Anda di halaman 1dari 5

Tokoh Pejuang Daerah Dari Sumatra Barat

1. Abdoel Halim
Abdul Halim merupakan anak dari pasangan asal Banuhampu, Agam yaitu Achmad
Sutan Iyus dan Darama. Ia dilahirkan di Bukittinggi pada 27 desember 1911.

Abdul Halim merupakan Perdana Menteri Indonesia pada waktu pemerintahan Republik
Indonesia Serikat. Berkat sepupu ibunya yang bekerja di Bataafsche Petroleum
Maatscappij (BPM – sekarang dikenal sebagai Pertamina), Abdoel Halim bisa menempuh
pendidikan hingga Geneeskundige Hooge School atau Sekolah Kedokteran (sekarang
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

Selain sebagai Perdana Menteri, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri
Pertahanan. Setelah keluar dari dunia politik, Ia kembali menekuni bidangnya sebagai
dokter dan menjabat direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Abdoel Halim yang juga hobi dengan sepak bola juga terlibat dalam
pembentukan Voetbalbond Indonesische Jakarta (sekarang Persija) pada tahun 1927. Ia
juga pernah menjadi ketua KOI dan IKADA Foundation. Pada tahun 1952 Ia juga
memimpin kontingen Indonesia pertama dalam Olimpiade Helsinki.

2. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)


Siapa yang tidak kenal dengan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang disingkat
dengan HAMKA? Buya Hamka adalah seorang ulama, sastrawan serta politikus asal
Sumbar. Beliau dilahirkan dari di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten
Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada
umur 73 tahun.
Di dunia islam tanah air Buya Hamka adalah ulama yang sangat dihormati. Ia pernah
memimpin Majelis Ulama Indonesia dan Muhammadiyah. Selain itu, meskipun belajar
secara otodidak dan tidak pernah menempuh pendidikan formal, Buya Hamka juga
dikenal sebagai sastrawan tanah air yang banyak melahirkan karya-karya besar yang
sampai saat ini masih dibaca. Diantaranya adalah Di Bawah Lindungan Ka’bah dan
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang baru saja difilmkan.

3. Abdul Muis
Abdul Muis lahir di lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 dan
meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun.

Beliau merupakan Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman yang merupakan seorang


Demang yang selalu menentang kebijakan Belanda di daerah Agam.
Abdul Muis aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan menyuarakan
perjuangannya melalui surat kabar. Ia juga bergabung dengan Sarekat Islam dan
dipercaya sebagai utusan Sarekat Islam pergi ke negeri Belanda untuk
mempropagandakan komite Indie Weerbaar. Dalam kunjungan itu, ia juga mendorong
tokoh-tokoh Belanda untuk mendirikan Technische Hooge School.

Tokoh Pejuang Daerah Dari Maluku

1. Johannes Leimena, lahir: 1905, Wafat: 1977, Jasa: Menteri Kesehatan Pertama,
mengembangkan sistem klinik Puskesmas, tahun penetapan menjadi Pahlawan Nasional:
2010.
2. Karel Satsuit Tubun, lahir: 1928, Wafat: 1965, Jasa: Brigadir polisi, terbunuh saat
Gerakan 30 September, tahun penetapan menjadi Pahlawan Nasional: 1965.
3. Martha Christina Tiahahu, lahir: 1800, Wafat: 1818, Jasa: Gerilyawan dari Maluku
yang wafat saat ditahan Belanda, tahun penetapan menjadi Pahlawan Nasional: 1969.

Tokoh Pejuang Daerah Dari Aceh

1. Sultan Iskandar Muda (1593-1636)


Sultan Iskandar Muda bisa dikatakan sebagai Sultan yang paling sukses di masanya. Di
zaman pemerintahannya, Aceh mampu menguasai Sumatera dan sebagian wilayah
Malaysia seperti Johor dan Kedah. Bahkan Aceh pernah menyerang Portugis di masa
kepemimpinan beliau. Penetatapan Sultan Iskadar Muda sebagai pahlawan dilakukan
tahun 1993. Sebagai bentuk penghormatan, bandara internasional di Aceh pun diberi
nama sesuai nama beliau, Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda.

2. Teungku Chik di Tiro (1838-1891)


Teungku Chik di Tiro adalahh seorang ulama sekaligus pemimpin perang di Aceh yang
ditakuti Belanda. Nama asli Teungku Chik di Tiro adalah Teungku Muhammad Saman.
Beliau berasal dari Tiro di Kabupaten Pidie. Sudah menjadi kebiasaan orang Aceh
menamakan seseorang berdasarkan tempat tinggal ataupun ciri lainnya.

Teungku Chik di Tiro adalah orang yang pertama kali mengobarkan prang sabi atau
perang sabil. Maksud dari prang sabi atau perang sabil ini adalah perang fi sabilillah,
perang di jalan Allah. Dengan semangat tersebut, beliau bersama temannya, Teungku
Chik Pante Kulu, dan pasukannya berhasil merebut satu per satu wilayah Aceh yang
sempat dikuasai oleh Belanda, terutama di sekitaran Aceh Besar dan Banda Aceh
sekarang.

Teungku Chik di Tiro meninggal tahun 1891 karena diberikan makanan beracun oleh
seorang wanita. Gelar pahlawan untuk Teungku Chik di Tiro diberkan pada 1973.
3. Cut Nyak Dhien (1850-1908)
Cut Nyak Dhien adalah istri dari salah satu pemimpin perang Aceh ,Teuku Umar. Namun
bukan istri yang pertama, melainkan yang ketiga. Cut Nyak Dhien berperang melawan
Belanda bersama dengan suami. Saat Teuku Umar meninggal, Cut Nyak Dhien tetap
melanjuta\kan perlawanan hingga beliau ditangkap dan dibuang ke Sumedang. Gelar
pahlawan untuk Cut Nyak Dhien diberikan pada 1964.

Tokoh Pejuang Daerah Dari Papua

1. Silas Papare.
Beliau dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1918 di Serui, Irian Jaya. Ia telah berjuang
untuk mempengaruhi masyarakat agar bersatu merebut kembali tanah Papua dari tangan
penjajah dan telah bergabung dalam Batalyon Papua pada bulan Desember 1945 untuk
melancarkan pemberontakan terhadap Belanda yang menjajah tanah Papua. Pada bulan
Nopember 1946, ia membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), kemudian
pada bulan Oktober 1949, ia juga membentuk Badan Perjuangan Irian (BPI) dengan
tujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan
Belanda sekaligus menyatukannya dengan NKRI.
Pada tanggal 15 Agustus 1962 Silas Papare terlibat sebagai anggota delegasi RI dalam
penandatanganan Persetujuan New York antara Indonesia dan Belanda, kemudian pada
tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat pun resmi menjadi wilayah Republik Indonesia. Tak
lama kemudian silas meninggal dunia di tanah kelahirannya di Serui pada tanggal 7
Maret 1978.

2. Frans Kaisiepo.

Frans Kaisiepo diangkat sebagai Pahlawan Nasional karena telah berjuang sejak masa-
masa kemerdekaan RI dengan semangat kemerdekaan, ia sangat teguh menyatakan
gagasannya bahwa Papua merupakan bagian dari Nusantara, menjadikan dirinya
“dipinggirkan” oleh pemerintah Belanda. Ia merupakan putra daerah yang dilahirkan di
daerah Wardo, Biak pada tanggal 10 Oktober 1921, ia mengikuti kursus Pamong Praja di
Jayapura, salah satu gurunya bernama Soegoro Atmoprasodjo, mantan guru di Taman
Siswa Yogyakarta.

Frans telah membentuk berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak. Frans juga
terlibat sebagai anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuw Guinea), pada saat itu ia
membahas tentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dalam Republik
Indonesia Serikat (RIS), dimana pada saat itu Belanda memasukkan Papua dalam NIT. Di
hadapan konferensi, Frans Kaisiepo memperkenalkan nama “Irian” sebagai pengganti
nama “Nederlands Nieuw Guinea”, yang secara historis dan politik merupakan bagian
integral dari Nusantara Indonesia (Hindia-Belanda).

Pada tanggal 4 Agustus 1969 melalui beberapa konfrontasi yang pada akhirnya
dilaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) , Frans sangat berperan dalam
pelaksanaan Pepera, karena pada masa itu Frans menjabat sebagai Gubernur Papua. Dan
hasil dari Pepera adalah masyarakat Papua dengan suara bulat tetap bergabung dengan
Indonesia.
3. Marthen Indey.

Marthen Indey dilahirkan di Doromena, Jayapura pada tanggal 16 Maret 1912.


Sebelumnya, ia merupakan polisi Belanda yang kemudian berbalik mendukung Indonesia
setelah bertemu dengan beberapa tahanan politik yang diasingkan di Digul, salah satunya
adalah Sugoro Atmoprasojo. Pada tahun 1946, Marthen bergabung dengan sebuah
organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal
dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM).

Pada tahun 1962 Marthen bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang
didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama,
Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat
penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah kesatuan Indonesia.

Berkat jasanya, Marthen diangkat sebagai anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan


Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1968. Tak hanya itu, ia juga diangkat
sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat Mayor Tituler
selama dua puluh tahun. Marthen meninggal pada usia 74 tahun tepatnya pada tanggal 17
Juli 1986.

Tokoh Pejuang Daerah Dari Jawa Tengah

1. Nyi Ageng Serang, lahir: 1752, wafat: 1828, keterangan: Pemimpin gerilyawan Jawa
yang memimpin penyerangan terhadap kolonial Belanda atas beberapa pendudukan,
penetapan menjadi pahlawan: 1974

2. Ahmad Rifa'i, lahir: 1786, wafat: 1870, keterangan: Pemikir dan penulis Islam yang
dikenal karena pernyataan anti-Belandanya, penetapan menjadi pahlawan: 2004

3. Ahmad Yani, lahir: 1922, wafat: 1965, keterangan: Pemimpin Angkatan Darat, terbunuh
saat Gerakan 30 September, penetapan menjadi pahlawan: 1965

Anda mungkin juga menyukai