Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini sedang berkembang
pesat yang mengakibatkan persaingan di dunia industri menjadi semakin
kompetitif. Oleh karena itu masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan ini agar dapat bersaing dalam era globalisasi.
Sejalan dengan usaha untuk mengembangkan sektor industri yang
kokoh maka perlu diciptakan suatu keseimbangan antara dunia pendidikan dan
industri untuk menghasilkan seorang sarjana yang memiliki pemahaman dan
keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan teknologi dan bidang-bidang
penerapannya. Dengan kemampuan akademis yang handal dan keterampilan di
bidang industri yang cukup, tenaga-tenaga kerja itu nantinya bisa
mengembangkan kreativitas dan penalaran untuk memberikan sumbangan
pemikiran dalam pembangunan industri di Indonesia.
Sebagai wujud nyata dari tindakan tersebut, maka dilaksanakan Praktek
Kerja Lapangan yang merupakan salah satu mata kuliah wajib pada tahap sarjana
bagi seluruh mahasiswa - mahasiswi di Program Studi Teknik Kimia Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” (UPN) kelak akan berdampak bagi
kelangsungan hidup manusia.
Sebagai mahasiswa - mahasiswi Teknik Kimia, diajukannya Proposal
Praktek Kerja Lapangan ini untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada
masa perkuliahan dengan melakukan pengkajian masalah yang timbul di
lingkungan pabrik.
Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini, maka mahasiswa –
mahasiswi dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh pada saat
kuliah dan menemukan relevansi antara materi kuliah dengan keadaan di lapangan
serta memperoleh wawasan baru dalam meninjau permasalahan yang terjadi di
lapangan. Selain juga untuk menambah pengalaman baru tentunya melihat dan
merasakan langsung atmosfir bekerja dalam dunia industri. Sehubungan dengan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

hal tersebut diatas, maka diajukan berikut ini proposal Praktek Kerja Lapangan
yang berlokasi di PG Kebon Agung.

I.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Adapun Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana S-1 Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik UPN
“VETERAN” Jawa Timur.
2. Menambah wawasan mengenai aplikasi ilmu teknik kimia dalam
bidang industri, khususnya aplikasi proses industri kimia, alat industri
kimia, dll dalam industri perminyakan secara nyata.
3. Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan
mendapat peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam
pabrik serta melaksanakan studi perbandingan antara teori yang
didapat di kuliah dengan penerapannya di pabrik.
4. Untuk mengenal secara langsung jalannya proses produksi di PG
Kebon Agung dengan menggunakan teknologi yang ada.
5. Menambah wawasan mengenai aplikasi Teknik Kimia dalam bidang
industri.

I.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


1. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan
industri di Indonesia maupun proses dan teknologi yang canggih, dan
dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.
2. Bagi Mahasiswa – Mahasiswi
Mahasiwa - mahasiswi dapat mengetahui secara lebih mendalam
tentang kenyataan yang ada dalam dunia industri sehingga nantinya
diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat dalam
bidang industri.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 2
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

3. Bagi Perusahaan
a. Membantu perusahaan dalam menemukan dan memecahkan
masalah yang terjadi.
b. Memperoleh gambaran mengenai calon sumber daya manusia yang
memiliki kompetisi dan kemampuan bagi masa depan perusahaan.

I.4. Ruang Lingkup


Sesuai dengan materi kerja praktek yang didasarkan pada mata kuliah
yang didapat selama perkuliahan sampai dengan saat ini, maka pengamatan
yang dilakukan ini akan dibatasi pada beberapa alternatif berikut, dengan
mempertimbangkan pembimbing yang tersedia pada pihak di PG Kebon
Agung. Adapun Ruang Lingkup yang akan kami pelajari antara lain :
1. Pengenalan terhadap perusahaan meliputi sejarah dan
manajamen Perusahaan.
2. Pemahaman proses dan peralatan produksi.
3. Alat kontrol : performance dan cara kerja.
4. Sistem utilitas yang terdapat dalam pabrik.
5. Mengetahui dan mempelajari produk yang dihasilkan.

I.5 Waktu dan Tempat


Di dalam kerja praktek ini mahasiswa diberi kesempatan untuk menimba
ilmu dan pengalaman dari pembimbing dalam lingkungan PG.Kebon Agung
yang terletak di Jl. Pakisaji, Malang 651052 Jawa Timur Indonesia ± selama 1
bulan dimulai tanggal 21 Mei – 30 Juni 2018.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Secara Umum


II.1.1 Tahapan Pengolahan Gula
Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia.
Rata – rata manusia di Indonesia mengkonsumsi sebanyak 12 – 15kg per
tahun. Dengan semakin bertambahanya jumlah penduduk, tentu kebutuhan
akan gula semakin meningkat pula. Sistem pengolahan tebu menjadi gula
Kristal melalui tahapan berikut:
1. Proses Persiapan
Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diangkat dengan
crane menuju meja tebu. Kemudian diarahkan menuju cane cutter atau
aquerator untuk memotong tebu sesuai diameter yang diinginkan.
Selanjutnya tebu dihancurkan dengan menggunakan HDHS (Heavy
Duty Hammer Shreder) Setelah itu masuk ke gilingan. Proses
persiapan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan tebu yang akan
digiling sehingga proses pemerahan bisa maksimal. Efektifitas dari
alat-alat persiapan ditunjukkan dengan angka preparation index yang
besarannya berbeda-beda tiap pabrik. Pada umumnya angka
preparation index lebih kurang sebesar 90.

2. Proses Pemerahan (Gilingan).


Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu.
Optimalnya gilingan dengan cepat dapat diketahui dengan melihat pol
ampas. Semakin kecil pol ampas, akan semakin baik. Dalam stasiun
gilingan diberikan air panas (added water) yang biasa disebut imbibisi
(dari bahasa belanda imbibitie). Fungsinya untuk membilas ampas
gilingan antara agar fungsi pemerahan gula bisa maksimal dan
membersihkan dari jasad renik. Umumnya pabrik gula menerapkan
sistem imbibisi majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 4
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu


nira yang keluar dari gilingan 1 dan 2.

3. Pemurnian
Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan
kotoran-kotoran bukan gula yang terdapat dalam nira mentah. Proses
yang dilakukan baik berupa proses fisik ataupun kimia. Proses dalam
stasiun pemurnian dilakukan sedemikian rupa sehingga kerusakan
sukrosa dapat ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan
dalam stasiun pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan
saringan parabolis (DSM). Setelah itu nira mentah masuk menuju
pemanas 1 bersuhu 75-80 C yang berfungsi sebagai pembunuh jasad
renik serta menjaga sukrosa agar tidak memecah membentuk fruktosa
dan glukosa. Nira mentah yang telah dipanasi ditambahkan Ca(OH)2
yang bercampur dengan nira mentah sampai pH tertentu. Setelah itu
pada sulfur tower ditambahkan gas SO2 sampai pH netral sekitar 6,5-7.
Nira dipanaskan kembali pada suhu 103-105 C, menuju flash tank
yang bertujuan untuk mengeluarkan gas yang tidak terpakai.
Kemudian ditambahkan flokulan untuk pengendapan koloid dan
diendapkan di clarifier. Setelah mengendap, nira jernih disaring lagi
dan menghasilkan nira encer, setelah itu, dipanaskan sampai suhu 115
C dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor yang ada di
clarifier selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses
filtrasi ini menghasilkan filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan
lagi ke awal proses pemurnian dan blotong diangkut truk menuju
tempat penimbunan.

4. Penguapan (Evaporasi)
Fungsi dari stasiun penguapan adalah meningkatkan
konsentrasi larutan gula dalam nira. Nira encer dari stasuin pemurnian
diuapkan dengan menggunakan evaporator multi effect. Nira
dipanaskan dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap
bekas penggerak turbin gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 5
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

diuapkan airnya sampai mencapai brix 60. setelah itu akan dihasilkan
material yang dinamakan nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah
SO2 sehingga dicapai pH tertentu.

5. Masakan (Kristalisasi)
Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem
kristalisasi bertingkat, baik berupa A-D, A-C-D, A-C, dengan
ketentuan D adalah produk. Nira pekat hasil dari stasiun penguapan
diuapkan lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan
sendirinya. Metode lain kristalisasi adalah dengan menggunakan bibit
gula berupa fondan yang selanjutnya kristal bibit itu dibesarkan.
Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kristal yang terbentuk mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya
ukuran kristal gula akan dicapai apabila konsentrasi larutan dalam
bejana kristalisasi dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah ukuran
kristal yang diinginkan tercapai, maka kristal yang masih bercampur
dengan larutan (masakan /massecuit) diturunkan ke bejana
penampung.

6. Putaran (Centrifuge)
Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses
kristalisasi dilakukan langkah pemutaran. Dengan gaya centrifugal,
kristal akan tertahan di saringan (basket) dan larutan akan melewati
saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang baik akan
menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil.
Di stasiun putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan
continue. Putaran continue disebut low grade centrifugal dan putaran
batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran untuk produk).
Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang
goyang (grasshopper) menuju pengering.

7. Pengering (Sugar Dryer) dan Pendingin (Sugar Cooler)

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 6
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam


gula sehingga meningkatkan ketahanan dalam penyimpanan. Cara
pengeringan dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan udara
kering dan dikontakkan dengan gula. Alat yang digunakan bermacam
macam ada yang berupa talang getar atau rotary dryer.
Gula yang dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu
perlu didinginkan agar tidak terjadi proses kimiawi yaitu browning
pada saat penyimpanan. Pendinginan dilakukan dengan
menghembuskan udara dingin baik dari udara sekitar ataupun udara
dingin dari alat pendingin udara.

8. Pengemasan
Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung dalam sugar
bin, nantinya akan melalui proses pengemasan dengan berat 50kg dan
langsung dipasarkan atau disuplai ke konsumen.

II.1.2 Jenis Limbah Pada Industri Gula


Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil
samping, antara lain Bagase, blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang
digiling dan digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Blotong adalah
endapan dari nira kotor yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes
merupakan sisa sirup terakhir dari masakan yang telah dipisahkan gulanya
melalui kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan
kristal.
1. Limbah Bagase
Bagasse (ampas tebu) merupakan limbah berserat yang diperoleh
dari hasil samping proses penggilingan tanaman tebu (Saccharum
oficinarum). Ampas ini sebagian besar mengandung bahan-
bahan lignoselulosa. Bagasse mengandung air 48-52%, gula rata-rata
3,3%, dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagasse sebagian besar terdiri dari
selulosa, hemiselulosa dan lignin dan tidak dapat larut dalam air.
bagasse merupakan hasil samping proses pembuatan gula tebu (sugarcane)

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 7
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

mengandung residu berupa serat, minimal 50% serat bagasse diperlukan


sebagai bahan bakar boiler, sedangkan 50% sisanya hanya ditimbun
sebagai buangan yang memiliki nilai ekonomi rendah.
Penimbunan bagasse dalam kurun waktu tertentu akan menimbulkan
permasalahan bagi pabrik. Mengingat bahan ini berpotensi mudah terbakar
mengotori lingkungan sekitar, dan menyita lahan yang cukup luas untuk
penyimpanannya. Potensi bagasse di Indonesia sangat melimpah
khususnya di luar pulau jawa. Menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) tahun 2008, komposisi rata-rata hasil samping industri
gula di Indonesia terdiri dari limbah cair 52,9%, blotong 3,5%, ampas tebu
(bagasse) 32,0%, tetes tebu (molasses) 4,5%, dan gula 7,05% serta abu
0,1%.1
Besarnya jumlah baggase yang belum dimanfaatkan mendorong
para peneliti untuk mengembangkan potensi bagasse agar memiliki nilai
ekonomi. Berikut kandungan lignoselulosa pada bagasse.
Tabel 1. kandungan lignoselulosa pada bagasse
Nama Bahan Jumlah (%)
Selulosa 33.4
Hemiselulosa 30
Lignin 18.9
(Amar,2012)
Selulosa merupakan polimer linier dari D-glukosa yang terikat
pada ikatan 1,4 glikosidik dan sangat erat berasosiasi dengan hemiselulosa
dan lignin. Hemiselulosa merupakan salah satu penyusun dinding sel
tumbuhan yang terdiri dari kumpulan beberapa unit gula atau
heteropolisakarida dan dikelompokkan berdasarkan residu gula utama
sebagai penyusunnya seperti xilan, mannan, galactan dan glucan,
hemiselulosa mempunyai berat molekul rendah dibandingkan dengan
selulosa dan terdiri dari D-xilosa, D-mannosa, D-galaktosa, D-glukosa, L-
arabinosa, 4-0-metil glukoronat, D-galakturonat dan asam D-glukoronat.
Lignin merupakan polimer aromatic yang berasosiasi dengan polisakarida

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 8
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

pada dinding sel sekunder tanaman. Pada umumnya, lignin mengandung


tiga jenis alkohol aromatik yaitu coniferyl, sinapyl dan p-coumaryl.
(Amar,2012)
Ampas yang dihasilkan PG Kebon Agung Malang dibedakan
menjadi dua , yaitu ampas bertekstur halus dan kasar. Sifat ampas mudah
terbawa angin dan mudah terbakar. Ampas tidak dianggap sebagai bahan
buangan karena ampas kasar dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel
uap, dan sisanya untuk bahan baku kertas.

2. Limbah Blotong
Rata-rata blotong dihasilkan sebanyak 3.8 % tebu atau sekitar 1.1
juta ton blotong per tahun (produksi tebu tahun 2011 sekitar 28 juta
ton). Blotong dari PG Sulfitasi rata-rata berkadar air 67 % dan kadar pol 3
%. Komposisi blotong secara umum dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi dari blotong

(Risvank,2012)

Blotong merupakan limbah yang bermasalah bagi pabrik gula dan


masyarakat karena blotong yang basah menimbulkan bau busuk. Oleh
karena itu apabila blotong dapat dimanfaatkan akan mengurangi
pencemaran lingkungan.
Pemanfaatan Blotong :
a. Sumber Protein

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 9
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Kandungan protein dari nira sekitar 0.5 % berat zat padat


terlarut. Dari kandungan tersebut telah dicoba untuk melakukan
ekstraksi protein dari blotong dan ditemukan bahwa kandungan protein
dari blotong yang dipress sebesar 7.4 %. Protein hanya dapat diekstrak
menggunakan zat alkali yang kuat seperti sodium dodecyl sulfate.
Kandungan dari protein yang dapat diekstrak antara lain albumin 91.5
%; globulin 1 %; etanol terlarut 3 % dan protein terlarut 4 %.

b. Pakan Ternak
Blotong dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan cara
dikeringkan dan dipisahkan partikel tanah yang terdapat didalamnya.
Untuk menghindari kerusakan oleh jamur dan bakteri blotong yang
dikeringkan harus langsung digunakan dalam bentuk pellet

c. Briket
Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan
bakar alternative dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong
dipadatkan lalu dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong
adalah harganya yang lebih murah daripada kayu bakar dan bahan
bakar lain. Akan tetapi untuk membuat briket ini diperlukan waktu
cukup lama antara 4 sampai 7 hari pengeringan, selain itu juga
tergantung dari kondisi cuaca.

d. Pupuk
Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya
unsur N blotong dikompos dengan ampas tebu dan abu ketel
(KABAK). Pemberian ke tanaman tebu sebanyak 100 ton blotong atau
komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 10
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

secara signifikan. Kandungan hara kompos ampas tebu (KAT), blotong


dan kompos dari ampas tebu, blotong dan abu ketel
(KABAK) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis kimia KAT, blotong dan KABAK
Analisis KAT Blotong KABAK

Ph 7.32 7.53 6.85


Karbon (C), % 16.63 26.51 26.51
Nitrogen (N), % 1.04 1.04 1.38
Nisbah C/N 16.04 25.62 15.54
Fosfat (P2O5), % 0.421 6.142 3.020
Kalium (K2O), 0.193 0.485 0.543
%
Natrium (Na2O), 0.122 0.082 0.103
%
Kalsium (Ca), % 2.085 5.785 4.871
Magnesium 0.379 0.419 0.394
(Mg), %
Besi (Fe), % 0.251 0.191 0.180
Mangan (Mn), % 0.066 0.115 0.090

