Anda di halaman 1dari 17

STROKE NON HEMORAGIK

A. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United
State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia
antara 75 – 85 tahun.

B. ETIOLOGI
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)

C. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke non hemorragic antara lain:
a. Faktor yang tidak dapat dirubah:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Riwayat keluarga
b. Faktor yang dapat dirubah
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskular, seperti:
a) Penyakit arteri koronaria
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung kongestif
d) Fibrilasi atrium
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral
7. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat
10. Konsumsi alkohol

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu
muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu
antara lain bersifat:
a.Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam
dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient
ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic
neurologic defisit (RIND)
c.Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat
yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
d. Sudah menetap/permanen

Gangguan yang muncul tertulis pada tabel.


NO DEFISIT NEUROLOGIK MANIFESTASI
1. DEFISIT LAPANG
PENGLIHATAN
a. Homonimus  Tidak menyadari orang/objek ditempat
hemianopsia (kehilangan kehilangan peglihatan
setengah lapang  Mengabaikan salah satu sisi tubuh
penglihatan)  Kesulitan menilai jarak
 Kesulitan melihat pada malam hari
b. Kehilangan penglihatan  Tidak menyadari objek atau batas objek
perifer
c. Diplopia
 Penglihatan ganda
2 DEFISIT MOTORIK
a. Hemiparese  Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada
sisi yang sama
b. Hemiplegia  Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi
yang sama
c. Ataksia  Berjalan tidak mantap, tegak
 Tidak mampu menyatukan kaki, perlu
dasar berdiri yang luas
d. Disatria  Kesulitan dalam membentuk kata
e. Disfagia
 Kesulitan dalam menelan
3. DEFISIT SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi  Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
berlawanan dari lesi)
4 DEFISIT VERBAL
a. Afasia ekspresif  Ketidakmampuan menggunakan simbol
berbicara
b. Afasia reseptif  Tidak mampu menyusun kata-kata yang
diucapkan
c. Afasia global  Kombinasi baik afasia reseptif dan
ekspresif
5. DEFISIT KOGNITIF  Kehilangan memori jangka pendek dan
panjang
 Penurunan lapang perhatian
 Kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi
 Alasan abstrak buruk
 Perubahan penilaian
6. DEFISIT EMOSIONAL  Kehilangan kontrol diri
 Labilitas emosional
 Penurunan toleransi pada situasi yang
menimbulkan stress
 Menarik diri
 Rasa takut, bermusuhan dan marah
 Perasaan isolasi

E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Berbagai penyakit jantung seperti aterosklerosis dapat menyebabkan
thrombosis cerebral yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah atau otak.
Sedangkan penyakit jantung yang lain seperti kelainan pada jantung kiri,
endokarditis, PJR dan infark miokard dapat menimbulkan emboli cerebral yaitu
bekuan darah atau tempat material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain. Thrombosis dan emboli cerebral mengakibatkan terjadinya sumbatan
pembuluh darah ke otak. Hal ini menyebabkan suplai O2 otak menurun,
teerjadi iskemia otak, akhirnya terjadi infark cerebri. Gangguan tersebut
memunculkan perubahan perfusi jaringan cerebral.
Jika iskemia otak itu terjadi di daerah cerebrum maka akan terjadi
gangguan fungsi motorik yaitu gangguan komunikasi verbal dan gangguan
mobilitas. Jika terjadi di daerah cerebellum maka akan terjadi gangguan
koordinasi dan keseimbangan berlanjut dengan gangguan mobilitas fisik
sehingga terjadi intoleransi aktivitas. Jika terkena pada batang otak maka akan
menurunkan reflek menelan sehingga beresiko terjadi perubahan nutrisi,
kemudian reflek batuk juga menurun sehingga terjadi bersihan jalan napas
tidak efektif.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjangnya antara lain:
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
a. menunjukan adanya tekanan normal ( 70-200 mmH2O )
b. tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
G. PENATALAKSANAAN
Untuk penatalaksanaan umum ini digunakan pedoman 6B yaitu:
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup
baik. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah
berkurang.
2. Brain
Edema otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi
edema otak, dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya
bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat diberikan manitol.
Untuk mengatasi kejang-kejang yag timbul dapat diberikan
Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
3. Blood
Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi
yang justru akan menambah iskemik lagi. Kadar Hb dan glukosa harus
dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus glukosa harus
dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang
ini akan mempermudah terjadinya edema. Keseimbangan elektrolit harus
dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi
karena akan membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila pelu
diberikan nasogastric tube.
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retensi
urine. Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.
6. Bone
Kekuatan otot dan kelemahan anggota tubuh klien perlu diperhatikan dan
berikan posisi yang tepat untuk mencegah deformitas tulang.
Penatalaksanaan Keperawatan:
1. Monitor status mental, sensasi persepsi, control motorik
2. Memperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas
3. Melatih kemampuan perawatan diri dan kontrol kandung kemih
4. Memperbaiki proses berpikir
Penatalaksanaan Medis:
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.

H. PENGKAJIAN
Adapun pengkajiannya meliputi:
1. Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk, adanya suara tambahan seperti
gurgling, stridor maupun snoring.

b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

d. Disability
Kaji tingkat kesadaran (GCS), kaji ukuran dan reaksi pupil terhadap
cahaya, kaji kekuatan otot motorik, tonus otot.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis. Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paralisis (hemiplegia),
kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung, endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan,
kegembiraan
2) Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
suara usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
2) Obesitas ( faktor resiko )
f. Sensori neural
Data Subyektif:
1) Pusing / sinkop ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka sisi lateral ( sisi yang sama )
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
1) Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan / paralisis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek
tendon dalam ( kontralateral )
3) Wajah: paralisis / parese
4) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya).
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi lateral
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subyektif:
Perokok ( faktor resiko )
i. Keamanan
Data obyektif:
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
6) Interaksi sosial
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan
mengatasi lendir
Tujuan : jalan napas efektif
Kriteria hasil:
a. Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
b. Ekspansi dada simetris
c. Bunyi napas bersih saat auskultasi
d. Tidak terdapat tanda distress pernapasan
e. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Mandiri
1) Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
2) Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas
dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal
3) Penghisapan sekresi
4) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
Kolaborasi
5) Berikan oksigenasi sesuai advis
6) Pantau Hb sesuai indikasi
2. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil:
a. RR 18-20 x permenit
b. Ekspansi dada normal
Intervensi :
Mandiri
1) Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
2) Auskultasi bunyi nafas.
3) Pantau penurunan bunyi nafas.
4) Pastikan kepatenan O2 nasal
5) Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
6) Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
7) Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
3. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah :
penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema
serebral
Tujuan : perfusi jaringan serebral optimal
Kriteria hasil :
a. Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi
sensori / motor
b. Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
c. Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan
Intervensi :
Mandiri
1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi individu/
penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
2) Monitor dan catat status neurologi secara teratur
3) Monitor tanda tanda vital
4) Evaluasi pupil (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )
5) Bantu untuk mengubah pandangan , misalnya pandangan kabur,
perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
6) Bantu meningkatkan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami
gangguan fungsi
7) Kepala dielevasikan perlahan-lahan pada posisi netral .
8) Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur
kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
9) berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
10) berikan medikasi sesuai indikasi :
a) Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )
b) Antihipertensi
c) Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
d) Manitol
4. Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuscular,
ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Tujuan pasien : peningkatan kemampuan mobilitas fisik
Kriteria hasil :
a. tidak ada kontraktur, foot drop.
b. Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi
dari bagian tubuh
c. Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana
permulaanya
d. Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi
Mandiri
1) Rubah posisi tiap dua jam ( miring ke kiri, telentang, miring ke kanan )
2) Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
3) Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada
saat selama periode paralisis flaksid. Pertahankan kepala dalam
keadaan netral
4) Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
5) Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
6) Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau
menormalkan sirkulasi
7) Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaboratif
8) konsul kebagian fisioterapi
9) Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
10) Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
5. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum /
letih.
Tujuan : komunikasi verbal efektif
Kriteria hasil :
a. Pasien mampu memahami problem komunikasi
b. Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
c. Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi
Mandiri
1) Bantu menentukan derajat disfungsi
2) Bedakan antara afasia denga disartria
3) Sediakan bel khusus jika diperlukan
4) Sediakan metode komunikasi alternatif
5) Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
6) Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
7) Bicara dengan nada normal
Kolaborasi :
8) Konsul dengan ahli terapi wicara
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
Tujuan : tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
a. Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
b. Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi
Mandiri
1) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek
batuk
2) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah
makan
3) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual
dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
4) Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
5) Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang
6) Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak
ketika klien dapat menelan air
7) Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan
Kolaborasi
8) Pemberikan cairan melalui iv atau makanan melalui selang
7. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan : klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil:
a. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan
obat
b. Konsistensi feses lunak
c. Tidak teraba masa pada kolon
d. Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi
Mandiri
1) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
konstipasi
2) Auskultasi bising usus
3) Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat
4) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi
5) Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
Kolaborasi
6) Berikan pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter.
Tujuan : klien mampu mengontrol eliminasi urinya
Kriteria hasil :
a. Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
b. Tidak ada distensi bladder
Intervensi
1) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
3) Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan
kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)
4) Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada
jadwal yang telah direncanakan
5) Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya
2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)
DAFTAR PUSTAKA

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996

Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes,
1996

Smeltzer C. Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC,


2002

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,


EGC, 2000

Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press,


1996

Anda mungkin juga menyukai

  • Angket Orang Tua
    Angket Orang Tua
    Dokumen4 halaman
    Angket Orang Tua
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Analisa Igd
    Analisa Igd
    Dokumen14 halaman
    Analisa Igd
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Penurunan Tik
    Penurunan Tik
    Dokumen1 halaman
    Penurunan Tik
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Analisa Igd
    Analisa Igd
    Dokumen14 halaman
    Analisa Igd
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Terapi Modalitas
    Terapi Modalitas
    Dokumen7 halaman
    Terapi Modalitas
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Analisa Igd
    Analisa Igd
    Dokumen14 halaman
    Analisa Igd
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Pre Plan
    Pre Plan
    Dokumen8 halaman
    Pre Plan
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen4 halaman
    Anatomi
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN KEPERAWATAN Made 2A
    ASUHAN KEPERAWATAN Made 2A
    Dokumen67 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN Made 2A
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Askep KMB
    Askep KMB
    Dokumen70 halaman
    Askep KMB
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen65 halaman
    Askep
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Sttemiii
    Sttemiii
    Dokumen11 halaman
    Sttemiii
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Pembelajaran
    Kontrak Pembelajaran
    Dokumen1 halaman
    Kontrak Pembelajaran
    nizam fadil
    Belum ada peringkat
  • Askep Manajemen
    Askep Manajemen
    Dokumen81 halaman
    Askep Manajemen
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Partograf Kosong
    Partograf Kosong
    Dokumen1 halaman
    Partograf Kosong
    Muhammad Yusup
    Belum ada peringkat
  • Panti Poa
    Panti Poa
    Dokumen5 halaman
    Panti Poa
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Planning
    Planning
    Dokumen2 halaman
    Planning
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Panti Poa
    Panti Poa
    Dokumen5 halaman
    Panti Poa
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • SNH
    SNH
    Dokumen17 halaman
    SNH
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Translate
    Translate
    Dokumen4 halaman
    Translate
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • KONFEREN
     KONFEREN
    Dokumen10 halaman
    KONFEREN
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Format Askep
    Format Askep
    Dokumen29 halaman
    Format Askep
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Pembelajaran
    Kontrak Pembelajaran
    Dokumen1 halaman
    Kontrak Pembelajaran
    nizam fadil
    Belum ada peringkat
  • Pre Planning
    Pre Planning
    Dokumen15 halaman
    Pre Planning
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • SNH
    SNH
    Dokumen17 halaman
    SNH
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Z Score
    Z Score
    Dokumen1 halaman
    Z Score
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Neonatus
    Format Askep Neonatus
    Dokumen17 halaman
    Format Askep Neonatus
    Jefri Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Planning
    Planning
    Dokumen2 halaman
    Planning
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat
  • Format Antenatal
    Format Antenatal
    Dokumen11 halaman
    Format Antenatal
    nimadedwiparwati
    Belum ada peringkat