PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
hal tersebut diatas, maka diajukan berikut ini proposal Praktek Kerja Lapangan
yang berlokasi di PG Kebon Agung.
3. Bagi Perusahaan
a. Membantu perusahaan dalam menemukan dan memecahkan
masalah yang terjadi.
b. Memperoleh gambaran mengenai calon sumber daya manusia yang
memiliki kompetisi dan kemampuan bagi masa depan perusahaan.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
3. Pemurnian
Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan
kotoran-kotoran bukan gula yang terdapat dalam nira mentah. Proses
yang dilakukan baik berupa proses fisik ataupun kimia. Proses dalam
stasiun pemurnian dilakukan sedemikian rupa sehingga kerusakan
sukrosa dapat ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan
dalam stasiun pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan
saringan parabolis (DSM). Setelah itu nira mentah masuk menuju
pemanas 1 bersuhu 75-80 C yang berfungsi sebagai pembunuh jasad
renik serta menjaga sukrosa agar tidak memecah membentuk fruktosa
dan glukosa. Nira mentah yang telah dipanasi ditambahkan Ca(OH)2
yang bercampur dengan nira mentah sampai pH tertentu. Setelah itu
pada sulfur tower ditambahkan gas SO2 sampai pH netral sekitar 6,5-7.
Nira dipanaskan kembali pada suhu 103-105 C, menuju flash tank
yang bertujuan untuk mengeluarkan gas yang tidak terpakai.
Kemudian ditambahkan flokulan untuk pengendapan koloid dan
diendapkan di clarifier. Setelah mengendap, nira jernih disaring lagi
dan menghasilkan nira encer, setelah itu, dipanaskan sampai suhu 115
C dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor yang ada di
clarifier selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses
filtrasi ini menghasilkan filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan
lagi ke awal proses pemurnian dan blotong diangkut truk menuju
tempat penimbunan.
4. Penguapan (Evaporasi)
Fungsi dari stasiun penguapan adalah meningkatkan
konsentrasi larutan gula dalam nira. Nira encer dari stasuin pemurnian
diuapkan dengan menggunakan evaporator multi effect. Nira
dipanaskan dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap
bekas penggerak turbin gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15
diuapkan airnya sampai mencapai brix 60. setelah itu akan dihasilkan
material yang dinamakan nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah
SO2 sehingga dicapai pH tertentu.
5. Masakan (Kristalisasi)
Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem
kristalisasi bertingkat, baik berupa A-D, A-C-D, A-C, dengan
ketentuan D adalah produk. Nira pekat hasil dari stasiun penguapan
diuapkan lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan
sendirinya. Metode lain kristalisasi adalah dengan menggunakan bibit
gula berupa fondan yang selanjutnya kristal bibit itu dibesarkan.
Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kristal yang terbentuk mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya
ukuran kristal gula akan dicapai apabila konsentrasi larutan dalam
bejana kristalisasi dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah ukuran
kristal yang diinginkan tercapai, maka kristal yang masih bercampur
dengan larutan (masakan /massecuit) diturunkan ke bejana
penampung.
6. Putaran (Centrifuge)
Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses
kristalisasi dilakukan langkah pemutaran. Dengan gaya centrifugal,
kristal akan tertahan di saringan (basket) dan larutan akan melewati
saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang baik akan
menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil.
Di stasiun putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan
continue. Putaran continue disebut low grade centrifugal dan putaran
batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran untuk produk).
Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang
goyang (grasshopper) menuju pengering.
8. Pengemasan
Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung dalam sugar
bin, nantinya akan melalui proses pengemasan dengan berat 50kg dan
langsung dipasarkan atau disuplai ke konsumen.
2. Limbah Blotong
Rata-rata blotong dihasilkan sebanyak 3.8 % tebu atau sekitar 1.1
juta ton blotong per tahun (produksi tebu tahun 2011 sekitar 28 juta
ton). Blotong dari PG Sulfitasi rata-rata berkadar air 67 % dan kadar pol 3
%. Komposisi blotong secara umum dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi dari blotong
(Risvank,2012)
b. Pakan Ternak
Blotong dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan cara
dikeringkan dan dipisahkan partikel tanah yang terdapat didalamnya.
Untuk menghindari kerusakan oleh jamur dan bakteri blotong yang
dikeringkan harus langsung digunakan dalam bentuk pellet
c. Briket
Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan
bakar alternative dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong
dipadatkan lalu dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong
adalah harganya yang lebih murah daripada kayu bakar dan bahan
bakar lain. Akan tetapi untuk membuat briket ini diperlukan waktu
cukup lama antara 4 sampai 7 hari pengeringan, selain itu juga
tergantung dari kondisi cuaca.
d. Pupuk
Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya
unsur N blotong dikompos dengan ampas tebu dan abu ketel
(KABAK). Pemberian ke tanaman tebu sebanyak 100 ton blotong atau
komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu
(Risvank,2012)
Mengingat pentingnya pengendalian pencemaran lingkungan,
maka hendaknya blotong diolah sehingga mempunyai manfaat dan
memberikan nilai lebih selain itu dapat mengurangi pencemaran.
(Risvank,2012)
3. Limbah Tetes
Tetes merupakan limbah yang diperoleh dari hasil pemisahan sirop
low grade di mana gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi.
Tetes yang dihasilkan pada pemrosesan gula sekitar 5-6% dari berat tebu,
sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6.000 ton tebu per hari akan
menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari.
Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk
kadar etanol menjadi 95%. Apabila kadar etanol sudah 95% kemudian
dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa
menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Setelah itu didistilasi lagi
hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Berbagai pemanfaatan limbah industri gula tersebut bukan saja
dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai guna limbah tetapi juga dapat
mengatasi masalah lingkungan. Pemanfaatan limbah industri gula perlu
terus dikembangkan sehingga kehadiran pabrik gula tidak menimbulkan
dampak yang merugikan terhadap lingkungan dan gangguan terhadap
warga masyarakat di sekitarnya tetapi justeru memberikan manfaat yang
menguntungkan.
(Jauhari,2013)
II.2 Tinjauan Umum PG Kebon Agung
1. Sejarah
PT Kebon Agung memiliki sejarah cukup panjang. Cikal bakal
perusahaan ini diawali dari kepemilikan "Naamloze Vennootschap (NV)
Suiker Fabriek Ke-bon Agoeng" atau NV S.F. Kebon Agoeng oleh De J
avasche Bank pada tahun 1935, kemudian disusul dengan pembelian
seluruh saham NV Cultuur Maatschap-pij Trangkil pada 1962. Sejak saat
itu sampai hari ini, PT Kebon Agung mempunyai 2 PG: Kebon Agung dan
Trangkil.
diri agar mampu bersaing dalam era pasar bebas. Berdasarkan arah
kebijakan tersebut, sejak 2005 perusahaan telah melaksanakan Program
Pengembangan PT Kebon Agung (PPKA) Tahap I yang berakhir pada
tahun 2007 dan diteruskan dengan PPKA Tahap II (tahun 2008 – 2011).
PT Kebon Agung dengan 2 PG yang dimilikinya bisa dikatakan
mewakili sejarah panjang industri gula tebu di Jawa. Kedua PG bisa eksis
dalam me-ngarungi dinamika perubahan dengan berbagai kemelut, tarik
ulur kepentingan, dan kondisi sosial politik. Pengalaman nan panjang
melewati berbagai rintangan dan persoalan ini menjadi modal ke depan
bagi perusahaan untuk tetap berdiri dan beroperasi. Perusahaan bertekad
sekuat tenaga agar kedua PG akan terus menjadi bagian dari industri gula
Indonesia, yang berkontribusi kepada suplai gula nasional dan
perekonomian wilayah.
2. Lokasi Pabrik
a. Alamat pabrik
Desa / Kelurahan : Kebon Agung
Kecamatan : Pakisaji
Kabupaten : Malang
Propinsi : Jawa timur
Kode pos : 65102
Terletak : 110 km dari Ibu kota propinsi
b. Topografi
PG Kebon Agung terletak pada ketinggian 500 – 700 m
diatas permukaan laut dengan jenis tanah Aluvial, Litosol, Andosol
dan Mediteran yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
c. Pengairan
PG Kebon Agung memiliki system pengairan 10% secara
teknis dan 90% tadah hujan.
d. Prasarana pendukung
b. Kebijakan Perusahaan
a. Upah karyawan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
b. Fasilitas berupa rumah dinas bagi karyawan tetap. Bagi karyawan
yang tidak mendapatkan rumah dinas akan diberikan tunjangan
sewa rumah, listrik, air dan bahan bakar sesuai dengan golongan.
c. Fasilitas perawatan dan pengobatan kesehatan serta bantuan biaya
pemondokan bagi seluruh karyawan dan keluarganya.
d. Fasilitas olahraga berupa lapangan volley, tennis dan sepak bola.
e. Fasilitas keagamaan berupa sarana ibadah dan kesempatan
menjalankan ibadah
f. Fasilitas transportasi untuk anak karyawan yang sekolah, beasiswa
dan bantuan pemondokan bagi yang meneruskan pendidikan
diluar daerah.
g. Pembelian pakaian kerja, penghargaan masa kerja dan gula
h. Cuti tahunan, fasilitas perjalanan dinas dan upah bagi karyawan
yang sakit berkepanjangan.
5. Kegiatan Usaha
PG Kebon Agung ini bergerak dalam bidang produksi gula pasir
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tebu sebagai bahan baku yang
digunakan ini dapat digolongkan menjadi Tebu Rakyat (TR) dan Tebu
Sendiri (TS). Sebagian besar tebu yang digunakan adalah (TR), yaitu
sekitar 98% dan (TS) sekitar 2%.
6. Kegunaan produk
Dari proses produksi didapatkan produk utama yaitu gula dan
produk samping berupa ampas tebu (bagasse), tetes (molasses) dan
blotong. Semua produk yang dihasilkan baik gula, ampas tebu (bagasse),
blotong, dan tetes (molasses) mempunyai kegunaan masing-masing.
a. Kristal Gula Putih
Produk utama dari produksi adalah gula, dimana kegunaan
gula itu sendiri adalah sebagai pemanis alami makanan.
b. Tetes Tebu (Molasses)
Tetes merupakan limbah yang diperoleh dari hasil
pemisahan sirop low grade di mana gula dalam sirop tersebut tidak
dapat dikristalkan lagi. Tetes yang dihasilkan pada pemrosesan
gula sekitar 5-6% dari berat tebu, sehingga untuk pabrik dengan
kapasitas 13.000 ton tebu per hari akan menghasilkan tetes sekitar
300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun masih
mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi
BAB III
DESKRIPSI PROSES
4. Flokulan
Flokulan merupakan bahan yang digunakan untuk
mempercepat proses pengendapan, dimana dalam larutan nira akan
terbentuk colonial tersuspensi dan flok-flok (koloid), sehingga
terjadi proses pengendapan. Jenis flokulan yang digunakan adalah
Acofloc.
5. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida digunakan di Stasiun Penguapan
(evaporator) dan pemanasan yang berfungsi untuk membantu
menghilangkan atau melunakan kerak pada evaporator dan pipa-
pipa pemanas.
Pada Gilingan I :
Tebu yang telah dipotong oleh cane cutter dan dicacah di HDHS
merupakan umpan gilingan I dengan alat angkut cane carrier II dengan
bantuan roll pengumpan masuk ke bukaan kerja depan kemudian umpan
diperah oleh rol atas dan rol belakang, sedangkan nira yang dihasilkan
disebut nira perahan pertama (NPP) dialrikan ke talang bak penampung nira.
Ampasnya digunakan sebagai umpan pada gilingan II
Pada Gilingan II :
Ampas dari gilingan I masuk digunakan sebagai umpan gilingan II
lalu diperah sehingga dihasilkan nira yang selanjutnya dialirkan ke bak
penampung nira perahan pertama. Hasil nira dari perahan gilingan pertama
dan kedua akan digabung menjadi satu yang akan disaring di saringan rotary
screen yang kemudiann dialirkan ke bak penampung nira mentah, sedangkan
ampas gilingan II dijadikan umpan gilingan III.
Pada Gilingan IV :
Pada gilingan IV, ampas dari gilingan III diberi air imbibisi. Nira
yang dihasilkan dari gilingan IV digunakan sebagai nira imbibisi ampas
gilingan II, sedangkan ampas yang dihasilkan digunakan sebagai umpan pada
gilingan V.
Pada Gilingan V :
Ampas dari gilingan IV menuju ke gilingan V dengan ditambah air
imbibisi. Nira yang dihasilkan dari gilingan V digunakan untuk nira imbibisi
ampas gilingan III, sedangkan ampas yang dihasilkan merupakan ampas
akhir yang kemudian dibawa oleh bagasse elevator menuju stasiun ketel.
2 OH- + 2 H+ 2 H2O
Reaksi totalnya adalah :
Ca(OH)2 + H2SO3 CaSO3 + 2H2O
ke raw juice tank untuk diproses kembali, sedangkan blotong yang dapat
dimanfaatkan untuk pupuk.
a. Tujuan
Untuk menguapkan sebagian besar air yang terkandung dalam nira
encer dengan kadar brix 12-15%, sedangkan kadar brix nira kental yang
diperoleh sekitar 60-65%. Parameter yang harus diperhatikan pada stasiun
penguapan adalah Temperatur (T) dan Tekanan (Pressure).
Pre-Evaporator :
Nira yang masuk Pre-Evaporator memiliki konsentrasi 12-13 Brix
dengan pH mendekati netral antara 7 – 7,2 karena jika dalam kondisi basa
(pH>7), akan terjadi pengerakan yang akan menyumbat pipa nira.
Seddangkan jika dalam kondisi basa (pH<7), sukrosa akan terinfeksi
sehingga tidak mampu membentuk Kristal. Uap (steam) yang digunakan di
Pre-Evaporator adalah uap (steam) bekas dari turbin dan gilingan, dengan
tekanan 0,8 – 1 kgf/cm2 dan suhu 117oC. suhu dan tekanan ruang badan Pre-
Evaporator adalah 120-125OC dan 0,5 kgf/cm2. Konsentrasi nira keluar dari
Evaporator I ;
Steam yang digunakan dibadan Evaporator I berasal dari uap bekas
dari turbin dan gilingan dengan suhu 117oC. Nira jernih dari Pre-Evaporator
dapat secara langsung mengalir ke Evaporator I dengan bantuan pompa.
Konsentrasi nira keluar dari Evaporator I adalah 18% Brix. Selanjutnya uap
dari nira dialirkan kebadan Evaporator II dengan prinsip beda tekanan.
Evaporator II :
Uap yang dihasilkan dari badan Evaporator I, diinputkan kebadan
Evaporator II sebagai steam pemanas. Suhu dan tekanan ruang badan
Evaporator II adalah 80 – 90oC dengan konsentrasi nira keluar 18% Brix.
Selanjutnya uap dan nira dialirkan kebadan Evaporator II dengan prinsip
beda tekanan.
Evaporator III :
Suhu ruang badan Evaporator III adalah 70-80OC dimana steam
yang digunakan berasal dari uap nira badan II. Konsentrasi nira keluar dari
badan Evaporator III adalah 27 – 30% Brix. Selanjutnya uap dan nira dari
Evaporator III dialirkan kebadan Evaporator IV
Evaporator IV :
Suhu ruang badan Evaporator IV adalah 55-60oC dengan tekanan
ruang vacuum 25 – 30 cmHg. Kondisi ini bertujuan untuk mencapai titik
didih nira dan membantu proses penguapan uap dan nira. Uap yang
dihasilkan dibadan Evaporator IV, diinputkan kebadan Evaporator V sebagai
steam pemanas. Konsentrasi nira keluar dari Evaporator IV adalah 36 – 40%
Brix.
