Disusun Oleh:
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Sasaran : Keluarga dan pengunjung Ruang Inap Jamrud RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan keluarga pasien dan pengunjung pasien di
Ruang Inap Jamrud RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh mengerti dan memahami
tentang perawatan pada pasien dengan Tuberculosis Paru
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan keseatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga
dan pengunjung pasien di ruang rawat inap Jamrud 1 mampu :
1) Memahami tentang pengertian Tuberculosis paru
2) Memahami penyebab Tuberculosis paru
3) Menyebutkan tanda dan gejala Tuberculosis paru
4) Menyebutkan cara penularan Tuberculosis paru
5) Menyebutkan penatalaksanaan pada pasien dengan Tuberculosis paru
6) Menyebutkan cara pencegahan Tuberculosis paru
7) Menyebutkan cara perawatan pada pasien dengan Tuberculosis paru
8) Adab dan akhlak terhadap orang sakit
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Tuberculosis Paru
2. Penyebab Tuberculosis Paru
3. Tanda dan gejala Tuberculosis Paru
4. Cara penularan Tuberculosis Paru
5. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru
6. Pencegahan Tuberculosis Paru
7. Perawatan pasien dengan Tuberculosis Paru
8. Adab dan akhlak terhadap orang sakit
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi yang terdiri dari:
Cuci tangan
Etika Batuk
Menggunakan masker
D. Media
1. Power Point
2. Leaflet
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan
No Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 5 menit sebelum Petugas menyiapkan daftar Peserta penyuluhan
acara dimulai hadir, ruangan dan tempat mengisi daftar hadir dan
untuk peserta penyuluhan duduk di tempat yang
telah disediakan
2 Pendahuluan 5 Pembukaan:
menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
dan memperkenalkan 2. Mendengarkan tujuan
diri dan maksud dari
2. Menyampaikan tujuan penyuluhan
dan maksud penyuluhan 3. Mendengarkan kontrak
3. Menjelaskan kontrak waktu
waktu dan mekanisme 4. Mendengarkan materi
4. Menyebutkan materi penyuluhan yang
penyuluhan diberikan
3 Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan 15 1. Menggali pengetahuan 1. Menjelaskan apabila
menit dan pengalaman sasaran mengetahui tentang
tentang Tuberculosis Tuberculosis
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan materi
meliputi : penyuluhan yang
1) Pengertian disampaikan
Tuberculosis
2) Penyebab
Tuberculosis
3) Tanda dan gejala
Tuberculosis
4) Cara penularan
Tuberculosis
5) Penatalaksanaan
Tuberculosis
6) Pencegahan
Tuberculosis
7) Perawatan pasien
dengan
Tuberculosis
8) Adab dan akhlak
terhadap orang sakit 3. Peserta penyuluhan
melakukan demonstrasi
3. Mendemontrasikan cara tentang materi yang
cuci tangan, etika batuk, diberikan
dan menggunakan
masker 4. Peserta penyuluhan
mengajukan pertanyaan
4. Memberikan mengenai materi yang
kesempatan peserta belum dipahami
untuk mengajukan
pertanyaan mengenai
materi yang
disampaikan 5. Mendengarkan dan
memperhatikan
5. Menjawab pertanyaan jawaban penyaji
yang diajukan oleh mengenai pertanyaan
peserta penyuluhan peserta penyuluhan
4 Penutup 5 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali 1. Peserta penyuluhan
materi yang telah menjawab pertanyaan
disampaikan yang diajukan oleh
penyaji
2. Penyaji menyimpulkan 2. Peserta penyuluh
materi yang telah mendengarkan
disampaikan kesimpulan materi
yang disampaikan
3. Tim penyuluh 3. Peserta penyuluhan
membagikan leaflet menerima leaflet
kepada semua peserta
penyuluhan
F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Dewi Kartika Wulandari, Ns.,M.Kep
2. Pembimbing Klinik : Sulastri, S. Kep., Ns
3. Penyaji : Amalia, S. Kep, S. Kep
4. Moderator : Erwin Ade Pranata, S. Kep
5. Observer dan Notulen : Erwan Ahmad, S. Kep
Evi Susanti, S. Kep
6. Fasilitator : Akhmad Subangkit, S. Kep
Akhmad Yogi Putra, S. Kep
G. Job Description
1. Penyaji
Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang Tuberculosis
Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa memahami hal-
hal tentang isi, makna dan maksud dari penyuluhan
2. Moderator
Bertanggung jawab atas kelancaran acara
Membuka dan menutup acara
Mengatur waktu penyaji sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator
Membantu kelancaran acara penyuluhan
Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji
Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan
4. Observer dan Notulen
Mengamati proses kegiatan penyuluhan
Mencatat pertanyaan dari peserta
Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal hingga akhir
H. Setting tempat
Flipchart
Moderator Penyaji
Fasilitator 1 P P P P
P P P P
P P P P
Fasilitator 2
Keterangan :
P
: Peserta penyuluhan (keluarga pasien)
I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai POA
f. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah ±8 orang atau lebih
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c. Peserta mampu menjawab dengan benar
J. Referensi
Aditama , T.Y., 2002. Tuberkulosis Diagnosis , Terapi, dan Masalahnya. Edisi ke-4.
Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia: 131
Depkes RI, Ditjen PP & PL. 2005. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta
Hudoyo, Ahmad, 2008. Tuberkulosis Mudah Diobati. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 2007. Activity report
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. USA
Jusuf, W. M., dkk., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.
