Disusun Oleh :
A. Informasi citasi
1. Pengarang : Dilla Fitri Lestari
Maria Suryani
Wulandari Meikawati
2. Tahun : 2014
3. Judul artikel : Pengaruh Operan dengan metode
B. Latar belakang :
Keselamatan pasien merupakan aspek penting dalam pelayanan yang
diberikan oleh Rumah Sakit. World Health Organization (WHO) Collaborating
Center for Patient Safety Solutions bekerjasama dengan Joint Commision
International (JCI) pada tahun 2005 telah memasukan masalah keselamatan pasien
dengan menerbitkan enam program kegiatan keselamatan pasien dan sembilan solusi
keselamatan pasien di rumah sakit pada tahun 2007. Komunikasi efektif merupakan
komponen penting untuk meningkatkan keselamatan pasien. Keselamatan pasien
dapat terwujud apabila adanya komunikasi yang efektif sesama tenaga medis
kesehatan. Transfer informasi dari satu tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya
dalam satu sistem layanan kesehatan merupakan komponen yang penting dalam
pelayanan kesehatan dan peningkatan keselamatan pasien. SBAR merupakan metode
komunikasi yang digunakan dalam operan yang mencakup semua informasi tentang
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan dokumentasi
sebagai sumber informasi. Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor
kesalahan dalam pelaporan sangat penting untuk diperbaiki. Kegiatan
pendokumentasian keperawatan yang terjadi saat ini masih banyak menemui berbagai
hambatan yang mengakibatkan asuhan keperawatan yang tidak optimal. Pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan masih belum dilakukan secara keseluruhan
sehingga dapat menyebabkan tumpang tindih informasi dalam pemberian asuhan
keperawatan. Komunikasi yang kurang efektif akan berdampak pada pelaporan
kondisi pasien seperti informasi kurang dapat dipahami dan kurang lengkap. Proses
komunikasi efektif melalui metode SBAR merupakan suatu kegiatan yang rutin
dilakukan di semua pengaturan perawatan. Ketepatan dalam komunikasi terkait
dengan kondisi pasien menjadi faktor utama karena berkaitan dengan keselamatan
pasien.
0,157 (>0,05)
Tidak ada pengaruh operan dengan metode SBAR terhadap ketepatan
0,157 (>0,05)
Ada pengaruh operan dengan metode SBAR terhadap kelengkapan
(<0,05), dan
Tidak ada pengaruh operan dengan metode SBAR terhadap ketepatan
(>0,05)
H. Implikasi hasil penelitian
Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan rumah sakit untuk
meningkatkan komunikasi SBAR sehingga dapat melakukan suatu pencapaian
pendokumetasian yang lebih baik. Rumah sakit juga dapat melakukan kegiatan
sosialisasi terkait komunikasi SBAR kepada tenaga kesehatan terkait khususnya
kemampuan perawat, sosialisasi dilakukan bertujuan agar meningkatkan kemampuan
komunikasi SBAR sehingga kelengkapan dokumentasi terkait kondisi pasien dapat
terkontrol dan tidak terjadi kesenjangan antara dokumentasi dan implemtasi yang telah
dilaksanakan.
Adanya supervisi kepala ruang selaku pemimpin tiap ruangan sehingga dengan
adanya supervise dapat meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan operan
dengan menggunakan komunikasi SBAR secara lengkap dan tepat terkait kondisi
pasien sehingga sasaran kesalamatan pasien dapat tercapai. Kemudian adanya
pemberian reward kepada perawat dapat meningkatkan motivasi perawat dalam
melakukan pendokumentasian kelengkapan komunikasi SBAR saat operan secara
tepat sehingga pemberian informasi penanggungjawaban kepada perawat selanjutnya
dapat dipahami dan di tindaklanjuti terkait kondisi pasien terkini.
I. Kekuatan penelitian
Dalam penelitian dijelaskan terkait faktor – faktor yang mempengaruhi dalam
pendokumentasi kemunikasi SBAR keperawatan, memperbaiki komunikasi sama
dengan memperbaiki keamanan pasien. Dalam penelitian ini di dukung dengan Hasil
penelitian Chaboyer, McMurray dan Wallis (2007, dalam Sugiharto, Keliat & Sri,
2012, hlm.12) di Australia dan sejumlah negara lain menunjukan bahwa kurang lebih
30% aktifitas keperawatan bergantung dari komunikasi. Apabila komunikasi dan
pengetahuan perawat baik, layanan yang diberikan akan lebih efisien dan efektif.
Sebaliknya, apabila komunikasi yang diberikan buruk, maka hasil akhir yang
didapatpun akan buruk. Sehingga hal ini akan berdampak pada keselamatan pasien
yang akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan metode observasi dan dukemntasi kepada perawat
sehingga dapat mengetahui informasi tentang perawat dan melihat secara langsung
kejadian yang terjadi dilapangan terkait sasaran keselamatan pasien dalam hal ini
komunikasi SBAR terkait kondisi pasien saat operan.
Penelitian ini dapat menjadi solusi metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan motivasi dan pemahaman perawat terkait dengan kelengkapan dalam
pendokmentasian implementasi dan evaluasi SBAR saat operan.
J. Keterbatasan penelitian
1. Pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu hasil uji
prosedur penelitiannya
berjalan dengan baik meskipun belum dilakukan secara maksimal karena mengubah
kebiasaan pada suatu ruangan merupakan hal yang sulit. Operan dilakukan dengan
keliling pada tiap-tiap ruangan sesuai dengan tim masing – masing ke tempat tidur
klien pada pagi dan siang hari, sedangkan pada malam hari terkadang operan
buku operan yang telah ditulis data-data klien secara umum, namun kurang
Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang pengaruh operan dengan metode
SBAR terhadap pendokumentasian implementasi dan evaluasi keperawatan. Data
tentang kelengkapan dan ketepatan implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan
diambil sebelum dan setelah penerapan metode SBAR dalam operan. Sebelum
penerapan metode SBAR dalam operan, pendokumentasian implementasi dan
evaluasi keperawatan masih banyak yang tidak lengkap dan tidak tepat.
Selain itu dalam penelitian ini, pengaruh metode SBAR terhadap dokumentasi
implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan terlihat karena berbagai hal faktor-
faktor yang mempengaruhi dokumentasi keperawatan dalam hal ini yaitu: beban
kerja, waktu, ketrampilan perawat, pengalaman kerja perawat, pendidikan. Jurnal ini
diharapkan menjadi alternative solusi serta untuk kedepanya perlu adanya supervise
kepala ruang untuk meningkatkan pemahaman dan pentingnya komunikasi SBAR
yang dilakukan oleh perawat kepada perawat atau tim keehatan terkait.
L. Kesimpulan
Komunikasi antar perawat pada pergantian shift, harus dapat dimaksimalkan.
dengan metode SBAR setelah operan dengan metode SBAR dari aspek medis saja,
akan tetapi dilihat dari aspek asuhan keperawatan. SBAR dapat digunakan untuk
mengurutkan tahapan apa saja yang harus dioperkan sehingga informasi tentang klien
saat di ruangan maupun saat transfer pasien ataupun terkait kondisi pasien dengan
SBAR baik pada saat transfer pasien, tindakan pasien dan pemeriksaan lanjutan dan
dapat menerapkan komunikasi SBAR pasien dengan lengkap dan tepat. Perawat yang
bekerja di ruang rawat inap rumah sakit hendaknya benar- benar memahami tentang
asuhan keperawatan, sehingga operan dapat dilakukan dengan baik dan tidak bingung
perawat, sehingga perawat mempunyai motivasi kerja tinggi dan dapat melakukan