Evaporator V :
Steam yang digunakan di baddan Evaporator V berasal dari uap
nira badan Evaporator IV. Di Evaporator V digunakan 2 badan Evaporator
yang disusun secara pararel agar luas perpindahan panasnya lebih besar. Suhu
ruang badan Evaporator V adalah 60oC dengan konsentrasi nira keluar dari
Evaporator V adalah 60 Brix. Selanjutnya nira kental dari Evaporator V
dialirkan ke peti penampung nira kental yang selanjutnya dialirkan ke bejana
sulfitasi untuk diberi gas SO2 kembali sampai pH-nya 5,4 dengan tujuan agar
kristal gula yang dihasilkan nantinya akan putih (proses
pemucatan/bleaching). Kemudian nira ditampung dipeti nira kental
tersulfitasi yang kemudian dimasak distasiun pemasakan.
a. Tujuan
Untuk memasak nira kental dengan proses pembentukan dan
pembesaran Kristal gula menjadi produk.
c. Pendinginan
Gula dari Sugar Dryer (Pengeringan) akan dibawa menuju Sugar
Cooler yang bertujuan untuk mendingin gula sehingga temperature gula
yang keluar dari sugar dryer tidak terlalu panas
d. Remelting
Proses pengeringan dengan menggunakan udara panas dan udara
dingin akan menghasilkan gula yang berdebu, untuk menghilangkan debu
tersebut digunakan mesin rotoclone yang berfungsi untuk menyedot debu
yang menempel pada gula tersebut. Debu yang telah disedot tersebut akan
masuk kedalam cyclone yang berfungsi untuk menangkap debu yang
kemudian dicampur dengan air sehingga debu akan menggumpal menjadi
larutan gula yang kemudian masuk kedalam remelter yang berfungsi
untuk proses peleburan gula dan hasilnya akan dipompa kembali masuk
ke ST masakan.
e. Penyaringan gula
Gula hasil dari proses pengeringan kemudian akan diangkut
dengan bucket elevator yang berfungsi memindahkan material (gula) dari
bawah menuju atas dengan kemiringan diatas 70o dan tidak lebih dari 90o
kedalam vibrating screen, vibrating screen berfungsi untuk memisahkan
Kristal gula normal, gula halus dan gula kasar sehingga akan didapatkan
gula normal atau gula SHS yang siap untuk dikemas. Sedangkan untuk
gula halus dan gula kasar hasil samping dari vibrating screen akan masuk
ke dalam remelter untuk dilebur kemudian diproses kembali di ST
masakan.
f. Pengemasan
Hasil dari vibrating screen kemudian diangkut dengan bucket
elevator untuk memindahkan material (gula) menuju belt conveyor yang
berfungsi untuk mengangkut gula.Gula dipindahkan menuju Sugar bin
(silo) oleh belt conveyor, sugar bin (silo) berfungsi sebagai tempat
penampungan gula yang sudah jadi kemudian dikemas dan dipindahkan
lagi dengan belt conveyor menuju bag sugar stock house yaitu tempat
gula yang sudah dikemas dan siap untuk dipasarkan.
dengan suhu 195oC - 200oC. Terdapat dua bagian didalam Air Heater, yang
pertama terdapat saluran pipa didalam yang berfungsi untuk mengalirkan gas
keluar dan diluar pipa yang berfungsi untuk mengalirkan gas yang akan
masuk kedalam boiler yang nantinya akan diatur sekunder fan yang akan
meniupkan udara diasamping dapur (boiler). Rata-rata uap yang dihasilkan
sebesar 90 – 100 ton/jam dan memiliki suhu berkisar 344 oC dan akan masuk
Headher yang berfungsi untuk mendistribusikan untuk Penggerak Gilingan,
Turbin PLTU dan Proses Masakan.
BAB IV
LABORATORIUM DAN PENGAWASAN MUTU
IV.1 Laboratorium
Fungsi dari Laboratorium adalah untuk menganalisa proses produksi
selama gilingan hingga putaran secara kuantitatif maupun kualitatif dari
bahan baku yang akan diproses sampai produk yang dihasilkan. Pada
laboratorium dilakukan analisa-analisa yang berhubungan dengan
perhitungan dan pengawasan fabrikasi, dari hasil analisa dapat diketahui
kehilangan gula selama proses pabrikasi berlangsung. Angka analisa
digunakan sebagai angka pengawasan dalam proses pengolahan gula
sehingga hambatan serta kendala yang ada dapat segera diketahui dan
diatasi.
Analisa Harian
Bahan Jenis Analisa
Nira Gilingan %Brix, %Pol dan HK
Nira Mentah %Brix, %Pol dan HK, kadar
kapur, kadar phospat, kadar gula
inverse, kadar sucrosa
BAB V
SPESIFIKASI ALAT
Spesifikasi Alat 1
Nama Alat : Overhead Crane (untuk gilingan dalam)
Merk : MORRIS
Kapasitas : 16 ton
Tinggi : 10,7 m
Jumlah : 1 Buah
Spesifikasi II
Nama Alat : Overhead Crane (untuk gilingan dalam)
Merk : DEMAC
Kapasitas : 16 ton
Jumlah : 1 Buah
Spesifikasi Alat I
Nama Alat : Cane Table I dan II
Kapasitas : 87000 Kg
Panjang : 7 meter
Lebar : 6 meter
Luas meja tebu (s) : 7 x 6 = 42 m x 10,764 ft2/m = 452,088 ft2
Kecepatan rantai : 3,6 – 7,2 m/min
Spesifikasi Alat II
Nama Alat : Cane Table III dan IV
Kapasitas : 150000 Kg
Panjang : 12 m
Lebar : 6m
Luas meja tebu (s) : 12 x 6 = 72 x 10,764 ft2/m = 755,008 ft2
3. Cane Carier
PG Kebon Agung memiliki 2 unit cane carier, Cane Carier I
berfungsi untuk membawa tebu dari cane table menuju ke pengerjaan
pendahuluan, sedangkan cane carier II berfungsi untuk membawa tebu
yang telah melewati alat preparasi menuju ke gilingan.
