Anda di halaman 1dari 4

Riwayat Hidup Karl, Barth

Karl Barth adalah seorang theolog besar dalam kalangan Gereja


Reformatoris pada abad ke-20 ini. Sejarah theologia abad ke-20 haruslah dimulai
dengan Karl Barth karena ia mengajarkan theologia yang sama sekali lain dengan
pandangan theologia abad ke-19.

Karl Barth dilahirkan pada tahun 1889 di Basel, Swiss. Ayahnya adalah
seorang mahaguru Theologia Perjanjian Baru pada Universitas Bern, Fritz Barth
namanya. Pendidikan theologinya sebagian besar ditempuhnya di Jerman pada
berbagai universitas seperti: Universitas Berlin, Universitas Tubingan, Universitas
Marburg. Mahaguru-mahagurunya adalah theolog-theolog besar pada abad ke-19
seperti: Adolf von Harnack, Wilhelm Hermann, dan sebagainya. Setelah selesai
pendidikan theologianya, Barth kembali ke Swiss. Pertama-tama ia menjadi
pendeta di Jenewa (1909-1911) dan kemudian bekarja sebagai pendeta jemaat di
sebuah desa: Safenwill, selama 10 tahun lamanya (1911-1921).

Pada abad ke-20 ini, yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang luar
biasa (sekularisasi) serta di bawah bayang-bayang perang dunia 1, Barth
memikirkan bagaimana ia dapat membawa firman Allah agar manusia Kristen saat
ini dapat disapa oleh firman itu. Ia mersa bahwa theologia yang telah dipelajarinya
tidak mampu untuk menolongnya lagi. Itulah sebabnya ia berusaha untuk
menemukan cara memberitakan firman Allah yang lain. Persoalan yang
merisaukan Barth juga adalah masalah: mungkinkah manusia dapat berbicara
tentang Allah. Mungkinkah firman Allah itu dapat diucapkan oleh seorang
manusia. Theologia abad ke-19 telah berbicara tentang Tuhan Allah, seolah-olah
Tuhan Allah dapat dibelanggu dan menjadi obyek penelitian mereka. Ternyata
mereka tidak mampu untuk melaksanakannya. Theologia anthroposentris bersama
dengan metode historis krisisnya, produk abad ke-19 itu tidak mampu
menyampaikan Firman Allah kepada manusia, bahkan yang terjadi adalah Tuhan
Allah tergeser ke sudut-sudut saja.

Sekarang Barth memulai suatu titik tolak yang baru dalam


penguraian theologia. Jikalau abadke-19 penguraian theologianya bertitik tolak
dari manusia, maka Barth bertitik tolak dari Tuhan Allah sendiri. Karl Barth
memusatkan perhatiannya pada Alkitab dan ia memakainya sebagai dasar
pemberitaannya. Baginya Alkitab mempunyai otoritas yang menentukan bagi
seorang theolog. Seorang theolog harus tunduk di bawah otoritas Alkitab dan
bukan sebaliknya. Seorang theolog hanya diperkenankan melakukan satu hal,
yaitu mendengarkan Firman Allah dan bukan sejarah seperti yang dilakukan oleh
theolog abad ke-19.

Pada tahun 1919 ia mengarang tafsiran Surat Roma (Romerbrief)


yang menglami cetak ulang pada tahun 1921. Tafsiran memberikan hal-hal yang
baru sama sekai. Barth membiarkan Paulus berbicara seakan-akan Paulus hidup
pada abad ini di dunia orang Eropa. Di sini Barth sangat menekankan sifat
eskatologis pemberitaan Injil. Injil adalah berita tentang hal-hal yang akan datang,
yang menentukan bagi tujuan akhir sejarah kita. Injil sama sekali berbeda dari
segala macam filsafat atau agama yang terdapat di tengah-tengah manusia.
Injilpun bertentangan dengan segala macam bentuk kebudayaan. Cara berpikir
seperti ini sangat berbeda dari theologia liberal abad ke-19.