(Risvank,2012)
Mengingat pentingnya pengendalian pencemaran lingkungan,
maka hendaknya blotong diolah sehingga mempunyai manfaat dan
memberikan nilai lebih selain itu dapat mengurangi pencemaran.
(Risvank,2012)
3. Limbah Tetes
Tetes merupakan limbah yang diperoleh dari hasil pemisahan sirop
low grade di mana gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi.
Tetes yang dihasilkan pada pemrosesan gula sekitar 5-6% dari berat tebu,
sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6.000 ton tebu per hari akan
menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari.
Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 11
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

dikonsumsi karena mengandung kotoran bukan gula yang membahayakan


kesehatan.
Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi seperti
alkohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dan lain-lain. Tetes merupakan
bahan yang kaya akan karbohidrat mudah larut (48-68%), mengandung
mineral cukup banyak dan disukai ternak karena baunya manis. Selain itu,
tetes juga mengandung vitamin B komplek yang sangat berguna untuk sapi
anakan.
Tetes mengandung mineral kalium sangat tinggi sehingga
pemakaiannya pada sapi harus dibatasi maksimal 1,5-2 kg/ekor/hari.
Penggunaan tetes sebagai pakan ternak sebagai sumber energi dan
meningkatkan nafsu makan, selain itu juga untuk meningkatkan kualitas
bahan pakan dengan peningkatan daya cernanya. Apabila takaran melebihi
batas atau sapi belum terbiasa memakannya maka akan dapat
menyebabkan kotoran sapi menjadi lembek.
Selain itu, tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
bioetanol. Pembuatan bioetanol dari tetes dilakukan melalui tahap
pengenceran karena kadar gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses
fermentasi. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14%.
Kemudian dilakukan penambahan ragi, urea dan NPK, selanjutnya
dilakukan proses fermentasi.
Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau sekitar
2,5 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak
terlihat lagi adanya gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan
fermentasi kurang lebih 7-10%. Setelah proses fermentasi selesai, cairan
hasil fermentasi dimasukkan ke dalam evaporator atau boiler dan suhunya
dipertahankan antara 79-810C. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi
air tidak menguap, selanjutnya uap etanol dialirkan ke distilator.
Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Pada
distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila
kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi hingga

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 12
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

kadar etanol menjadi 95%. Apabila kadar etanol sudah 95% kemudian
dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa
menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Setelah itu didistilasi lagi
hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Berbagai pemanfaatan limbah industri gula tersebut bukan saja
dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai guna limbah tetapi juga dapat
mengatasi masalah lingkungan. Pemanfaatan limbah industri gula perlu
terus dikembangkan sehingga kehadiran pabrik gula tidak menimbulkan
dampak yang merugikan terhadap lingkungan dan gangguan terhadap
warga masyarakat di sekitarnya tetapi justeru memberikan manfaat yang
menguntungkan.
(Jauhari,2013)
II.2 Tinjauan Umum PG Kebon Agung
1. Sejarah
PT Kebon Agung memiliki sejarah cukup panjang. Cikal bakal
perusahaan ini diawali dari kepemilikan "Naamloze Vennootschap (NV)
Suiker Fabriek Ke-bon Agoeng" atau NV S.F. Kebon Agoeng oleh De J
avasche Bank pada tahun 1935, kemudian disusul dengan pembelian
seluruh saham NV Cultuur Maatschap-pij Trangkil pada 1962. Sejak saat
itu sampai hari ini, PT Kebon Agung mempunyai 2 PG: Kebon Agung dan
Trangkil.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 13
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

PG Kebon Agung sendiri didirikan seorang peng-usaha


Tionghwa, Tan Tjwan Bie, pada tahun 1905. Lokasi PG berada di desa
Kebon Agung, kecamatan Pakisaji, kabupaten Malang atau tepatnya kira-
kira 5 km selatan Kota Malang. Pada saat didirikan kapasitas giling PG
hanya 5.000 kth atau 500 tth (ton tebu per hari). Dalam sehari semalam PG
hanya menggiling 500 ton tebu atau setara 50 truk yang masing-masing
mengangkut 10 ton tebu. Betapa kecilnya kapasitas tersebut jika
dibandingkan dengan PG Kebon Agung sekarang, yang berkapasitas
13.000 tth atau 12 kali lebih banyak dibanding saat didirikan tempo dulu.
Namun untuk ukuran pabrik gula pada waktu itu, kapasitas PG Kebon
Agung tergolong besar.
PG Kebon Agung semula dikelola secara per-orangan, kemudian
pada tahun 1917 pengelolaan PG di-serahkan kepada Biro Management
Naamloze Ven-nootschap ( NV ) Handel - Landbouw Maatschappij
Tiedeman & van Kerchem (TvK). Setahun berikutnya atau tepatnya 20
Maret 1918 dibentuk "Naam-loze Vennootschap (NV) Suiker Fabriek
Kebon Agoeng" atau NV S.F. Kebon Agoeng, dengan akte Notaris
Hendrik Willem Hazenberg (No. 155). Seiring dengan kemerosotan harga
di pasar dunia, industri gula Jawa yang saat itu menjadi jawara eksportir
kedua setelah Cuba, mengalami guncangan hebat. Kesepakatan antar
produsen gula dunia atau yang dikenal dengan "Chardbourne Agrement"
pada tahun 1931 mewajibkan produksi gula Jawa dikurangi dari sekitar 3
ton menjadi maksimal 1,4 juta ton per tahun. Dampaknya sangat dirasakan
pabrik gula di Jawa, termasuk NV S.F. Kebon Agoeng. Kelesuan usaha
menyebabkan pada tahun 1932 seluruh saham NV S.F. Kebon Agoeng
tergadaikan kepada De Javasche Bank Malang dan 3 tahun berikutnya atau
pada tahun 1935 NV S.F. Kebon Agoeng sepenuhnya menjadi milik De
Javasche Bank.
Dalam RUPS Perseroan tahun 1954 ditetapkan ber-bagai
keputusan yang membawa impilkasi penting hingga sekarang adalah :

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 14
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

1. Mengubah nama Perusahaan yang semula NV S.F. Kebon Agoeng


menjadi Perseroan Terbatas Pabrik Gula (PT PG) Kebon Agung
2. Memberhentikan Tuan Tan Tjwan Bie sebagai Direktur
3. Menetapkan Yayasan Dana Tabungan Pegawai-Pegawai Bank
Indonesia dan Dana Pensiun dan Tunjangan bank Indonesia sebagai
Pemegang Saham
Meskipun RUPS tersebut mengubah Direksi dan pemegang
saham perusahaan, namun pengelolaan PT PG Kebon Agung masih tetap
dilaksanakan secara profesional oleh NV Handel - Landbouws
Maatschappij Tiedeman & van Kerchem (TvK). Sementara itu, PG
Trangkil berdiri lebih dulu dibanding PG Kebon Agung. PG ini didirikan
pada 2 Desember 1835 di desa Suwaduk, kecamatan Wedarijaksa,
kabupaten Pati. Pada awalnya PG ini dimiliki H. Muller, seorang
pengusaha penggilingan tebu. Setelah Tuan Muller meninggal dunia
kepemilikan perusahaan diteruskan oleh Tuan P.A.O. Waveren Pancras
Clifford. Pada 24 Oktober 1838 lokasi pabrik dipindahkan ke desa
Trangkil, kecamatan Wedarijaksa, dengan kapasitas giling sebesar 3.000
kth atau 300 tth. Lokasi PG di desa Trangkil tersebut kini menjadi bagian
kecamatan Trangkil, yang terletak +11 km sebelah utara kota Pati arah ke
Jepara.
Pada tahun 1841 kepemilikan PG Trangkil kembali ber-pindah
tangan kepada Tuan P. Andreas. Perusahaan ini selanjutnya berpindah
tangan secara perorangan beberapa kali, dan tercatat sebagai pemilik
terakhir adalah Ny. Janda Ade Donariere EMSDA E. Janies van Herment.
Pada tahun 1917 kepemilikan PG Trangkil berubah ben-tuk menjadi
Perseroan dengan nama Naamloze Vennootschap (NV) "Cultuur
Maatchappy Trang-kil" dan sebagai pengelolanya diserahkan pada Kantor
Perwakilan Biro Management NV Handel - Landbouw Maatchappy
"Tiedeman & van Kerchem (TvK)" di Jakarta.
Sebelum pendudukan Jepang, seluruh saham NV Cultuur
Maatchappy Trangkil dimiliki oleh "De Indiche Pensioenfonds van de

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 15
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Javasche Bank". Sementara pengelolaan pabriknya sendiri tetap dipegang


NV Tiedeman & van Kerchem (TvK). Setelah Indonesia merdeka, sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1946, seluruh perusahaan gula
harus dikelola oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara
(BPPGN) yang berkeduduk-an di Surakarta.
Pada saat Agresi Belanda, banyak PG tidak berop-erasi dan
dikuasai tentara Belanda termasuk PG Kebon Agung, sehingga BPPGN
tidak dapat ber-fungsi dengan baik. Pada 21 Desember 1949 sesuai
Peraturan Pemerintah tanggal 25 Agustus 1949 BPPGN dibubarkan.
Pada 8 Maret 1950 keluar Pengumuman Pemerintah No. 2 tahun
1950 yang dikeluarkan oleh 3 Menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri,
Menteri Perkebunan dan Menteri Pertanian tentang pembentukan Pani-tia
Pengembalian Perkebunan kepada pemiliknya.
Dengan ketentuan tersebut, mulai 1950 PG Kebon Agung dan
Trangkil kembali dikelola oleh Tiede-man & van Kerchem (TvK).
Pengelolaan ini ber-akhir pada proses pengambilalihan (nasionalisasi)
semua perusahaan - perusahaan yang dimiliki atau dikelola perusahaan
asing oleh Pemerintah Indo-nesia pada 1958. Sejak saat itu kedua PG
dikelola oleh Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perke-bunan Gula atau
BPU-PPN Gula.
Pada tahun 1962 PT PG Kebon Agung membeli seluruh saham NV
Cultuur Maatschappij Trangkil dan mulai saat itu PG Trangkil menjadi
milik PT PG Kebon Agung disamping PG Kebon Agung.
Pada tahun 1967 Pemerintah melikuidasi BPUPPN Gula dan pada
tahun 1968 mengeluarkan Peraturan untuk meninjau kembali perusahaan-
perusahaan yang telah dinasionalisasi dan selanjutnya berdasarkan PP No.
3/1968 PT PG Kebon Agung dikembalikan kepada Pemilik semula.
Pada 17 Juni 1968 dengan Surat Penetapan Direksi Bank Negara
Indonesia Unit I (yang kemudian kembali bernama Bank Indonesia )
dalam kedudukannya sebagai Pengurus dari Dana Pensiun dan Tunjangan
Bank Negara Indonesia Unit I serta Yayasan Dana Tabungan Pegawai-

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 16
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Pegawai Bank Negara Indonesia Unit I selaku Pemegang Saham dan


Pemilik PT PG Kebon Agung menunjuk PT Biro Management Tri
Gunabina sebagai Direksi Pengelola PT PG Kebon Agung.
Serah Terima pengelolaan PT PG Kebon Agung dari bekas
Inspeksi BPU PPN Gula ke PT Tri Gunabina dilakukan melalui Panitya
Likuidasi BPU PPN Gula dan Karung Goni. Panitia ini bertindak berda-
sarkan Surat Kuasa No. XX-SURKU/68.000/L dan No. XX-
SURKU/68.002/L untuk PG Kebon Agung serta No. XX -
SURKU/68.001/L dan No. No. XX – SURKU/68.003/L untuk PG
Trangkil, masing-ma-sing tertanggal 25 Juni 1968, serta berdasarkan Surat
Kuasa Pemegang Saham No. 02/GB/68 tanggal 24 Juni 1968.
Pelaksanaan serah terima dilakukan di dua tempat, yaitu masing-
masing untuk :
1. PG Kebon Agung di Surabaya dari bekas Ins-peksi BPU-PPN Gula
Daerah VII di Surabaya.
2. PG Trangkil di Semarang dari bekas Inspeksi BPU-PPN Gula Daerah
II di Semarang.
Dengan demikian sejak 1 Juli 1968 PT Tri Gunabina bertindak
penuh selaku Direksi PT PG Kebon Agung yang memiliki PG Kebon
Agung dan PG Trangkil.
Berdasarkan Akta No. 19 tanggal 8 Maret 1972 yang dibuat oleh
Abdul Latif telah dibentuk Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua
Bank Indo-nesia (YDPTHT-BI) dan menetapkan yayasan ini mulai
beroperasi 25 Pebruari 1972 sesuai dengan surat kuasa dari Bank
Indonesia. Semenjak saat itu, YDPTHT-BI menjadi Pemegang Saham
tunggal dari PT PG Kebon Agung, menggantikan 2 (dua) Pemegang
Saham sebelumnya.
Dengan adanya Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana
Pensiun maka Bank Indonesia membentuk DAPENBI yang khusus
memberikan manfaat Pensiun bagi Pensiunan BI dan juga mem-bentuk
Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKK-BI) yang

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 17
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

berfungsi memberikan pembayaran bantuan (onderstand) dan tunjangan


hari tua.
Dengan akte Notaris Abdul Latif No. 29 tanggal 23 Februari 1992
didirikan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKK-BI)
oleh Direksi Bank Indonesia. Dalam RUPS-LB tanggal 22 Maret 1993
diputuskan bahwa YKK-BI menjadi Peme-gang Saham Tunggal PT Kebon
Agung.
Masa pengoperasian PT PG Kebon Agung yang ber-akhir pada 20
Maret 1993 selanjutnya diperpanjang hingga 75 tahun mendatang dengan
Akte Notaris Achmad Bajumi, S.H. No. 120 tanggal 27 Februari 1993.
Momen ini sekaligus menetapkan nama baru PT PG Kebon Agung
menjadi PT Kebon Agung.
Sesuai kebijakan Departemen Kehakiman yang mengatur bahwa
Direksi suatu Perseroan tidak bo-leh berupa badan hukum tetapi harus oleh
orang perseorangan, maka era pengelolaan PT Kebon Agung oleh PT Tri
Gunabina usai sudah. Pada 1 April 1993 bertempat di Kantor Bank
Indonesia Ca-bang Surabaya dilakukan serah terima pengurusan dan
pengelolaan PT Kebon Agung dari Direksi PT Tri Gunabina kepada Tuan
Sukanto selaku Direktur PT Kebon Agung. Selanjutnya perusahaan
dikelo-la sendiri oleh pengurus perseroan sebagaimana ditetapkan oleh
pemegang saham.
Sesuai Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, yang mengharuskan pemegang saham PT lebih dari 2, maka
dalam RUPS-LB 22 Juli 1996 diputuskan bahwa Pemegang Saham PT
Kebon Agung masing-masing terdiri dari YKK-BI dengan kepemilikan
saham sebanyak 2.490 lembar atau sebesar 99,6 % dan Koperasi
Karyawan PT Ke-bon Agung "Rosan Agung" dengan kepemilikan saham
sebanyak 10 lembar atau sebesar 0,4 %.
Selama perjalanannya, perusahaan secara berkelanjutan
mengadakan penggantian dan penambahan mesin/peralatan dalam upaya
meningkatkan kinerja dan efisiensi kedua PG dan terus mengem-bangkan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 18
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

diri agar mampu bersaing dalam era pasar bebas. Berdasarkan arah
kebijakan tersebut, sejak 2005 perusahaan telah melaksanakan Program
Pengembangan PT Kebon Agung (PPKA) Tahap I yang berakhir pada
tahun 2007 dan diteruskan dengan PPKA Tahap II (tahun 2008 – 2011).
PT Kebon Agung dengan 2 PG yang dimilikinya bisa dikatakan
mewakili sejarah panjang industri gula tebu di Jawa. Kedua PG bisa eksis
dalam me-ngarungi dinamika perubahan dengan berbagai kemelut, tarik
ulur kepentingan, dan kondisi sosial politik. Pengalaman nan panjang
melewati berbagai rintangan dan persoalan ini menjadi modal ke depan
bagi perusahaan untuk tetap berdiri dan beroperasi. Perusahaan bertekad
sekuat tenaga agar kedua PG akan terus menjadi bagian dari industri gula
Indonesia, yang berkontribusi kepada suplai gula nasional dan
perekonomian wilayah.

2. Lokasi Pabrik
a. Alamat pabrik
Desa / Kelurahan : Kebon Agung
Kecamatan : Pakisaji
Kabupaten : Malang
Propinsi : Jawa timur
Kode pos : 65102
Terletak : 110 km dari Ibu kota propinsi
b. Topografi
PG Kebon Agung terletak pada ketinggian 500 – 700 m
diatas permukaan laut dengan jenis tanah Aluvial, Litosol, Andosol
dan Mediteran yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
c. Pengairan
PG Kebon Agung memiliki system pengairan 10% secara
teknis dan 90% tadah hujan.
d. Prasarana pendukung

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 19
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

1.Sumber air (pabrik) dan air sungai


2.Sumber bahan baku pendukung : Belerang, kapur, pupuk Sp-36
3.Kelas jalan : Jalan Propinsi
4.Fasilitas sosial : Poliklinik, Masjid, Lapangan olah raga

3. Sistem transportasi bahan


Dikarenakan letaknya yang hanya 5 km dari Ibukota kabupaten dan
10 km dari Ibukota propinsi, sehingga dapat dikatakan bahwa akses untuk
ternsportasi bahan baku maupun produk tidak mengalami kendala. Untuk
bahan baku petani mengantarkan hasil panennya langsung ke pabrik
menggunakan truk kecil maupun truk besar (gandeng/fuso). Sedangkan
produk akan disimpan dalam gudang yang nantinya akan diambil
distributor.