Spesifikasi Alat I
Nama Alat : Cane Carier I
Kapasitas : 178000 Kg
Kecepatan : 4-12 m/min
Power motor penggerak : 110 kW
Sudut Kemiringan : 30o
Spesifikasi Alat II
Nama Alat : Cane Carier II
Kapasitas : 178000 Kg
Kecepatan : 0-6 m/min
Power motor penggerak : 200 kW
Sudut Kemiringan : 30o
4. Cane Leveller
Perata tebu (Cane Leveller) digunakan untuk meratakan tebu pada
meja tebu agar pengaturan pemasukan tebu ke Cane Carier dapat berjalan
secara teratur.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Cane Leveller
Merk : A. W. Smith
Kapasitas : 178 ton/jam
Daya motor : 200 kW
Jumlah : 4 Buah
5. Cane Cutter
Terdapat 2 Buah Cane Cutter pada PG Kebon Agung, Dimana
setiap cane cutter memiliki fungsi yang sama yaitu untuk memotong agar
mudah dalam proses penggilingan. Pada cane cutter pertama hasil yang
keluar memiliki panjang 40 cm, sedangkan pada cane cutter kedua hasil
yang keluar memiliki panjang 1,8 mm.
Spesifikasi Alat I
Nama Alat : Cane Cutter I
Diameter mata pisau : 1520 mm
Jumlah Disholder : 28 Buah
Jumlah tangkai pisau : 56 Buah
Spesifikasi Alat II
Nama Alat : Cane Cutter II
Diameter mata pisau : 1540 mm
Jumlah Disholder : 20 Buah
Jumlah tangkai pisau : 80 Buah
Jarak dengan carier : 20-50 mm
Turbin : 2500 Hp
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Heavy Duty Hummer Shreeder
Merk : SH-ENCO
Model : Series SD 1824
Tip diameter x inlet width (m) : 15000-19000
Power : 4000-5000 kW
Hammers (Ro x nos) = 8 x 12 : 96
Kecepatan : 950 rpm
7. Unigator
Alat ini berfungsi sebagai perusak struktur tebu, membuka sel-sel
batang tebu sehingga nira yang terdapat didalam batang tebu dapat diambil
dengan sempurna. Bekerja dengan cara memotong, memukul dan
menghaluskan batang tebu
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Unigator
Merk : MARK IV
Jumlah Hummer : 55 Buah
Panjang : 1,8 m
Diameter : 78”
Kapasitas : 200 ton/jam
Kecepatan : 750 rpm
Ukuran Hummer : 495 mm x 60 mm
Penggerak : Turbin Uap
Daya : 1500 Hp
Tekanan Uap Bekas : 0,8 Kg/cm2
9. Gilingan
Gilingan adalah alat pemerah nira yang berfungsi memisahkan nira
dengan sabut tebu dengan cara penekanan diantara rol-rol gilingan.
Terdapat 5 gilingan di PG Kebon Agung dan terdiri dari 3 rol disetiap
gilingan yaitu rol depan, rol belakang dan rol atas, serta dilengkapi rol
pengumpan (feeding roll).
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Gilingan
Diameter luar rol muka : 1168 mm
Kapasitas :
2 unit 600 m3
1 unit 400 m3
3 unit 300 m3
3 unit 180 m3
2. Sulfur Tower
Sulfur adalah alat untuk mengabsorbs gas SO2 pada nira yang
mengalir masuk pada bagian atas sulfur tower sedangkan gas SO2 mengalir
dari bagian bawah. Gas SO2 mengalir keatas dengan bantuan blower. Di
dalam sulfur tower terdapat saringan-saringan yang disusun secara
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Sulfur Tower
Diameteri : 2,2 m (r = 1,1 m)
Tinggi : 6,735 m
Jumlah Sekat : 14
Kapasitas : 10 m3
Waktu Tinggal : 7 menit
Volume : 25,589 m3
4. Reaction Tank
Reaction tank adalah alat untuk menyempurnakan reaksi antara gas
SO2 dengan nira. Dalam reaction tank terjadi reaksi pembentukan endapan
garam calcium sulfit (CaSO3) untuk menyelubungi inti endapan yang
terbentuk dalam proses defekasi sehingga menjadi gumpalan yang lebih
besar dan akan lebih mudah diendapkan.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Reaction tank
Merk : STORK
Kapasitas : 1800 mm
Kecepatan putar : 200 rpm
Jumlah : 1 buah
5. Flash tank
Flash tank adalah alat yang berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas
yang tidak diperlukan dan dapat mengganggu proses.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Flash tank
Tahun pembuatan : 1995
Diameter x tinggi : 3,30 x 2,36 m
Volume : 20,2 m3
Persyaratan lama tinggal : 5 menit
Debit outlet : 0,2 m/detik
BJ nira mentah sulfitasi : 1,06
Spesifikasi Alat
Nama Alat : STC (Single Tray Clarifier)
Kapasitas : 15000 ton/hari nira mentah
Tinggi : 7,5 m
Volume : 500 m3
Diameter : 13 m
Jumlah : 1 Buah
7. Mixer Bagacillo
Mixer Bagacillo berfungsi sebagai tempat untuk mencampur nira
kotor dari clarifier dengan ampas halus dengan meningkatkan kualitas
blotong dan menekan gula dalam blotong.
8. DSM Screen
DSM screen adalah alat yang berfungsi memaksimalkan
penyaringan. Hasil penyaringan akan dialirkan kembali menuju peti nira
mentah.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : DSM Screen
Merk : A. W. SMITH
Tipe : P 45o
Lebar : 2134 mm
Lebar Bukaan : 0,35 mm
Spesifikasi Alat
Nama Alat : RVF (Rotary Vacuum Filter)
Merk : India Shrip
Jumlah : 1 Unit
Diameter : 4,15 m
Panjang : 9,25 m
Kapasitas : 175 ton/jam
2. Pompa Condensat
Pompa condensate berfungsi untuk memompa/mengalirkan
kondensat dari evaporator menuju bak penampung.
Spesifikasi Alat Pompa Kondensat I,II,III
Type : CEN 65-250
Kecepatan : 1500 rpm
Daya Motor : 11 Hp
Spesifikasi Alat Pompa Kondensat IV,V
Type : CEN 40-250
Kecepatan : 1500 rpm
Daya Motor : 15 Hp
Jumlah : 3 Buah
3. Juice Catcher
Juice Catcher berfungsi untuk menangkap nira yang terikut dalam
uap nira dari evaporator badan akhir (Evap V) yang berjumlah 1 buah.
4. Kondensor
Kondensor adalah alat pembuat hampa atau mengembunkan uap
nira yang keluar dari badan penguapan akhir untuk menurunkan titik didih
dan mempercepat proses penguapan. Bagian dari kondensor terdiri dari
kondensor, pompa vacuum dan pompa air injeksi.
Spesifikasi Bejana Kondensor
Merk : KBA
Tipe : Barometris
Diameter : 3120 mm
Tinggi : 7500 mm
Suhu injeksi : 35oC
Suhu air jatuhan : 45 -50oC
Spesifikasi Pompa Air Injeksi
Merk : Kai Quan
Kapasitas : 2000 m3/jam
Daya motor : 160 Hp
Kecepatan : 1450 rpm
Jumlah : 2 Buah
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Pan Masakan
Merk : STROK
Kapasitas : 400 HL dan 600 HL
Luas Pemanasan : 280 m2 dan 430 m2
Diameter Pipa : 101/98 mm
Tekanan kerja : 1,5 kg/cm2
Jumlah : 11 buah dan 2 buah
2. Talang Ulir
Spesifikasi Alat Talang Ulir A
Panjang : 100 mm
Lebar : 450 mm
Tinggi : 600 mm
Daya motor : 5,5 Hp
Jumlah : 1 buah
3. Pompa Massquite
Spessifikasi Massquit A
Kapasitas : 10 m3/jam
Head : 15 m
Daya motor : 10 Hp
Kecepatan : 30 rpm
Jumlah : 1 buah
Spessifikasi Massquit A
Kapasitas : 35 m3/jam
Head : 15 m
Daya motor : 10 Hp
Kecepatan : 22 rpm
Jumlah : 3 buah
Spessifikasi Massquit A
Kapasitas : 35 m3/jam
Head : 15 m
Daya motor : 10 Hp
Kecepatan : 30 rpm
Jumlah : 1 buah
7. Palung pendingin
Palung pendingin berfungsi sebagai penampungan sementara dan
berfungsi sebagai proses pendinginan nira masakan.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Palung pendingin masakan A
Merk : STRORK
Kapasitas : 800 HL
Panjang : 6430 mm
Lebar : 2800 mm
Tinggi : 3000 mm
Daya motor : 4 kW
Jumlah : 4 buah
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Palung pendingin masakan C
Merk : STRORK
Kapasitas : 420 HL
Panjang : 6700 mm
Lebar : 2800 mm
Tinggi : 3100 mm
Daya motor : 5,5 Hp
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Palung pendingin masakan D
Merk : STRORK
Kapasitas : 400 HL
Panjang : 9800 mm
Lebar : 2150 mm
Tinggi : 3100 mm
Daya motor : 5,5 kW
Jumlah : 6 buah
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Vibrating conveyor
Panjang : 9000 mm
Lebar : 1300 mm
Heat : 250 mm
Daya motor : 15 kW
Jumlah : 6 Buah
2. Sugar Dryer
Sugar dryer adalah alat yang berfungsi untuk mengeringkan gula
SHS yang masih basah atau menghilangkan kandungan air yang menempel
pada Kristal gula tersebut. Prinsip kerja sugar dryer yaitu berdasarkan gula
yang datang dari converyor masuk pada sugar dryer, didalam sugar dryer
akan dihembuskan udara panas yang berasal dari steam tanpa tekanan.
Selama pemanasan, gula akan menjadi kering.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Sugar Dryer
Kapasitas : 80 ton/jam
Suhu input : 80oC
Jumlah : 8 Buah
3. Vibrating Screen
vibrating screen berfungsi untuk memisahkan Kristal gula normal,
gula halus dan gula kasar sehingga akan didapatkan gula normal atau gula
SHS yang siap untuk dikemas. Sedangkan untuk gula halus dan gula kasar
hasil samping dari vibrating screen akan masuk ke dalam remelter untuk
dilebur kemudian diproses kembali di ST masakan.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Vibrating Screen
Merk : STORK
Kapasitas : 20 ton/jam
Diameter I : 2,24 mm
Diameter II : 1,19 mm
Lebar : 1600 mm
Panjang : 3000 mm
Daya : 7,5 Hp
Jumlah : 2 Buah
4. Bucket Elevator
Bucket Elevator adalah alat untuk mengangkut gula yang akan
menuju belt conveyor. Di PG Kebon agung terdapat 4 Bucket Elevator.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Bucket elevator
Merk : STORK
Kapasitas : 40 ton/jam
Tinggi : 12 m
Daya : 71 Hp
5. Rotocyclone
Fungsi : Untuk penangkap debu-debu yang terdapat dalam gula
Kapasitas : 532 ton/jam
Kecepatan : 1450 Kw
Jumlah : 2 buah
6. Remelter
Remelter berfungsi sebagai pelebur gula krikil, gula halus, gula
sisa, gula kotor, gula C dan gula D. pada alat ini ditambahkan air panas
sehingga kristal gula dapat larut kembali. Gula leburan ini selanjutnya
dipompa ke peti kental.
7. Sillo
8. Timbangan
Spesifikasi Alat
Fungsi : untuk menimbang gula sebesar 50 Kg.
Merk : TOLEDO
Kapasitas : 1 Kuintal
Type : 8142
9. Mesin Jahit
Fungsi : untuk menjahit karung yang telah berisi gula
Merk : New Long
Jumlah : 3 Buah
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Belt conveyor
Panjang : 15000 mm
Lebar : 1000 mm
Kapasitas : 20 ton/jam
Daya : 2 Hp
Jumlah : 1 Buah
BAB VI
UTILITAS
Adanya unit utilitas yaitu sebagai penunjang operasi unit-unit proses dan
unit-unit pendukung lainnya dengan menyuplai kebutuhan yang diperlukan. Hasil
dari unit utilitas disalurkan secara teratur ke seluruh unit yang membutuhkan
dengan jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi
kegagalan operasi unit-unit proses.
2. Air pendingin
Air pendingin berfungsi untuk mendinginkan mesin-mesin
dan peralatan lain, sehingga kinerja alat dapat bekerja secara
optimal. Sumber dari air pendingin sendiri adalah berasal dari air
sungai dengan kapasitas 150 L/detik yang sebelumnya telah
mengalamai treatment sederhana seperti penyaringan, pengndapan
dan pelunakan (softening)
Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan gravel
filter yang berisi pasir sebagai medianya. Setelah itu tahap
pengendapan dilakukan dengan menggunakan reacting vessel
yang berfungsi untuk menaikkan temperature air dingin sebesar
40-60oC dan mengendapkan kotoran. Kemudian tahap softening
untuk menurunkan konsentrasi kalsium, magnesium, dan ion
lainnya. Pada tahap ini digunakan softener yang berisi kation
untuk menyerap ion-ion positif yang terkandung dalam air.
Setelah ketiga proses treatment dilakukan, air ditampung dalam
surplus tank. Air pendingin yang telah melalui treatment akan
digunakan untuk mendinginkan mesin dan peralatan seperti.
a. Bantalan proses turbin gilingan
b. Bantalan proses turbin pompa
c. Palung pendingin
Air digunakan sebagai media pendingin karena mudah
didapat, mudah diatur, dan diarahkan, serta tidak terurai atas
atom-atomnya.
3. Air sanitasi
Air sanitasi yang digunakan untuk keperluan minum,
masak, mandi,dsb. Air yang digunakan adalah air yang didapat
dari sumber PANG dimana air PANG beraasal dari gunung yang
berjarak sekitar 6-7 km dari PG Kebon Agung. Syarat air sanitasi
adalah :
a. Secara Fisika
Secara Fisika Air yang digunakan untuk sanitasi
harus memiliki tingkat kejernihan yang tinggi, tidak
berbau dan tidak berasa.
b. Secara Kimia
Secara kimia air yang digunakan untuk sanitasi
harus bebas dari zat-zat terlarut yang biasaanya berupa zat
organic.
b. Internal Treatment
1. Pembersihan
Air yang diambil dari sungai dialirkan ke
tangki untuk proses pemanasan dahulu dengan steam
5. Air injeksi
Air yang dipergunakan adalah air yang berasal dari sungai
yang telah melalui proses pemurnian terlebih dahulu.
Cara kerja dari ketel uap sendiri adalah dengan proses pengapian
yang terjadi diluar pipa, kemudian panas yang dihasilkan memanaskan pipa
yang berisi air dan sebelumnya air itu dikondisikan terlebih dahulu melalui
economizer kemudian steam yang dihasilkan dalam sebuah steam header
dimana didalamnya terjadi penyeragaman kondisi uap. Setelah itu steam
dilepaskan ke pipa utama distribusi. Steam tersebut didistribusikan ke
stasiun gilingan, turbin PLTU, dan stasiun proses sesuai dengan kebutuhan
steam.
BAB VII
PENGOLAHAN LIMBAH
VII.1. Limbah
Limbah adalah hasil samping dari sebuah proses yang harus
dibuang, limbah yang dihasilkan dapat berupa padatan, cairan dan gas.
Limbah terdapat dua macam yaitu limbah yang dapat dipergunakan kembali
dan limbah yang tidak dapat dipergunakan lagi.
Limbah-limbah tersebut jika tidak ditangani secara tepat dapat
menimbilkan dampak terhadap lingkungan, karena mengandung sisa bahan
kimia yang digunakan baik dalam pengolahan maupun pembersihan. Dalam
PG Kebon agung terdapat 3 jenis limbah yaitu :
1. Limbah cair ; Air buangan/cucian, air jatuhan kondensor, dll
2. Limbah padat ; ampas tebu, blotong, abu bagasse, dan tetes
3. Limbah gas ; limbah yang keluar dari hasil pembakaran ST ketel
Masalah-masalah lingkungan yang memungkinkan untuk timbul dalam
operasi pabrik gula :
1. Efek hujan asam akibat gas SO2
2. Menurunnya kualitas udara akibat gas buang hasil pembakaran ampas
3. Bau menyengat akibat biodegradasi limbah dalam bentuk gas
hydrogen sulfide
Secara Kimia
1. pH
2. Amoniak
3. Nitrat
4. Nitrit
5. BOD (Biological Oxygen Demand)
6. COD (Chemical Oxygen Demand)
1. Tetes
Tetes biasa juga disebut melasse merupakan limbah cair yang
dihasilkan dari proses pada puteran gula D1. Tetes yang dihasilkan
kemudian diolah menjadi etanol untuk dijual ke berbagai industry yang
membutuhkan.