Jikalau theologia abad ke-19 meniadakan jarak antara Allah dan


manusia, maka theologia Karl Barth mempertahankan dengan gigih adanya jarak
yang tak terjangkau oleh menusia dengan Tuhan Allah. Ia mengajarkan bahwa
Allah berada pada tempat yang sama sekali tidak terjangkau oleh manusia. Allah
berdiam di surga dan manusia berdiam di atas bumi. Manusia tidak dapat
membelenggu Tuhan Allah. Dimanapun dan kapanpun manusia tidak akan pernah
menguasai Tuhan Allah. Tuhan Allah sama sekali lain daripada manusia. Tuhan
Allah tidak terikat kepada Negara atau ideologi tertentu, bahkan sama sekali tidak
terikat pada agama.

1
Theologia Barth mengungkapkan bagaimana manusia terus-
menerus berusaha untuk menguasai Tuhan Allah untuk kepentingan diri sendiri.
Namun segala usaha itu akan diadili, dihukum dan datang kepada krisis. Kata
krisis berulang-ulang dipergunakannya dalam pandangan-pandangannya sehingga
theologia Barth disebut juga theologia krisis. Kadang-kadang theologia disebut
theologia dialektis. Hal ini disebabkan karena menurut Barth bahwa kita hanya
dapat berbicara tentang Tuhan Allah secara dialektis, maksudnya dengan
mengatakan dua hal yang kelihatan bertentangan, tapi satu sama lainnya tak dapat
dipisahkan.

Di samping perhatiannya dalam bidang theologia, Barth pun tidak


menutup mata terhadap masalah politik dalam negeri Jerman. Tahun 1933 Hitler
merebut kekuasaan di Jerman. Dalam gereja Jerman terjadi pertentangan antara
Gereja Yang Mengaku (Berkennende Kirche) dengan orang-orang Kristen Jerman
(Deutsche Christen). Yang disebut terakhir ini bersikap mendukung pemerintahan
Hitler dan memandang Hitler sebagai utusan Tuhan Allah untuk menyelamatkan
bangsa Jerman; sebaliknya Gereja Yang Mengaku adalah anti Nazi. Mereka
melihat bahaya dari pemerintahan Nazi. Pada tahun 1934 diselenggarakan sinode
di Barmen yang mengeluarkan Dalil-dalil Barmen ( Barmen Thesen) yang
menolak pemerintahan Hitler. Karl Barth memegang peranan yang penting dalam
perumusan dalil-dalil Barmen tersebut bersama-sama dengan Dietrich Boenhoffer.
Akibatnya Barth diusir dari Jerman dan terpaksalah ia kembali ke negerinya,
Swiss. Ia menjadi mahaguru di Basel dimana ia bekerja hingga akhir hidupnya di
sana. Ia meninggal pada tahun 1968.

Karya monumentalnya yang besar adalah Dogmatik Gerejani (Kirchliche


Dogmatik) yang direncanakan untuk diterbitkan dalam 16 jilid, namun sampai
dengan meninggalnya baru diterbitkan 11 jilid. Dalam bukunya ini Barth
menempatkan dirinya di bawah wibawa Firman Allah. Ia tidak membedakan
antara penyataan Allah denga Firman Allah. Keduanya adalah satu saja, karena
Firman Allah dan penyataan Allah itu tidak lain daripada Kristus sendiri. Ia sangat
menekankan Kristus dalam penguraian pandangan theologinya, sehingga dapat

2
dikatakan theologia adalah Kristologia. Tentu saja penekanan seperti ini berat
sebelah. Kristologianya dimulai dari pra-eksistensi Kristus. Kristus menjadi pokok
yang sentral dalam penguraian theologianya. Tuhan Allah telah menyatakan
anugerahnya dalam Kristus. Tuhan Allah mengikatkan dirinya dalam Kristus.
Semua tindakan Tuhan Allah bagi penyelamatan manusia dan dunia bergantung
dan berdasarkan pada anugerah-Nya dalam Yesus Kristus. Pemilihan manusia
ditentukan pada pemilihan Tuhan Allah terhadap Kristus. Allah memilih Kristus
berarti sekaligus Tuhan Allah memilih manusia sebagai sekutunya.

Demikianlah Karl Barth memberi hawa baru dalam ilmu theologia dengan
menekankan Tuhan Allah dan bahkan Yesus Kristus sebagai Allah Anak.

Anda mungkin juga menyukai