4. Struktur dan kebijakan Perusahaan


a. Struktur Organisasi

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 20
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

b. Kebijakan Perusahaan
a. Upah karyawan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
b. Fasilitas berupa rumah dinas bagi karyawan tetap. Bagi karyawan
yang tidak mendapatkan rumah dinas akan diberikan tunjangan
sewa rumah, listrik, air dan bahan bakar sesuai dengan golongan.
c. Fasilitas perawatan dan pengobatan kesehatan serta bantuan biaya
pemondokan bagi seluruh karyawan dan keluarganya.
d. Fasilitas olahraga berupa lapangan volley, tennis dan sepak bola.
e. Fasilitas keagamaan berupa sarana ibadah dan kesempatan
menjalankan ibadah
f. Fasilitas transportasi untuk anak karyawan yang sekolah, beasiswa
dan bantuan pemondokan bagi yang meneruskan pendidikan
diluar daerah.
g. Pembelian pakaian kerja, penghargaan masa kerja dan gula
h. Cuti tahunan, fasilitas perjalanan dinas dan upah bagi karyawan
yang sakit berkepanjangan.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 21
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

i. Fasilitas asuransi keselamatan kerja (astek), tunjangan hari tua


(THT), dan pension serta tunjangan kematian.
j. Bingkisan dan rekreasi setelah giling.
k. Fasilitas koperasi dan yayasan kesejahteraan pekerja.
l. Kenaikan gaji pokok berkala dan kenaikan pangkat atau jabatan
dan lain-lain.

5. Kegiatan Usaha
PG Kebon Agung ini bergerak dalam bidang produksi gula pasir
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tebu sebagai bahan baku yang
digunakan ini dapat digolongkan menjadi Tebu Rakyat (TR) dan Tebu
Sendiri (TS). Sebagian besar tebu yang digunakan adalah (TR), yaitu
sekitar 98% dan (TS) sekitar 2%.

6. Kegunaan produk
Dari proses produksi didapatkan produk utama yaitu gula dan
produk samping berupa ampas tebu (bagasse), tetes (molasses) dan
blotong. Semua produk yang dihasilkan baik gula, ampas tebu (bagasse),
blotong, dan tetes (molasses) mempunyai kegunaan masing-masing.
a. Kristal Gula Putih
Produk utama dari produksi adalah gula, dimana kegunaan
gula itu sendiri adalah sebagai pemanis alami makanan.
b. Tetes Tebu (Molasses)
Tetes merupakan limbah yang diperoleh dari hasil
pemisahan sirop low grade di mana gula dalam sirop tersebut tidak
dapat dikristalkan lagi. Tetes yang dihasilkan pada pemrosesan
gula sekitar 5-6% dari berat tebu, sehingga untuk pabrik dengan
kapasitas 13.000 ton tebu per hari akan menghasilkan tetes sekitar
300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun masih
mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 22
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

karena mengandung kotoran bukan gula yang membahayakan


kesehatan.
Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi
seperti alkohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dan lain-lain.
Tetes merupakan bahan yang kaya akan karbohidrat mudah larut
(48-68%), mengandung mineral cukup banyak dan disukai ternak
karena baunya manis. Selain itu, tetes juga mengandung vitamin B
komplek yang sangat berguna untuk sapi anakan.
c. Blotong
Blotong merupakan pengotor dari nira kotor yang diikat
oleh ampas halus pada proses penapisan di rotary vacuum filter.
Dengan pencampuran abu ketel, blotong dapat diproses lebih lanjut
sebagai biokompos
d. Ampas Tebu (Bagasse)
Bagasse (ampas tebu) merupakan limbah berserat yang
diperoleh dari hasil samping proses penggilingan tanaman tebu
(Saccharum oficinarum). Ampas ini sebagian besar mengandung
bahan-bahan lignoselulosa. Bagasse mengandung air 48-52%, gula
rata-rata 3,3%, dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagasse sebagian
besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin dan tidak dapat
larut dalam air. bagasse merupakan hasil samping proses
pembuatan gula tebu (sugarcane) mengandung residu berupa serat,
minimal 50% serat bagasse diperlukan sebagai bahan
bakar boiler, sedangkan 50% sisanya hanya ditimbun sebagai
buangan yang memiliki nilai ekonomi rendah.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 23
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB III
DESKRIPSI PROSES

III.1 Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan oleh PG Kebon Agung dapat
dibedakan atas bahan baku utama dan bahan baku penunjang proses
produksi.

III.1.1 Bahan Baku Utama


Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula kristal
adalah tebu (Sacharum Officinarum) yang dapat tumbuh di daerah sawah
dan tegal atau daerah iklim tropis dan subtropics. Tanaman tebu yang
akan diproses adalah bagian batang yang mengandung gula (Sukrosa).
Nilai rendemen tebu merupakan factor penting dalam pembuatan gula.
Semakin besar rendemen maka semakin banyak gula yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendeman tebu adalah
kondisi tanah, iklim, curah hujan, ketinggian tempat, varietas,
pemeliharaan tanaman, pengangkutan dan penanganan sebelum giling.
Tanaman tebu diklasifikasikan sebagai:
 Family: Gramineae
 Sub Family: Andropagane
 Genus: Saccharum
 Species: Saccharum Officinarum
Gula sukrosa merupakan karbohidrat yang termasuk disakarida.
Sukrosa dihasilkan dari sintesa biokimia antara 2 buah monosakarida
yaitu D-Glukosa dan D-Fruktosa. Monosakarida pembentuk sukrosa
tersebut dihasilkan dari proses fotosintesis gas CO2 dan H20 dengan
bantuan sinar matahari.
Pengawan dan persediaan bahan baku ditangani oleh bagian
tanaman seksi tebang angkut. Untuk mengontrol mutu tebangan, pabrik

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 24
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

menetapkan bahwa tebu yang boleh masuk untuk digiling harus


memenuhi syarat MBS:
1. M : Manis, tebu harus sudah masak atau tua.
2. B : Bersih, hasil tebang yang dikirim ke pabrik harus bersih dari
kotoran (Slamper, pucukan, akar, tanah dan lain-lain).
3. S : Segar, jangka waktu tebu tertebang sampai masuk gilingan
kurang dari 36 jam.

III.1.2 Bahan Pendukung


Bahan baku lainnya yang digunakan dalam proses produksi
gula meliputi:
1. Air imbibisi
Air imbibisi digunakan utnuk mengekstraksi nira yang
terkandung dalam tebu pada Stasiun Gilingan dan untuk
mengesatkan nira pada proses selanjutnya, sehingga kandungan
ampas dapat ditekan seminimal mungkin.
2. Kapur Tohor (CaO)
Kapur Tohor (CaO) adalah bahan dasar pembuatan susu kapur.
Kapur tohor berfungsi untuk mengikat senyawa-senyawa bukan
gula dalam nira mentah, sehingga memudahkan dalam pemisahan
nira dari kotorannya. Penambahan susu kapur akan membuat nira
lebih stabil dalam proses pemanasan dan tidak mudah terhidrolisa.
Proses pembuatan susu kapur dengan memasukan kapur tohor ke
dalam rotary drum dengan disemprot air panas.
3. Belerang
Belerang digunakan sebagai bahan pembuatan gas SO2 dalam
pembakaran belerang dengan udara terbatas. Gas SO2 digunakan
untuk proses pemurnian secara sulfitasi. Belerang dibakar dalam
tobong belerang kemudian dicairkan dengan uap air, selanjutnya
dialiri udara sehingga terbentuk gas SO2.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 25
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

4. Flokulan
Flokulan merupakan bahan yang digunakan untuk
mempercepat proses pengendapan, dimana dalam larutan nira akan
terbentuk colonial tersuspensi dan flok-flok (koloid), sehingga
terjadi proses pengendapan. Jenis flokulan yang digunakan adalah
Acofloc.
5. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida digunakan di Stasiun Penguapan
(evaporator) dan pemanasan yang berfungsi untuk membantu
menghilangkan atau melunakan kerak pada evaporator dan pipa-
pipa pemanas.

III.2 Uraian Proses Produksi


Pabrik Gula Kebon Agung merupakan industri swasta yang
bergerak pada bidang pengolahan tebu menjadi gula kristal. PG. Kebon
Agung terletak di jl. Pakisaji, Malang. Waktu produksi pabrik 24 jam selama
180 hari. Setiap harinya PG. Kebon Agung dapat menggiling sampai 13000
ton. Terbagi dalam beberapa tahapan pengerjaan, yaitu:

III.2.1 Stasiun Penggilingan


a. Tujuan
Tujuan stasiun gilingan untuk mendapatkan nira tebu sebanyak
mungkin dan mengusahakan nira yang tertinggal dalam ampas sekecil
mungkin. Prinsip stasiun gilingan ini adalah memerah tebu sehingga
diperoleh cairan yang disebut nira dan ampas tebu. Nira inilah yang nantinya
akan diolah distasiun berikutnya sehingga akan diperoleh gula sebagai hasil
akhirnya, sedangkan ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar ketel.

b. Jalannya Proses Stasiun Gilingan


Stasiun Gilingan merupakan proses awal dari kegiatan produksi gula.
Sebelum memasuki stasiun gilingan ada proses yang bernama persiapan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 26
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

(Cane Preparation). Tujuan dari Cane Preparation sendiri adalah untuk


mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga proses pemerahan bisa
berjalan secara maksimal.
Setelah tebu ditimbang, kemudian tebu dibongkar dan diangkut dengan
crane untuk selanjutnya dimasukkan kedalam meja tebu (cane table) untuk
diatur dan diarahkan ke proses menggunakan crane leveller. selanjutnya tebu
diangkut oleh auxilarry carrier Selanjutnya diarahkan menuju cane cutter 1
yang memiliki 56 buah mata pisau dan berfungsi untuk memotong tebu
dengan panjang 40cm dan menuju cane cutter 2 yang memiliki 80 buah mata
pisau dengan panjang 1,8 mm. Tebu yang telah terpotong oleh cane cutter
akan masuk ke Heavy Duty Hummer Shredder (HDHS) yang berfungsi
sebagai penghancur tebu menjadi kecil (serabut) yang kemudian jatuh ke
elevator untuk dibawa ke unit pemerasan atau gilingan.
Pada proses pemerasan menggunakan 5 gilingan yang digerakkan
menggunakan silinder berjumlah 3 dimasing-masing gilingan. Pada setiap
gilingan terdapat rake yang berfungsi membawa ampas menuju penggilingan
selanjutnya. Pada penggilingan 1 terdapat penambahan kapur yang berfungsi
menaikkan pH dengan tujuan untuk mencegah korosi pada peralatan gilingan.
Pada gilingan 5 terdapat penambahan air imbibisi yang memiliki suhu 60o-
70oC yang bertujuan untuk menurunkan kadar gula pada ampas yang
nantinya hasil pemerahan akan dibawa menuju gilingan sebelumnya yang
berfungsi sama yaitu untuk melarutkan gula yang masih terbawa dalam
ampas sehingga dapat mengurangi kehilangan gula dalam ampas atau
memperkecil pol ampas. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu
nira yang keluar dari gilingan 1 dan 2. kemudian nira akan dibawa ke DSM
screen dan Rotary Screen untuk disaring, agar nira yang akan dibawa ke
ST.pemurnian tidak ada sisa ampas atau kotoran lain. DSM screen adalah
saringan berbentuk kotak dimana ditengahnya terdapat lembaran saringan
yang diatur miring dengan elevasi yang cukup tajam. Diujung bawah
saringan terdapat talang ulir yang mengirim ampas ke unit gilingan dan disisi
bawah terdapat bak penampungan nira tersaring, yang terdapat pompa untuk

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 27
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

mengirim nira tersaring ke ST pemurnian. Rotary screen adalah saringan


berbentuk silinder berputar yang memiliki dua ujung, yaitu ujung pertama
sebagai saluran input dan ujung kedua sebagai saluran output ampas yang
terjebak dari dalam saringan. Pada sisi bawah terdapat saluran pompa untuk
mengirim nira hasil saringan ke ST pemurnian.
Cara kerja DSM screen adalah DSM screen mempunyai system kerja,
yaitu dengan cara nira mentah dari gilingan yang akan disaring diluapkan
pada bak luapan sisi atas bagian DSM screen agar merata. Cara kerjanya,
luapan nira tersebut mengalir pada permukaan saringan yang miring. Nira
yang tersaring, lolos melalui celah saringan yang ditampung pada tanki yang
selanjunya akan dikirim ke ST. pemurnian. Ampas nira yang tertinggal diatas
permukaan saringan akan terdorong luapan nira selanjutnya sehingga masuk
ke talang ulir dan di dorong menuju gilingan I.
Cara kerja Rotary Screen, Nira dari tanki nira gilingan I dan II
dipompa ke dalam drum yang berputar secara kontinyu yang digerakkan
motor. Ampas halus yang terikut nira akan tertahan oleh saringan, sedangkan
nira akan lolos masuk kedalam penampung nira. Drum rotary dipasang
dengan kemiringan 15o agar ampas dapat jatuh ke screw conveyor, kemudian
dibawa ke gilingan II. Nira mentah tersaring di tampung pada tangki
penampung kemudian di pompa ke ST pemurnian.
Operasi Pemerahan Nira : Proses di gilingan

Pada Gilingan I :
Tebu yang telah dipotong oleh cane cutter dan dicacah di HDHS
merupakan umpan gilingan I dengan alat angkut cane carrier II dengan
bantuan roll pengumpan masuk ke bukaan kerja depan kemudian umpan
diperah oleh rol atas dan rol belakang, sedangkan nira yang dihasilkan
disebut nira perahan pertama (NPP) dialrikan ke talang bak penampung nira.
Ampasnya digunakan sebagai umpan pada gilingan II

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 28
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Pada Gilingan II :
Ampas dari gilingan I masuk digunakan sebagai umpan gilingan II
lalu diperah sehingga dihasilkan nira yang selanjutnya dialirkan ke bak
penampung nira perahan pertama. Hasil nira dari perahan gilingan pertama
dan kedua akan digabung menjadi satu yang akan disaring di saringan rotary
screen yang kemudiann dialirkan ke bak penampung nira mentah, sedangkan
ampas gilingan II dijadikan umpan gilingan III.

Pada GIlingan III :


Ampas dari gilingan II diberi imbibisi nira dari gilingan IV yang
kemudian masuk menuju gilingan III, kemudian diperah sehingga diperoleh
nira sebagai imbibisi nira untuk ampas gilingan I, sedangkan ampas yang
dihasilkan digunakan sebagai umpan gilingan IV. Di gilingan III ini juga
diberikan air imbibisi.

Pada Gilingan IV :
Pada gilingan IV, ampas dari gilingan III diberi air imbibisi. Nira
yang dihasilkan dari gilingan IV digunakan sebagai nira imbibisi ampas
gilingan II, sedangkan ampas yang dihasilkan digunakan sebagai umpan pada
gilingan V.

Pada Gilingan V :
Ampas dari gilingan IV menuju ke gilingan V dengan ditambah air
imbibisi. Nira yang dihasilkan dari gilingan V digunakan untuk nira imbibisi
ampas gilingan III, sedangkan ampas yang dihasilkan merupakan ampas
akhir yang kemudian dibawa oleh bagasse elevator menuju stasiun ketel.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 29
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

III.2.2 Stasiun Pemurnian


a. Tujuan
Adanya stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran
bukan gula yang ikut terkandung didalam nira mentah, sehingga diperoleh
nira bersih yang dinamakan nira encer atau nira jernih. Syarat-syarat nira
mentah yang untuk masuk kedalam stasiun pemurnian, antara lain :
a. pH nira mentah 5,5 – 5,9
b. Kadar phospat sebesar 300 ppm
c. Kadar susu kapur kurang dari 1000 ppm
d. Harga kemurnian nira mentah lebih dari 70%

b. Jalannya Proses Stasiun Pemurnian


Dari ST penggilingan, kemudian dilanjutkan ke proses pemurnian
di ST pemurnian. Nira dari Raw Juice tank dipompa melewati flow meter dan
ditambahkan asam fosfat sebelum menuju PP I (pemanas I 75 oC - 80oC)
untuk dipanaskan, fungsinya pemanas I adalah membantu mempercepat
reaksi di defecator dan membunuh bakteri yang terkandung dalam nira
mentah. Setelah itu nira masuk ke dalam defekator, Defekator adalah alat
yang digunakan untuk melakukan proses penambahan susu kapur dan
mereaksikan asam fosfat dengan susu kapur sehingga menghasilkan kalsium
fosfat yang bertujuan untuk mengikat koloid. Cara kerja defekator yaitu nira
dengan suhu 75oC dari PP I masuk defekator lalu ditambahkan susu kapur
dan bereaksi dengan asam fosfat (yang telah diberikan dsebelum PP I )
sehingga terjadi reaksi yang menghasilkan Ca3(PO4)2 yang berfungsi untuk
mengikat koloid/ zat bukan gula
Rumus Reaksi Kimia dalam defekator :
I. CaO + H2O Ca(OH)2
Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH-
II. P2O5 + Ca2+ 2H3PO4
2H3PO4 6H+ + 2PO43-
III. 3Ca(OH)2 + 2H3PO4 Ca3(PO4)2 + 6H2O

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 30
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Setelah dari defekator kemudian masuk kedalam static mixer. Pabrik


agung menggunakan proses sakarat dalam ST pemurnian, cara kerjanya yaitu
pembuatan susu kapur dari campuran kapur CaO dengan air panas dalam
Rotary Lime Slaker ditampung kedalam working solution tank yang
kemudian dipompa menuju static mixer sakarat dan ditambahkan nira kental
untuk proses sakarat. Proses sakarat adalah proses pembentukan calcium
sucrose sebagai hasil dari reaksi antara calcium hydrocide (susu kapur)
dengan sucrose (yang didapat dari nira kental). Kemudian hasil dari static
mixer sakarat di injeksikan kedalam static mixer untuk bereaksi dengan nira
mentah dan untuk menaikkan pH (setelah proses dari defekator). Sehingga
hasil nira yang keluar dari static mixer yaitu 8.5-8.6.
Setelah itu dari static mixer masuk ke sulfur tower untuk proses
sulfitasi. Cara kerjanya yaitu nira masuk kedalam sulfur tower, kemudian
SO2(g) masuk sulfur tower dan bereaksi dengan Ca(OH) 2 (dalam nira). SO2(g)
dihasilkan dari belerang yang dibakar dengan udara kering sebagai sumber
oksigen dalam Rotary sulfur burner
Reaksi : S(s) + O(g) SO2(g)
SO2 yang terbentuk dialirkan ke sublimator untuk disaring, sehingga
diperoleh gas SO2 murni. Fungsi proses sulfitasi yaitu untuk menurunkan pH
dan pemucatan warna nira.
Akibat reaksi antara susu kapur Ca(OH)2 dengan gas SO2 sehingga
dihasilkan kalsium sulfit (CaSO3) sebagai pelapis endapan. Endapan tersebut
merupakan endapan extra yang terbentuk maka endapan akan semakin
homogen dan incompressible. Adapun tujuan dari proses sulfitasi adalah:
1. Membentuk CaSO3 sebagai pelapis endapan
2. Menetralkan pH nira menjadi 7 – 7,2
Reaksinya adalah :
1. Ca(OH)2 Ca2+ + 2 OH-
SO2 + H2O H2SO3
H2SO3 2 H+ + SO32-

2. Ca2+ + SO32- CaSO3

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 31
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

2 OH- + 2 H+ 2 H2O
Reaksi totalnya adalah :
Ca(OH)2 + H2SO3 CaSO3 + 2H2O

Hasilnya akan masuk ke dalam tanki sulfitasi nira mentah (sulfilated


raw juice tank), sedangkan uapnya akan menuju juice catcher yang berfungsi
sebagai penangkap nira yang terbawa uap, sehingga nira akan turun menuju
tangki sulfitasi nira mentah (sulfilated raw juice tank) kemudian, dipompa ke
pemanas 2 (suhu 103-105oC) untuk dipanaskan, fungsi pemanasan II adalah
untuk menurunkan viskositas nira dan menyempurnakan reaksi yang telah
terjadi di sulfur tower, kemudian masuk flash tank untuk mengeluarkan gas-
gas yang tidak dapat terkondensasi lagi (incondensable) dan dapat
mengganggu proses.
Setelah dari flash tank, nira masuk ke klarifier dan telah diberi flokulan
sebelumnya dari tanki flokulan, penambahan flokulan dilakukan pada saat
nira akan masuk ke klarifier. Sebelumnya flokulan dilarutkan atau dicampur
dengan air di dalam tanki pengaduk kemudian ditambahkan ke dalam
klarifier agar bercampur dengan nira untuk mempercepat pemisahan antara
nira jernih dan endapannya. Hasilnya akan masuk ke DSM screen untuk
memisahkan nira jernih dari impurities-impurities yang terkandung pada nira
jernih. Stelah dari DSM screen akan masuk kedalam PP III (pemanas III)
yang berfungsi untuk meringankan kinerja pada Pre Evaporator. Sedangkan
endapan dari clarifier akan masuk ke mud mixer yang berfungsi untuk
mencampur nira kotor dengan ampas halus (bagassilo) yang kemudian
diproses di rotary vacuum filter untuk memisahkan blotong dengan nira yang
masih terdapat dalam kotoran. Cara kerja Rotary Vakum Filter adalah dalam
keadaan vakum, tekanan vakum menarik liquid melalui medium filter
dipermukaan drum yang menahan padatan. Tekanan vakum mendorong gas
melalui cake dan gas tersebut akan mendorong liquid masuk ke dalam, hasil
dari Rotary Vakum Filter yaitu Nira tapis dan blotong. Nira tapis akan dibawa

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 32
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

ke raw juice tank untuk diproses kembali, sedangkan blotong yang dapat
dimanfaatkan untuk pupuk.

III.2.3 Stasiun Penguapan

a. Tujuan
Untuk menguapkan sebagian besar air yang terkandung dalam nira
encer dengan kadar brix 12-15%, sedangkan kadar brix nira kental yang
diperoleh sekitar 60-65%. Parameter yang harus diperhatikan pada stasiun
penguapan adalah Temperatur (T) dan Tekanan (Pressure).

b. Jalannya Proses Stasiun Penguapan


Untuk memperoleh kecepatan penguapan yang tinggi dan menekan
kerusakan gula selama proses penguapan maka diterapkan Quintiple effect
yaitu. Dimana Evaporator yang digunakan dirangkai secara seri dan
penguapan dilakukan pada kondisi vacum atau hampa menggunakan
kondensor, sehingga titik didihnya bisa diturunkan hingga 60 oC. Cara kerja
dari kondensor sendiri adalah dengan cara mengalirkan uap dengan
menggunakan pompa vacuum dan udara yang mengalir akan disemprot
dengan menggunakan air injeksi (air pendingin) sehingga steam akan
menempel pada butiran-butiran air injeksi (air pendingin) dan akan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 33
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

mengalami kontak temperature, selanjutnya uap akan terkondensasi dan


temperature tercampur dengan air injeksi (air pendingin) yang mendekati fase
saturated (basah). Pada proses ini penguapan, uap yang keluar dari pre
evaporator digunakan untuk pemanas pada vacuum pan dan uap yang keluar
dari evaporator 1 digunakan untuk Heater dan untuk menguapkan evaporator
selanjutnya. Sedangkan uap yang keluar dari evaporator 2 digunakan untuk
menguapkan evaporator selanjutnya dan begitu seterusnya.
Hasil samping proses penguapan ini adalah air (kondensat) yang
dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel. PG kebon Agung memiliki
9 evaporator dan yang digunakan secara bergantian apabila salah satu
evaporator sedang dibersihkan atau sedang maintenance. Evaporator yang
beroprasi hanya terdapat 7 buah formasinya adalah 1 pre evaporator sebagai
single efek, 5 evaporator sebagai quintuple efek dengan badan akhir tersusun
secara paralel . Hasil dari evaporator akan masuk ke tanki nira kental (Thick
Juice Tank) kemudian masuk sulfur tower untuk proses sulfitasi atau
pemucatan dengan mereaksikan gas SO2 hingga pHnya 5,5 - 5,8 agar didapat
gula yang berwarna putih, hasilnya akan masuk kedalam sulfilated raw juice
tank dan akan diproses di stasiun masakan. Sulfur tower dilengkapi dengan
juice catcher yang berfungsi sebagai penahan nira yang yang terikat dalam
uap agar jatuh kembali kedalam tangki sulfitasi nira mentah (sulfilated raw
juice tank).

Pre-Evaporator :
Nira yang masuk Pre-Evaporator memiliki konsentrasi 12-13 Brix
dengan pH mendekati netral antara 7 – 7,2 karena jika dalam kondisi basa
(pH>7), akan terjadi pengerakan yang akan menyumbat pipa nira.
Seddangkan jika dalam kondisi basa (pH<7), sukrosa akan terinfeksi
sehingga tidak mampu membentuk Kristal. Uap (steam) yang digunakan di
Pre-Evaporator adalah uap (steam) bekas dari turbin dan gilingan, dengan
tekanan 0,8 – 1 kgf/cm2 dan suhu 117oC. suhu dan tekanan ruang badan Pre-
Evaporator adalah 120-125OC dan 0,5 kgf/cm2. Konsentrasi nira keluar dari

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 34
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Pre-Evaporator adalah 15-16% Brix. Dari Pre-Evaporator, Nira akan


dialirkan ke Evaporator I dengan menggunakan pompa. Sedangkan uap hasil
pemanasan nira Pre-Evaporator digunakan untuk pemanasan di pan masakan.

Evaporator I ;
Steam yang digunakan dibadan Evaporator I berasal dari uap bekas
dari turbin dan gilingan dengan suhu 117oC. Nira jernih dari Pre-Evaporator
dapat secara langsung mengalir ke Evaporator I dengan bantuan pompa.
Konsentrasi nira keluar dari Evaporator I adalah 18% Brix. Selanjutnya uap
dari nira dialirkan kebadan Evaporator II dengan prinsip beda tekanan.

Evaporator II :
Uap yang dihasilkan dari badan Evaporator I, diinputkan kebadan
Evaporator II sebagai steam pemanas. Suhu dan tekanan ruang badan
Evaporator II adalah 80 – 90oC dengan konsentrasi nira keluar 18% Brix.
Selanjutnya uap dan nira dialirkan kebadan Evaporator II dengan prinsip
beda tekanan.

Evaporator III :
Suhu ruang badan Evaporator III adalah 70-80OC dimana steam
yang digunakan berasal dari uap nira badan II. Konsentrasi nira keluar dari
badan Evaporator III adalah 27 – 30% Brix. Selanjutnya uap dan nira dari
Evaporator III dialirkan kebadan Evaporator IV

Evaporator IV :
Suhu ruang badan Evaporator IV adalah 55-60oC dengan tekanan
ruang vacuum 25 – 30 cmHg. Kondisi ini bertujuan untuk mencapai titik
didih nira dan membantu proses penguapan uap dan nira. Uap yang
dihasilkan dibadan Evaporator IV, diinputkan kebadan Evaporator V sebagai
steam pemanas. Konsentrasi nira keluar dari Evaporator IV adalah 36 – 40%
Brix.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 35
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Evaporator V :
Steam yang digunakan di baddan Evaporator V berasal dari uap
nira badan Evaporator IV. Di Evaporator V digunakan 2 badan Evaporator
yang disusun secara pararel agar luas perpindahan panasnya lebih besar. Suhu
ruang badan Evaporator V adalah 60oC dengan konsentrasi nira keluar dari
Evaporator V adalah 60 Brix. Selanjutnya nira kental dari Evaporator V
dialirkan ke peti penampung nira kental yang selanjutnya dialirkan ke bejana
sulfitasi untuk diberi gas SO2 kembali sampai pH-nya 5,4 dengan tujuan agar
kristal gula yang dihasilkan nantinya akan putih (proses
pemucatan/bleaching). Kemudian nira ditampung dipeti nira kental
tersulfitasi yang kemudian dimasak distasiun pemasakan.

III.2.4 Stasiun Masakan

a. Tujuan
Untuk memasak nira kental dengan proses pembentukan dan
pembesaran Kristal gula menjadi produk.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 36
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

b. Jalannya Proses Stasiun Masakan


Di stasiun masakan terjaddi proses pengkristalan molekul-molekul
sukrosa yang bertujuan mengubah sukrosa yang berbentuk larutan menjadi
gula dalam bentuk Kristal gula. Di stasiun masakan terdapat 3 jenis gula,
yaitu gula A, C, dan D masing-masing memiliki ukuran dan HK tertentu.
Membuat Gula D2 ; Nira kental masuk kedalam Vacum Pan D2
dan ditambahkan Stroop A + Klare D volume 200 hidroliter dipanaskan
hingga mengental, kemudian dimasukkan bibit fondan 200CC (ukuran 0,08
mikromili) yang berfungsi sebagai bibit Kristal atau inti kristal, dimasak dan
ditambah stroop A dan C sampai Kristal mencapai ukuran gula D2, (ukuran
gula D2 = 0.5 mikromili). Kemudian masuk kedalam CVP (Continuos
Vacuum Pan) yang nantinya akan ditambahkan Stroop A + Stroop C. Prinsip
kerjanya adalah nira yang berasal dari vacuum pan D2 akan masuk kedalam
CVP dimana terdapat 12 bagian pan didalam CVP yang bekerja secara
berkelanjutan (continue). Pada pan 1-6 akan terjadi penambahan stroop A, 8-
10 akan ada penambahan stroop C dan sisanya adalah penambahan air.
System sensor yang ditanamkan dalam CVP yaitu menggunakan kadar brix
dan HK pada nira, dimana jika kadar brix telah memenuhi atau mencapai
target yang diinginkan maka panel yang berisi stroop A, stroop C dan air akan
otomatis terbuka pada masing-masing pan. Kristal yang keluar dari CVP
memiliki ukuran gula sekitar 0,6 mikromili. Hasil dari CVP kemudian masuk
ke dalam Rapid Vertical Crystallizer yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya pengkristalan lanjutan dan tempat untuk mendinginkan kristal
gulanya dari pan masakan. Kemudian diproses distasiun puteran untuk
menghasilkan einwurf D dengan HK (Harga Kemurnian) 94-95 dan klare D
dengan HK (Harga Kemurnian) 60-62..
Membuat gula C ; Klare SHS + Nira Kental 200 hidroliter
dipanaskan hingga mengental lalu ditambah einwurf D 40 hidroliter
kemudian dimasak dan dimasukkan Klare SHS + Nira kental sampai
mencapai ukuran gula C yaitu 0,7 mikromili. Setelah itu diproses distasiun

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 37
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

putaran untuk menghasilkan gula C dengan HK (Harga Kemurnian) 96,33


dan Stroop C dengan HK (Harga Kemurnian) 43,9-46,0.
Membuat Gula A ; Nira kental + clare SHS 200 hidroliter dimasak
hingga mengental kemudian ditambahkan einwurf C 40 hidroliter, kemudian
dimasak lagi dan ditambah nira kental sampai mencapai ukuran gula A yaitu
Kristal berukuran 0.9 mikromili. Hasilnya masecuite A volume sekitar 400
hidroliter di proses di stasiun putaran. Hasil samping yaitu Gula A (Gula
SHS) dengan HK(Harga Kemurnian) 99, Klare SHS dengan HK(Harga
Kemurnian) 68-70 dan Stroop A dengan HK(Harga Kemurnian) 58,4 untuk
diproses ulang.
Dalam proses kristalisasi diperoleh masecuite (gula masakan pan)
serta diperoleh hasil samping berupa air kondensat yang dimanfaatkan
sebagai air umpan di stasiun ketel.

III.2.5 Stasiun Puteran


a. Tujuan
Untuk memisahkan Kristal gula dari larutan induknya dengan gaya
centrifugal, sampai diperoleh Kristal gula yang bersih.

b. Jalannya Proses Stasiun Puteran


Proses pemutaran pada PG Kebon Agung terbagi menjadi 3 bagian
berdasarkan hasil masakan yang diumpankan. Putaran D untuk masakan D,
putaran C untuk masakan C dan putaran A untuk masakan A.
Terdapat tiga tahap dalam proses pemutaran, yaitu :
1. Putaran D
Proses putaran masakan D pada putaran D dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu :
a) Putaran D1
Hasil masakan D1 dimasukkan ke dalam vertical crystallizer,
yang bertujuan untuk mempercepat proses pendinginan,
sehingga bentuk kristalnya tetap terjaga. Setelah diproses pada

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 38
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

vertical crystallizer, kemudian masakan D1 diteruskan ke


distributor D1 dengan tujuan menjaga kontinyuitas proses
putaran D1. Pada putaran D1 (kontinyu), masakan D diputar
dengan kecepatan 1800 rpm dan disiram dengan air dingin
untuk mempermudah proses pemisahan. Putaran ini
menghasilkan tetes dan gula D1. Tetes merupakan hasil
samping yang tidak dapat diproses menjadi gula lagi sehingga
langsung dialirkan ke tangki penampungan tetes, sedangkan
gula D1 dipompakan ke distributor D2 untuk proses lebih
lanjut.
b) Dari tangki distributor D2, gula D1 dialirkan menuju putaran
D2. Sama halnya seperti putaran D1, pada putaran ini juga
dilakukan penyemprotan air secara kontinyu dan diputar
dengan kecepatan 1800 rpm. Hasil putaran D2 adalah gula D2
dan klare D. Gula D2 digunakan untuk bahan masakan C
sedangkan klare D digunakan untuk bahan masakan D2
2. Putaran C
Masakan dari pan C dialirkan menuju tangki distributor C untuk
menjaga kontinyuitas putaran C. Prinsip kerja putaran C sama
dengan putaran D1 dengan kecepatan putar yang sama 1800 rpm,
bedanya hasil putaran C tidak diputar lagi. Putaran C
menghasilkan stroop C dan gula C. stroop C digunakan untuk
bahan masakan D2 sedangkan gula C ditampung ditangki babonan
C yang selanjutya digunakan untuk bahan masakan A.
3. Putaran A
Hasil masakan A kemudian dialirkan menuju tangki distributor A.
Namun berbeda dengan putaran D dan C, putaran ini bekerja
secara diskontinyu dengan kecepatan 1000 rpm. Pada putaran ini
dilakukan dua kali penyiraman dengan suhu 80-90oC. pada
penyiraman pertama bertujuan untuk memisahkan antara stroop A
dengan gula A. Stroop A yang dihasilkan kemudian ditampung

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 39
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

sementara dalam tangki penampung sebelum dijadikan bahan


masakan D2. Setelah itu akan dilakukan penyiraman lanjutan
dengan suhu air yang sama sehingga diperoleh gula SHS dan klare
SHS. Untuk mengeringkan gula SHS yang terbentuk, maka
dilakukan penambahan uap panas. Klare SHS yang dihasilkan
digunakan untuk bahan masakan A sedangkan gula SHS dibawa
menuju talang goyang.
.
III.2.6 Stasiun Pengemasan
a. Tujuan
Tugas dari stasiun ini adalah memberikan perlakuan terakhir pada gula
SHS sebelum digudangkan untuk mengeringkan gula serta menyeleksi
ukuran Kristal sampai pengemasan dan siap untuk dipasarkan.

b. Jalannya Proses Stasiun Pengemasan


Ada beberapa tahapan perlakuan gula sampai ditempatkan dalam
kantong dan siap untuk dipasarkan:
a. Pengayakan
Gula dari ST putaran tepatnya Gula A dari Centrifuge A masuk ke
proses pengayakan oleh Vibrating conveyor yang berfungsi untuk
membawa atau menghantarkan gula Kristal menuju sugar dryer, selain itu
juga pada vibrating conveyor berlangsung proses pendinginan secara
alami karena Kristal gula kontak langsung dengan udara ruangan.
b. Pengeringan
Gula dari vibrating screen kemudian akan dimasukkan dalam sugar
dryer (pengering gula) yang berfungsi untuk mengeringkan gula SHS
yang masih basah atau menghilangkan kandungan air yang menempel
pada Kristal gula tersebut. Prinsip kerja sugar dryer yaitu berdasarkan
gula yang datang dari converyor masuk pada sugar dryer, didalam sugar
dryer akan dihembuskan udara kering yang berasal dari pemanasan tanpa
tekanan. Selama pengeringan, gula akan mengalami kenaikan suhu.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 40
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

c. Pendinginan
Gula dari Sugar Dryer (Pengeringan) akan dibawa menuju Sugar
Cooler yang bertujuan untuk mendingin gula sehingga temperature gula
yang keluar dari sugar dryer tidak terlalu panas
d. Remelting
Proses pengeringan dengan menggunakan udara panas dan udara
dingin akan menghasilkan gula yang berdebu, untuk menghilangkan debu
tersebut digunakan mesin rotoclone yang berfungsi untuk menyedot debu
yang menempel pada gula tersebut. Debu yang telah disedot tersebut akan
masuk kedalam cyclone yang berfungsi untuk menangkap debu yang
kemudian dicampur dengan air sehingga debu akan menggumpal menjadi
larutan gula yang kemudian masuk kedalam remelter yang berfungsi
untuk proses peleburan gula dan hasilnya akan dipompa kembali masuk
ke ST masakan.
e. Penyaringan gula
Gula hasil dari proses pengeringan kemudian akan diangkut
dengan bucket elevator yang berfungsi memindahkan material (gula) dari
bawah menuju atas dengan kemiringan diatas 70o dan tidak lebih dari 90o
kedalam vibrating screen, vibrating screen berfungsi untuk memisahkan
Kristal gula normal, gula halus dan gula kasar sehingga akan didapatkan
gula normal atau gula SHS yang siap untuk dikemas. Sedangkan untuk
gula halus dan gula kasar hasil samping dari vibrating screen akan masuk
ke dalam remelter untuk dilebur kemudian diproses kembali di ST
masakan.
f. Pengemasan
Hasil dari vibrating screen kemudian diangkut dengan bucket
elevator untuk memindahkan material (gula) menuju belt conveyor yang
berfungsi untuk mengangkut gula.Gula dipindahkan menuju Sugar bin
(silo) oleh belt conveyor, sugar bin (silo) berfungsi sebagai tempat
penampungan gula yang sudah jadi kemudian dikemas dan dipindahkan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 41
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

lagi dengan belt conveyor menuju bag sugar stock house yaitu tempat
gula yang sudah dikemas dan siap untuk dipasarkan.

III.2.7 Stasiun Ketel


a. Tujuan
bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu.

b. Jalannya Proses Stasiun Ketel


Pada proses di Stasiun Ketel menggunakan Air dari bekas sisa
proses dan sisa uap sebagai air umpan, syarat air umpan yaitu pH harus lebih
dari 10, tidak mengandung gula, memiliki tingkat kesadahan rendah yang
dapat mengakibatkan pembentukan kerak pada dinding ketel dan zat
penyebab korosi lainnya. Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini
adalah level air, Level air ini tidak boleh lebih dari nol karena akan
mengakibatkan uap yang dihasilkan bersifat basah, Nilai tekanan dan
temperature yang digunakan pada proses ST ketel adalah 22 bar untuk nilai
tekanan dan 340oC (sesuai permintaan) untuk nilai temperature. Ketel atau
boiler yang digunakan oleh PG Kebon Agung adalah 3 boiler dan steam yang
dihasilkan masing-masing 80 ton/jam, 100 ton/jam dan 120 ton/jam Ampas
dari stasiun gilingan berupa serabut halus yang biasa disebut bagasse akan
digunakan untuk bahan bakar yang akan diatur kecepatannya menggunakan
chain feeder yang nantinya akan masuk kedalam dapur ketel (Boiler) dengan
suhu 700oC – 800oC. fungsi atau cara kerja dari boiler sendiri adalah merubah
air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan
memanaskan air yang berasal didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan dari
hasil pembakaran bahan bakar (bagasse).
Pembakaran dilakukan secara continue didalam ruang bakar
dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Udara diperoleh dari
luar yang nantinya akan masuk didalam Furnace Draft agar mendapatkan
udara kering. Udara yang telah didapat dalam Furnace Draft akan masuk
kedalam Air Heater yang berfungsi untuk memanaskan udara dari luar

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 42
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

dengan suhu 195oC - 200oC. Terdapat dua bagian didalam Air Heater, yang
pertama terdapat saluran pipa didalam yang berfungsi untuk mengalirkan gas
keluar dan diluar pipa yang berfungsi untuk mengalirkan gas yang akan
masuk kedalam boiler yang nantinya akan diatur sekunder fan yang akan
meniupkan udara diasamping dapur (boiler). Rata-rata uap yang dihasilkan
sebesar 90 – 100 ton/jam dan memiliki suhu berkisar 344 oC dan akan masuk
Headher yang berfungsi untuk mendistribusikan untuk Penggerak Gilingan,
Turbin PLTU dan Proses Masakan.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 43
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB IV
LABORATORIUM DAN PENGAWASAN MUTU

IV.1 Laboratorium
Fungsi dari Laboratorium adalah untuk menganalisa proses produksi
selama gilingan hingga putaran secara kuantitatif maupun kualitatif dari
bahan baku yang akan diproses sampai produk yang dihasilkan. Pada
laboratorium dilakukan analisa-analisa yang berhubungan dengan
perhitungan dan pengawasan fabrikasi, dari hasil analisa dapat diketahui
kehilangan gula selama proses pabrikasi berlangsung. Angka analisa
digunakan sebagai angka pengawasan dalam proses pengolahan gula
sehingga hambatan serta kendala yang ada dapat segera diketahui dan
diatasi.

Tujuan dari analisa ini adalah untuk memperoleh data guna


mengetahui kuantitas gula yang dihasilkan dari bahan baku yang masuk,
menjaga kualitas produksi dan mengetahui proses produksi. Sehingga dapat
diketahui efektifitas dari masing-masing stasiun dan meningkatkan mutu
terhadap proses produksi serta gula yang dihasilkan secara keseluruhan.
Macam analisa yang dilakukan di PG Kebon Agung antara lain :

1. Analisa Pendahuluan dan Analisa Rendemen


2. Analisa Nira
3. Analisa Ampas
4. Analisa Blotong
5. Analisa Tetes atau Mollases
6. Analisa Masakan dan Stroop
7. Analisa Gula Produksi
8. Analisa Air Kondensat
9. Analisa Air

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 44
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

IV.1.1 Tabel Analisa di Laboratorium


Analisa tiap 2 jam
Bahan Jenis Analisa
Nira Gilingan I-V %Brix, %Pol dan HK
Nira Mentah %Brix, %Pol dan HK
Nira Encer %Brix, %Pol dan HK
Nira Kental %Brix, %Pol dan HK
Nira Kental tersulfitasi %Brix, %Pol dan HK
Ampas dan Blotong %Pol dan Zat Kering

Analisa tiap 8 jam


Bahan Jenis Analisa
Stroop A, C %Brix, %Pol dan HK
Klare D, Klare SHS %Brix, %Pol dan HK
Tetes, leburan %Brix, %Pol dan HK
Gula A, C, D1, D2, SHS %Brix, %Pol dan HK
Magma D2 %Brix, %Pol dan HK
Nira mentah I dan II %Brix, %Pol dan HK

Analisa tiap masakan turun atau putar


Bahan Jenis Analisa
Masakan A, C, D %Brix, %Pol dan HK
Stroop A, C %Brix, %Pol dan HK
Klare A/D %Brix, %Pol dan HK
Magma A/C, D1 %Brix, %Pol dan HK
Gula A/C, D1, D2 %Brix, %Pol dan HK

Analisa Harian
Bahan Jenis Analisa
Nira Gilingan %Brix, %Pol dan HK
Nira Mentah %Brix, %Pol dan HK, kadar
kapur, kadar phospat, kadar gula
inverse, kadar sucrosa

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 45
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Nira Encer %Brix, %Pol dan HK, kadar


kapur, kadar phospat, kadar gula
inverse, kadar sucrosa dan
turbidity
Nira Kental %Brix, %Pol dan HK
Gula Produk %Brix, %Pol dan HK
Ampas dan blotong PI dan kadar sabut tebu
Cacahan tebu Suhu, pH, COD, BOD

Analisa Setiap 15 Hari


Bahan Jenis Analisa
Kumpulan contoh gula %Brix, %Pol dan HK, kadar zat
kering, berat jenis butir (BJB)
Kumpulan contoh tetes %Brix, %Pol dan HK, kadar
sucrosa,TSAI

IV.2 Pengawasan mutu


1. Pengawasan Mutu Bahan Baku
Analisa bertujuan untuk menentukan kapan tebu siap ditebang, yang
dilihat dari factor tebu, factor koefisien daya tahan (KDT) dan factor
koefisien peningkatan.
a. Prosedur awal pada pengawasan mutu
1. Tebu dibersihkan dari kotoran dan dipotong puncunya dan diukur
panjang dari tebu yang diambil.
2. Setelah bersih dari kotoran, tebu dipotong menjadi 3 bagian atas,
tengah, bawah dengan sama panjang
3. Dari ketiga bagian yang telah dipotong, lalu masing-masing
ditimbang dan digiling
4. Setelah didapat nilai dari masing-masing kemudian masuk kedalam
analisa tebu.

2. Pengawasan Mutu Proses Penggilingan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 46
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Pengawasan mutu proses penggilingan bertujuan untuk mendapatkan nira


tebu sebanyak-banyaknya dan mengusahakan agar gula yang tersisa dalam
ampas dapat ditekan sekecil mungkin.
a. Penentuan harga % Brix
Prosedur analisa:
• Contoh nira dimasukan dalam brix beker sampai penuh dan didiamkan
agar kotoran besar mengendap.
• Brix Weighner dimasukan dalam brix beker tersebut.
• Skala diamati dalam keadaan stabil ( 5 menit) skla brix weighner dan
suhu dicatat.
• Dari skala brix dan suhu nira dapt dicari harga brix terkoreksi dengan
bantuan table.
b. Penentuan harga % Pol
Prosedur analisa:
• Contoh nira dimasukan dalam labu takar 100 ml, sampai tanda tera.
• Menambahkan larutan A12 (SO4)3 5ml, kemudian dikocok sampai
homogen lalu disaring.
• Dimasukan fitratnya ke dalam tabung polarisasi dan diamati. Maka
akan didapatkan Pol yang belum terkoreksi. Pol terkoreksi dapat
dilihat dari hubungan brix pada hasil pembacaan dan factor koreksi
pada table.
c. Penentuan harga HK (Harga Kemurnian)
Harga HK nira yang dilakukan dengan mengetahui nira brix dan nira pol.
HK diperoleh dari persen pol dibagi dengan persen brix terkoreksi.
Semakin tinggi HK maka kualitas nira semakin baik.
d. Analisa Nira
Analisa nira yang dilakukan yaitu nira dan gilingan, nira mentah, nira
encer, nira tapis dan nira kental. Analisa nira dilakukan setiap satu jam
sekali dengan penetapan harga brix dan pol untuk menentukan derajat
kemurnian dan harga kemurnian (HK), %brix, dan % Pol.
e. Jumlah tebu

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 47
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Cara menghitung jumlah adalah dengan menjumlahkan tebu masuk hari


ini ditambahkan dengan sisa kemaren.
f. Jumlah tebu yang digiling
Cara menghitung jumlah tebu yang digiling adalah dengan cara
menghitung jumlah tebu hari ini dikurangi sisa tebu hari ini.
g. Jumlah air imbibisi
Cara menghitung jumlah air imbibisi adalah dengan cara (jumlah
pencatatan air imbibisi water meter saat ini – 1 jam sebelumnya) x bj air.
h. Berat ampas
Cara menghitung berat ampas adalah :
 Berat tebu gilingan = a
 Berat air imbibisi = b
 Berat nira mentah = c
 Berat ampas = (a-b)-c
i. Berat blotong
Cara menghitung berat blotong yaitu dengan menimbang truk yang akan
mengambil blotong yang nantinya akan diketahui berat truk dan
blotongnya.

3. Pengawasan Mutu Proses Pemurnian


Tujuan utama dari proses pemurnian adalah membuang sebanyak-
banyaknya zat bukan gula dan mengusahakan agar rusaknya gula dan gula
reduksi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk mencapai hal itu, yang
perlu dikendalikan adalah pH, suhu dan lama waktu yang tepat.

4. Pengawasan Mutu Proses Evaporasi


Pengawasan proses ini dilakukan dengan pengawasan embun dan gas,
pengawasan kebersihan evaporator, pengendalian ketinggian nira dalam bahan
dan pengawasan nira kental hasil penguapan.

5. Pengawasan Mutu Proses Kristalisasi

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 48
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Proses kristalisasi dilakukan dalam bejana hampa, ditempuh dengan


system masak bertingkat A-C-D, dimana gula dengan mutu jelek yaitu C dan D
harus dilebur untuk memisahkan dari produk utama. Juru masak mengikuti
kenaikan kadar padatan dengan jalan mengambil contoh secara periodic setiap
setengah jam dan menegangkan kedua jarinya, bila stroop itu pada peregangan
dapat mencapai panjang 1 cm tanpa putus maka tahapan masakan ini diakhiri.

6. Pengawasan Mutu Proses Puteran


Pada masakan A digunakan putaran low grade centrigue, hal yang perlu
dikendalikan adalah penyiraman air dimana air yang digunakan harus air panas
dengan suhu 60 derajat Celcius. Tujuan penyiraman ini adalah agar diperoleh
kristal gula yang putih atau gula SHS dan hasil sampingannya berupa stroop.
Pada masakan C dan D digunakan putaran high grade centrifuge dan otomatis.
Hal yang perlu dikendalikan yaitu pengaturan waktu pengisian dan penyiraman
harus dilakukan secara tepat. Karena jika terjadi kesalahan, akan menyebabkan
gula terlalu keras sehingga dapat merusak scrapper. Suhu air untuk penyiraman
adalah 70 derajat Celcius.
.
7. Pengawasan Mutu Finishing
Stasiun finishing merupakan stasiun akhir dari seluruh proses pembuatan
gula. Oleh karena itu, perlu dilakukan control yang ketat terhadap produk yang
dihasilkan. Dimana setiap kesalahan proses yang tidak diketahui akan
menyebabkan kerusakan mutu gula.

8. Pengawasan mutu gula produk


Analisa gula produk dilakukan untuk mengetahui besarnya HK yang
dihasilkan, dengan menghitung terlebih dahulu % Brix dan % Pol. Analisa gula
produk dilakukan sebanyak 1 kali dalam sehari.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 49
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB V
SPESIFIKASI ALAT

V.1 Stasiun Penggilingan


1. Cane Crane
Jumlah Cane Crane di PG Kebon Agung ada 8 unit, yang terdiri
dari 4 unit sebelah selatan (2 unit sebagai cadangan) untuk membongkar
tebu dari truk kecil dan 4 unit sebelah utara (2 unit sebagai cadangan)
untuk membongkar tebu dari truk gandeng dan jenis fuso, dimana masing-
masing cane crane memiliki kapasitas sama yaitu 12,5 ton.

Spesifikasi Alat 1
Nama Alat : Overhead Crane (untuk gilingan dalam)
Merk : MORRIS
Kapasitas : 16 ton
Tinggi : 10,7 m
Jumlah : 1 Buah

Spesifikasi II
Nama Alat : Overhead Crane (untuk gilingan dalam)
Merk : DEMAC
Kapasitas : 16 ton
Jumlah : 1 Buah

Spesifikasi Alat III


Nama Alat : Monorail Crane
Kapasitas : 16 ton
Tipe : mono crane
Jumlah : 1 Buah

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 50
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

2. Meja Tebu (Cane Table)


Berfungsi untuk menampung dan mengatur tebu dari Cane Crane.
Dalam meja tebu terdapat perata tebu atau cane leveler yang berfungsi
agar jatuhnya tebu ke cane carier tetap stabil.

Spesifikasi Alat I
Nama Alat : Cane Table I dan II
Kapasitas : 87000 Kg
Panjang : 7 meter
Lebar : 6 meter
Luas meja tebu (s) : 7 x 6 = 42 m x 10,764 ft2/m = 452,088 ft2
Kecepatan rantai : 3,6 – 7,2 m/min

Spesifikasi Alat II
Nama Alat : Cane Table III dan IV
Kapasitas : 150000 Kg
Panjang : 12 m
Lebar : 6m
Luas meja tebu (s) : 12 x 6 = 72 x 10,764 ft2/m = 755,008 ft2

3. Cane Carier
PG Kebon Agung memiliki 2 unit cane carier, Cane Carier I
berfungsi untuk membawa tebu dari cane table menuju ke pengerjaan
pendahuluan, sedangkan cane carier II berfungsi untuk membawa tebu
yang telah melewati alat preparasi menuju ke gilingan.
Spesifikasi Alat I
Nama Alat : Cane Carier I
Kapasitas : 178000 Kg
Kecepatan : 4-12 m/min
Power motor penggerak : 110 kW
Sudut Kemiringan : 30o

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 51
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Spesifikasi Alat II
Nama Alat : Cane Carier II
Kapasitas : 178000 Kg
Kecepatan : 0-6 m/min
Power motor penggerak : 200 kW
Sudut Kemiringan : 30o

4. Cane Leveller
Perata tebu (Cane Leveller) digunakan untuk meratakan tebu pada
meja tebu agar pengaturan pemasukan tebu ke Cane Carier dapat berjalan
secara teratur.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Cane Leveller
Merk : A. W. Smith
Kapasitas : 178 ton/jam
Daya motor : 200 kW
Jumlah : 4 Buah

5. Cane Cutter
Terdapat 2 Buah Cane Cutter pada PG Kebon Agung, Dimana
setiap cane cutter memiliki fungsi yang sama yaitu untuk memotong agar
mudah dalam proses penggilingan. Pada cane cutter pertama hasil yang
keluar memiliki panjang 40 cm, sedangkan pada cane cutter kedua hasil
yang keluar memiliki panjang 1,8 mm.

Spesifikasi Alat I
Nama Alat : Cane Cutter I
Diameter mata pisau : 1520 mm
Jumlah Disholder : 28 Buah
Jumlah tangkai pisau : 56 Buah

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 52
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Jarak dengan carier : 400 mm


Turbin : 1500 Hp

Spesifikasi Alat II
Nama Alat : Cane Cutter II
Diameter mata pisau : 1540 mm
Jumlah Disholder : 20 Buah
Jumlah tangkai pisau : 80 Buah
Jarak dengan carier : 20-50 mm
Turbin : 2500 Hp

6. HDHS (Heavy Duty Hummer Shreeder)


HDHS adalah alat untuk menghancurkan tebu yang telah
terpotong-potong pada cane cutter. Terdapat satu buah HDHS di PG
Kebon Agung.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Heavy Duty Hummer Shreeder
Merk : SH-ENCO
Model : Series SD 1824
Tip diameter x inlet width (m) : 15000-19000
Power : 4000-5000 kW
Hammers (Ro x nos) = 8 x 12 : 96
Kecepatan : 950 rpm

7. Unigator
Alat ini berfungsi sebagai perusak struktur tebu, membuka sel-sel
batang tebu sehingga nira yang terdapat didalam batang tebu dapat diambil
dengan sempurna. Bekerja dengan cara memotong, memukul dan
menghaluskan batang tebu

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 53
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Unigator
Merk : MARK IV
Jumlah Hummer : 55 Buah
Panjang : 1,8 m
Diameter : 78”
Kapasitas : 200 ton/jam
Kecepatan : 750 rpm
Ukuran Hummer : 495 mm x 60 mm
Penggerak : Turbin Uap
Daya : 1500 Hp
Tekanan Uap Bekas : 0,8 Kg/cm2

8. Alat Pengukur Tekanan Pada Gilingan


Fungsi alat penekanan gilingan untuk mendapatkan tekanan pada
rol atas yang konstan terhadap tebal tipisnya ampas yang biasanya dengan
tekanan 2500 lbf/in2. Hidrolik top rol paling atas ada gerakan naik turun
tergantung tebalnya tebu yang masuk, juga naiknya tebu dibatasi atau
ditahan oleh bantalan ruas atas yang berhubungan dengan bantalan luncur
atas yang dihubungkan dengan piston yang bertekanan 2500 lbf/in2.

9. Gilingan
Gilingan adalah alat pemerah nira yang berfungsi memisahkan nira
dengan sabut tebu dengan cara penekanan diantara rol-rol gilingan.
Terdapat 5 gilingan di PG Kebon Agung dan terdiri dari 3 rol disetiap
gilingan yaitu rol depan, rol belakang dan rol atas, serta dilengkapi rol
pengumpan (feeding roll).

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Gilingan
Diameter luar rol muka : 1168 mm

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 54
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Diameter luar rol atas : 1180 mm


Diameter luar rol belakang : 1180 mm
Diameter Alur : 50 mm
Panjang rol : 2286 mm
Putaran/menit : 4,18 rpm
Kecepatan : 3800 rpm
Jumlah : 5 Buah

V.2 Stasiun Pemurnian


1. Juice Heater
Alat ini berfungsi untuk memanaskan nira pada suhu tertentu guna
mempercepat reaksi dan mempermudah proses pemurnian. Terdapat 3
jenis juice heater:
Heater :
 Juice Heater I : memanaskan sampai suhu 77-80oC
 Juice Heater II : memanaskan sampai suhu 103-105oC
 Juice Heater III : memanaskan sampai suhu 110-115oC
Jumlah : 10 Unit

Kapasitas :

2 unit 600 m3

1 unit 400 m3

3 unit 300 m3

3 unit 180 m3

2. Sulfur Tower
Sulfur adalah alat untuk mengabsorbs gas SO2 pada nira yang
mengalir masuk pada bagian atas sulfur tower sedangkan gas SO2 mengalir
dari bagian bawah. Gas SO2 mengalir keatas dengan bantuan blower. Di
dalam sulfur tower terdapat saringan-saringan yang disusun secara

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 55
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

bertingkat sehingga nira yang mengalir kebawah dapat teradsorbsi


sempurna oleh gas SO2. Hal ini dikarenakan luas permukaan nira menjadi
lebih besar.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Sulfur Tower
Diameteri : 2,2 m (r = 1,1 m)
Tinggi : 6,735 m
Jumlah Sekat : 14
Kapasitas : 10 m3
Waktu Tinggal : 7 menit
Volume : 25,589 m3

3. Rotary Sulfur Burner


Rotary Sulfur Burner berfungsi sebagai tempat pembakaran
belerang yang akan menghasilkan gas SO2.

4. Reaction Tank
Reaction tank adalah alat untuk menyempurnakan reaksi antara gas
SO2 dengan nira. Dalam reaction tank terjadi reaksi pembentukan endapan
garam calcium sulfit (CaSO3) untuk menyelubungi inti endapan yang
terbentuk dalam proses defekasi sehingga menjadi gumpalan yang lebih
besar dan akan lebih mudah diendapkan.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Reaction tank
Merk : STORK
Kapasitas : 1800 mm
Kecepatan putar : 200 rpm
Jumlah : 1 buah

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 56
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

5. Flash tank
Flash tank adalah alat yang berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas
yang tidak diperlukan dan dapat mengganggu proses.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Flash tank
Tahun pembuatan : 1995
Diameter x tinggi : 3,30 x 2,36 m
Volume : 20,2 m3
Persyaratan lama tinggal : 5 menit
Debit outlet : 0,2 m/detik
BJ nira mentah sulfitasi : 1,06

6. Single Tray Clarifier


Single tray clarifier adalah sebuah bejana pengendapan nira.
Sebelum masuk single tray clarifier terdapat pipa yang berisi flokulan,saat
nira masuk ke STC, flokulan dialirkan

Spesifikasi Alat
Nama Alat : STC (Single Tray Clarifier)
Kapasitas : 15000 ton/hari nira mentah
Tinggi : 7,5 m
Volume : 500 m3
Diameter : 13 m
Jumlah : 1 Buah

7. Mixer Bagacillo
Mixer Bagacillo berfungsi sebagai tempat untuk mencampur nira
kotor dari clarifier dengan ampas halus dengan meningkatkan kualitas
blotong dan menekan gula dalam blotong.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 57
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

8. DSM Screen
DSM screen adalah alat yang berfungsi memaksimalkan
penyaringan. Hasil penyaringan akan dialirkan kembali menuju peti nira
mentah.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : DSM Screen
Merk : A. W. SMITH
Tipe : P 45o
Lebar : 2134 mm
Lebar Bukaan : 0,35 mm

9. RVF (Rotary Vacuum Filter)


RVF (Rotary Vacuum Filter) adalah alat proses penapisaan yang
bertujuan untuk memisahkan nira tapis dengan blotong.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : RVF (Rotary Vacuum Filter)
Merk : India Shrip
Jumlah : 1 Unit
Diameter : 4,15 m
Panjang : 9,25 m
Kapasitas : 175 ton/jam

V.3 Stasiun Penguapan


1. Evaporator
Evaporator adalah alat penguapan yang bertujuan menguapkan
80% air yang terkandung didalam nira encer sehingga terdapat kenaikan
konsentrasi sampai mendekati jenuh dan menghasilkan nira kental yang
mencapai kekentalan 28-32 Be.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 58
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Spesifikasi Alat Evaporator I


LP (m2) : 4000 m2
Panjang pipa : 2383 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 16016

Spesifikasi Alat Evaporator II


LP (m2) : 4000 m2
Panjang pipa : 2383 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 16016

Spesifikasi Alat Evaporator III


LP (m2) : 3000 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 8550
\
Spesifikasi Alat Evaporator IV
LP (m2) : 2200 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 7800

Spesifikasi Alat Evaporator V


LP (m2) : 2200 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 7800

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 59
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Spesifikasi Alat Evaporator VI


LP (m2) : 1700 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 6500

Spesifikasi Alat Evaporator VII


LP (m2) : 1100 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 4320

Spesifikasi Alat Evaporator VIII


LP (m2) : 1100 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 4320

Spesifikasi Alat Evaporator IX


LP (m2) : 1100 m2
Panjang pipa : 2375 mm
Diameter pipa : 38/35 mm
Jumlah pipa : 4320

2. Pompa Condensat
Pompa condensate berfungsi untuk memompa/mengalirkan
kondensat dari evaporator menuju bak penampung.
Spesifikasi Alat Pompa Kondensat I,II,III
Type : CEN 65-250
Kecepatan : 1500 rpm

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 60
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Daya Motor : 11 Hp
Spesifikasi Alat Pompa Kondensat IV,V
Type : CEN 40-250
Kecepatan : 1500 rpm
Daya Motor : 15 Hp
Jumlah : 3 Buah

Spesifikasi Alat Pompa Kondensat Pre-Evaporator


Type : R.65/125/88
Kecepatan : 1500 rpm
Daya motor : 55 Hp
Jumlah : 2 Buah

Spesifikasi Alat Pompa Air Injeksi


Merk : Kai Quan
Kapasitas : 2000 m3/jam
Kecepatan : 1450 rpm
Daya motor : 40 Hp
Jumlah : 1 buah

3. Juice Catcher
Juice Catcher berfungsi untuk menangkap nira yang terikut dalam
uap nira dari evaporator badan akhir (Evap V) yang berjumlah 1 buah.

4. Kondensor
Kondensor adalah alat pembuat hampa atau mengembunkan uap
nira yang keluar dari badan penguapan akhir untuk menurunkan titik didih
dan mempercepat proses penguapan. Bagian dari kondensor terdiri dari
kondensor, pompa vacuum dan pompa air injeksi.
Spesifikasi Bejana Kondensor
Merk : KBA

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 61
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Tipe : Barometris
Diameter : 3120 mm
Tinggi : 7500 mm
Suhu injeksi : 35oC
Suhu air jatuhan : 45 -50oC
Spesifikasi Pompa Air Injeksi
Merk : Kai Quan
Kapasitas : 2000 m3/jam
Daya motor : 160 Hp
Kecepatan : 1450 rpm
Jumlah : 2 Buah

5. Peti Sulfitasi Nira Kental


Peti sulfitasi nira kental adalah tempat penampung nira kental
setelah proses sulfitasi.

Spesifikasi Alat Peti Sulfitasi Nira Kental


Diameter : 1360 mm
Tinggi : 4000 mm
Kapasitas : 25 HL
Jumlah : 2 unit

V.4 Stasiun Masakan


1. Pan Masakan
Pan masakan adalah suatu bejana yang berfungsi untuk
pembembentukan, pembesaran Kristal dengan jalan pemekatan bahan.
Nira kental dari evaporator (brix 60-64) diuapkan kembali hingga
terbentuk Kristal dan dibesarkan sampai ukuran yang dikehendaki.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Pan Masakan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 62
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Merk : STROK
Kapasitas : 400 HL dan 600 HL
Luas Pemanasan : 280 m2 dan 430 m2
Diameter Pipa : 101/98 mm
Tekanan kerja : 1,5 kg/cm2
Jumlah : 11 buah dan 2 buah

2. Talang Ulir
Spesifikasi Alat Talang Ulir A
Panjang : 100 mm
Lebar : 450 mm
Tinggi : 600 mm
Daya motor : 5,5 Hp
Jumlah : 1 buah

Spesifikasi Alat Talang Ulir C


Panjang : 900 mm
Lebar : 450 mm
Tinggi : 600 mm
Daya motor : 5,5 Hp
Jumlah : 1 buah

Spesifikasi Alat Talang Ulir D


Panjang : 900 mm
Lebar : 450 mm
Tinggi : 600 mm
Daya motor : 5,5 Hp
Jumlah : 1 buah

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 63
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

3. Pompa Massquite
Spessifikasi Massquit A
Kapasitas : 10 m3/jam
Head : 15 m
Daya motor : 10 Hp
Kecepatan : 30 rpm
Jumlah : 1 buah

Spessifikasi Massquit A
Kapasitas : 35 m3/jam
Head : 15 m
Daya motor : 10 Hp
Kecepatan : 22 rpm
Jumlah : 3 buah

Spessifikasi Massquit A
Kapasitas : 35 m3/jam
Head : 15 m
Daya motor : 10 Hp
Kecepatan : 30 rpm
Jumlah : 1 buah

4. Pompa Air Rapid Crstalizer


Spesifikasi Alat
Kapasitas : 5 m3/jam
Head : 20 m
Daya motor : 2 Hp
Jumlah : 3 buah

5. Tangki Stroop A,C dan Klare D

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 64
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Kapasitas : 500 HL, 400 HL, 400 HL


Panjang : 2500 mm
Lebar : 4000 mm
Tinggi : 2000 mm
Jumlah : 3 buah, 1 buah, 1 Buah

6. Tangki Nira Kental


Kapasitas : 3000 HL
Panjang : 4000 mm
Lebar : 2500 mm
Tinggi : 2000 mm
Jumlah : 1 Buah

7. Palung pendingin
Palung pendingin berfungsi sebagai penampungan sementara dan
berfungsi sebagai proses pendinginan nira masakan.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Palung pendingin masakan A
Merk : STRORK
Kapasitas : 800 HL
Panjang : 6430 mm
Lebar : 2800 mm
Tinggi : 3000 mm
Daya motor : 4 kW
Jumlah : 4 buah

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Palung pendingin masakan C
Merk : STRORK
Kapasitas : 420 HL

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 65
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Panjang : 6700 mm
Lebar : 2800 mm
Tinggi : 3100 mm
Daya motor : 5,5 Hp
Jumlah : 1 buah

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Palung pendingin masakan D
Merk : STRORK
Kapasitas : 400 HL
Panjang : 9800 mm
Lebar : 2150 mm
Tinggi : 3100 mm
Daya motor : 5,5 kW
Jumlah : 6 buah

V.5 Stasiun Pemutaran


 Centrifuge
Centrifuge atau putaran adalah alat yang berfungsi memisahkan
Kristal-kristal gula dari larutannya dengan memanfaatkan gaya centrifugal.
Di PG Kebon Agung memiliki 13 alat putaran yang berjalan secara
continue yaitu 3 LGF untuk masakan C, 6 LGF untuk masakan D1, 4 LGF
untuk masakan D2 dan 8 alat putaran discontinue (HGF) untuk masakan A

