan utama reorganisasi dan
likuidasi adalah bahwa setelah reorganisasi debitor tetap melanjutkan
usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha tersebut dihentikan.
c. Penundaan Pembayaran
Penundaaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari
tindakan kreditor selama periode waktu yang diperlukan untuk
mereorganisasi perusahaan debitor dan mengembalikan operasi
perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi dilakukan oleh
pengadilan niaga dan trustee seringkali diangkat oleh pengadilan untuk
mengarahkan proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dijelaskan
melalui 4P reorganisasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
mengajukan petisi (petition) kepada pengadilan niaga untuk memperoleh
perlindungan (protection) dari para kreditornya. Jika perlindungan telah
diberikan, perusahaan menerima surat perintah pembebasan untuk
menunda melakukan pembayaran atas utang-urang sebelum petisi
diajukan. Perusahaan masih terus beroperasi sambil mempersiapkan
rencana reorganisasi (plan of reorganization), yang berfungsi sebagai
pedoman operasi selama masa reorganisasi. Proses
reorganisasi (proceeding) tersebut mencakup tindakan-tindakan yang
terjadi dari saat petisi diajukan hingga perusahaan menyelesaikan proses
reorganisasi.
Petisi tersebut harus membahas berbagai alternatif untuk melikuidasi
debitor dan membagikan penerimaan kas yang diperkirakan kepada para
kredior. Rencana tersebut harus mencakup penjelasan lengkap mengenai
tindakan yang diharapkan akan dilakukan oleh debitor selama periode
reorganisasi dan bagaimana tindakan–tindakan ini akan menjadi
kepentingan terbaik bagi debitor dan kreditor.
Pernyataan pengungkapan (disclosure statement) dikirimkan kepada
seluruh kreditor dan pihak-pihak lain yang berwenang untuk memberikan
suara terhadap reorganisasi. Neraca perusahaan dalam reorganisasi
memiliki sifat khusus, yaitu :
1. Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari
rencana reorganisai harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban
yang tidak akan dikompromikan. Kewajiban yang akan
dikompromikan mencakup utang yang tidak dijamin penuh yang
terjadi sebelum proses reorganisasi dan seluruh kewajiban yang
terjadi setelah perusahaan memasukkan petisi reorganisasi untuk
proses reorganisasi.
2. Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang
diperbolehkan oleh pengadilan niaga. Jika estimasi yang memadai
tidak mungkin dilakukan, maka klaim tersebut harus diungkapkan
dalam catatan kaki.

Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan


khusus sebagai berikut :
1. Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan
reorganisasi, seperti biaya jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset,
harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos reorganisasi pada periode
terjadinya. Namun demikian, setiap keuntungan atau kerugian yang
berasal dari operasi dalam penghentian, ataau pos-pos luar biasa, harus
dilaporkan secara terpisah menurut PSAK 1 tentang “penyajian laporan
keuangan”.
2. Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi
merupakan hasil dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi
utangnya dan menginvestasikan sumber daya yang tersedia pada instrumen
yang menghasilkan bunga. Pendapatan bunga tersebut harus dilaporkan
secara terpisah sebagai pos-pos reorganisasi. Sejauh mana beban bunga
yang dilaporkan berbeda dari bunga kontraktual atas utang perusahaan
harus diungkapkan, baik dalam kurung laporan laba rugi atau dalam
catatan kaki.
3. Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan dalam jumlah
lembar saham biasaatau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat
proses reorgansasi harus diungkapkan.

Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus
sebagai berikut :
1. PSAK 2 tentang laporan arus kas lebih menyarankan penggunaan metode
langsung untuk menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, namun jika
metode tidak langsung yang digunakan, maka perusahaan harus juga
mengungkapkan secara terpisah arus kas dari aktivitas operasi yang
berkaitan dengan proses reorganisasi.
2. Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan
secara terpisah dari arus kas yang berasal dari operasi rutin. Sebagai
contoh, kelebihan bunga bersih yang diterima sebagai hasil dari
perusahaan tidak membayar utang-utangnya selama proses reorganisasi
harus dilaporkan secara terpisah.
d. Akuntansi permulaan baru (fresh start accounting)
Akuntansi permulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yang baru.
Pertama, perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi aset-
aset entitas yang baru muncul. Nilai reorganisasi (reorganization
value) merupakan nilai wajar entitas sebelum mempertimbangkan
kewajiban dan mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang pembeli
aset entitas yang berminat. Pelaporan permulaan baru harus digunakan
per tanggal konfirmasi rencana reorganisasi jika dua kondisi berikut ini
terjadi :
1. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul sesaat
sebelum tanggal konfirmasi lebih kecil daripada total seluruh
kewajiban dan klaim pasca petisi.
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum
konfirmasi menerima kurang dari 50 persen saham dengan hak
suara dari entitas yang akan muncul. Hal ini menendakan bahwa
pemegang saham lama telah kehilangan kendali atas perusahaan
yang akan muncul. Nilai reorganisasi ini kemudian dialokasikan
untuk aset yang menggunakan alokasi metode nilai dalam PSAK
22, tentang akuntansi penggabungan usaha. Nilai reorganisasi yang
melebihi jumlah yang dialokasikan terhadap aset berwujud
dilaporkan sebagai aset tidak berwujud yang disebut sebagai “ nilai
reorganisasi yang melebihi jumlah yang dialokasikan pada aset
yang dapat diidentifikasi”. Kelebihan ini kemudian dicatat sesuai
dengan PSAK 19 tentang “ aset tak berwujud”. Aset tak berwujud
dengan umur terbatas akan diamortisasi sepanjang umurnya,
sedangkan aset tak berwujud dengan umur tak terbatas akan
ditinjau ulang setiap tahun penurunan nilainya untuk mengetahui
apakah nilai tercatat melebihi nilai wajarnya. Kewajiban
perusahaan yang baru muncul dicatat sebesar nilai sekarang jumlah
yang akan dibayar. Seluruh saldo laba atau defisit yang ada
dihapuskan. Laporan operasi final disusun sesaat sebelum
mengakhiri proses reorganisasi. Pada intinya, perusahaan
merupakan entitas pelaporan yang baru setelah reorganisasi.
Perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan untuk akuntansi
permulaan baru harus menentukan apakah asetnya mengalami
penurunan nilai. Selain itu, mereka harus melaporkan kewajiban
sejumlah nilai sekarang jumlah yang akan dibayarkan, dengan
keuntungan atau kerugian dari penilaian kembali kewajiban
sebagai pos luar biasa atau biasa.
Banyak perusahaan yang memutuskan untuk merestrukturisasi
operasinya sebagai bagian dari rencana reorganisasi. Perusahaan-
perusahaan tersebut yang tidak memenuhi untuk akuntansi
permulaan baru mencatat biaya restrukturisasi, seperti biaya
penutupan pabrik dan pengurangan tanaga kerja, menggabungkan
beberapa sisa operasi, dan sebagainya berdasarkan PSAK 58,
tentang “Penghentian Operasi.” Pernyataan ini membolehkan
pengakuan kewajiban atas biaya terkait dengan berhentinya atau
aktivitas pelepasan pada saat kewajiban tersebut terjadi, bukan
pada waktu yang lebih cepat pada saat perusahaan melakukan
komitmen atas rencana berhenti.
Kerugian penurunan nilai dari aset jangka panjang yang dipegang
dan digunakan diakui hanya jika nilai tercatat aset lebih kecil dari
estimasi arus kas dari operasi didiskontokan selama masa
manfaatnya. Jumlah kerugian penurunan nilai adalah perbedaan
antara nilai tercatat aset dan nilai wajarnya. Untuk aset jangka
panjang individul yang akan dihapuskan dengan penjualan akan
dinilai kembali menjadi nilai terendah antara nilai tercatat atau nilai
wajar dikurangi biaya penjualan.

e. Rencana Reorganisasi
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan
pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh
selama proses reorganisasi. Selain tindakan-tindakan utama ini, manajemen
juga terus berproduksi dan menjual produk, menagih piutang, dan
menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan rencana ini berisi
pembahasan yang teperinci mengenai hal-hal berikut :
(1) Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui
penjualan atau likuidasi.
(2) Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
(3) Revaluasi aset dan kewajiban.
(4) Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu
dan penerbitan saham baru kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua
kreditor, yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang
belum lunas, meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang
disetujui oleh kreditor dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan
pihak pengadilan menemukan alasan bahwa rencana tersebut mewakili
kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil bagi kelompok yang tidak
menyetujui rencana tersebut.
f. Ilustrasi Reorganisasi

Neraca induk pada tanggal 31 Desember 20x6 disajikan dalam figur 17-1.
Pada tanggal 2 Januari 20X7, manajemen PT. Induk mengajukan petisi pada
pengadilan niaga dalam rangka penundaan pembayaran untuk memperoleh
penangguhan pembayaran utang dan waktu untuk merehabilitas perusahaan
serta mengembalikannya pada operasi yang menguntungkan.

Berikut ini adalah garis waktu yang menunjukkan tanggal-tanggal yang relevan
untuk contoh ini.
FIGUR 17-1
Neraca pada Tanggal Insolvabilitas Perusahaan
PT INDUK
NERACA
31 DESEMBER 20X6
ASET
KAS 2.000.000
EFEK YANG DIPASARKAN 8.000.000
PIUTANG USAHA 20.000.000
DIKURANGI: PENYISIHAN PIUT ANG T AK T ERT AGIH -2.000.000 18.000.000
PERSEDIAAN 45.000.000
ASET DIBAYAR DIMUKA 1.000.000
KJUMLAH ASET LANCAR 74.000.000
ASET TETAP
BIAYA AKUMULASI BIAYA BELUM
PENYUSUTAN DISUSUTKAN

TANAH 10.000.000 0 10.000.000


BANGUNAN 75.000.000 20.000.000 55.000.000
PERALATAN 40.000.000 4.000.000 36.000.000
TOTAL 125.000.000 -24.000.000 101.000.000 101.000.000
TOTAL ASET 175.000.000

KEWAJIBAN
UTANG USAHA
WESEL BAYAR :
DIJAMINKAN SEBAGIAN 10.000.000
TIDAK DIJAMINKAN, BUNGA 10% 80.000.000 90.000.000
AKRUAL BUNGA 3.000.000
UPAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR 14.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 133.000.000
UTANG HIPOTEK 50.000.000
TOTAL KEWAJIBAN 183.000.000
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
SAHAM ISTIMEWA 40.000.000
SAHAM BIASA (NILAI NOMINAL RP 1.000) 10.000.000
SALDO LABA (DEFISIT) -58.000.000
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM -80.000.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM 175.000.000
Figur 17-2
Rencana Reorganisasi
Pengadilan niaga menerima petisi tersebut dan PT.Induk menyusun rencana
reorganisasi. Rencana ini diajukan pada tanggal 1 Juli 20X7, dan pernyataan
pengungkapan dikirimkan kepada seluruh kreditor dan pihak-pihak yang
terpengaruh. Pada tanggal 31 Desember 20X7, perusahaan menyajikan laporan
keuangan untuk periode fiskal tahun 20x7 yang tercantum didalam penundaan
pembayaran. Pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi pada tanggal 2
Januari 20X8 dan dan selesai 1 April 20X8.

PT INDUK Rencana
Reorganisasi
Berdasarkan Undang-undang Kepailitan tentang Penundaan Pembayaran
Diajukan pada tanggal 1 Juli 20X7

a. Utang usaha sebesar Rp. 26.000.000 diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak Rp.
6.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp. 4.000.000 akan dibayar secara tunai,
(3) sebanyak Rp. 12.000.000 dari utang yang ada ditukarkan dengan utang
subordinasi, dan (4) utang sebesar Rp. 4.000.000 akan dipertukarkan dengan 4.000
lembar saham biasa yang baru dikeluarkan
b. Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp. 10.000.000 akan diperlakukan
sebagai berikut: (1) sebanyak Rp. 2.000.000 akan dibayar secara tunai, dan sisanya
(2) sebesar Rp. 8.000.000 akan ditukarkan menjadi utang prioritas yang dijamin
dengan peralatan.
c. Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp. 80.000.000 akan diperlakukan sebagai
berikut: (1) sebanyak Rp. 12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp. 14.000.000
akan dibayarkan tunai, (3) sebanyak Rp. 49.000.000 akan ditukarkan menjadi utang
prioritas yang dijamin dengan agunan terhadap aset tetap, (4) dan sebanyak Rp.
5.000.000 akan ditukarkan dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan
d. Beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp. 3.000.000 akan diperlakukan
sebagai berikut: (1) sebesar Rp. 2.000.000 akan dihapuskan, dan (2) sisanya sebesar
Rp. 1000.000 akan dibayar tunai.
e. Beban upah yang masih harus dibayar Rp. 14.000.000 akan diperlakukan sebagai
berikut: (1) sebanyak Rp. 12.000.000 akan dibayar tunai, dan (2) sisanya sebesar Rp.
2.000.000 akan ditukarkan dengan 2.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
f. Pemegang saham istimewa akan menerima 80000 lembar saham biasa yang baru
dikeluarkan sebagai ganti rugi saham istimewa yang mereka miliki.
g. Pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru
dikeluarkan sebagai ganti rugi saham biasa yang mereka miliki sekarang.
Figur 17-3

PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
NERACA
31 DESEMBER 20X6
ASET
KAS 40.000.000
PIUTANG PENGEMBALIAN PAJAK PENGHASILAN 12.000.000
EFEK YANG DAPAT DIPASARKA 8.000.000
PIUTANG USAHA 6.000.000
DIKURANGI : PENYISIHAN PIUTANG TAK
TERTAGIH -1.000.000 5.000.000
PERSEDIAAN 37.000.000
JUMLAH ASET LANCAR 102.000.000
ASET TETAP 104.000.000
DIKURANGI : AKUMULASI PENNYUSUTAN -26.000.000 78.000.000
TOTAL ASET 180.000.000

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN YANG TIDAK DIKOMPROMIKAN :
KEWAJIBAN LANCAR (PASCAPETISI)
PINJAMAN JANGKA PENDEK 15.000.000
UTANG USAHA 10.000.000
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR :
UTANG HIPOTEK, DIJAMIN PENUH 48.000.000
TOTAL KEWAJIBAN YANG TIDAK DIKOMPROMIKAN 73.000.000
KEWAJIBAN YANG DIKOMPROMIKAN :
UTANG USAHA 28.000.000
WESEL BAYAR, SEBAGIAN DIJAMINKAN 10.000.000
WESEL BAYAR, TIDAK DIJAMIN 80.000.000
AKRUAL BUNGA 3.000.000
UPAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR 14.000.000
TOTAL KEWAJIBAN YANG DIKOMPROMIKAN 133.000.000
TOTAL KEWAJIBAN 206.000.000
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
SAHAM ISTIMEWA 40.000.000
SAHAM BIASA (NILAI NOMINAL RP. 1000) 10.000.000
SALDO LABA (DEFISIT) -76.000.000
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM -26.000.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM 180.000.000
PT. Induk mengajukan rencana reorganisasi yang disajikan pada figur 17-02,
beserta laporan keuangan yang telah diaudit dan pengungkapan lain yang diminta
oleh pengadilan niaga.
Satu-satunya pembayaran yang disetujui pengadilan untuk kewajiban prapetisi
adalah pembayaran sebesar Rp. 2.000.000,00 atas hutang hipotek.
Pada tanggal 2 Januari 20X8, pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi,
seperti yang diajukan PT.Induk menjalankan rencana sebagaiman disajikan figur
17-6.

Figur 17-4
Setelah analisis yang lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp. 195.000.000,00
ditetapkan untuk aset PT. Induk.
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X7
PENDAPATAN
PENJUALAN 120.000.000
BIAYA DAN BEBAN :
BEBAN HARGA POKOK PENJUALAN 110.000.000
PENJUALAN, OPERASI DAN ADMINISTRASI 21.000.000
BUNGA(BUNGA KONTRAKTUALRP 6.000.000) 3.000.000 134.000.000
KERUGIAN SEBELUM POS REORGANISASI DAN MANFAAT PAJAK PENGHASILAN -14.000.000
KERUGIAN PENGHAPUSAN ASET -10.000.000
IMBALAN JASA PROFESIONAL -8.000.000
BUNGA YANG DIHASILKAN DARI AKUMULASI KAS 2.000.000
DARI PENUNDAAN PEMBAYARAN
TOTAL POS REORGANISASI -16.000.000
KERUGIAN SEBELUM MANFAAT PAJAK PENGHASILAN -30.000.000
MANFAAT PAKJAK PENGHASILAN 12.000.000
KERUGIAN BERSIH -18.000.000

Kewajiban pascapetisi 73.000.000


Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan
pembayaran 133.000.000
Jumlah kewajiban pascapetisi dan klaim yang
diperoleh 206.000.000
Nilai reorganisasi -195.000.000
Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi 11.000.000
Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah
terpenuhi. Kondisi kedua untuk akuntansi permulaan baru juga terjadi,
sebagaimana yang ditujukan pada figur 17-6. Pemegang saham biasa sesaat
sebelum rencana reorganisasi disepakati untuk memiliki hanya 5% dari saham
biasa entitas yang akan muncul. Oleh karena itu akuntansi permulaan baru
digunakan oleh PT. Induk.

Setelah mempelajari dengan seksama maka struktur modal perusahaan yang


timbul adalah sebagai berikut.

Kewajiban pasca petisi 25.000.000


Utang hipotek pascapetisi 48.000.000
Utang senior 57.000.000
Utang subordinasi 12.000.000
Saham biasa (baru) 20.000.000
Total struktur modal pascapetisi 162.000.000

Jika nilai ditetapkan atas saham yang baru dikeluarkan lebih besar dari nilai
nominalnya, maka akun tambahan modal akan disetor akan dikredit untuk
kelebihanny. Modal pasca reorganisasi sebesar Rp162.000.000 merupakan nilai
reorganisasi sebesar Rp195.000.000 dikurangi dengan Rp.33.000.000 yang
dibayarkan untuk kewajiban prapetisi sebagai bagian dari rencana reorganisasi.
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X7
FIGUR 17-5
ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI :
KAS YANG DITERIMA DARI PELANGGAN 133.000.000
-
KAS YANG DIBAYAR KE SUPPLIER DAN KARYAWAN 109.000.000
BUNGA DIBAYAR -3.000.000
ARUS KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI SEBELUM POS REORGANISASI 21.000.000
ARUS KAS OPERASI YANG DIGUNAKAN OLEH KEGIATAN REORGANISASI :
IMBALAN JASA PROFESIONAL -8.000.000
BUNGA YANG DITERIMA DARI AKUMULASI KAS DARI PENUNDAAN PEMBAYARAN 2.000.000
ARUS KAS BERSIH YANG DIGUNAKAN UNTUK KEGIATAN REORGANISASI -6.000.000
ARUS KAS BERSIH YAG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI DAN REORGANISASI 15.000.000
ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN INVESTASI:
HASIL YANG DIPEROLEH DARI PENJUALAN ASET AKIBAT PENUNDAAN PEMBAYARAN 10.000.000
ARUS KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN INVESTASI 10.000.000
ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN PENDANAAN :
PINJAMAN BERSIH BERDASARKAN RENCANA PENDANAAN JANGKA PENDEK 15.000.000
IMBALAN JASA PROFESIONAL -2.000.000
BUNGA YANG DIHASILKAN DARI AKUMULSI KAS DAN PENUNDAAN
PEMBAYARAN 13.000.000
PERTAMBAHAN BERSIH KAS 38.000.000
KAS PADA 1 JANUARI 20X7 2.000.000
KAS PADA 31 DESEMBER 20X7 40.000.000

Figur 17-7
Menunjukkan kertas kerja yg menggambarkan pengaruh pelaksanaan rencana
reorganisasi terhadap akun-akun neraca PT induk ayat jurnal yang pertama (1)
mencatat restrukturisasi utang dan penyesuaian keuntungan dan pembebasan
utang.
1 januari - 1 april 20x8
1 kewajiban yang dikompromikan 13.000.000
Kas 33.000.000
utang usaha 57.000.000
utang subordinasi 12.000.000
saham biasa (baru) 11.000.000
keuntungan pembebasan utang
20.000.000
mencatat pembebasan utang
Ayat jurnal yang kedua(2) mencatat pertukaran saham dengan saham
1 januari - 1 april 20x8
2 saham istimewa 40.000.000
saham biasa (lama) 10.000.000
saham biasa (baru) 9.000.000
tambahan modal setor 41.000.000

Ayat jurnal ketiga dan terakhir (3) mencatat penyesuaian baru dan nilai yang
ditetapkan atas aset entitas yang baru muncul dan penghapusan saldo laba yang
ada atau defisit.

PSAK 19 menyatakan bahwa aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas
harus diamortisasi selama umurnya. Aset tak berwujud dengan masa manfaat tak
tersebut harus diuji untuk penurunan nilai paling tidak tiap tahun untuk
menentukan apakah aset tersebut mengalami penurunan nilai dan harus mengakui
kerugian untuk pengurangan nilai tercatat aset.

Ayat jurnal untuk mencatat revaluasi aset dan penghapusan defisit pada
permulaan baru adalah sebagai berikut

Nilai buku Nilai wajar Selisih


Kas 7.000.000 7.000.000 0
Piutang dana pajak penghasilan 12.000.000 12.000.000 0
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000 10.000.000 2.000.000
Piutang usaha
(bersih) 5.000.000 5.000.000 0
Persediaan 37.000.000 33.000.000 -4.000.000
Aset tetap 78.000.000 85.000.000 7.000.000
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah yang
dialokasikan terhadap aset yang dapat diidentifikasikan 0 10.000.000 10.000.000
Total 147.000.000 162.000.000 15.000.000
Pengaruh rencana reorganisasi terhadap neraca perusahaan

PENYESUAIAN UNTUK MENCATAT


KONFIRMASI RENCANA
NERACA
PERUSAHAAN
PENGHAPUSAN PERTUKARAN PERMULAAN SETELAH
PRAKO NFIRMASI UTANG SAHAM BARU REO RGANISASI
ASET
KAS 40.000.000 -33.000.000 7.000.000
PIUTANG PENGEMBALIAN 12.000.000 12.000.000
EFEK YANG DAPAT DIPASARKAN 8.000.000 2.000.000 10.000.000
PIUTANG USAHA (BERSIH) 5.000.000 5.000.000
PERSEDIAAN 37.000.000 -4.000.000 33.000.000
TO TAL 102.000.000 67.000.000
ASET TETAP (BERSIH) 78.000.000 7.000.000 85.000.000
KELEBIHAN NILAI REORGANISASI DARI
JUMLAH YG DIALOKASIKAN PADA ASET 10.000.000 10.000.000
YANG DAPAT DIIDENTIFIKASI
TO TAL ASET 180.000.000 -33.000.000 15.000.000 162.000.000
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN YANG TIDAK DIKOMPROMIKAN :
KEWAJIBAN LANCAR :
PINJAMAN JANGKA PENDEK -15.000.000 -15.000.000
UTANG USAHA -10.000.000 -10.000.000
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR:
UTANG HIPOTEK -48.000.000 -48.000.000
TOTAL -73.000.000 -73.000.000
KEWAJIBAN YANG DI KOMPROMIKAN: -133.000.000 133.000.000
UTANG PRIORITAS -57.000.000 -57.000.000
UTANG SUB ORDINASI -12.000.000 -12.000.000
TO TAL KEWAJIBAN -206.000.000 64.000.000 -142.000.000
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
SAHAM ISTIMEWA -40.000.000 40.000.000
SAHAM BIASA (LAMA) -10.000.000 10.000.000
SAHAM BIASA (BARU0 -11.000.000 -9.000.000 -20.000.000
TAMBAHAN MODAL DISETOR -41.000.000 41.000.000
SALDO LABA(DEFISIT) 76.000.000 -20.000.000 20.000.000
-76.000.000 0
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM 26.000.000 -31.000.000 0 -15.000.000 -20.000.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG
SAHAM -180.000.000 33.000.000 0 -15.000.000 -162.000.000
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepailitan merupakan langkah terakhir yang diambil oleh usaha yang


mengalami tekanan keuangan. Namun, sebelum langkah ini diambil, manajemen
biasanya berupaya keras untuk bekerja sama dengan kreditor perusahaan untuk
memenuhi klaim kreditor, sekaligus berupaya untuk memastikan kelangsungan
usaha perusahaan. Sejumlah perjanjian nonyudisial dapat dilakukan dengan
kreditor. Jika langkah ini gagal, maka perusahaan umumnya akan menghadapi
tindakan yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan juga.

Akibat Kesulitan Keuangan Perusahaan


1. Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif
terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax
relief) atas peningkatan level hutang.
2. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan,
hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi
rusak parah.
3. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih
berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka
yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa
bulan.
4. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan
suplier mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan
andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya keraguan
tentang longevity perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik.
Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup
stabil untuk menepati janji.
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., dkk. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan Perspektif


Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai