A. DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) terdiri atas angina pektoris tak stabil,
IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST (Sudoyo, 2010). Infark
miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial Infarct)
merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark
yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium yang ditandai
dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG, sehingga tujuan utama
pengobatan adalah reperfusi secara cepat dan komplit dengan fibrinolitik
atau angioplasti primer (Dharma, 2009).
B. ETIOLOGI
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan
kritis arteri koroner akibat aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. (Smeltzer, 2001)
Infark Miokard Akut (IMA) disebabkan oleh gangguan aliran darah
ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di
pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali
sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah
otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau
alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot
jantung, dikatakan mengalami infark.
C. PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada
substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan
terkadang dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri,
atau hanya rasa tidak enak di dada. IMA sering didahului oleh serangan
angina pektoris pada sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada IMA biasanya
berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada hubungannya dengan
aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang dengan pemberian
nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering mengalami
diaforesis. Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) IMA tidak
menimbulkan nyeri dada atau disebut sebagai silent AMI. Silent AMI ini
sering dijumpai pada pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi serta
pada pasien berusia lanjut (Sudoyo, 2010).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan EKG
Iskemia miokard akan memperlambat proses repolarisasi,
sehingga EKG dijumpai perubahan segmen ST dan gelombang T
tergantung beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG.
Spesifisitas perubahan segmen ST pada iskemia tergantung
morfologinya.
a. Perubahan EKG pada injuri miokard
Sel miokard yang mengalami injuri tidak akan
berdepolarisasi sempurna, secara elektrik lebih bermuatan positif
dibanding daerah yang tidak mengalami injuri dan pada EKG
tampak gambaran elevasi segmen ST pada sadapan yang berhadapan
dengan lokasi injuri. Elevasi segmen ST bermakna jika elevasi lebih
dari sama dengan 1 mm (1 kotak kecil) pada sadapan ekstremitas
dan lebih besar sama dengan 2 mm pada sadapan prekordial di dua
atau lebih sadapan yang menghadap daerah anatomi jantung yang
sama. Perubahan segmen ST, gelombang T dan kompleks QRS pada
injuri dan infark mempunyai karakteristik tertentu sesuai waktu dan
kejadian selama infark. Aneurisme ventrikel harus dipikirkan jika
elevasi segmen ST menetap beberapa bulan setelah infark miokard.