Spesifikasi Alat Putaran Discontinue 1,2,6,7


Merk : BROADBENT
Maksimum kecepatan putar : 1500 rpm
Kapasitas Kerja : 1850 Kg
Putaran cuite : A-SHS

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 66
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Spesifikasi Alat Putaran Discontinue 3,4 dan 5


Merk : ROBERTS WS CENTRIFUGAL
Maksimum kecepatan putar : 1200 rpm
Kapasitas Kerja : 1000 Kg
Daya kerja mesin putaran : 1000 rpm

Spesifikasi Alat Putaran Continue gula D1 9, 12 dan 13


Merk : BROADBENT
Tipe mesin : SPV 1425
Nomer mesin : H95552,H95542,H95541
Kecepatan operasi : 1750 rpm
Maksimum kecepatan putar : 1800 rpm
Kapasitas Kerja : 2000 kg/jam
Densitas maksimum : 1,45 kg/dm3

Spesifikasi Alat Putaran Continue gula DII dan 4


Merk : BMA
Tipe mesin : K2300
Nomer mesin : 13808 dan 13896
Kecepatan operasi : 2000 rpm
Diameter dalam : 1300 mm
Kapasitas Kerja : 1000 kg/jam

Spesifikasi Alat Putaran Continue gula DI 4


Merk : BROADBENT
Tipe mesin : SPV 1425
Nomer mesin : H95551
Kecepatan operasi : 1750 rpm
Kecepatan maksimum : 1800 rpm
Kapasitas Kerja : 2000 kg/jam

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 67
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Spesifikasi Alat Putaran Continue gula DII 6,7,8 dan 9


Merk : ROBERT WS CENTRIFUGAL
Nomer mesin : 5219688,5231930,5248332
Kecepatan operasi : 1950 rpm
Kecepatan maksimum : 2000 rpm
Kapasitas Kerja : 1000 kg/jam

Spesifikasi Alat Putaran Continue gula C 1,2 dan 3


Merk : BMA
Kecepatan maksimum : 2400 rpm
Kapasitas Kerja : 560 kg/jam

Spesifikasi Alat Putaran Continue gula DI 4


Merk : ROBERT WS CENTRIFUGAL
Nomer mesin : 5219688,5231930,5248332
Kecepatan operasi : 1950 rpm
Kecepatan maksimum : 2000 rpm
Kapasitas Kerja : 1000 kg/jam

V.6 Stasiun Pengemasan


1. Talang Goyang (Vibrating Conveyor)
Talang goyang atau vibrating conveyor adalah alat yang berfungsi
untuk membawa atau menghantarkan gula Kristal menuju sugar dryer,
selain itu juga pada vibrating conveyor berlangsung proses pendinginan
secara alami karena Kristal gula kontak langsung dengan udara ruangan.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Vibrating conveyor
Panjang : 9000 mm
Lebar : 1300 mm

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 68
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Heat : 250 mm
Daya motor : 15 kW
Jumlah : 6 Buah

2. Sugar Dryer
Sugar dryer adalah alat yang berfungsi untuk mengeringkan gula
SHS yang masih basah atau menghilangkan kandungan air yang menempel
pada Kristal gula tersebut. Prinsip kerja sugar dryer yaitu berdasarkan gula
yang datang dari converyor masuk pada sugar dryer, didalam sugar dryer
akan dihembuskan udara panas yang berasal dari steam tanpa tekanan.
Selama pemanasan, gula akan menjadi kering.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Sugar Dryer
Kapasitas : 80 ton/jam
Suhu input : 80oC
Jumlah : 8 Buah

3. Vibrating Screen
vibrating screen berfungsi untuk memisahkan Kristal gula normal,
gula halus dan gula kasar sehingga akan didapatkan gula normal atau gula
SHS yang siap untuk dikemas. Sedangkan untuk gula halus dan gula kasar
hasil samping dari vibrating screen akan masuk ke dalam remelter untuk
dilebur kemudian diproses kembali di ST masakan.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Vibrating Screen
Merk : STORK
Kapasitas : 20 ton/jam
Diameter I : 2,24 mm
Diameter II : 1,19 mm

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 69
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Lebar : 1600 mm
Panjang : 3000 mm
Daya : 7,5 Hp
Jumlah : 2 Buah

4. Bucket Elevator
Bucket Elevator adalah alat untuk mengangkut gula yang akan
menuju belt conveyor. Di PG Kebon agung terdapat 4 Bucket Elevator.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Bucket elevator
Merk : STORK
Kapasitas : 40 ton/jam
Tinggi : 12 m
Daya : 71 Hp

5. Rotocyclone
Fungsi : Untuk penangkap debu-debu yang terdapat dalam gula
Kapasitas : 532 ton/jam
Kecepatan : 1450 Kw
Jumlah : 2 buah

6. Remelter
Remelter berfungsi sebagai pelebur gula krikil, gula halus, gula
sisa, gula kotor, gula C dan gula D. pada alat ini ditambahkan air panas
sehingga kristal gula dapat larut kembali. Gula leburan ini selanjutnya
dipompa ke peti kental.

7. Sillo

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 70
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Sillo berfungsi untuk menampung gula produksi SHS sebelum


dibungkus dalam karung. Dibagian bawah alat ini berupa corong yang
digunakan sebagai discharge gula

8. Timbangan
Spesifikasi Alat
Fungsi : untuk menimbang gula sebesar 50 Kg.
Merk : TOLEDO
Kapasitas : 1 Kuintal
Type : 8142

9. Mesin Jahit
Fungsi : untuk menjahit karung yang telah berisi gula
Merk : New Long
Jumlah : 3 Buah

10. Belt Conveyor


Belt conveyor adalah alat yang berfungsi untuk mengangkut
material “unit load” atau “bulk material”. Unit load adalah benda yang
dapat dihitung satu persatu seperti jumlah kotak, kantong, balok, dll.
Dalam PG Kebon agung, belt conveyor digunakan untuk memindahkan
“bulk material” yaitu material yang berupa butir-butir dalam hal ini adalah
gula.

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Belt conveyor
Panjang : 15000 mm
Lebar : 1000 mm
Kapasitas : 20 ton/jam
Daya : 2 Hp
Jumlah : 1 Buah

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 71
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 72
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB VI
UTILITAS

Adanya unit utilitas yaitu sebagai penunjang operasi unit-unit proses dan
unit-unit pendukung lainnya dengan menyuplai kebutuhan yang diperlukan. Hasil
dari unit utilitas disalurkan secara teratur ke seluruh unit yang membutuhkan
dengan jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi
kegagalan operasi unit-unit proses.

VI.1 Pengolahan Air


Air merupakan bahan penunjang yang sangat penting dalam industri.
Kualitas air yang diperlukan berbeda-beda, bergantung pada keperluannya.
Maka perlu dilakukan pengolahan air untuk memenuhi kualitas air yang
diperlukan. Air merupakan komponen yang paling penting dan vital dalam
proses produksi gula. Sumber air di PG Kebon Agung berasal dari :
1. Air Sungai
Sebagian besar air yang dipakai di PG Kebon agung berasal dari
permukaan atau air sungai. Air ini dipakai untuk berbagai kebutuhan,
seperti air pendingin pompa vacuum, pendingin gas SO 2, pembersih
evaporator, serta pendingin pada stasiun gilingan dan PLTU.
2. Sumber PANG
Air dari sumber PANG adalah air yang berasal dari pegunungan di
wilayah pabrik yang digunakan untuk kegiatan sanitasi di pabrik.
3. Air Bahan Baku
Air bahan baku adalah air yang berasal dari bahan baku itu sendiri
(Tebu) yang diperoleh dari proses penguapan yang biasa digunakan
sebagai air umpan pada ketel

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 73
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Penggunaan air meliputi :


1. Air proses
Air Proses adalah air yang digunakan secara langsung pada
proses produksi dan tidak mengandung gula diperoleh dari
pemanasan nira dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
proses, seperti pembuatan susu kapur, pengencer gula pada
centrifuge, pencucian gula pada unit gilingan (air imbibisi) dan
pencuci pada RVF. Kebutuhan air proses dipenuhi oleh air
kondensat yang dihasilkan oleh evaporator. Proses yang
digunakan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya:
a. Nilai pH
Nilai pH air proses tidak boleh terlalu tinggi atau
pun terlalu rendah. Air proses yang digunakan memiliki
pH 7 (netral), sehingga tidak dapat menyebabkan korosi
pada alat.
b. Sifat fisik
Air yang digunakan untuk air proses harus memiliki
sifat fisik seperti kekeruhan,warna, rasa dan bau. Air
proses yang digunakan harus memiliki nilai kekeruhan
yang rendah, warna yang jernih, tidak berasa dan tidak
berbau.
c. Kandungan Bahan Kimia
Air proses yang digunakan harus memiliki
kandungan bahan kimia rendah, seperti ammonia, nikel,
besi, timbel, logam, CO2 klorida, magnesium, kalsium
sehingga kerak yang terbentuk dapat dinetralisir dan tidak
merusak atau mengurangi kinerja alat itu sendiri.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 74
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

2. Air pendingin
Air pendingin berfungsi untuk mendinginkan mesin-mesin
dan peralatan lain, sehingga kinerja alat dapat bekerja secara
optimal. Sumber dari air pendingin sendiri adalah berasal dari air
sungai dengan kapasitas 150 L/detik yang sebelumnya telah
mengalamai treatment sederhana seperti penyaringan, pengndapan
dan pelunakan (softening)
Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan gravel
filter yang berisi pasir sebagai medianya. Setelah itu tahap
pengendapan dilakukan dengan menggunakan reacting vessel
yang berfungsi untuk menaikkan temperature air dingin sebesar
40-60oC dan mengendapkan kotoran. Kemudian tahap softening
untuk menurunkan konsentrasi kalsium, magnesium, dan ion
lainnya. Pada tahap ini digunakan softener yang berisi kation
untuk menyerap ion-ion positif yang terkandung dalam air.
Setelah ketiga proses treatment dilakukan, air ditampung dalam
surplus tank. Air pendingin yang telah melalui treatment akan
digunakan untuk mendinginkan mesin dan peralatan seperti.
a. Bantalan proses turbin gilingan
b. Bantalan proses turbin pompa
c. Palung pendingin
Air digunakan sebagai media pendingin karena mudah
didapat, mudah diatur, dan diarahkan, serta tidak terurai atas
atom-atomnya.

3. Air sanitasi
Air sanitasi yang digunakan untuk keperluan minum,
masak, mandi,dsb. Air yang digunakan adalah air yang didapat
dari sumber PANG dimana air PANG beraasal dari gunung yang
berjarak sekitar 6-7 km dari PG Kebon Agung. Syarat air sanitasi
adalah :

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 75
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

a. Secara Fisika
Secara Fisika Air yang digunakan untuk sanitasi
harus memiliki tingkat kejernihan yang tinggi, tidak
berbau dan tidak berasa.
b. Secara Kimia
Secara kimia air yang digunakan untuk sanitasi
harus bebas dari zat-zat terlarut yang biasaanya berupa zat
organic.

4. Air pengisi ketel


Air umpan boiler berupa air kondensat maupun air make
up. Air kondensat merupakan steam (uap) yang telah berubah fasa
menjadi air (mengembun) sedangkan air make up merupakan air
baku yang sudah diolah terlebih dahulu. Saat awal produksi, PG
Kebon Agung menggunakan air sungai yang sebelumnya masuk
dalam beberapa tahap penyaringan dan syarat-syarat tertentu. Air
yang digunakan sebagai air umpan sebelumnya akan melalui
proses atau treatment terlebih dahulu :
a. External Treatment
Penghilangan kotoran kotoran dengan tahap
pengendapan serta penyaringan berlapis, mulai dari
saringan kasar sampai saringan halus. Pada proses
pengendapan, air yang diperoleh dari sungai akan
ditampung dalam bak pengendapan dan pemberian garam
yang berfungsi melepaskan lumpur yang larut dalam rezin.
Setelah itu masuk dalam penyaringan.

b. Internal Treatment
1. Pembersihan
Air yang diambil dari sungai dialirkan ke
tangki untuk proses pemanasan dahulu dengan steam

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 76
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

yang diatur oleh regulator sampai suhu maksimal 60 oC,


apabila suhu melebihi 60oC maka resin akan rusak dan
tidak terjadi pengendapan kotoran. Dalam tangki ini
ditambahkan NaCl yang berfungsi melepaskan lumpur
yang larut dalam rezin dan penambahan FeCl3 sebagai
bahan koagulan.
2. Pemisahan
Air dari tangki reaksi dialirkan terlebih
dahulu melalui intermediate tank, kemudian dipompa
ke dalam gravel filter yang berfungsi sebagai pemisah
kotoran-kotoran yang tidak larut dari hasil koagulasi.
3. Pelunakan
Air dari gravel filter yang telah jernih masih
mempunyai kesadahan yang tinggi, oleh karena itu
sebagian dialirkan kedalam tangki air pencuci yang
ditambahkan zeolite untuk menghilangkan kesadahan.
Air yang sudah mengalami proses pelunakan
ditambahkan NaOH untuk menaikkan pH sampai 10,5
yaitu pH optimal untuk mengisi ketel
4. Deaerasi
Air dari softener yang telah ditekan
kesadahannya dialirkan kedalam feedwater, setelah
melalui deaerator yang berfungsi untuk membebaskan
CO2 dan O2 yang terlarut dalam air dan keluar melalui
vent.
Hal yang perlu diperhatikan agar syarat air pengisi ketel
dapat dipenuhi adalah :
1. Tidak mengandung gula
Adanya gula dalam air akan menimbulkan
foaming/pembuihan, sehingga butir-butir halus air akan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 77
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

terikut dalam uap sehingga uap menjadi basah. Hal ini


berbahaya bagi turbin mesin – mesin uap.
2. Tingkat kesadahan
Air sadah mengandung garam-garam Ca dan Mg
sebagai karbonat, sulfat, klorida dan nitrat. Bahaya
kesadahan air untuk air pengisi ketel adalah pembentukan
kerak pada dinding badan ketel. Kerak ini akan
menghambat pemanasan air, pemanasan akan menjadi
memusat sehingga menyebabkan ketel dapat meledak.
3. Zat penyebab korosi
Air yang asam akan merusak badan ketel dan pipa-
pipa karena bersifat korosi.
4. pH
pH yang dimiliki air umpan (feedwater) harus diatas
10 atau diantara 10,5 – 11.

5. Air injeksi
Air yang dipergunakan adalah air yang berasal dari sungai
yang telah melalui proses pemurnian terlebih dahulu.

VI.2 Pengadaan uap air


Steam digunakan untuk :
1. Penggerak, misalnya untuk menggerakkan mesin uap pada stasiun
gilingan dan untuk menggerakkan turbin uap.
2. Pemanas, misalnya pada unit evaporator, juice heater dan pan
masakan.
Kebutuhan steam dipenuhi oleh 3 buah boiler yaitu Yoshimine (dua
buah) dan Jiangxi Jianlian (satu buah) dengan kapasitas steam yang
dihasilkan masing-masing 80 ton/jam, 100 ton/jam, dan 120 ton/jam. Bahan
bakar yang digunakan adalah ampas tebu.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 78
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Cara kerja dari ketel uap sendiri adalah dengan proses pengapian
yang terjadi diluar pipa, kemudian panas yang dihasilkan memanaskan pipa
yang berisi air dan sebelumnya air itu dikondisikan terlebih dahulu melalui
economizer kemudian steam yang dihasilkan dalam sebuah steam header
dimana didalamnya terjadi penyeragaman kondisi uap. Setelah itu steam
dilepaskan ke pipa utama distribusi. Steam tersebut didistribusikan ke
stasiun gilingan, turbin PLTU, dan stasiun proses sesuai dengan kebutuhan
steam.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 79
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB VII
PENGOLAHAN LIMBAH

VII.1. Limbah
Limbah adalah hasil samping dari sebuah proses yang harus
dibuang, limbah yang dihasilkan dapat berupa padatan, cairan dan gas.
Limbah terdapat dua macam yaitu limbah yang dapat dipergunakan kembali
dan limbah yang tidak dapat dipergunakan lagi.
Limbah-limbah tersebut jika tidak ditangani secara tepat dapat
menimbilkan dampak terhadap lingkungan, karena mengandung sisa bahan
kimia yang digunakan baik dalam pengolahan maupun pembersihan. Dalam
PG Kebon agung terdapat 3 jenis limbah yaitu :
1. Limbah cair ; Air buangan/cucian, air jatuhan kondensor, dll
2. Limbah padat ; ampas tebu, blotong, abu bagasse, dan tetes
3. Limbah gas ; limbah yang keluar dari hasil pembakaran ST ketel
Masalah-masalah lingkungan yang memungkinkan untuk timbul dalam
operasi pabrik gula :
1. Efek hujan asam akibat gas SO2
2. Menurunnya kualitas udara akibat gas buang hasil pembakaran ampas
3. Bau menyengat akibat biodegradasi limbah dalam bentuk gas
hydrogen sulfide

VII.2. Pengolahan Limbah


VII.2.1 Limbah cair
Limbah cair menurut PP No 82 tahun 2001 adalah sisa dari suatu
hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair, maka dari itu perusahaan
atau industry diharuskan untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan
hingga mencapai kadar tidak berbahaya untuk dibuang ke lingkungan.
Limbah cair PG kebon agung mengandung ion logam, soda, nira kotor,
oksigen terlarut dan memiliki suhu yang tinggi sehingga harus diproses di
unit pengolahan limbah cair (UPLC) terlebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan. UPLC menggunakan sistem aerasi. Sistem aerasi digunakan
dengan maksud untuk mengurangi kebutuhan luas lahan dan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 80
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih cepat sekaligus


meniadakan bau yang mungkin timbul akibat proses oksidasi yang tidak
sempurna.Pada proses aerasi yaitu proses reduksi BOD (Biological
Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) secara aerob
digunakan aerator sebagai penghasil oksigen yaitu dengan cara
menempatkan aerator di dalam kolam aerasi sehingga menghasilkan
oksigen berupa buih udara yang tercampur dengan air.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah
yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri
aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas
untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang
mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat
bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan
konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk
proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat
untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta
untuk menghilangkan bau.
Limbah cair dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
Secara fisika
1. Suhu
2. Jumlah padatan terlarut
3. Padatan tersuspensi
4. Zat yang terendap

Secara Kimia
1. pH
2. Amoniak
3. Nitrat
4. Nitrit
5. BOD (Biological Oxygen Demand)
6. COD (Chemical Oxygen Demand)

PG Kebon Agung menghasilkan limbah cair berupa tetes dan air


buangan hasil cucian

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 81
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

1. Tetes
Tetes biasa juga disebut melasse merupakan limbah cair yang
dihasilkan dari proses pada puteran gula D1. Tetes yang dihasilkan
kemudian diolah menjadi etanol untuk dijual ke berbagai industry yang
membutuhkan.