Kemenkes RI. 2015. Tuberculosis Temukan, Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI
Lampiran
Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah
seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, hampir 90% penderita secara klinis
tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif dan 10% akan sakit. Penderita yang sakit
bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB paru akan mati, 25% sehat dengan
pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Jusuf, 2010). Namun
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dengan TB paru aktif yang tidak diobati lebih mungkin
meninggal dalam waktu yang lebih singkat (Green, 2006).
Bakteri TB paru yang disebut Micobacterum tuberculosis dapat dikenali karena berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan
yang asam, sehingga dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA). Sebagian besar bakteri
terdiri dari asam lemak dan lipid, yang membuat lebih tahan asam. Bisa bertahan hidup
bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen
(Achmadi, 2008). Bila dijumpai BTA atau Mycobacterium tuberculosis dalam dahak orang
yang sering batuk-batuk, maka orang tersebut di diagnosis sebagai penderita TB paru aktif
dan memiliki potensi yang sangat berbahaya (Achmadi, 2011). Secara khas bakteri berbentuk
granula dalam paru menimbulkan nekrosis atau kerusakan jaringan. Bakteri Mycobacterium
tuberculosis akan cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat dormant, tertidur lama
selama bertahuntahun (Achmadi, 2008).
Menurut Crofton (2002), gejala yang dirasakan oleh penderita TB paru dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tidak semua penderita TB paru punya semua gejala diatas, kadang-kadang hanya satu
atau 2 gejala saja. Berat ringannya masing-masing gejala juga sangat bervariasi (Aditama,
2006). Gejala-gejala tersebut diatas di jumpai pula pada penyakit paru selain TB paru. Oleh
karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala
tersebut diatas, harus di anggap ”suspek tuberculosis” atau tersangka penderita TB paru dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Aditama, 2002).
Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan maupun
infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah penularan bakteri dari
penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya penularan (Crofton, 2002).
Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang utama
adalah memberikan obat anti tuberculosis yang benar dan cukup, serta dipakai dengan patuh
sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi atau
menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah mengupayakan kesehatan lingkungan
dan perilaku, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari,
mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur kepadatan penduduk, menghindari
meludah sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik
dan seimbang. Dengan demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan
(Jusuf, 2010). Menurut Depkes (2003), selain penyuluhan, pengobatan juga merupakan suatu
hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit TB paru. Tujuan pengobatan TB paru
adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan
menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah panduan
pengobatan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin
keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pemberian
panduan OAT didasarkan klasifikasi TBC.
Menurut Hudoyo (2008), mengobati penderita dengan TB paru cukup mudah, karena
penyebab TB paru sudah jelas yaitu, bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat di
matikan dengan kombinasi beberapa obat yang sudah jelas manfaatnya. Sesuai dengan sifat
bakteri Mycobacterium tuberculosis, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-
prinsip yang dipakai adalah 1. Obat harus di berikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis obat (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol) dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua bakteri (termasuk bakteri persisten)
dapat di bunuh. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. 2. Untuk
menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO)
َحتَّى ْال َه ُّم يُ ِه ُّمهُ؛ إِالَّ يُك َِف ُر للاُ بِ ِه َع ْنهُ ِسيِئَاتِ ِه،ب َ َوالَ َو، َوالَ َحزَ ٍن،ب
ٍ ص َ ُصيْبُ ْال ُمؤْ ِمنَ ِم ْن َن
ٍ ص َ َما ِم ْن
ِ ش ْيءٍ ي
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari
itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”[2]
“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada
dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan
Allah tanpa dosa sedikitpun.”[3]
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran.”[6]
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2005)
Keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, keluarga harus
lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan keseluruhan proses terapetik. Pada
penderita TB, peran keluarga sangat dibutuhkan khususnya dalam memberikan perawatan,
tidak hanya perawatan secara fisik namun juga perawatan secara psikososial (International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease, 2007). Hal ini dikarenakan keluarga
merupakan orang terdekat dari klien dan juga sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Penderita TB sangat membutuhkan
dukungan, kasih sayang, dan perhatian khususnya dari keluarga, hal ini dapat ditunjukkan
dari keikutsertaan keluarga dalam membantu perawatan pada penderita TB, baik memberikan
perawatan secara fisik maupun secara psikis karena banyaknya stigma buruk berkembang di
masyarakat terhadap penderita TB, sehingga dengan adanya dukungan, kasih sayang serta
perawatan yang baik tersebut akan membantu mempercepat kesembuhan pasien TB.
Beberapa hal yang dapat lakukan keluarga dalam merawat penderita TB paru
diantaranya:
1) Mengawasi klien dalam meminum obat secara teratur hingga klien menelan
obatnya, pasien harus meminum obatnya pada pagi hari karena obat tersebut
paling baik bekerja ketika pagi hari.
2) Keluarga juga harus dapat memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatannya,
menempatkan obat di tempat yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung
dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan anak-anak.
3) Keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke fasilitas kesehatan setiap dua
minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakitnya atau jika pasien
mengalami keluhan-keluhan yang harus segera di tangani.
4) Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai perasaan
klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien, menanyakan apa
yang saat ini klien rasakan, ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari
keluarga secara psikis.
5) Kebutuhan nutrisi pada pasien TB, keluarga harus memberikan makan yang
cukup gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh
agar bisa menangkal kuman TB yang merusak paru-paru.
6) Kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan misalnya dengan
pengaturan ventilasi yang cukup.
7) Ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk
atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara
teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari (Kemenkes
RI, 2014).
CARA MELATIH
EFEKTIF
MENGELUARKAN
PADA UNTUKBATUK
DAHAK