Kep
Senin, 23 Februari 2015
LAPORAN PENDAHULUAN OPEN FRAKTUR TIBIA FIBULA
(CRURIS)
KONSEP DASAR
5. Komplikasi
Malunion : Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya
Delayed union : Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal
Non union : Tulang yang tidak menyambung kembali
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur menurut Brunner and Sudarth ( 1996 : 2360 ) dan www.medicastore
diantaranya sebagai berikut :
a) Reduksi Fraktur
Reduksi tertutup, dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang keposisi semula dengan
manipulasi atau traksi manual.
Reduksi terbuka, fraktur terbuka memerlukan reduksi terbuka dengan pendekatan bedah,
fragmen tulang direduksi, alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau
batangan logam dapat digunakan untuk memperthankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
b) Traksi
Ada dua macam traksi yaitu traksi skelet dan kulit, Traksi kulit adalah traksi yang dipasang
tidak boleh melebihi toleransi kulit ( 2-3 kg beban tarikan ) dan untuk mengontrol spasme
kulit dan memberikan immobilisasi. Macam – macam traksi kulit diantaranya :
Traksi Buck, adalah traksi kulit dimana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya
diimmobilisasi parsial atau temporor yang diinginkan.
Traksi Russell, dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia, menyokong fleksi pada
penggantung dan memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis
ketungkai bawah.
Traksi skelet, dipasang langsung ketulang menggunakan pin metal atau kawat yang dimsukan
kedalam tulang disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot,
tendon sendi. Traksi skelet dipasang secara asepsis seperti pada pembedahan. Traksi skelet
biasanya menggunakan 7 – 12 kilogram umtuk mencapai efek terapi.
c) Immobilisasi Fraktur
Menurut Brunner and Suddarth fraktur direduksi fragmen tulang harus direduksi atau
dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan, immobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi ekterna atau interna fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinu,pin dan teknik gips atau fiksator eksterna
d) Pemasangan gips
Jenis – jenis gips diantaranya sebagai berikut :
Lengan pendek, memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan
Lengan panjang, memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah proksimal lipatan
telapak tangan
Tungkai pendek, memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki
Tungkai panjang, memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari
kaki
Berjalan, gips panjang atau pendek yang di buat lebih kuat
Tubuh, melingkar di batang tubuh
Spika, melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas
Spika bahu, jaket tubuh yang melingkar batang tubuh, bahu dan siku
Spika panggul, melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah
e) Debridemen
Luka yang kemerahan biasanya terjadi pada tingkat regenerasi perbaikan jaringan yang
lambat, hal ini diperlukan sebagai perlindungan untuk mencegah kerusakan perbaikan
jaringan. Luka yang berwarna kuning adalah karakteristik utama dari zat cair atau semi cair “
slough ” yang terkadang diberengi dengan drainasi purulen, mengirigasi luka menggunakan
bahan balutan yang dapat menyerap seperti impregnated nonadheren, balutan hidrogel, atau
bahan lain yang dapat menyerap, luka hitam adalah luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik
yang tebal atau eschar. Luka hitam membutuhkan tindakan debridement (membuang jaringan
yang nekrotik), membuang jaringan yang nonviable dari luka harus dilakukan sebelum luka
dapat disembuhkan.
Debridemen mempunyai empat cara, yaitu :
Sharp : Scapel digunakan untuk memisahkan dan membuang
jaringan yang mati
Mechanical : Dilakukan melalui gosokan kuat atau balutan basah yang
lembab
Chemical : Enzim collagen
Outolytic : Balutan mengandung moisture (lengas) seperti transparan film
Balutan/penutup luka Fungsi :
Melindungi luka dari mekanikal injury
Melindungi luka dari kontaminasi bakteri
Mempertahankan High humidity luka
Mempertahankan isolasi ternal
Menyerap drainage atau membersihkan luka atau keduanya
Mencegah hemoragik (digunakan sebagai balutan tekan atau dengan kain pembalut elastis)
Mengimmobilisasi dan mencegah injury
Tipe Balutan tergantung pada :
Lokasi ukuran maupun jenis lukanya
Banyaknya eksudat
Keadaan luka saat debridement atau adanya infeksi
Kondisi luka berpengaruh pada frekuensi penggantian balutan, sulit atau mudah pada
tindakan pengantian balutan
Menurut Barbara C . Long ( 1996 : 357 ) penatalaksanaan fraktur terbuka diantaranya:
a) Debridemen luka untuk membersihkan kotoran, benda asing, jaringan yang lepas, dan tulang
yang nekrosis
b) Pemakaian toksoid tetanus
c) Culture jaringan dari luka
d) Kompres terbuka
e) Pengobatan dengan antibiotic
f) Pemantauan gejala osteomyelitis, tetanus, dan gas gangrene
g) Menutup luka setelah diketahui tidak ada infeksi
h) Immobilisasi yang patah
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b) Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c) Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d) Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
7. Data Fokus Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas), hipotensi ( respon terhadap
kehilangan darah), tachikardi, penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera, cailary refil
melambat, pucat pada bagian yang terkena, ,masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekan, kelemahan
d. Kenyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cidera, spasme/ kram otot
e. Keamanan
Laserasi kulit, perdarahan, perubahan warna. pembengkakan local
Prioritas Keperawatan
a. Mencegah cedera tulang/ jaringan lanjut
b. Menghilangkan nyeri
c. Mencegah komplikasi
d. Membeikan informasi ttg kondisi dan kebutuhan pengobatan
Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jarinagan sekitasr fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
b. Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Diagnosa Keperawatan & Intervensi
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jarinagan sekitasr fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
Tujuan :
Kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsinal
Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
Tinggikan ekstrimutas yang sakit
Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan
Awasi tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas
Ubah psisi secara periodic
Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b. Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ;
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darah normal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
Jelaskanprosedu sebelum memulai
Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi : pemberian analgetik
c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan:
Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Penyembuhan luka sesuai waktu
Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi:
Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage
Monitor suhu tubuh
Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
Masage kulit sekitar akhir gips dengan alcohol
Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
Kolaborasi emberian antibiotic
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne, C 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta. EGC.
http://csohilait.wordpress.com/2013/10/20/askep-kasus-fraktur-terbuka-tibia-fibula/
Diakses pada tanggal 2 Maret 2014.
Diposting oleh Asriansyah S.Kep, Ns di 10.23
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Asriansyah S.Kep, Ns
Asriansyah,S.Kep,Ns
Lihat profil lengkapku
▼ 2015 (96)
o ▼ Februari (96)
Laporan Pendahuluan Cedera Kepala