2. Air buangan hasil cucian


Proses pada stasiun gilingan menghasilkan limbah cair yang
berasal dari nira yang terbuang dan sisa penambahan bahan kimia. Di
stasiun pemurnian menghasilkan limbah cair berupa ampas hasil
pemurnian yang biasa disebut blotong kemudian diolah untuk
dijadikan pupuk dan dijual. Limbah cair dari stasiun penguapan berupa
kerak nira, caustic soda, dan sisa air pembersihan nira. Di stasiun
puteran menghasilkan limbah cair berupa tetes. Limbah-limbah cair
kemudian diproses untuk dapat dimanfaatkan kembali dan agar dapat
memenuhi baku mutu air sebelum dikembalikan ke lingkungan. Proses
tersebut dilakukan oleh UPLC dengan tahapan berikut :

a. Inlet
Air limbah hasil proses dialirkan ke AML (Air Masuk
Limbah) kemudian ditambahkan susu kapur hingga pH <7 yang
berfungsi untuk mengendapkan kotoran air selain itu juga untuk
mengurangi bau pada limbah. Kemudian air masuk dalam bak
pengendapan lumpur dan minyak untuk memisahkan kandungan
lumpur dan minyak pada limbah. Dalam bak tersebut, minyak akan
mengapung dan lumpur akan mengendap. Setelah itu melakukan
analisa terhadap limbah dengan mengamati COD/BOD/TSS, suhu,
pH, warna air, dan kandungan minyak sebelum limbah dialirkan
menuju bak ekualisasi.

b. Kolam Ekualisasi

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 82
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Setelah melakukan analisa terhadap limbah dari tahap inlet,


limbah dialirkan menuju kolam ekualisasi yang berfungsi untuk
kehidupan bakteri dan menjaga agar air yang masuk ke bak
ekualisasi bebas dari kotoran, pH<7, suhu >40oC dan tidak
mengandung minyak sehingga bakteri yang ada pada kolam aerasi
tidak mati. Kemudian air dipompa ke bak aerasi.

c. Kolam Aerasi
Dari kolam ekualisasi, limbah dipompa menuju kolam
aerasi. Kolam aerasi merupakan kolam berbakteri aerob yang
terdiri dari 4 kolam aerasi KA I, KA II, KA III, KA IV. Bakteri
yang digunakan UPLC adalah bakteri inola. Pembagian kolam
bertujuan untuk memaksimalkan penguraian limbah secara
bertahap oleh bakteri. Cara kerjanya yaitu, limbah dimasukkan ke
KA I dan dilakukan penambahan nutrisi berupa urea dengan dosis
kurang lebih 4kg/jam. Tujuan penambahan nutrisi adalah
memberikan energi pada bakteri untuk proses penguraian limbah
yang masuk. Setelah melewati KA I, kemudian limbah akan masuk
ke KA II secara overflow dan begitu seterusnya hingga KA IV.

d. Clarifier
Setelah dari KA IV overflow limbah menuju clarifier
bertujuan untuk proses pemisahan endapan dan bakteri dari air
yang telah bersih. Setelah itu dipompakan kembali ke dalam KA I
sebagai aliran recycle, sedangkan air bersih dialirkan dari clarifier
menuju sungai.

e. Kolam stabilisasi dan bak pasir


Endapan lumpur aktif diatas 30% di bawa ke bak
stabilisasi, selanjutnya diumpankan ke bak pasir. Pada bak pasir
dilakukan penyaringan, air hasil penyaringan dimasukkan ke dalam
bak filtrate dan kemudian dipompa ke bak ekualisasi. Endapan
padat diatas pasir dikeringkan setelah itu dapat dimanfaatkan

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 83
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

sebagai pupuk. Fungsi bak stabilisasi diawal proses adalah untuk


mengembangbiakkan bakteri.

f. Outlet
Air jernih dari clarifier dialirkan menuju Sungai metro,
kemudian dianalisa dengan mengamati pH, warna, temperature,
bau, debit air, BOD, COD, TSS (Total Soluble Solid). Analisa yang
dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa limbah yang akan
dibuang ke lingkungan telah aman bagi lingkungan tersebut, yaitu
dengan nilai COD maksimal 100 ppm dan BOD maksimal 60 ppm.
Setelah dinyatakan aman, maka air itu boleh dialirkan ke sungai.

VII.2.2 Limbah Padat


Limbah padat adalah Hasil proses industry yang dibuang berupa
padatan berasal dari hasil pengolahan. Limbah ini dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu limbah padat dapat daur ulang dan limbah padat tidak
memiliki nilai ekonomis. Limbah padat yang dihasilkan PG Kebon Agung
adalah Ampas (Bagasse), Blotong, dan Abu Bagasse.
1. Ampas
Ampas tebu atau biasa disebut bagasse, merupakan hasil
samping dari proses ekstraksi tebu. Bagasse memiliki tekstur halus
berupa serabut dengan kandungan air sekitar 48-52% dan kandungan
gula yang sangat sedikit, yaitu sekitar 3.3%. Bagasse juga memiliki
kandungan lain yaitu Karbon (C) sebesar 56.88%, Nitrogen (N)
sebesar 0.28%. Rata-rata bagasse mengandung serat 47.7% yang tidak
dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentose,
dan lignin. Bagasse yang dihasilkan dalam proses PG kebon agung
malang dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam stasiun ketel yang
kemudian menghasilkan abu bagasse.

2. Blotong
Blotong yang dihasilkan dari proses pemurnian dalam
stasiun ketel berbentuk padat dan lunak berwarna coklat kehitaman,

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 84
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

bau menyengat. Zat yang terkandung dalam blotong adalah sukrosa,


monosakarida, zat lilin, fosfatida, dan nitrogen.
Unsur tertinggi dalam blotong adalah carbon organic,
kandungan yang sangat tinggi ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
alami sebab dapat menaikkan ratio C/N yang dapat menyuburkan
tanah. Blotong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, tetapi tidak
dapat langsung digunakan pada tanaman.
Untuk mengolah limbah padat menjadi pupuk, terdapat kondisi yang
harus diperhatikan, yaitu ;
1) Blotong harus dikeringkan dahulu sebelum diolah
2) Pengaturan suhu ruangan dan tempat penyimpanan abu ketel,
karena abu ketel sifatnya mudah terbakar
3) Penyimpanan blotong dan abu ketel memerlukan tempat yang
luas
4) Penetapan kualitas blotong untuk mempermudah pengolahan
5) Pengeringan dengan sinar matahari yang memerlukan tempat
terlindung dari air hujan

3. Abu Ketel/Abu Bagasse


Abu ketel/abu bagasse, merupakan hasil dari ampas
(bagasse) yang dibakar di stasiun ketel didalam boiler sebagai bahan
bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai energy dalam
stasiun PLTU. Abu ketel yang didapat dari pembakaran, ditangkap
menggunakan dust collector dan dibawa menggunakan conveyor
menuju truk. Kemudian abu ketel dibawa ketempat pengolahan abu
ketel bersama dengan blotong untuk diolah menjadi pupuk biokompos.

VII.2.3 Limbah gas


Limbah gas merupakan gas buang yang tercemar, karena
mengandung hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap
kabut fotokimiawi), karbon monoksida, dan bahan kimia lainnya.
Limbah gas yang dihasilkan PG Kebon Agung berasal dari
pembakaran ketel dan proses sulfitasi, limbah gas yang keluar dari
pembakaran ketel mengandung gas CO2, NO, CO, uap air dan debu.
Gas buang dari pembakaran ketel akan keluar dari cerobong asap yang

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 85
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

membawa senyawa-senyawa kimia tersebut kemudian tertiup oleh


angin dan mencemari udara sekitar.
Pada limbah gas, terdapat partikel padat yang terbawa oleh
gas. Maka dari itu penanganan partikel padat dalam gas ini
menggunakan dust collector untuk menangkap partikel padatan ini
agar tidak mencemari udara sekitar lingkungan, partikel-partikel yang
tertangkap tersebut merupakan abu bagas yang terbawa oleh gas
kemudian ditampung bersama dengan blotong untuk diolah menjadi
pupuk biokompos. Pengukuran baku mutu gas hasil pembakaran
dilakukan secara periodic.

VII.2.4 Limbah B3
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yaitu limbah
yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun yang terdiri
dari oli bekas, kertas saring Pb asetat, aki bekas, dan fly ash. Limbah
B3 harus dikelola sesuai dengan peraturan yang tercantum pada
peraturan pemerintah No 85 tahun 1999 dan peraturan pemerintah No
18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
tentang cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan
limbah B3.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 86
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk
melindungi para karyawan dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit yang
disebabkan karena kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para karyawan
bertujuan agar karyawan dapat hidup dan bekerja pada system itu dengan efektif,
nyaman, dan aman. Oleh karena itu, pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) perlu dilaksanakan secara efektif oleh suatu perusahaan, karena hal ini
dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.

VIII.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merujuk kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan perusahaan, menurut Schuler (1999). Kondisi fisiologis-
fisikal ini meliputi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sedangkan kondisi
fisiologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan kehidupan yang berkualitas
rendah. Sedangkan sedarmayanti (1996) berpendapat bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan pengawasan terhadap orang, mesin, material,
dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami
cedera. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diartikan oleh Malthis dan Yuli
(2005) sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang lebih
aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan,
pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan
pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa K3 adalah suatu bentuk tindakan dan pengwasan terhadap
lingkungan kerja yang berguna untuk menciptakan karyawan bebas dari gangguan
kesehatan serta selamat dari kecelakaan kerja melalui program pembinaan.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 87
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

VIII.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Peraturan perundangan yang telah mengatur Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang dikeluarkan oleh pemerintah menurut ASPEK Ind (2006) sebagai
langkah strategis berjangka panjang sebagai berikut.
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02 Tahun1980 tentang pemeriksaan
Kesehatan Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
3. Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (2004) pada pasal 86 menyebutkan bahwa :
a. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2 Moral dan Kesusilaan.
3 Perlakuan yang sesuai dengan harkat atau martabat manusia
serrta nilai-nilai agama.
b. Untuk melindungi keselamatan kerja pekerja atau buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
c. Perlindungan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

VIII.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Tujuan peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan
menghasilkan :
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Menigkatkan efisiensi dan kualitas pekerjaan yang lebih berkomitmen.
3. Tingkat kompensasi karyawan dan pembayaran langsung lebih rendah
karena pengajuan klaim.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 88
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

4. Fleksibilitas dan adaptibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari


meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.
5. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
6. Rasio seleksi karyawan yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.
7. Penurunan biaya premi asuransi.
8. Meningkatnya prosuktivitas.

VIII.4 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PG Kebon Agung


Berikut beberapa upaya yang telah dilakukan di PG Kebon Agung untuk
menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yaitu sebagai berikut :
1. Setiap karyawan diwajibkan untuk menjaga kebersihan pada setiap tempat
kerja.
2. Bagi karyawan yang bekerja ditempat yang berbahaya akan diberi alat
pelindung kerja
3. Untuk karyawan yang bekerja distasiun ketel, kapur, belerang, dan lain-
lain telah disediakan masker.
4. Memaparkan peringatan tentang akibat dan hal yang harus dilakukan
untuk mencegah kecelakaan kerja dalam poster di badan pabrik.
5. Pada beberapa bagian mesin-mesin bergerak, tempat berteganagan tinggi
atay tempat berbahaya lainnya diberi pagar atau penutup sehingga tidak
membahayakan bagi semua karyawan.
6. Disediakan alat pemadam kebakaran disekitar bangunan dalam pabrik
untuk mengatasi jika terjadi kebakaran.
Beberapa fasilitas K3 yang diberikan oleh PG Kebon Agung Malang
Kepada karyawannya diantaranya sebagai berikut :
1. Helm pengaman yang merupakan alat pelindung diri untuk melindungi
kepala disaat bekerja di pabrik.
2. Sarung tangan kulit/katun untuk melindungi tangan, yang digunakan
terutama pada pekerjaan yang berhubungan dengan proses produksi.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 89
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

3. Masker sebagai alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi dari
bau-bau yang menyengat atau debu serta melindungi karyawan yang sifat
pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia.
4. Sepatu tukang las/listrik yang digunakan untuk melindungi kaki para
karyawan, terutama pekerja yang berhubungan dengan mengelas dan
lisrik.
5. Sepatu laras/karet yang digunakan para karyawan pada saat berada
dikebun agar terhindar dari becek.
6. Lampu senter sebagai alat penerangan sementara ditempat gelap dibagian
pabrik.
7. Perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) kepada
karyawan oleh dokter pabrik secara gratis diklinik milik pabrik.
8. Fasilitas MCK yang memadai untuk para pekerja.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 90
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN

IX.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan di PG Kebon Agung
Malang, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pabrik Gula Kebon Agung merupakan pabrik gula dengan bahan baku
tebu yang memiliki kapasitas produksi 13000 ton/hari .
2. Pabrik Gula Kebon Agung menggunakan 3 boiler dengan kapasitas
steam yang dihasilkan masing masing 80 ton/jam, 100 ton/jam dan 120
ton/jam.
3. Produk yang dihasilkan berupa gula SHS dengan kemasan 50 kg
sebagai produk utama dan produk samping berupa ampas, blotong dan
tetes.

IX.2 Saran
Dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan
ada beberapa saran yang dapat kami sampaikan untuk meningkatkan
performance pabrik, diantaranya :
1. Perhatian dan pemerikasaan secara berkala terhadap kualitas tebu yang
ditanam, mulai dari masa pembibitan sampai masa panen agar
diperoleh rendemen hasil yang tinggi
2. Perhatian dan perawatan terhadap peralatan lebih ditingkatkan supaya
proses produksi tetap berjalan lancar sehingga tidak mempengaruhi
kualitas dari produk yang dihasilkan.
3. Perlunya pengolahan limbah pabrik yang sesuai agar tidak merusak
lingkungan sekitar. Serta pemantauan instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) lebih dikoordinasikan bagi karyawan agar area tersebut
berfungsi dengan baik.

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 91
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PG KEBON AGUNG
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, “PG Kebon Agung”, (http://www.ptkebonagung.com


/index.php/informasi-kebon-agung/produksi/bahan-pendukung) Diakses
Pada Tanggal 26 Juni 2018 Pukul 07.00 WIB
Amar, 2012, “Bagase (Ampas Tebu)”, (http://samapahu.blogspot.com /2012/11/
bagas-bagasse-ampas-tebu.html ) Diakses Pada Tanggal 26 Juni 2018
Pukul 07.55 WIB
Baikow, 1967, “Manufacture and Refining of Raw Cane Sugar”, Amsterdam,
Elseiveir Publishing Company
Jauhari,2013,”Pengelolahan imbah Industri Gula ”,(http://k3lhcsr.blogspot.com /
2013/05/pengelolaan-limbah-industri-gula.html) Diakses Pada Tanggal 27
Juni 2018 Pukul 15.30WIB
Risvank,2012,”Blotong dan Pemanfaatannya”, (http://www.risvank.com/2012 /
01/25/blotong-dan-pemanfaatannya/ ) Diakses Pada Tanggal 27 Juni 2018
Pukul 15.30 WIB

Program Studi S-1 Teknik Kimia


Fakultas Teknik UPN ”VETERAN” Jawa Timur 92

Anda mungkin juga menyukai