a. Inlet
Air limbah hasil proses dialirkan ke AML (Air Masuk
Limbah) kemudian ditambahkan susu kapur hingga pH <7 yang
berfungsi untuk mengendapkan kotoran air selain itu juga untuk
mengurangi bau pada limbah. Kemudian air masuk dalam bak
pengendapan lumpur dan minyak untuk memisahkan kandungan
lumpur dan minyak pada limbah. Dalam bak tersebut, minyak akan
mengapung dan lumpur akan mengendap. Setelah itu melakukan
analisa terhadap limbah dengan mengamati COD/BOD/TSS, suhu,
pH, warna air, dan kandungan minyak sebelum limbah dialirkan
menuju bak ekualisasi.
b. Kolam Ekualisasi
c. Kolam Aerasi
Dari kolam ekualisasi, limbah dipompa menuju kolam
aerasi. Kolam aerasi merupakan kolam berbakteri aerob yang
terdiri dari 4 kolam aerasi KA I, KA II, KA III, KA IV. Bakteri
yang digunakan UPLC adalah bakteri inola. Pembagian kolam
bertujuan untuk memaksimalkan penguraian limbah secara
bertahap oleh bakteri. Cara kerjanya yaitu, limbah dimasukkan ke
KA I dan dilakukan penambahan nutrisi berupa urea dengan dosis
kurang lebih 4kg/jam. Tujuan penambahan nutrisi adalah
memberikan energi pada bakteri untuk proses penguraian limbah
yang masuk. Setelah melewati KA I, kemudian limbah akan masuk
ke KA II secara overflow dan begitu seterusnya hingga KA IV.
d. Clarifier
Setelah dari KA IV overflow limbah menuju clarifier
bertujuan untuk proses pemisahan endapan dan bakteri dari air
yang telah bersih. Setelah itu dipompakan kembali ke dalam KA I
sebagai aliran recycle, sedangkan air bersih dialirkan dari clarifier
menuju sungai.
f. Outlet
Air jernih dari clarifier dialirkan menuju Sungai metro,
kemudian dianalisa dengan mengamati pH, warna, temperature,
bau, debit air, BOD, COD, TSS (Total Soluble Solid). Analisa yang
dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa limbah yang akan
dibuang ke lingkungan telah aman bagi lingkungan tersebut, yaitu
dengan nilai COD maksimal 100 ppm dan BOD maksimal 60 ppm.
Setelah dinyatakan aman, maka air itu boleh dialirkan ke sungai.
2. Blotong
Blotong yang dihasilkan dari proses pemurnian dalam
stasiun ketel berbentuk padat dan lunak berwarna coklat kehitaman,
VII.2.4 Limbah B3
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yaitu limbah
yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun yang terdiri
dari oli bekas, kertas saring Pb asetat, aki bekas, dan fly ash. Limbah
B3 harus dikelola sesuai dengan peraturan yang tercantum pada
peraturan pemerintah No 85 tahun 1999 dan peraturan pemerintah No
18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
tentang cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan
limbah B3.
BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk
melindungi para karyawan dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit yang
disebabkan karena kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para karyawan
bertujuan agar karyawan dapat hidup dan bekerja pada system itu dengan efektif,
nyaman, dan aman. Oleh karena itu, pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) perlu dilaksanakan secara efektif oleh suatu perusahaan, karena hal ini
dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.
3. Masker sebagai alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi dari
bau-bau yang menyengat atau debu serta melindungi karyawan yang sifat
pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia.
4. Sepatu tukang las/listrik yang digunakan untuk melindungi kaki para
karyawan, terutama pekerja yang berhubungan dengan mengelas dan
lisrik.
5. Sepatu laras/karet yang digunakan para karyawan pada saat berada
dikebun agar terhindar dari becek.
6. Lampu senter sebagai alat penerangan sementara ditempat gelap dibagian
pabrik.
7. Perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) kepada
karyawan oleh dokter pabrik secara gratis diklinik milik pabrik.
8. Fasilitas MCK yang memadai untuk para pekerja.
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
IX.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan di PG Kebon Agung
Malang, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pabrik Gula Kebon Agung merupakan pabrik gula dengan bahan baku
tebu yang memiliki kapasitas produksi 13000 ton/hari .
2. Pabrik Gula Kebon Agung menggunakan 3 boiler dengan kapasitas
steam yang dihasilkan masing masing 80 ton/jam, 100 ton/jam dan 120
ton/jam.
3. Produk yang dihasilkan berupa gula SHS dengan kemasan 50 kg
sebagai produk utama dan produk samping berupa ampas, blotong dan
tetes.
IX.2 Saran
Dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan
ada beberapa saran yang dapat kami sampaikan untuk meningkatkan
performance pabrik, diantaranya :
1. Perhatian dan pemerikasaan secara berkala terhadap kualitas tebu yang
ditanam, mulai dari masa pembibitan sampai masa panen agar
diperoleh rendemen hasil yang tinggi
2. Perhatian dan perawatan terhadap peralatan lebih ditingkatkan supaya
proses produksi tetap berjalan lancar sehingga tidak mempengaruhi
kualitas dari produk yang dihasilkan.
3. Perlunya pengolahan limbah pabrik yang sesuai agar tidak merusak
lingkungan sekitar. Serta pemantauan instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) lebih dikoordinasikan bagi karyawan agar area tersebut
berfungsi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA