Anda di halaman 1dari 10

A.

DEFINISI POLIO
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai
penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus
masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah
virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.
Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam
hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi
polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Nama lain dari polio adalah Poliomieltis. Virus polio yang
termasuk genus enterovirus famili Picornavirus.Virus ini tahan terhadap
pengaruh fisik dan bahan kimia. Selain itu, dapat hidup dalam tinja
penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga dapat bertahan lama pada
air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer
dari sumber penularan.
Polio menyebar terutama melalui kontaminasi tinja, terutama di
daerah dengan sanitasi lingkungan buruk. Penularan juga terjadi melalui
fekal-oral. Artinya makanan/minuman yang tercemar virus polio yang
berasal dari tinja penderita masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sedangkan oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang
masuk ke dalam mulut manusia sehat lainnya. Ciri khas dari penderita
polio adalah kerusakan saraf. Kerusakan itu bermula dari virus yang
mengalami inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus
akan berkembang pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau
saluran cerna bagian bawah. Dari saluran cerna virus menyebar ke
jaringan getah bening lokal atau regional. Akhirnya virus menyebar
masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak
di jaringan saraf. Poliomielitis mempunyai tendensi lebih merusak sel

1
saraf motorik pada medulla spinalis dan batang otak. Seringkali polio
menyebabkan kerusakan saraf tubuh yang membuat pertumbuhan
penderita menjadi asimetris. Sehingga cenderung menimbulkan
gangguan bentuk tubuh yang umumnya menetap bahkan bertambah
berat.

B. GEJALA POLIO
Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada
luas infeksi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio
yang melumpuhkan (paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan
(non-paralytic).
Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan individu-individu yang terinfeksi dengan polio, pasien-
pasien tetap asymptomatic atau mengembangkan hanya gejala-gejala
seperti flu yang ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika hadir,
mungkin hanya bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka
bertahan untuk satu sampai dua minggu.
Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang
terinfeksi dengan virus polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius.
Gejala-gejala terjadi sebagai akibat dari sistim syaraf dan infeksi dan
peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord). Gejala-gejala dapat
termasuk:

2
1. sensasi yang abnormal,
2. kesulitan bernapas,
3. kesulitan menelan
4. retensi urin,
5. sembelit
6. mengeluarkan air liur (ileran),
7. sakit kepala,
8. turun naik suasana hati,
9. nyeri dan kejang-kejang otot, dan
10. kelumpuhan.
Kira-kira 5%-10% dari pasien-pasien yang mengembangkan
polio yang melumpuhkan seringkali meninggal dari kegagalan
pernapasan, karena mereka tidak mampu untuk bernapas sendiri.
Itulah sebabya mengapa sangat mendesak bahwa pasien-pasien
menerima evaluasi dan perawatan medis yang tepat. Sebelum era
vaksinasi dan penggunaan dari ventilator-ventilator modern, pasien-
pasien akan ditempatkan dalam "iron lung" (ventilator bertekanan
negatif, yang digunakan untuk mendukung pernapasan pada pasien-
pasien yang menderita polio yang melumpuhkan).
a) Gejala Klinik
Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas.
Sebagian besar (90%) infeksi virus polio menyebabkan inapparent
infection, sedangkan 5% menampilkan gejala abortive infection,
1%
nonparalytic, dan sisanya menunjukkan tanda klinik paralitik. Bagi
penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30%
menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan
berat, dan 10% menunjukkan gejala berat serta bisa menimbulkan
kematian. Masa inkubasi biasanya 3-35 hari.

3
Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di
bawah 5 tahun. Setelah adanya perbaikan sanitasi serta penemuan
vaksin, usia penderita bergeser pada kelompok anak usia di atas 5
tahun. Stadium akut sejak ada gejala klinis hingga dua minggu
ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi lebih dari 10
hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi
dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat
kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang
belakang) oleh invasi virus.
Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga
menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung
menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar
kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan
mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan
waktu dua hari hingga dua bulan.
Stadium subakut (dua minggu hingga dua bulan) ditandai
dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang
suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan
nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan
biasanya salah satu sisi.
Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun)
ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70%
fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut.
Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi
perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak
gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang
mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.

4
C. PATOFISIOLOGI
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila
ringansekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu
sesudah timbulgejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah
:
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial
sertaformasio retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra
dan kadang-kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum, dan Korteks serebri, hanya daerah motorik

D. JENIS-JENIS POLIO
Jenis – jenis Polio antara lain :
a. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu
dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa
lembek jika disentuh.
b. Polio Paralisis Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan
pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita
dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan
paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada
dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang
saraf tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol gerak
fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu.
Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau
belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh

5
bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini
akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang
serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam
sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari
sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).
Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan
abdomen (perut), disebut quadriplegia.

c. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan
alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak
mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf
kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol
pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka,
saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal
yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher.
E. CARA PENULARAN POLIO
Mekanisme Penyebara Virus ditularkan infeksi droplet dari
oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi.
Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia
melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang
melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekal-oral berarti minuman
atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja

6
penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu,
oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke
mulut manusia sehat lainnya.
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun
peka terhadap formaldehide dan larutan chlor. Suhu tinggi cepat
mematikan virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahan
bertahun-tahun. Ketahanan virus di tanah dan air sangat
bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba lainnya. Virus itu
dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan
hingga berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meski penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan
oleh virus polio dari penderita yang infeksius, virus itu hidup di
lingkungan terbatas. Salah satu inang atau mahluk hidup perantara
yang dapat dibuktikan hingga saat ini adalah manusia.

F. PENCEGAHAN POLIO
Penyakit Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Biasanya gejala yang dirasakan adalah
demam, rasa lelah, sakit kepala, muntah, rasa kaku pada leher, rasa
sakit pada kaki dan tangan. Penularan virus polio masuk ke tubuh
melalui :
1. Mulut
2. di dalam air
3. makanan yang telah terkontaminasi tinja dari orang yang
sudah terjankit polio.
4. Virus ini mengakibatkan kelumpuhan pada kaki. Di antara
yang lumpuh ini 5-10% meninggal dunia ketika otot-otot
pernafasannya dilumpuhkan virus tersebut. Polio tidak
dapat disembuhkan, namun bisa dicegah. caranya dengan
imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin yang aman dan
efektif dengan vaksin polio oral (OPV) yang diberikan

7
berulang kali, vaksin ini akan melindungi anak seumur
hidup.
5. Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti
oleh sebagian besar negara di penjuru dunia dibuat
kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo)
tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program
Eropa pertama yang dilakukan adalah Melakukan cakupan
imunisasi yang tinggi dan menyeluruh. Pekan Imunisasi
Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996,
dan 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4
kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia
1½ tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun.
Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita
yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus
diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan
Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di
daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5
tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

G. PENGOBATAN POLIO
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum
ditemukan cara atau metode yang paling tepat. Sedangkan
penggunaan vaksin yang ada hanya untuk mencegah dan
mengurangi rasa sakit pada penderita.
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang
diduga terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari
cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan
hasil yang akurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan
kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut

8
menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk
menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau
lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah
dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio
maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah
benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat
menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat pe
ningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama
adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50
mg/100 ml ( Paul, 2004 ).

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.totalkesehatananda.com/polio2.html.[online]. [03 September 2013]

http://infoimunisasi.com/headline/pencegahan-penyakit-polio/[online]. [03
September 2013]

http://jenispenyakit.blogspot.com/2008/12/penyakit-polio.html [online]. [03


September 2013]

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Glaukoma
    Glaukoma
    Dokumen15 halaman
    Glaukoma
    ita
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen15 halaman
    Fafa
    ita
    Belum ada peringkat
  • Sop Rom Pasif Dan Rom Aktif
    Sop Rom Pasif Dan Rom Aktif
    Dokumen2 halaman
    Sop Rom Pasif Dan Rom Aktif
    ita
    Belum ada peringkat
  • KPD New
    KPD New
    Dokumen9 halaman
    KPD New
    ita
    Belum ada peringkat
  • Pai
    Pai
    Dokumen7 halaman
    Pai
    ita
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen8 halaman
    Fafa
    ita
    Belum ada peringkat
  • Diabetes
    Diabetes
    Dokumen12 halaman
    Diabetes
    ita
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen3 halaman
    Analisis Jurnal
    ita
    Belum ada peringkat
  • CKR TN Asad
    CKR TN Asad
    Dokumen11 halaman
    CKR TN Asad
    ita
    Belum ada peringkat
  • Anemia Pada Lansia
    Anemia Pada Lansia
    Dokumen5 halaman
    Anemia Pada Lansia
    ita
    Belum ada peringkat
  • HD 2 Fiks
    HD 2 Fiks
    Dokumen19 halaman
    HD 2 Fiks
    ita
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen15 halaman
    Fafa
    ita
    Belum ada peringkat
  • HD 2 Fiks
    HD 2 Fiks
    Dokumen19 halaman
    HD 2 Fiks
    ita
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal Maternitas
    Analisis Jurnal Maternitas
    Dokumen5 halaman
    Analisis Jurnal Maternitas
    ita
    Belum ada peringkat
  • Pai
    Pai
    Dokumen7 halaman
    Pai
    ita
    Belum ada peringkat
  • Landasan Teori TAKS 2003
    Landasan Teori TAKS 2003
    Dokumen7 halaman
    Landasan Teori TAKS 2003
    ita
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    ita
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    ita
    Belum ada peringkat
  • Ita
    Ita
    Dokumen1 halaman
    Ita
    ita
    Belum ada peringkat
  • Halaman 1
    Halaman 1
    Dokumen23 halaman
    Halaman 1
    ita
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Ita
    Jawaban Ita
    Dokumen2 halaman
    Jawaban Ita
    ita
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    ita
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen4 halaman
    Latar Belakang
    ita
    Belum ada peringkat
  • Proposal TAK
    Proposal TAK
    Dokumen8 halaman
    Proposal TAK
    ita
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    ita
    Belum ada peringkat
  • Cover Drupadi
    Cover Drupadi
    Dokumen1 halaman
    Cover Drupadi
    ita
    Belum ada peringkat